Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi Interpretasi
Interpretasi adalah suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-issu yang rumit dan
kemudian membaginya dengan masyarakat awam/umum. Suatu interpretasi yang baik adalah
suatu interpretasi yang dapat membangun hubungan antara audiens dengan obyek
interpretasi. Apabila dilakukan secara efektif, interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan
orang lain, dapat mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku mereka.
B. Defenisi Penilaian
Menurut Suharsimi Arikunto; menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
baik, penilaian yang bersifat kuantitatif
Menurut Mahrens; penilaian adalah suatu pertimbangn professional atau proses yang
memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution, penilaian adalah suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan tes maupun nontes
Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan
belajar.
Kesimpulan: Jadi, penilaian bersifat kualitatif. penilaian pembelajaran adalah proses
menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik
, Sedang, atau Jelek. penilaian digunakan untuk menentukan kualitas yaitu mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk..
C. Defenisi Evaluasi
1. Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses yang sistematik dan
berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari
pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan.
2. Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk
menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan
3. Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah
dicapai seseorang.
4. Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau
tindakan.

evaluasi proses pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan respon dari mahasiswa dan
dosen tentang penilaian proses pembelajaran serta analisisnya, sebagai dasar langkah-langkah
perbaikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat
bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing,
yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Perbedaan penilaian dan pengukuran
Penilaian bersifat kualitatif. penilaian pembelajaran adalah proses menentukan nilai suatu
obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, atau Jelek.
penilaian digunakan untuk menentukan kualitas yaitu mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk..
Pengukuran bersifat kuantitatif. proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik
tertentu.

Daftar pustaka

http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html
http://evaluasipendidikan.blogspot.com/search/label/Pengantar%20Evaluasi

