Anda di halaman 1dari 9

Dispepsia

ADIZ KLARASIA ANDARA


A202101074
Apa itu Dispepsia ?
Dispepsia menjadi suatu kondisi yang
dapat mengakibatkan munculnya rasa
tidak nyaman pada perut bagian atas
karena masalah asam lambung atau
penyakit maag.
Meski demikian, dispepsia sebenarnya
bukan mengindikasikan suatu penyakit,
melainkan gejala dari masalah kesehatan
yang terjadi pada pencernaan.
penyebab Dispepsia
Dispepsia bisa terjadi karena berbagai kondisi. Sering kali,
masalah kesehatan ini dihubungkan dengan pola hidup
yang tidak sehat. Namun, konsumsi makanan, minuman,
dan efek samping dari obat juga turut berpengaruh pada
kondisi ini
1.Mengonsumsi makanan dalam porsi berlebihan.
2. Makan dengan tergesa.
3. Mengonsumsi makanan berlemak, berminyak, dan pedas.
4. Mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol,
minuman bersoda, kafein, dan coklat.
5. Kebiasaan buruk merokok.
6. Mengalami rasa cemas yang berlebihan.
7. Mengonsumsi beberapa jenis obat antibiotik dan
penghilang rasa nyeri
Terkadang, dispepsia juga dapat menjadi suatu
tanda dari masalah kesehatan pada sistem
pencernaan lainnya, seperti:
Gastritis.
Ulkus peptikum.
Penyakit celiac.
Batu empedu.
Pankreatitis.
Keganasan lambung.
Gejala Dispepsia faktor resiko
Dispepsia bisa ditandai dengan beberapa tanda
dan gejala, antara lain: Selain itu, ada pula beberapa kondisi yang
Rasa cepat kenyang saat makan. meningkatkan risiko seseorang mengalami
Perut terasa kembung dan begah setelah penyakit dispepsia, misalnya:
makan.
Timbulnya rasa tak nyaman di bagian ulu hati, Merokok.
bisa pula disertai rasa sakit dan perih. Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Rasa terbakar atau panas di ulu hati. Kadang- Sering mengonsumsi makanan pedas dan
kadang rasa terbakar ini bisa menjalar dari
berlemak
ulu hati hingga ke tenggorokan.
Mengonsumsi minuman soda atau berkafein.
Mual dan kadang-kadang dapat disertai
dengan muntah, meskipun hal ini jarang
terjadi.
Diagnosis Dispepsia
Guna mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter akan melakukan sesi wawancara
medis yang berkaitan dengan tanda maupun gejala yang muncul. Selain itu, dokter juga
melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan pengidap secara keseluruhan.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik maupun penunjang jika memang
dibutuhkan. Pemeriksaan penunjang ini dilakukan apabila dokter mencurigai dispepsia
menjadi tanda dari penyakit sistem pencernaan.
Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan, yaitu:
Pemeriksaan darah.
Pemeriksaan napas.
Pemeriksaan feses.
Ultrasonografi abdomen.
Endoskopi.
Pemeriksaan pencitraan (X-ray atau CT Scan).
Pengobatan Dispepsia
Pengobatan dispepsia dilakukan secara primer maupun sekunder. Penanganan secara primer
dilakukan dengan perubahan pola hidup, seperti:
Membatasi konsumsi makanan yang bisa menyebabkan terjadinya dispepsia.
Makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan dianjurkan untuk makan 5–6 kali sehari.
Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
Menghindari penggunaan atau konsumsi antinyeri, seperti aspirin dan ibuprofen. Gunakan antinyeri
lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol.
Mengontrol stres dan rasa cemas.
Jika dispepsia telah menimbulkan rasa nyeri hebat, dokter akan meresepkan beberapa obat untuk
membantu meringankan rasa nyeri. Beberapa pilihan obatnya, yaitu:
Antasida.
Proton Pump Inhibitors (PPI). Obat golongan ini dapat mengurangi produksi asam lambung.
H-2 receptor antagonists (H2RAs) untuk mengurangi produksi asam lambung.
Prokinetik dapat membantu proses pengosongan lambung.
Antibiotik, yang diberikan jika dispepsia disebabkan oleh infeksi.
Antidepresan dapat digunakan juga untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang diakibatkan
dispepsia dengan menurunkan sensasi nyeri yang dialami.
Pencegahan Dispepsia
Pencegahan dispepsia dilakukan dengan membiasakan pola hidup sehat, seperti:
Makan dengan porsi kecil tapi sering. Kunyah makanan perlahan sebelum ditelan.
Hindari hal-hal yang bisa memicu dispepsia. Contohnya, mengonsumsi makanan pedas
dan berlemak atau minuman bersoda, alkohol, dan minuman yang mengandung kafein.
Berhenti atau tidak merokok
Menjaga berat badan agar tetap ideal.
Olahraga secara teratur juga dapat membantu mengurangi risiko berat badan berlebih
dan menjaga agar berat badan tetap ideal.
Mengatasi stres dan rasa cemas. Caranya bisa dengan olahraga seperti yoga atau
meditasi dan memastikan tercukupinya waktu tidur.
Bila ada alternatif lain, ganti obat-obatan yang bisa mengiritasi lambung. Namun, jika
tidak ada, pastikan bahwa konsumsi obat selalu dilakukan setelah makan (tidak dalam
keadaan perut kosong).
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai