Perilaku Organisasi Baru
Perilaku Organisasi Baru
Oleh Kelompok 6 :
1. SitiKhodijah (150810301103)
2. Gita Kinanti M (150810301105)
3. PriandiniRahmawati P (150810301120)
Dosen :
UNIVERSITAS JEMBER
DESEMBER, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Analisis Konflik Dalam Organisasi ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam makalah yang kami susun kali ini akan membahas tentang potensi
konflik, sumber-sumber atau pemicu konfil yang timbul dalam suatu organisasi, serta
cara meminimalkan dampak negatif terjadinya konflik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Potensi konflik yang terjadi dalam organisasi (UKM) di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Jember...........................................................................................6
2.2 Sumber-sumber atau pemicu konflik yang terjadi dalam organisasi (UKM) di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas...................................................................7
2.3 Uraian atau pendapat mengenai cara untuk meminimalkan dampak negatif dari
adanya konflik dalam organisasi (UKM) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember......................................................................................................9
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui potensi konflik yang terjadi dalam organisasi (UKM) di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
2. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber atau pemicu konflik yang terjadi
dalam organisasi (UKM) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jember.
3. Untuk memberikanuraian atau pendapat mengenai cara untuk meminimalkan
dampak negatif dari adanya konflik dalam organisasi (UKM) di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Potensi konflik yang terjadi dalam organisasi (UKM) di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Jember
Dalam setiap organisasi maupun UKM pastilah tidak dapat terhindarkan dengan
yang namanya konflik. Konflik tersebut sangatlah wajar terjadi dikarenakan adanya
perbedaan yang ada baik antar anggota maupun kelompok, baik perbedaan
pendapat, perbedaan pandangan dan pemikiran.
Selanjutnya, kami melakukan survei pada sebuah UKM dan konflik yang pernah
terjadi di UKM tersebut.
Pada pertengahan bulan November 2016 kemarin UKM tersebut
menyelenggarakan serangkaian acara, salah satunya yaitu acara seminar nasional.
Demi terselenggaranya acara tersebut, pastilah harus ada pembentukan panitia
untuk mendukung dan mengkonsep acara tersebut. Dalam panitia tersebut dibagi
lagi ke dalam beberapa divisi, diantaranya divisi acara, konsumsi, humas danus,
divisi pubdekdok dan perlengkapan. Maka dari itu, pastilah muncul konflik antar
anggota maupun antar divisi yang pasti tak dapat terhindarkan.
6
ada kendala pada divisi acara atau ada salah penyampaian informasi, maka akan
menghambat kerja divisi lain.
Nah, hal inilah yang dialami oleh UKM tersebut, dimana divisi acara yang memiliki
7 orang anggota ini salah memberikan informasi, sehingga menimbulkan
kebingungan bagi divisi lain. Salah satunya yaitu, pada saat ada revisi konsep
banner untuk acara. Dimana penanggung jawab dari divisi acara tersebut tidak
mendiskusikan hal ini pada anggota divisinya. Sehingga terjadi miss
communication pada saat divisi pubdekdok meminta hasil revisi desain banner
tersebut untuk kemudian dicetak. Anggota dari divisi acara lainnya yang tidak
mengetahui soal revisi banner tersebut memberikan desain yang salah. Sehingga
timbul lah masalah dan konflik antar divisi.
7
2.2 Sumber-sumber atau pemicu konflik yang terjadi dalam organisasi (UKM) di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember
Konflik merupakan suatu hal yang wajar dalam interaksi dan hubungan antar
anggota organisasi. Dahulu memang konflik di anggap sebagai sesuatu yang tidak
wajar dan berdampak negatif terhadap organisasi, tetapi sekarang konflik
merupakan kejadian yang wajar yang berdampak negatif atau positif tergantung
dari bagaimana cara mengatasi dan mengelolanya.
Sudah menjadi tanggung jawab seorang pimpinan untuk memecahkan dan
mengelola konflik yang terjadi dalam suatu organisasi, sehingga hal-hal yang
berdampak negatif dapat dihindari dan ditekan seminim mungkin, serta hal-hal
yang menguntungkan dapat dikembangkan sebaik mungkin.
Di dalam sebuah organisasi pasti ada penyusunan kepanitiaan ketika organisasi
tersebut akan mengadakan sebuah acara. Dimana di dalam susunan kepanitiaan
tersebut terdapat kepanitiaan inti (ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara) dan
kepanitiaan divisi (divisi acara, divisi humdan, divisi konsumsi, dll). Berdasarkan
hasil survey, kebanyakan konflik yang terjadi di dalam organisasi tersebut
merupakan konflik antar divisi dan konflik antar anggota dalam satu divisi.
Pada survey organisasi (UKM) yang telah kami lakukan, terdapat beberapa pemicu
atau penyebab dari timbulnya konflik di dalam organisasi tersebut, diantaranya
adalah :
Kurangnya komunikasi antar divisi sehingga menyebabkan miss
communication
Kurangnya komunikasi antar divisi merupakan pemicu utama konflik
dalam suatu organisasi. Karena di dalam suatu kepanitiaan terdapat divisi kunci,
dimana divisi tersebut memegang kendali penting dalam suatu acara. Divisi
kunci tersebut adalah divisi acara, dimana divisi tersebut yang bertugas untuk
memegang kendali atas terlaksananya suatu acara. Jadi ketika divisi acara tidak
segera memberitahukan kebutuhan-kebutuhan apa saja atau kegiatan-kegiatan
apa saja yang harus dilakukan oleh divisi lain, hal tersebut akan membuat acara
menjadi terhambat. Ketika acara tidak berjalan dengan semestinya, hal tersebut
akan menimbulkan konflik, karena setiap divisi dalam kepanitiaan tersebut akan
saling menyalahkan.
8
Kurangnya kontrol dari kepanitiaan inti, khususnya ketua panitia
Sudah menjadi kewajiban seorang pemimpin untuk selalu mengawasi
kinerja para anggotanya. Dalam suatu kepanitiaan, kontrol dari ketua panitia
dirasa perlu. Ketua panitia perlu melakukan pengecekan sudah sejauh mana
kinerja para anggotanya dan mengevaluasi kendala-kendala yang dihadapi oleh
anggotanya. Ketika seorang ketua panitia kurang memperhatikan anggotanya hal
ini akan memicu timbulnya konflik. Para anggota dalam divisi nantinya akan
cenderung menyalahkan ketua panitia, jika acara tersebut tidak berjalan dengan
semestinya. Karena dalam acara tersebut ketua panitia dianggap kurang
memperhatikan kinerja anggotanya dan dirasa tidak dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam acara tersebut.
9
tugas antar anggota, akan menimbulkan konflik antara anggota satu dan anggota
lainnya dalam satu divisi tersebut. Ketika anggota yang satu mendapatkan tugas
yang lebih banyak, sedangkan anggota lainnya mendapatkan tugas yang sedikit,
hal itu akan menimbulkan rasa iri pada anggota yang mendapatkan tugas yang
lebih banyak. Rasa iri tersebut akan menimbulkan konflik antar anggota dalam
divisi tersebut. Tidak menutup kemungkinan bahwa jalannya acara tersebut akan
terhambat. Karena anggota-anggota yang sedang berkonflik tersebut tidak mau
saling membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
2.3 Uraian atau pendapat mengenai cara untuk meminimalkan dampak negatif
dari adanya konflik dalam organisasi (UKM) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
10
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding
yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan
atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian
diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar
pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat
mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi
yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas
jasa
BAB 3
KESIMPULAN
11
12