Langkah-langkah Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar


Secara umum, perencanaan evaluasi hasil belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah
berikut:
a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
Seorang guru yang akan mengevaluasi haruslah merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi,
misalnya untuk mengetahui penguasaan pesertadidik dalam kompetensi/subkompetensi tertentu
setelah mengikuti proses pembelajaran.Dapat pula evaluasi tersebut bertujuan untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik (diangnostic tes).Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga
dapat memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.
b. Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi
Aspek tersebut adalah aspek kognitif, aspek afektif atau aspek psikomotorik.
c. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam evaluasi
Langkah selanjutnya adalah menentukan teknik yang akan digunakan seperti teknik tes atau
teknik non tes.
d. Menyusun alat evaluasi yang akan digunakan dalam evaluasi
Contohnya adalah menyusun butir-butir soal esay atau multiple choise(teknik tes) dan daftar
chek (check list),rating scale, panduan wawancara, daftar angket (teknik non tes).
e. Menentukan tolok ukur, norma, atau kriteria yang akan dijadikan patokan dalam evaluasi
Misalnya, apakah akan menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan) atau PAN (Penilaian
Acuan Norma).
f. Menentukan frekuensi kegiatan evaluasi
Langkah terakhir adalah menentukan berapa kali kegiatan evaluasi akan dilakukan dalam
pembelajaran.[3]
g. Penyajian tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan kepada peserta didik. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah waktu penyajian, petunjuk yang jelas
mengenai cara menjawab atau mengerjakan tes, ruangan dan tempat duduk peserta didik. Pada
prinsipnya, hal-hal yang menyangkut segi administrasi penyajian tes harus diperhatikan sehingga
evaluasi dapat terselenggara dengan benar dan baik.
h. Scorsing
Scorsing atau pemeriksaan terhadap lembar jawaban dan pemberian angka merupakan langkah
untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada prinsipnya,
scorsing ini harus diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya, apabila scorsing
dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan scor
atau angka yang sama. Atau jika orang yang sama mengulangi proses pengscoran, akan
dihasilkan scor yang sama.
i. Pengelolahan hasil tes
Setelah dilakukan scorsing, hasilnya perlu dipilah dengan mencari konvermasi nilai. Dalam
proses konversi ini ada norma dan ada pula skala, yaitu norma relatif dan penilaian Acuan norma
(PAP), dan norma mutlak dengan penilaian Acuan patokan (PAP), masing-masingnya dengan
skala 5 (A, B, C, D, E), skala 9 (1-9), skala 100. Kemudian dilakukan prosedur statistic mencari
ranking (rank order mean).
j. Pelaporan hasil tes
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan scorsing, hasil pengetesan tersebut perlu dilaporkan.
Laporan tersebut dapat diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan, kepada orang tua
peserta didik, kepada kepala sekolah,dan sebagainya. Laporan kepada masing-masing yang
berkepentingan dengan hasil tes ini sangat penting karena dapat memberikan informasi yang
sangat berguna dalam rangka penentuan kebijaksanaan. Selanjutnya pelaporan hasil penilaian
tesebut harus diketahui oleh siswa yang melakukan penilaian, guru untuk mendapat umpan balik
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, pihak sekolah untuk mengetahui mutu
pembelajaran yang telah dilaksanakan guru-guru, dan juga orang tua sebagai stake holder dari
jasa yang ditawarkan sekelah dalam menyelenggarakan pendidikan.
k. Pemanfaatan hasil tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian sangat berguna sesuai dengan tujuan ujian.
Informasi atau data hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan
system , proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil
keputusan atau menentukan kebijakan.[4]
SKALA PENILAIAN
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi
dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Skala penilaian memiliki kesamaan dengan ceklis. Meskipun
terdapat perbedaan-perbedaan dengan ceklis. Karena ceklis digunakan untuk menandai apakah
sebuah perilaku hadir atau tidak, sedangkan skala penilaian menghendaki penilaian dilakukan
menurut pertimbangan kualitatif menyangkut tingkat kehadiran sebuah perilaku. Sebuah skala
penilaian mengandung seperangkat karakteristik atau kualitas yang harus diputuskan dengan
menggunakan suatu prosedur yang sistematis. Skala penilaian biasanya terdiri dari suatu daftar
yang berisi gejala-gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat, sehingga
observer tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu
muncul.
Adapun gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang dapat diamati dengan alat skala penelitian,
antara lain: partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan partisipasi siswa dalam kegiatan
diskusi, kegiatan belajar dengan sistem modul, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran di
kelas, kebiasaan mengganggu teman, ketrampilan di dalam kelas, dan lain-lain topik yang
relevan dengan kehidupan di sekolah.
A. Bentuk-bentuk Skala Penilaian
Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif; (3) grafis.
Ketiga bentuk skala penilaian tersebut akan diuraikan satu-satu.

1. Skala penilaian kuantitatif


Skala penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan
aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk bilangan atau angka.
Penilai cukup menandai indikasi tingkat sebuah karakteristik yang hadir. Sejumlah nomor yang
berurutan ditentukan untuk mendeskripsikan kategori-kategori. Keputusan penilai diharapkan
dalam menilai karakteristik-karakteristik tersebut. Satu system penilain dengan angka yang
umum digunakan sebagai berikut.

1. Tidak memuaskan
2. Di bawah rata-rata
3. Rata-rata
4. Di atas rata-rata
5. Luar biasa
System penilaian dengan angka dapat digunakan untuk mengevaluasi perilaku-perilaku siswa
sekolah dasar seperti berikut.
1) Pada tingkat mana siswa dapat menyelesaikan tugas mereka ?
1 2 3 4 5
2) Pada tingkat mana siswa kooperatif dalam aktivitas-aktivitas kelompok ?
1 2 3 4 5
Skala angka menjadi sulit digunakan bila terdapat sedikit kesesuaian dalam penentuan nilai atau
angka. Dalam keadaan demikian maaka interpretasi bisa bervariasi. Contoh skala penilaian
dengan angka seperti pada Gambar 4 yang dikutip dari Gunarti dkk (2008).
Gambar 4: Contoh skala penilaian dengan angka
Evaluasi kegiatan anak di sentra bermain drama
Nama anak . Tema
Skor Kemampuan Aspek 1 3 5 7 10
Membutuhkan Memuaskan Luar biasa
peningkatan
Kesesuaian dengan tema
yang kreatif dan tujuan
Keragaman peralatan yang
digunakan
Aktivitas bebas
Pengembangan keaksaraan
dan matematika awal
Sains, social dan kesehatan
terpadu
Evaluasi kegiatan siswa
Evaluasi sentra bermain
drama
Total nilai
Komentar
2. Skala penilaian deskriptif
Skala penilaian deskriptif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan
aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk kata-kata diskriptif.

