Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN DAN UPAYA

UNTUK MENCEGAH ATAU MENAGGULANGINYA

1. OBESITAS

Apa itu Obesitas?


Obesitas adalah kondisi medis berupa berat badan di atas normal karena penumpukan
lemak berlebih. Hal tersebut terjadi karena asupan kalori lebih tinggi dibandingkan dengan
kalori yang digunakan. Apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu lama, besar
kemungkinan berat badan akan terus bertambah.
Obesitas adalah masalah kesehatan yang banyak ditemui di masyarakat Indonesia. Data
Riskesdas tahun 2016 menunjukkan bahwa angka obesitas orang dewasa di Indonesia
sebesar 20,7%. Angka prevalensi tersebut terlihat meningkat dari tahun 2013 yang hanya
sebesar 15,4%.Obesitas dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit serius, seperti
penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, dan lain sebagainya. Maka
dari itu, obesitas perlu ditangani sesegera mungkin.
Penyebab Obesitas
Penyebab utama obesitas adalah adanya penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh
karena asupan kalori lebih banyak dibandingkan jumlah kalori yang dibakar. Namun,
penumpukan lemak berlebih juga bisa dipicu oleh beberapa faktor, seperti:
Kebiasaan begadang. Begadang mengakibatkan produksi hormon pengatur rasa lapar,
yaitu ghrelin dan leptin menjadi tidak seimbang. Kondisi ini membuat tubuh merasa lapar
hingga konsumsi makanan menjadi tidak terkontrol.
Konsumsi alkohol berlebih yang dapat memengaruhi produksi hormon pengatur rasa lapar
serta memicu asupan glukosa berlebih, yang dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan
lemak pada perut.
Stres yang membuat produksi hormon kortisol meningkat sehingga memengaruhi
metabolisme tubuh.
Gejala Obesitas
Gejala yang paling nampak dari obesitas adalah meningkatnya berat badan. Namun, dokter
akan memastikan kenaikan berat badan tersebut sebagai gejala obesitas menggunakan
suatu indikator. Indikator yang umum digunakan untuk menentukan obesitas adalah
indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan indeks yang didapatkan dari membagi berat
badan dengan tinggi badan.

Cara Mengatasi Obesitas


Biasanya dokter akan menyarankan penderita obesitas untuk menerapkan diet sehat,
membatasi asupan kalori sehari-harinya, serta rutin melakukan aktivitas fisik. Hal ini
bertujuan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan kalori yang dibakar dalam tubuh,
sehingga penambahan berat badan bisa dicegah.
Selain itu, beberapa tindakan medis yang dilakukan oleh dokter untuk mengatasi obesitas
adalah sebagai berikut:
Meresepkan obat-obatan tertentu untuk membantu menurunkan berat badan, seperti
orlistat dan liraglutide.
Balon intragastrik, yaitu tindakan medis yang dilakukan dengan meletakkan balon kecil
berisi air di dalam perut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ruang kosong pada perut
sehingga pasien akan mudah merasa kenyang dan makan dalam porsi lebih sedikit.
Bedah bariatrik, yaitu prosedur bedah yang dilakukan dengan memotong organ lambung
untuk memperbaiki metabolisme tubuh serta menurunkan berat badan.
Cara Mencegah Obesitas
Cara mencegah obesitas utamanya dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat,
seperti:
 Rutin berolahraga.
 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
 Melakukan diet untuk menjaga berat badan ideal.
 Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.
 Tidur yang cukup.

2. KARIES GIGI

Karies atau gigi berlubang adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan
lapisan email yang bisa meluas sampai ke bagian saraf gigi yang disebabkan oleh
aktifitas bakteri di dalam mulut. Gigi berlubang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu faktor gigi, mikroorganisme, substrat, dan waktu.

