Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP KERJA GENERATOR SERI DALAM GENERATOR DC

DI SUSUN OLEH:

WENDY SIREGAR 14-03-0-014

HOWINBER TRATIPULDES 14-03-0-035

STEVEN SITOHANG 14-03-0-036

RAHMAT JAYADI SIREGAR 14-03-0-018

M.IQBAL KADIR NASUTION 14-03-0-043

TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

BATAM

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL1
DAFTAR ISI.2
BAB I PENDAHULUAN..3
1.1 Latar belakang.....................................3
1.2 Identifikasi masalah.....3

1.3 Tujian...4

1.4 Batasan masalah...4

1.5 Sistem penulisan..4

BAB II TEORI
DASAR...6

BAB III
PEMBAHASAN..7

3.1 Pengertian Generator DC...7


3.2 Konstruksi Generator DC..8
3.3 Jenis-Jenis Generator DC...9

3.4 Generator Penguat Terpisah.......................................................................................9

3.5 Karakteristik Generator Penguat Terpisah....11

3.6 Generator Shunt....11

3.7 Karakteristik Generator Shunt......13

3.8 Generator Kompon....13

3.9 Karakteristik Generator Kompon..14

3.1.0 Generator DC Seri..15

BAB IV
KESIMPULAN17

DAFTAR PUSTAKA18
BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang relatif

tinggi,sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat, peningkatan aktivitas perkotaan dan laju

pertumbuhan penduduk perkotaan. Kondisi ini menyebabkan konsekuensi peningkatan

kebutuhan sarana prasarana perkotaan (Sujarto, 1996). Penggunaan lahan untuk perumahan di

daerah perkotaan mencakup prosentase yang jauh lebih besar dibandingkan jenis penggunaan

lainnya (White dalam Catanese, 1988: 390). Permukiman yang menempati areal paling luas

dalam pemanfaatan ruang kota tersebut mengalami perkembangan yang selaras dengan

perkembangan penduduk dan mempunyai pola-pola tertentu yang menciptakan bentuk dan

struktur suatu kota yang berbeda dengan kota lainnya. Perkembangan permukiman pada bagian-

bagian kota tidak sama, tergantung pada karakteristik kehidupan masyarakat, potensi

sumberdaya (kesempatan kerja) yang tersedia, kondisi fisik alami serta fasilitas kota terutama

yang berkaitan dengan transportasi dan komunikasi

1.1 Latar Belakang

Sistem tenaga listrik membutuhkan keseimbangan yang terus menerus, energi pada

penggerak awal dengan beban listriknya agar dapat beroperasi dengan stabil. Beban listrik terus

bervariasi seperti misalnya beban penerangan, peralatan listrik, atau motor-motor listrik.

Perubahan sebuah beban mungkin relative kecil dibandingkan sistem tenaga listrik secara

keseluruhan tetapi setiap kali beban bertambah atau berkurang harus diikuti dengan perubahan

daya pada penggerak awal generator. Jika daya mekanik pada poros penggerak awal tidak
dengan segera menyesuaikan dengan besarnya beban listrik maka frekuensi dan tegangan akan

bergeser dari posisi normal. Keadaan yang lebih buruk dapat terjadi apabila ada pada sistem

seperti pada saluaran transmisi/Sistem Distribusinya, hilangnya pembangkitan atau beban yang

besar.

Pada sisi pembangkit, adanya peralatan kontrol seperti governor pada turbin dan regulator

tegangan diharapkan dapat mengembalikan tegangan dan frekuensi ke posisi normal atau masih

dalam batas-batas yang dapat diterimaApabila terjadi ketidakstabilan pada bagian pembangkit

listrik dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan daya pada sebagian atau bahkan

ke seluruh konsumen.

1.2 Identifikasi Masalah

??????????????????????????????????????????????????????????????????????

1.3 Tujuan

???????????????????????????????????

1.4 Batasan Masalah

???????????????