Pedoman Observasi : Skala Penilaian Deskriptif

I. Identitas Siswa

1. Nama : ...............................................................

2. kelas / program : ...............................................................

3. No. Induk / absen : ...............................................................

4. Jenis Kelamin : ...............................................................

5. Tempat / tgl. Lahir : ...............................................................

6. Hari /tgl. Observasi : ...............................................................

7. Tempat observasi : ...............................................................

8. Waktu : ...............................................................

II. Aspek yang di observasi : aktifitas diskusi

III. Petunjuk : berikan tanda cek (v) pada kolom yang

sesuai dengan gejala perilaku pada

individu yang anda amati

Pernyataan Alternatif

Sering aktif jarang tdk.aktif


1. Mempelajari materi sebelum-nya

1. Mempelajari aturan/ perintah diskusi

1. Mempersiapkan kelengkapan diskusi

1. Mendengarkan .

1. Mengajukan pertanyaan

1. Menyampaikan gagasan

1. Menyanggah pendapat dengan baik

1. Menjawab pertanyaan

1. Mengerjakan tugas isian

1. AMerangkum hasil.

Komentar / kesimpulan : ......................................................................................

.................................................................................................................
................., ......................

Observer : ............................

3. Skala penilaian dengan grafis


Skala penilaian grafis berbentuk rangkaian (continuum). Satu set kategori dideskripsikan
pada poin-poin tertentu sepanjang baris, namun penilai dapat menandai keputusannya pada salah
satu tempat pada baris tersebut. Sebagai tambahan, skala penilaian grafis menyediakan gambaran
serangkaian visual yang membantu penilai meletakkan posisi jawaban secara benar. Contoh
deskripsi skala penilaian grafis seperti berikut.
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Sekali-sekali
4. Seringkali
5. Selalu
Perilaku kelas deskripsikan lebih awal untuk dievaluasi secara grafis berikut ini.
1) Pada tingkat mana siswa dapat menyelesaikan tugas mereka ?
Tidak pernah Jarang Sekali-sekali Seringkali Selalu
2) Pada tingkat mana siswa kooperatif dalam aktivitas-aktivitas kelompok ?
Tidak pernah Jarang Sekali-sekali Seringkali Selalu
Skala penilaian dapat dicontohkan melalui Gambar 5 yang dikutip dari Siti Aisyah, dkk (2007).
Gambar 5: Lembar Pengamatan Terstruktur
Nama anak :
Kelompok :
Minggu ke :.
Hari/tanggal Aspek Kategori Keterangan
S K Tp
Emosi dan sosialisasi
a. Melamun
b. Menangis
c. Menggangu teman
d. Berterimakasih
Catatan: S = sering
K= kadang-kadang
Tp = tidak pernah
B. Langkah-langkah Penyelenggaraan Skala Penilaian
Terdapat tiga tahap penyelenggaraan kegiatan observasi dengan teknik skala penilaian,
yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil.

Tahap persiapan meliputi: langkah penetapan topik, langkah penentuan variabel,


indikator, prediktor, item-item pernyataan, langkah penentuan alternatif skala, langkah
penentuan kriteria, langkah penyusunan pedoman observasi. Tahap pelaksanaan, meliputi:
langkah-langkah penyiapan pedoman observasi, pengambilan atau penentuan posisi observasi,
dan pengamatan perilaku observee serta pencatatan dengan skala. Selanjutnya tahap ketiga,
analisis hasil, meliputi: langkah-langkah penyusunan data hasil observasi dan penyimpulan data.