Faktor pertama yaitu karakter gigi yang biasanya bersifat menurun, seperti kualitas,
ukuran, dan posisi gigi. Kedua adalah mikroorganisme yaitu kuman yang ada di
dalam mulut . Ketiga adalah substrat atau disebut juga degan sisa-sisa makanan
yang tertinggal di permukaan gigi. Faktor terakhir adalah waktu, proses trejadinya
karies tidak berlangsung dalam waktu yang singkat. Perjalanan bakteri karies untuk
menjadikan gigi berlubang berlangsung dalam kurun waktu 6-48 bulan. Lalu
bagaimana cara mencegah agar gigi kita tidak berlubang? Ada banyak cara yang
bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya gigi berlubang diantaranya dengan
membiasakan diri untuk menyikat gigi dengan cara yang tepat dan waktu yang
tepat pula.

Kita dianjurkan untuk menyikat gigi minimal 2 kali sehari, yaitu


setelah makan dan sebelum tidur. Tekniknya adalah menyikat permukaan gigi
sesuai arah tumbuhnya gigi dengan sudut 45 ○ agar sisa makanan terangkat. Pada
bagian permukaan kunyah dapat dilakukan dengan gerakan maju mundur.
Menggunakan pasta gigi yang mengandung floride untuk meningkatkan kesehatan
gigi. Makan makanan yang berserat dan berair dapat membantu membersihkan
sisa-sisa makanan, tapi sikat gigi juga masih diperlukan ya. Jangan lupa untuk
mengurangi konsusmsi makanan dan minuman yang manis, lunak, dan melekat
karena sisa-sisa makanan dan minuman inilah yang disukai oleh kuman-kuman di
gigi. Rutin melakukan pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali walaupun tidak ada
keluhan dapat membantu kita mengetahui keadaan gigi dan mulut kita, sehingga
bila terjadi suatu masalah dapat segera ditangani.

3. MAGH (GASTRITIS)

Sakit maag atau dispepsia adalah rasa nyeri dan tidak nyaman pada lambung akibat
sejumlah kondisi. Kondisi ini bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit. Meski
terbilang mudah untuk disembuhkan, akan tetapi maag juga bisa menjadi parah.
Bahkan, maag yang semakin parah mampu mengganggu pengidapnya untuk beraktivitas
normal. Itu sebabnya, segera lakukan perawatan yang diperlukan ketika timbul gejala
maag.

Penyebab Sakit Maag


Sebelum merinci penyebab kondisi ini, penting untuk mengetahui cara kerja lambung
terlebih dahulu. Setiap makanan yang kamu konsumsi akan masuk ke lambung dan dicerna
secara kimiawi. Proses pencernaan ini dibantu oleh enzim pepsin dan renin yang
bercampur dengan asam lambung (HCl). Jika terjadi gangguan, mukosa akan rusak dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri.
Apabila gangguan ini terus-menerus terjadi, asam lambung akan memecah mukosa dan
menyebabkan iritasi dan peradangan. Kondisi inilah yang mengakibatkan sakit maag. Rasa
nyeri karena maag akut disebabkan oleh asam lambung yang bersentuhan dengan lapisan
mukosa. Akibatnya, ujung-ujung saraf menjadi lebih peka oleh rasa nyeri.

Faktor Risiko Sakit Maag


Semua orang dari segala usia dan jenis kelamin bisa mengalami kondisi ini. Namun, ada
beberapa faktor yang meningkatkan risikonya, seperti:
 Adanya masalah emosional, seperti kecemasan atau depresi.
 Infeksi bakteri Helicobacter pylori.
 Efek samping penggunaan obat antiinflamasi non-steroid.
 Terlalu banyak makan.
 Kelebihan berat badan.
 Makan terlalu cepat.
 Mengonsumsi makanan berminyak, berlemak dan pedas.
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman berkafein dan soda.
 Mengonsumsi cokelat berlebihan.
Kondisi ini juga bisa menjadi komplikasi dari sebuah penyakit, misalnya penyakit batu
empedu, radang pankreas, penyumbatan usus, dan kanker lambung.
Gejala Sakit Maag
 Tidak sulit untuk mengidentifikasi gejala maag. Tanda dan gejala yang dapat
dikenali, antara lain: mual
 Cepat merasa kenyang saat makan dan rasa kenyang berkepanjangan setelah
makan.
 Kembung pada perut bagian atas.
 Sering bersendawa.
Nyeri pada ulu hati dan nyeri di tengah dada yang muncul ketika atau setelah makan.
Rasa panas pada perut bagian atas.
Selain gejala di atas, maag juga dapat menimbulkan rasa panas di dalam dada akibat
naiknya asam lambung ke bagian kerongkongan. Stres dapat memperburuk kondisi ini.