1.5 Sistem penulisan

??/
BAB III

PEMBAHASAN

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang

menggunakan kawat telanjang (bare conductor) di udara bertegangan di atas35 kV sampai

dengan 245 kV, sesuai dengan standar dibidang ketenagalistrikan. SUTT merupakan sistem

penyalur tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dalam skala besar kegardu induk (GI)

langsung ke gardu konsumen. Hampir semua orang membutuhkan listrik. Di rumah, kita butuh

listrik untuk menghidupkan lampu, TV, radio, pompa air, sampai alat pendingin ruangan. Di

kantor, listrik dibutuhkan untuk komputer, perkakas listrik, mesin faks, sampai alat pendingin

ruangan. Lampu-lampu penerangan jalan dan lampu pengatur lalu-lintas tidak akan berfungsi

tanpa adanya listrik.

3.FUNGSI SUTT

SUTT merupakan bagian dari sistem transmisi tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan

listrik berkapasitas besar (KHA 1000 A) dari pembangkit tenaga listrik ke Gardu Induk. SUTT

juga digunakan untuk menghubungkan satu Gardu Induk dengan Gardu Induk lainnya. Tanpa

SUTT atau jaringan transmisi lainnya, listrik tidak mungkin menjangkau titik-titik penggunanya.

Terkecuali tentunya jika pembangkit tenaga listrik ada di dekat titik-titik penggunaan tersebut.

Di Indonesia, SUTT dimanfaatkan untuk menyalurkan listrik bertegangan 70 kV dan 150 kV.

Penyaluran tenaga listrik dengan kapasitas yang besar dan bertegangan tinggi, memang lebih

banyak digunakan dalam jaringan transmisi tenaga listrik. Apalagi kalau


daya listrik yang disalurkan mencapai ratusan megawatt dan jarak yang ditempuh mencapai

puluhan kilometer. Untuk daya yang sama, penyaluran tenaga listrik dengan

tegangan tinggi akan menurunkan angka rugi tegangan (voltage drop). Kawat penghantar yang

digunakan juga akan lebih kecil daripada kawat yang dibutuhkan jika menggunakan tegangan

menengah atau rendah. Dengan sendirinya penggunaan tegangan tinggi untuk mentransmisikan

listrik akan lebih ekonomis daripada penggunaan tegangan rendah atau menengah. Untuk SUTT

digunakan tegangan 70 kV dan 150 kV. Untuk jarak ratusan kilometer, Saluran Udara Tegangan

Ekstra Tinggi (SUTET) lebih layak digunakan. SUTET bekerja pada tegangan diatas 245

kV sesuai dengan standar di bidang ketenagalistrikan.

3.2 JARINGAN TRANSMISI

Ada beberapa jenis jaringan transmisi yang dapat digunakan menyalurkan listrik bertegangan

tinggi. Ada yang menggunakan kabel bawah tanah (underground cable), ada juga yang

menggunakan kawat di udara. Saluran udara lebih banyak digunakan daripada saluran kabel

bawah-tanah. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara maju pun masih jarang menggunakan

saluran kabel bawah-tanah. Alasan utamanya adalah biaya pengembangan saluran kabel bawah-

tanah yang jauh lebih mahal. Kompleksitas pembangunannya juga lebih tinggi daripada

pembangunan saluran udara.

3.3 Dampak radiasi Medan Listrik dan Magnet pada SUTT

(SUTT) adalah saluran tena-ga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara

bertegangan di atas 35 KV sampai 245 KV sesuai standar di bidang ketena-galistrikan. Salah

satu pe-nyebab kekuatiran masyara-kat terhadap SUTT adalah kurangnya pengenalan dan
pemahaman mereka tentang keberadaan SUTT itu sendiri.

Ada beberapa kelompok masyarakat yang resah terhadap SUTT.

Pertama adalah masyarakat yang benar-benar mengerti tentang bahaya SUTT. Kelom-pok

masyarakat ini memiliki pemahaman tentang posisi dan bahaya SUTT terhadap masya-rakat

sekitar. Berapa jarak minimal seharusnya antara SUTT dan posisi rumah tinggal penduduk dan

benda lainnya.