C. Penggunaan Skala Penilaian


Satu bentuk skala penilaian yang sangat akrab digunakan adalah skala laporan dalam
bentuk kartu. Sekolah-sekolah kadang-kadang menggunakan skala penilaian untuk melaporkan
cirri-ciri perkembangan personal dan social dalam bentuk kartu laporan. Atribut-atribut seperti
kebiasaan bekerja, memimpin kelas, kerapian, dan perilaku yang umum sebagai anggota pada
tingkat sekolah dasar dilaporkan dalam bentuk kartu. Para siswa dan para orang tua kadang-
kadang percaya bahwa penilaian dengan skala penilaian cenderung bisa dan mengandung unsur
perasaan.
Satu bentuk pengamatan menurut Kamil & Rosenblum (dalam Wortham, 2005 : 134-138)
yang digunakan untuk merekam progress dalam bentuk angka merupakan contoh lain dari skala
penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi konsep perkembangan di kalangan anak usia dini.
D. Keunggulan dan Kelemahan Skala Penilaian
1. Keunggulan-keunggulan Menggunakan Skala Penilaian
Skala penilaian umumnya dapat digunakan untuk menilai sebuah karakteristik social anak,
ketika guru mencoba untuk menetukan kemampuan anak dalam bersosialisasi di dalam kelas,
skala indicator yang digunakan lebih baik dari pada hanya sekedar jawaban ya atau tidak dal
ceklis, tidak seperti observasi yang lebih terbuka, skala penilaian memiliki indicator arahan yang
mewakili perilaku dan tingkat kerja sama dalm bersosialisasi.
Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia bpenjelasan
perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian. Skala penilaian dapat
diaplikasikan secara langsung. Hal ini dikarenakan skala penilaian umumnya mudah dimengerti
dan universal,disebabkan karena indikator memberikan penjelasan yang dibutuhkan dalam
menilai.
Skala penilaian umumnya konsisten sehingga guru dapat dengan mudah
mengembangkannya. Secara keseluruhan skala penilaian memberikan banyak kemudahandalam
menilai, hampir sama dengan ceklis tetapi indikator dalam skala penilaian lebih terarah.
2. Kelemahan-kelemahan skala penilaian.
Skala penilaian dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak kesalahan dalam melihat rata-
rata dan kesamaan dalam setiap permasalahan. Guru biasanya menilai siswa berdasarkan
interaksi sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan objektivitas. Penilaian yang
berulang merepresentasikan sikap guru terhadap siswa sebenarnya (linn & Gralund, 2000).
Dalam skala penilaian terdapat perbedaan mengenai indicator penjelas juga merupakan
kelemahan skala, adanya perbedaan interpretasi antara kadang-kadang dan jarang. Skala
penilaian memberikan gambaran yang sedikit tentang perilaku. Seperti ceklis yang
mengindikasikan keberadaan perilaku, maka skala penilaian tidak memberikan informasi
tambahan dalam menjelaskan suasana yang sebenarnya. Tidak seperti observasi yang membahas
lebih komprehensif informasi mengenai keseluruhan aspek, namun juga memberikan penjelasan
mengenai sebab akibat.
E. Mengembangkan skala penilaian
Mutu skala penilaian juga tergantung dari kespesifikan dalam deskripsi penilaian ketika
merancang skala penilaian, ikuti beberapa langkah berikut:
1. Identifikasi hasil pembelajaran dari tugas yang diharapkan untuk dinilai.
2. Tentukan karakteristik hasil pembelajaran yang sesuai untuk dinilai dalam skala. Karakteristik
haruslah bisa diamati secara langsung dan point-point dalam skala ditunjukkan dengan jelas.
3. Sediakan antara tiga atau tujuh posisi penilaian dalam skala. Jumlah point dalam skala akan
tergantung dari berapa banyak perbedaan yang jelas dalam level pemenuhan yang diperlukan
dalam penilaian.