Pengobatan Sakit Maag


Penaganan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan gejala. Apabila gejalanya
ringan, perubahan gaya hidup mungkin sudah bisa meredakannya. Berikut adalah gaya
hidup untuk mengatasi sakit maag:
Kurangi makanan berlemak dan pedas.
Kurangi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
Tidur setidaknya selama 7 jam setiap malam juga bisa membantu meredakan kondisi ini.
Berolahraga secara teratur dan berhenti merokok.

4. HEPATIS
Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang memiliki gejala berupa peradangan pada organ hati.
Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol, paparan zat beracun
atau obat-obatan tertentu.
Jenisnya terbagi dua berdasarkan sifatnya, yaitu akut dan kronis. Jenis akut terjadi bisa
secara tiba-tiba dalam kurun waktu yang cenderung singkat.
Sementara yang kronis berkembang perlahan dan merupakan kondisi jangka panjang.
Sialnya, keduanya sama-sama mengganggu berbagai fungsi tubuh, terutama yang berkaitan
dengan metabolisme.
Hal ini terjadi karena hati berperan penting dalam metabolisme tubuh, seperti
menghasilkan empedu, mengurai berbagai zat, menetralisir racun, mengaktifkan enzim dan
lain sebagainya.
Apa Gejala Pertama Hepatitis?
 Penyakit ini tak selalu menunjukan gejala. Gejalanya baru timbul setelah tubuh
terjadinya kerusakan yang dapat memengaruhi fungsi hati.
 Apabila bersifat akut, tanda dan gejalanya dapat muncul dengan cepat.
 Adapun sejumlah gejala yang umumnya terjadi pada pengidap penyakit ini, yaitu:
 Mengalami gejala seperti flu, mual, muntah, demam, dan lemas.
 Feses berwarna pucat.
 Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.
 Nyeri di bagian perut.
 Turun berat badan.
 Urine menjadi gelap seperti teh.
 Kehilangan nafsu makan.
 Faktor Risiko Hepatitis
Pencegahan Hepatitis
Ada beberapa cara yang dapat kamu alakukan untuk mencegah atau menurunkan risiko
untuk terserang penyakit ini.
Namun, semua ini tergantung dari jenis penyakit ini yang menyerang.
Contohnya, pastikan untuk tidak banyak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi alkohol.
Berikut ini pencegahan kondisi ini yang dapat kamu lakukan:
 Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah hepatitis A
dan B, tapi belum ada vaksin untuk hepatitis C.
 Mengurangi konsumsi alkohol.
 Menjaga kebersihan sumber air.
 Mencuci bahan makanan yang kamu konsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran,
serta buah-buahan.
 Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
 Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.
 Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan kondom atau
tidak berganti-ganti pasangan (setia pada satu pasangan).

5. DIARE

Diare adalah keluhan buang air besar encer atau berair yang terjadi lebih dari 3 kali dalam
sehari. Diare umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Meski umumnya bisa sembuh dengan perawatan
mandiri, diare kadang perlu ditangani dokter.
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di Indonesia, terutama
pada bayi dan anak-anak. Diare biasanya berlangsung tidak lebih dari 14 hari (diare akut).
Namun, pada sebagian kasus, diare dapat berlanjut hingga lebih dari 14 hari (diare kronis).