Kelompok yang kedua ada-lah masyarakat yang tidak me-ngerti sama sekali tentang SUTT,

tetapi sanggup melaku-kan aksi penolakan terhadap SUTT melalui demonstrasi de-ngan

pernyataan-pernyataan yang berlebihan. Kelompok ini dapat melakukan apa saja untuk

menyatakan rasa ke-khawatirannya, dan biasanya digerakkan oleh suatu ke-lompok dan

mempunyai tu-juan tertentu. Saat tujuannya tercapai, maka aksinya dapat berhenti seketika.

Kelompok lainnya adalah kelompok yang mengerti ten-tang SUTT tetapi bersikap ma-sa bodoh.

Mereka tahu ke-beradaan SUTT, tetapi mau membangun rumah tinggal yang bertentangan

dengan peraturan keberadaan SUTT.

Masalah penolakan masyara-kat terhadap SUTT bagaikan buah simalakama. Pemba-ngunan

untuk makmur dan sejahteranya rakyat, namun kesehatan masyarakat dan lingkungan juga harus

diuta-makan. Hewan dan tumbuhan pun harus dilindungi dari bahaya, apalagi manusia. Bila

SUTT ditiadakan, dari mana-kah sumber energi untuk pe-nerangan/kegiatan rutin masyarakat

dan kegiatan industri? Jika SUTT ditiadakan atau rencana pembangunan transmisi SUTT lainnya

dihen-tikan, bagaimana keseimbangan terjadi antara suplai Energi Listrik dengan kebutuhan

masyarakat dan industri?

Radiasi medan listrik dan medan magnet yang melewati batas tertentu akan memba-hayakan

kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Dalam tubuh manusia ada tegangan listrik walaupun
dalam orde yang kecil, yang ditimbulkan oleh adanya pompa jantung. Adanya listrik

menimbulkan medan magnet, dan jika medan magnet terganggu akan mempengaruhi ke-

seimbangan tubuh manusia.

Berdasarkan baku mutu medan listrik dan magnet dalam Peraturan Menteri Kese-hatan No.

261/Menkes/SK/II/1998 tentang Radiasi Medan Listrik dan Medan Magnet, menyatakan bahwa

batas aman bagi kesehatan manusia untuk Medan Listrik = 1 x 10 KV/m, Medan Magnet = 5 x

10-4 /mT pada pemaparan 24 jam; dan untuk Medan Listrik = 3 x 10 KV/m, Medan Magnet = 5

MT pada pemaparan singkat (2 jam/hari).

Peraturan lainnya berkaitan dengan pengaturan mengenai jarak bebas minimum antara SUTT &

SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi di atas 245 KV) dengan tanah dan benda lain

yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01-P/47/MPE/1992.

Dalam peraturan ini ditetapkan be-sarnya jarak bebas minimum antara pengantar SUTT dengan

bangunan tidak tahan api (termasuk rumah penduduk), untuk SUTT 66 KV adalah 12,5 meter,

dan untuk SUTT 150 KV jaraknya 13,5 meter.

Sekarang muncul pertanya-an, apakah pembangunan yang ada di lokasi yang ber-masalah sudah

sesuai dengan peraturan di atas, terutama jarak bebas minimum peng-antar dengan perumahan

penduduk atau benda lain-nya? Atau seberapa besarkah medan listrik dan magnet di lokasi

perumahan yang mempermasalahkan keha-diran SUTT?

Ada kenyataan bahwa SUTT lebih dulu ada pada suatu lokasi daripada pemukiman penduduk. Di

kemudian hari, penduduk tersebut melaku-kan komplein terhadap PT. PLN. Kembali lagi pada

peng-golongan kelompok masyara-kat di atas: yang paham tentang SUTT yakni kelompok yang

benar-benar paham, kelompok yang seolah-olah paham tetapi sebetulnya tidak paham, dan

kelompok paham tapi pura-pura tidak tahu tentang SUTT. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah ini, antara lain: sosialisasi berulang-ulang dan pembinaan/penyu-luhan

kepada masyarakat mengenai SUTT prinsip SUTT, bahaya SUTT, per-aturan keberadaan

SUTT, dll.