PENGERTIAN DISTRIBUSI
Distribusi berakar dari bahasa inggris distribtion, yang berarti penyaluran. Sedangkan
kata dasarnya to distribute, berdasarkan kamus Inggris Indonesia John M, Echols dan Hassan
Shadilly, bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, mengageni.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi dimaksudkan sebagai penyaluran
( pembagian, pengiriman ) kepada beberapa orang atau jasa kepada pihak lain.
Para ahli klasik menjelaskan distribusi sebagai alokasi nilai-nilai langka yang dikaitkan
dengan pertukaran social. Nilai-nilai langka biasanya dihubungkan dengan tenaga kerja, kapital,
tanah,teknologi, dan organisasi sehingga barang dan jasa juga menjadi bernilai langka.
Bagi sosiolog proses yang dikatakan yang dikatakan ekonom tersebut terjadi dalam
suatu jaringan hubungan sosial interpersonal jadi distribusi dapat di mengerti sebagai suatu
perangkat hubungan sosial yang melaluinya orang mengalokasikan barang dan jasa yang di
hasilkan.distribusi juga menunjukkan suatu proses alokasi dari produksi barang dan jasa sampai
ke tangan konsumen atau proses konsumsi. Dengan demikian, distribusi merupakan proses yang
mengantar produksi barang dan jasa dengan proses konsumsinya.

B. PANDANGAN PARA PENERUKA SOSIOLOGI TENTANG DISTRIBUSI


Para tokoh teori sosiologi klasik telah berbicara tentang distribusi sudut pandang dan isi
dari teori yang dikembangkan oleh para tokoh teori tersebut beragam. Beberapa pemikiran dari
tokoh teori yang akan didiskusikan adalah Karl Marx, Georg Simmel, Max Weber, dan Polanyi.
1. Karl Marx ( 1818-1883 )
Beberapa karya Karl Marx berhubungan dengan penjelasan tentang aspek-aspek pasar
seperti uang, transportasi dan perdagangan. Dalam capital : A Critique of Political Economy (
1867/1967 ), Marx menjelaskan siskulasi komoditi. Ia melihat 3 tipe sirkulasi komoditi yang
dialami umat manusia sepanjang sejarah. Sirkulasi komoditi yang sangat sederhana dialami umat
manusia adalah tipe K K yaitu suatu komoditi ditukar langsung dengan komoditi lainnya,
misalnya seorang petani menukarkan sesumpit jagung dengan sejerat ikan kepada seorang
nelayan. Tipe ini, dikenal juga dengan barter, merupakan bentuk pertukaran komoditi yang
pertama dalam sejarah umat manusia. Dalam tipe ini para aktor melakukan interaksi sosial dan
mereka dapat saling mengotrol perilaku mereka. Bentuk lanjut dari tipe pertama ini adalah tipe K
U K yaitu komoditi dikonversikan komoditi, misalnya nelayan menjual hasil tangkapannya
kemudian uang hasil penjualannya tersebut digunakan untuk membeli beras. Dalam tipe kedua
ini, uang digunakan oleh aktor sebagai sarana konversi. Para aktor, seperti juga dalam tipe
pertama, dapat mengebangkan jaringan sosial antara sesamanya secara spontan dan dapat saling
mengontrol perilaku diantara mereka. Kedua tipe sirkulasi yang disebut barusan hanya terdapat
dalam masyarakat pra-kapitalis.
2. George Simmel ( 1858 1918 )
Simmel hanya menyentuh salah satu aspek dari distribusi mengenai sosiologi tentang
distribusi yaitu uang. The Philuosophy of money ( 1907/1978 ) yang merupakan karya
monumental dan sebagai buku rujukan utama. Dalam bukunya tersebut, simmel mulai dengan
diskusi tentang bentuk bentuk umum dari uang dan nilai. Kemudian dia menjelaskan tentang
dampak uang terhadap inner world dari aktor dan terhadap budaya secara umum. Menurut
Simmel, nilai dari sesuatu berasal dari kemampuan orang menempatkan diri mereka sendiri pada
jarak yang tepat terhadap objek.
Dalam konteks nilai secara umum, Simmel membicarakan uang. Dalam realitas
ekonomi, uang melayani baik untuk menciptakan jarak terhadap objek juga memberikan sarana
untuk mendapatkan jalan keluarnya. Beberapa dampak perkembangan ekonomi uang terhadap
individu dan masyarakat adalah munculnya sinsime dan kebosanan. Dari sisi lain, menurut
simmel, itu berarti pula uang mereduksi semua nilai kemanusiaan kedalam istilah moneter
(1907/1978:356)
Bagi Simmel. Uang selain mengandung instrumen impersonal juga mempunyai aspek
pembebasan. Dengan putusnya hubungan hubungan personal dalam lingkungan tradisional.
Uang memberikan kepada setiap individu kebebasan memilih kerangka dan kerabat kerja dalam
pertukaran ekonomi.