Diare umumnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika tidak
ditangani dengan tepat, diare yang tidak kunjung membaik atau malah memburuk dapat
menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, hingga kerusakan ginjal.Penyebab Diare
Diare bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari infeksi, keracunan makanan, alergi
makanan, atau penyakit lain yang dapat memicu terjadinya diare. Berikut ini adalah
contoh-contoh penyebab diare:

 Infeksi virus, seperti rotavirus, yang ditandai dengan diare berair dan biasanya
terjadi pada anak-anak
 Infeksi bakteri Campylobacter dan Escherichia coli, yang biasanya disebut dengan
keracunan makanan, disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak dimasak
sampai matang
 Infeksi bakteri Clostridium difficile, yang ditandai dengan diare berair dan kram
perut setelah konsumsi antibiotik
 Infeksi bakteri Salmonella, yang biasanya terjadi akibat konsumsi daging kurang
matang, terutama daging ayam, dan telur mentah atau setengah matang
 Amebiasis dan infeksi bakteri Shigella, yang ditandai dengan tinja berbau amis,
berdarah, atau berlendir
 Infeksi Cryptosporidium (kriptosporidiosis), yang terjadi setelah meminum atau
tidak sengaja menelan air yang terkontaminasi dan tidak dimasak
 Alergi makanan, yang ditandai dengan diare beberapa menit atau maksimal 2 jam
setelah mengonsumsi makanan pemicu alergi
 Intoleransi laktosa, yang biasanya disertai dengan kembung, feses berbau asam,
serta anus perih atau kemerahan setelah konsumsi makanan dengan kandungan
susu
 Sindrom malabsorbsi, yang ditandai dengan diare kronis yang berbau menyengat
dan berat badan menurun
 Radang usus, yang dapat disertai dengan sakit perut, sering mulas, dan diare dengan
darah atau lendir
 Irritable bowel syndrome, yang ditandai dengan BAB cair, serta kram perut yang
hilang timbul dan membaik setelah buang air besar
 Efek samping terapi medis, seperti kemoterapi, radioterapi, atau operasi
 Penyakit lain, seperti hepatitis atau kanker usus besar

Gejala Diare
Gejala utama diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair yang terjadi lebih
dari 3 kali sehari. Keluhan lain yang bisa dialami oleh penderita diare adalah:

 Perut kembung
 Tidak mampu menahan keinginan buang air besar
 Perut mulas
 Mual atau muntah
 Demam
 Tinja berlendir atau berdarah

Diare parah yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi. Gejala-gejala yang
menunjukkan penderita mengalami dehidrasi adalah:

 Pusing
 Rasa sangat haus
 Buang air kecil menjadi sedikit atau jarang
 Urine berwarna gelap
 Mulut atau kulit kering
 Lemas

Pada bayi dan anak-anak, dehidrasi juga bisa dikenali dari gejala-gejala berikut:

 Lebih rewel dari biasanya


 Air mata berkurang saat menangis
 Tidak ada urine pada popok selama 3 jam atau lebih
 Mulut dan lidah kering
 Mata, perut, dan pipi yang terlihat cekung
 Lemas jika dehidrasi sudah berat

6. KONSTIPASI

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi yang ditandai dengan sulit buang air besar
(BAB) atau frekuensi BAB yang lebih sedikit daripada biasanya. Kondisi ini sering kali
dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat.
Buang air besar merupakan tahap terakhir dari proses pencernaan. Dalam sistem
pencernaan manusia, sisa makanan yang dikonsumsi bergerak melalui usus kecil ke usus
besar. Setelah air dan nutrisi yang diperlukan tubuh diserap dalam usus besar, sisa
makanan tersebut lalu dikeluarkan melalui anus sebagai tinja.

Frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi
buang air besar adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja
menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB
menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu.

Penyebab dan Gejala Konstipasi


Sembelit bisa terjadi akibat penyumbatan usus besar atau rektum (ujung usus besar) atau
gangguan pada saraf di sekitar usus besar dan rektum. Selain itu, sembelit juga bisa
dipengaruhi oleh faktor pertambahan usia, pola makan rendah serat atau kurang aktif
bergerak.
Gejala utama konstipasi antara lain sulit mengeluarkan tinja, frekuensi buang air besar
yang lebih jarang dari biasanya, dan sakit saat mengeluarkan tinja. Konstipasi dapat
dikatakan kronis jika gejalanya telah berlangsung selama 3 bulan.

