Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

STANDAR PERILAKU AUDITOR KEUANGAN


NEGARA
(penerimaan penugasan dan perencanaan dalam
pemeriksaan keuangan negara)

Kelompok 12
Putera anugerah 1402114272
Septian arifandi 1402118339
Roby Dwi Kurniawan 1402121280

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Riau
A. Pengertian etik dan kode etik

Kamus besar bahasa indonesia, Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1988,


mendefenisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. (2)
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat, sedangkan etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).

Jadi kode etik pada prinsipnya merupakan nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk
mengatur perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yg harus
dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi.

Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka
yang menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter, pengacara, polisi,akuntan, penilai
dan profesi lainnya.

Tujuan Utama Kode Etik

Terdapat dua tujuan utama dari kode etik.

Kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelalaian,


kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh anggota
profesi.

Kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku perilaku


menyimpang oleh anggota profesi.

B. Dilema Etika

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku
yang pantas harus dibuat. Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan
tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika.

Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:

Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya,
seseorang menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil
isinya dan membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kesempatan
berikutnya, pada saat bertemu dengan keluarga dan teman-temannya,
yang bersangkutan dengan bangga bercerita bahwa dia telah menemukan dompet dan
mengambil isinya.

Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.
Misalnya, seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di
bandara. Dia mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di tempat
tersembunyi dan merahasiakan kejadian tersebut.
Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang
dikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya.
Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut:

Setiap orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama. Misalnya, orang mungkin
berargumen bahwa tindakan memalsukan perhitungan pajak, menyontek dalam ujian,
atau menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan kepada pembelinya bukan
perbuatan yang tidak etis karena yang bersangkutan berpendapat bahwa orang lain
pun melakukan tindakan yang sama.

Jika sesuatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut


tidak melanggar etika. Argumen tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hukum
yang sempurna harus sepenuhnya dilandaskan pada etika. Misalnya, seseorang yang
menemukan barang hilang tidak wajib mengembalikannya kecuali jika pemiliknya
dapat membuktikan bahwa barang yang ditemukannya tersebut benar-benar milik
orang yang kehilangan tersebut.

Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui orang lain serta sanksi
yang harus ditanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak
signifikan. Misalnya penjual yang secara tidak sengaja terlalu besar menulis harga
barang mungkin tidak akan dengan kesadaran mengoreksinya jika jumlah tersebut
sudah dibayar oleh pembelinya. Dia mungkin akan memutus kan untuk lebih baik
menunggu pembeli protes untuk mengoreksinya, sedangkan jika pembeli tidak
menyadari dan tidak protes maka penjual tidak perlu memberitahu.

Pemecahan Dilema Etika

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan
dilema etika:

Dapatkan fakta-fakta yang relevan

Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada

Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
etika

Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema


etika

Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif

Tetapkan tindakan yang tepat.


Kode Etik Akuntan Indonesia

Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
dan disebut dengan Kode Etik Akuntan Indonesia.

Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa IAI adalah satu-atunya organisasi profesi akuntan di
Indonesia. Anggota IAI meliputi auditor dalam berbagai jenisnya (auditor independen/publik,
auditor intern dan auditor pemerintah), akuntan manajemen, dan akuntan pendidik. Oleh
sebab itu, kode etik IAI berlaku bagi semua anggota IAI, tidak terbatas pada akuntan anggota
IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik.

Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang meliputi
prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika yang diikuti dengan tanya jawab dalam
kaitannya dengan interpretasi aturan etika.

Prinsip-prinsip etika dalam Kode Etik IAI ada 8 (delapan), yaitu:

Tanggung Jawab

Kepentingan Umum (Publik)

Integritas

Obyektivitas

Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Kerahasiaan

Perilaku Profesional

Standar Teknis

C. KODE ETIK DAN STANDAR AUDIT APIP

Auditor APIP adalah pegawai negeri yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit.
Auditor APIP meliputi :

1. Auditor lingkungan BPKP

2. Inspektorat Jenderal Departemen


3. Unit Pengawasan LPND

4. Inspektorat Propinsi, Kabupaten, dan Kota.

Dalam menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan
statusnya sebagai pegawai negeri dan standar auditor APIP sebagaimana diatur dalam
peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatu Negara No. PER/M. PAN/03/2008 M.
PAN/03/2008 dan No. PER/05/M. PAN/03/2008 Tanggal 31 Maret 2008.