3. Max Weber ( 1864 1920 )


Dalam economy and society ([1922]1978:635), Weber melihattai bahwa suatu pasar
ada apabila di mana terdapat kompetisi, meskipun hanya unilateral, bagi kesempatan dari
pertukaran di antara suatu keberagaman partai partai yang potensial. Kumpulan orang secara
fisik pada suatu tempat, seperti pada tempat brdagang local, pecan raya, atau pertukaran (pasar
perdagangan ) hanya merupakan salah satu pembentuk pasar utama.
Menurut Weber, tindakan social di pasar bermula dari persaingan dan berakhir dengan
pertukaran. Tahap pertama, rekanan yang potensial diarahkan pada tawaran mereka terutama
oleh tindakan potensial dari kelompok besar yang tidak terbatas atau pesaing rekaan,
dibandingkan oleh tindakan mereka sendiri. Tahap kedua merupakan tahap yang terstruktur
secara berbeda. Pada tahap ini barter yang lengkap hanya terjadi dengan rekanan yang dekat.
Pertukaran menunjukkan pola dasar dari semua tindakan social rasional.

4. Karl Polanyi ( 1886 1964 )


Menurut Polanyi dan kawan-kawan ([1957]1971:43,68) ekonomi dalam masyarakat pra
industry melekat dalam institusi social, politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti
perdagangan, uang, dan pasar diilhami tujuan selain mencati keuntungan. Kehidupan ekonomi
dalam masyarakat pra- industri diatur oleh keluarga subsistensi, resiprositas, dan redistribusi.
Keluarga adalah suatu sistem di mana barang barang produksi dan disimpan di kalangan
anggota kelompok untuk pemakaian mereka sendiri (self-sufficient system)
Sedangkan dalam msyarakat modern, system redistribusi yang disebut diatas tidak lagi
dominan, ia digantikan oleh ekonomi pasar yang ditandai dengan pasar yang mengatur dirinya
sendiri. Ia digantikan oleh ekonomi pasar yang ditandai dengan pasar yang mengatur dirinya
sendiri .Dalam masyarakat ekonomi pasar ini, barter tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan
aktifitas ekonomi yang semakin kompleks. Oleh karena itu, uang tukar muncull karena ada
kebutuha benda- benda dapat dihitung untuk tujuan tukar-menukar secara tidak langsung
Mekanisme pasar tidak dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi; oleh
karena itu permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi
atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern. pasar yang menetapkan harga
diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti
melekat dalam masyarakat.
5. Taleott Parsons ( 1902 1979 ) dan Neil J. Smelser
Dalam membahas fenomena ekonomi dan masyarakat, parson dan Parson dan
Smelsermenggunakan skema AGIL, yaitu adaptasi (A), pencapaian tujuan (G), integrasi(I), dan
pola pemeliharaan laten (L). Adapun yaang dimaksud dengan adaptasi adalah tujuan-tujuan yang
melembaga dan sah.

Daftar pustaka distribusi nilai


http://www.statistikdasar.com/files/materi/konsep_distribusi_peluang_kontinu.pdf

http://nining.dosen.narotama.ac.id/files/2011/04/Materi-ke-6-distribusi-probabilitas-sept-2010.ppt.

Anda mungkin juga menyukai