Dan kunci utama bahwa sekarang saatnya pemerintah harus mampu untuk mentaati tataruang

melalui regulasi yang ada, sehingga kegiatan satu dengan yang lain tidak terjadi tumpang tindih

lokasi yang berakibat pada keresahan masyarakat

3.4 dampak kesehatan masyarakat

Penyaluran energi listrik dengan tegangan 150 kV dari pusat pembangkit menuju ke

gardu induk (GI) dan dari gardu induk ke gardu induk lain dilakukan dengan menggunakan

konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang tower dengan sistem tegangan tinggi atau lebih

dikenal dengan nama SUTT (saluran udara teganangan tinggi). Konduktor pada SUTT akan

membangkitkan medan listrik akibat penyaluran tegangan tinggi. Medan listrik adalah efek yang

ditimbulkan oleh keberadaan muatan listrik, seperti elektron, ion, atau proton, dalam ruangan

yang ada di sekitarnya.

Anies (2007) pada penelitian yang berjudul Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat

Radiasi Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan, menyatakan bahwa medan

elektromagnetik, sebagaimana dikemukakan oleh WHO (World Healt Organization) dan IDI

(Ikatan Dokter Indonesia), berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain

terhadap sistem darah, sistem kardiovaskular, sistem saraf maupun sistem reproduksi. Banyak

studi yang mengaitkan jaringan transmisi tegangan tinggi dengan leukemia pada anak, dengan

hasil yang sangat bervariasi. Namun publikasi beberapa hasil penelitian tentang pengaruh medan

elektromagnetik terhadap kesehatan sampai saat ini masih kontroversial.


SNI 04-6918-2002 telah mengatur ruang bebas untuk SUTT dan SUTET untuk keselamatan

manusia atau makhluk hidup lain dan juga untuk menghindari terganggunya operasional SUTT

dan SUTET. Ruang bebas SUTT dan SUTET ini berupa jarak bebas minimum vertikal dan

horizontal. Jarak bebas minimum vertikal adalah jarak terpendek secara vertikal antara

konduktor SUTT dan SUTET dengan permukaan bumi atau benda di atas permukaan bumi,

sedangkan jarak bebas minimum horizontal adalah jarak terpendek secara horizontal dari sumbu

vertikal menara atau tiang ke bidang vertikal ruang bebas yang sejajar dengan sumbu vertikal

menara atau tiang dan konduktor. Ruang bebas inilah yang tidak boleh terdapat manusia,

makhluk hidup dan bangunan di dalam nya.

Penelitian ini mengacu pada penelitian besarnya intensitas medan listrik di bawah SUTT 150 kV

konfigurasi vertikal sirkuit tunggal yang dilakukan oleh Sani (2015). Penelitian dilakukan

dengan menghitung intensitas medan listrik di beberapa titik di bawah phasa R, S dan T.

Hasilnya intensitas medan listrik tertinggi terdapat di titik tepat di bawah phasa R, S dan T.

Nilai ambang batas aman untuk pemaparan intensitas medan listrik juga telah diatur pada SNI

04-6918-2002. Paparan intensitas medan listrik yang diijinkan selama 24 jam adalah 5 kV

dihitung 1m dari permukaan tanah. Salah satu variable yang digunakan untuk menentukan

intensitas medan listrik adalah tinggi konduktor ke tanah. Pada SNI 04-6918-2002, andongan

atau lendutan dari konduktor digunakan untuk penentuan tinggi konduktor ke tanah, sedangkan

pembangunan di bawah SUTT 150 kV tidak semuanya berada pada titik andongan terendah

konduktor. Seperti ditunjukkan pada gambar 1.1.


Gambar 1.1 Rumah Penduduk di Bawah Titik Tertinggi Konduktor SUTT 150 kV Konfigurasi
Vertikal
Gambar 1.1 menunjukkan rumah yang dibangun tepat di titik tertinggi SUTT, sedangkan
pada SNI 04-6918-2002 penentuan jarak bebas minimum vertikal dan horizontal mengacu pada
ledutan maksimum atau andongan yang diukur pada titik tengah saluran. Banyaknya
pembangunan rumah di sepanjang SUTT membuat dibutuhkannya rekomendasi titik bebas
minimum lain di sepanjang SUTT tidak hanya pada titik terendah andongan saja dengan tetap
mengacu pada tinggi konduktor ke tanah.

Anda mungkin juga menyukai