Pengobatan dan Pencegahan Konstipasi


Konstipasi dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup, misalnya dengan
memperbaiki pola makan dan berolahraga rutin. Namun, bila upaya tersebut tidak dapat
mengatasi konstipasi, dokter dapat menyarankan penggunaan obat atau tindakan lain.
Selain sebagai salah satu cara untuk mengatasi konstipasi, mengubah gaya hidup menjadi
lebih sehat juga dapat mencegah sembelit. Konstipasi juga dapat dicegah dengan tidak
membiasakan menunda buang air besar.

7. GEJALA KEKURANGAN VITAMIN


Gejala kekurangan vitamin Berbagai gejala defisiensi vitamin penting dikenali untuk
mendukung diagnosis dini dan pengobatan sesegera mungkin gangguan gizi ini. Melansir
Very Well Health, biasanya gejala kekurangan vitamin tidak menunjukkan gejala yang jelas
sampai kita mengalaminya beberapa bulan. Beberapa gejala kekurangan vitamin yang
umum terjadi, meliputi:
 Kelelahan atau energi rendah
 Hilangnya kepadatan tulang Kulit dan rambut kering
 Depresi
 Sifat lekas marah
 Mudah memar atau berdarah
 Luka sulit sembuh
 Mudah terkena infeksi
 Perubahan warna kulit (biasanya hanya di area kecil atau menumbulkan bercak di
kulit)
Jika mengalami kondisi yang mengarah pada gejala kekurangan vitamin, siapa saja
disarankan untuk dapat berkonsultasi dengan dokter.

8. GEJALA KEKURANGAN MINERAL

Penyebab kekurangan mineral


Kekurangan mineral adalah kondisi yang terjadi bila tubuh tidak mendapatkan asupan
mineral yang cukup. Kondisi ini disebut juga defisiensi mineral.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami defisiensi mineral. Hal
ini berhubungan dengan pola makan, pilihan makanan, kondisi tubuh, dan masalah
kesehatan tertentu.
Berikut hal umum yang menjadi penyebab dan faktor risiko kekurangan mineral.
 Menjalani diet untuk menurunkan berat badan
 Pola makan rendah kalori.
 Mengalami gangguan makan.
 Orang lanjut usia dengan nafsu makan yang menurun.
 Sering makan junk food dan jarang makan sayur dan buah-buahan.
 Mengalami intoleransi laktosa atau alergi terhadap makanan tinggi mineral.
 Menjalani diet vegan atau vegetarian.
 Memiliki penyakit pada hati, kantong empedu, usus, atau ginjal.
 Ketergantungan alkohol.
 Mengonsumsi obat seperti antasida dan diuretik.
 Operasi pada saluran pencernaan.

Gejala kekurangan mineral


Kurangnya asupan mineral dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari badan lesu,
menurunnya daya tahan tubuh, hingga gangguan fungsi otot.
Gejala yang timbul bisa berbeda-beda, tergantung jenis mineral yang kurang dalam tubuh
Anda. Di bawah ini berbagai gejala defisiensi mineral menurut jenisnya.

1. Kekurangan zat besi


Zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin, yakni protein khusus pada sel
darah merah yang berfungsi mengikat oksigen.
Tubuh Anda juga membutuhkan zat besi untuk membentuk enzim dan protein lain yang
menjaga tubuh tetap sehat.
Kekurangan zat besi dapat menurunkan kadar hemoglobin sehingga sel darah merah tidak
mampu membawa cukup oksigen ke berbagai jaringan tubuh.
Lama-kelamaan, hal ini bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Gejalanya meliputi:
 badan lesu dan letih,
 kulit tampak pucat,
 sering sakit kepala atau pusing,
 nyeri dada,
 tangan dan kaki terasa dingin, serta
 kuku menjadi rapuh.

2. Kekurangan kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, pembuluh darah, saraf, serta
otot.
Tubuh Anda terus mengatur keseimbangan kadar kalsium darah sehingga saat Anda
kekurangan mineral ini, gejala biasanya akan muncul dengan cepat.
Kekurangan kalsium umumnya disebabkan oleh penyakit, pengobatan, atau tindakan
medis.
Anda berisiko mengalami kondisi ini bila pernah menjalani operasi lambung, mengonsumsi
obat pengencer darah, atau menderita penyakit ginjal. Tanda-tandanya antara lain:
 badan lesu,
 nafsu makan menurun,
 detak jantung tidak beraturan,
 mati rasa,
 kram otot, dan
 rasa menggelitik pada jari.