Disisi lain terdapat pula auditor pemerintah khususnya auditor BPKP adalah akuntan anggota
IAI yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang menerbitkan laporan
keuangan yang disusun berdasar PABU (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam PSAK.
Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib mengetahui dan mentaati kode etik akuntan
Indonesia dan standar audit yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh IAI.

Auditor APIP adalah pegawai negeri yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit.
Oleh karena itu, auditor pemerintah dapat diibaratkan sebagai seseorang yang kaki kanannya
terikat pada ketentuan-ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada
ketentuan-ketentuan profesinya.

Auditor APIP yang meliputi auditor dilingkungan BPKP, Inspektorat Jenderan Departemen,
Unit Pengawasan, LPND, dan Inspektorat Provinsi, Kabupaten, dan kota dalam menjalankan
tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai
pegawai negeri dan standar audit APIP sebagaimana diatur dalam peraturan menteri
pendayagunaan aparatur negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 dan
No.PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008. Kode etik harus ditaati oleh setiap
auditor baik itu dilingkungan swasta maupun dilingkungan pemerintah yang sebagaimana
telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Isi dari kode etik APIP ini memuat 2 komponen yaitu :

Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang melandasi perilaku


auditor:

a. Integritas

Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap jujur, berani,
bijaksana, dan bertanggungjawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan yang handal.

b.Objektivitas

Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam mengumpulkan,


mengevaluasi, dan memproses data/ informasi audit. Auditor APIP membuat penilaian
seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhioleh kepentingan sendiri atau
orang lain dalam mengambil keputusan.
c. Kerahasiaan

Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak
mengungkapkan informasi tersebut tanpa otoritas yang memadai, kecuali diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan.

Kode etik APIP dimaksudkan sebagai pegangan atau pedoman bagi para pejabat dan audiotr
APIP dalam bersikap dan berperilaku agar dapat memberikan citra APIP yang baik serta
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap APIP.

D. Landasan Hukum Kode Etik dan Standar Audit APIP

Landasan hukum kode etik APIP yang ditetapkan oleh peraturan menteri negara
pendayagunaan aparatur negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
dilandasi oleh ketentuan hukum sebagai berikut :

Undang-undang RI nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggraan negara yang bersih


dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme

Undang-undang RI nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara

Undang-undang RI nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara

Undang-undang RI nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan


tanggungjawab keuangan negara

Peraturan Presiden RI nomor 7 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka


menengah

Peraturan Presiden RI nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan
organisasi. Dan tata kerja Kementrian Negara RI sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan peraturan Presiden nomor 94 tahun 2006

Intruksi Preiden nomor 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor :


PER/03.1/M.PAN/03.2007 tentang kebijakan pengawasan nasional aparat
pengawasan interen pemerintah tahun 2007-2009

E. Pelanggaran

Kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP sesuai dengan pernyataan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret
2008 menetapkan sebgai berikut:
Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, mes kipun
dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisas i atau
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.

Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lain


melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.

Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada
pimpinan organisasi.

Pemeriksaan, investigasi dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh Badan
Kehormatan Profesi, yang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah
ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan. Profesi
diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan APIP.

F. Pengecualian

Terdapat bebrapa pengecualian atas pelanggaran kode etik profesi karena dalam penerapan
kode etik profesi berkaitan dengan peran manusia yang lingkungannya tidak selalu normal.
Dalam hal-hal tertentu seorang auditor dimungkinkan untuk tidak menerapkan aturan
perilaku tertentu. Oleh karena itu, terdapat beberapa aturan pengecualian sebagai berikut:

Permohonan pengecualian atas penerapan kode etik tersebut harus dilakukan secara
tertulis sebelum auditor terlibat dalam kegiatan atau tindakan yang dimaksud.