3. Kekurangan kalium
Kalium merupakan elektrolit yang diperlukan dalam kontraksi otot, fungsi jantung, dan
penghantaran sinyal saraf.
Tubuh juga membutuhkan kalium untuk mengubah karbohidrat menjadi energi yang Anda
gunakan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Mineral ini dapat hilang dari tubuh bila Anda kehilangan banyak cairan, misalnya akibat
penyakit ginjal, muntah terus-menerus, atau pemakaian obat diuretik.
Gejala kekurangan kalium yang dapat timbul meliputi:
 kram atau lemah otot,
 kelumpuhan pada otot usus,
 sembelit,
 sakit perut, dan
 perut kembung.

4. Kekurangan magnesium
Magnesium juga merupakan elektrolit seperti halnya kalium.
Anda memerlukan mineral ini untuk menghasilkan energi, membentuk protein, serta
menjaga fungsi otot, otak, dan saraf. Selain itu, magnesium memengaruhi gula darah dan
tekanan darah.
Orang dengan kondisi tubuh yang sehat jarang sekali kekurangan mineral ini. Namun, obat-
obatan tertentu dan ketergantungan alkohol dapat meningkatkan risiko Anda untuk
mengalami defisiensi magnesium.
Pada tahap awal, kekurangan magnesium dapat menyebabkan mual dan muntah, lesu,
serta penurunan nafsu makan.
Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang lebih berat berupa:
 kram otot,
 mati rasa,
 sensasi menggelitik pada tubuh,
 kejang, hingga
 denyut jantung tidak teratur.

5. Kekurangan zinc
Peran mineral zinc sangatlah besar dalam pembentukan protein dan DNA, penyembuhan
luka, serta kekebalan tubuh.
Tidak hanya itu, Anda pun membutuhkan zinc untuk mendukung pertumbuhan dan
kehamilan yang sehat.
Kekurangan zinc bisa menurunkan nafsu makan serta memengaruhi kemampuan Anda
dalam mencium bau dan mengecap rasa.
Bila dibiarkan terus-menerus, fungsi kekebalan tubuh dan pertumbuhan Anda mungkin
akan terganggu.

Cara mengatasi defisiensi mineral


Penanganan terhadap defisiensi mineral perlu disesuaikan dengan faktor penyebab dan
tingkat keparahannya.
Anda mungkin perlu menjalani beberapa pemeriksaan kesehatan terlebih dulu.
Setelah itu, dokter dapat menentukan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Berikut tiga langkah yang dapat ditempuh.

1. Perubahan pola makan


Jika kekurangan mineral berkaitan dengan pola makan, berarti Anda perlu mengubah
kebiasaan makan.
Ahli gizi akan memandu Anda dalam menentukan jenis makanan yang harus ditambah,
menyusun menu yang sehat, hingga menyusun jurnal makanan.

2. Konsumsi suplemen

Defisiensi mineral kadang tidak bisa diatasi hanya dengan pola makan. Anda mungkin juga
harus meminum suplemen berkandungan zat gizi mineral secara rutin.
Berkonsultasilah kepada dokter untuk menentukan dosis suplemen yang sesuai.
3. Perawatan medis darurat
Kasus defisiensi mineral yang amat parah harus ditangani di rumah sakit.
Pada kondisi seperti ini, dokter sering kali perlu memberikan mineral dan zat gizi lain
melalui infus. Perawatan dapat berlangsung selama sehari atau beberapa hari.
Kekurangan mineral dapat menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan.
Apabila Anda termasuk dalam kelompok yang rentan mengalami gejala kurang mineral,
cobalah berkonsultasi kepada dokter. Pola makan bergizi seimbang seharusnya bisa
membantu Anda memenuhi kebutuhan mineral.

Anda mungkin juga menyukai