Persetujuan untuk tidak menerapkan kode etik hanya boleh diberikan oleh pimpinan
APIP. Pengecualian untuk tidak menerapkan kode etik hanya dilakukan atas situasi
yang telah direncanakan, bukan secara spontan pada saat kejadian itu berlangsung.

Pengecualian tidak diperkenankan ketika pelanggaran atas kode etik telah dilakukan
baru kemudian diajukan permohonan.

F. Sanksi Atas Pelanggaran

Auditor APIP yang terbukti melanggar Kode Etik APIP akan dikenakan sanksi oleh pimpinan
APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Pengenaan sanksi terhadap
pelanggaran Kode Etik oleh pimpinan APIP dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bentuk-bentuk sanksi tersebut antara lain berupa:

Teguran tertulis;

Usulan pemberhentian dari tim audit; dan

Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu.


G. Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit

1. Penerimaan penugasan

Tahap awal adalah mengambil keputusan untuk menerima atau menolak kesempatan untuk
menjadi auditor klien baru atau melanjutkan sebagai audior untuk klien yang sudah ada.

Pertimbangan sebelum menerima penugasan:

Tanggung jawabnya terhadap publik

Tanggung jawabnya terhadap klien

Tanggung jawabnya terhadap rekan seprofesi

Enam langkah dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan :

A. Mengevaluasi integritas manajemen.

Komunikasi dengan Auditor Pendahulu

Mengajukan Pertanyaan pada Pihak Ketiga

Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien

B. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko yang tidak biasa.

Mengidentifikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan

Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien

Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien

C. Menilai Kompetensi staf audit yang ada.

Penetapan Tim Audit

. Tim audit pada umumnya terdiri dari :

Seorang partner yang bertanggung jawab penuh dan merupakan penanggung jawab
akhir dari suatu penugasan.
Seorang manajer atau lebih yang mengkoordinasi dan melakukan supervisi
pelaksanaan program audit.

Seorang senior atau lebih yang bertanggung jawab atas sebagian program audit dan
melakukan supervisi serta mereview pekerjaan staf asisten.

Staf asisten yang mengerjakan berbagai prosedur audit yang diperlukan.

Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis

Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan penggunaan konsultasi dan spesialis untuk


membantu tim audit dalam melaksanakan audit. Elemen pengendalian mutu yang berkaitan
dengan konsultasi menyatakan bahwa kantor akuntan publik harus memiliki kebijakan dan
prosedur untuk memperoleh jaminan memadai bahwa personil kantor akuntan publik
membutuhkan bantuan, sepanjang diperlukan, dari orang atau orang- orang yang memiliki
tingkat pengetahuan, integritas, kebijaksanaan, dan otoritas yang sesuai . PSA No. 39,
Penggunaan Pekerjaan Spesialis (SA 336), menyatakan bahwa auditor bisa menggunakan
pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten. Contoh spesialis, antara lain :

Penilai (appraiser) untuk mendapatkan bukti tentang penilaian atas barang seni.

Insinyur tambang untuk menentukan jumlah cadangan atau deposit barang tambang
yang ada di suatu pertambangan.

Aktuaris untuk menentukan jumlah rupiah program pensiun yang akan digunakan
dalam akuntasi.

Penasehat hukum untuk memperkirakan hasil akhir dari suatu perkara pengadilan
yang masih berjalan.

Konsultan lingkungan untuk menentukan pengaruh undang- undang dan peraturan


tentang lingkungan.

D. Menilai independensi staf auditor yang ada. (Mengevaluasi Indepedensi)

E. Menentukan kemampuan untuk bekerja dengan cermat dan seksama

F. Menyiapkan surat penugasan

Anda mungkin juga menyukai