Anda di halaman 1dari 26

A.

Pengertian Kode Etik


Secara umum kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai, dan aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan
perbuatan apa saja yang harus dihindari. Singkatnya, kode etik adalah suatu pola aturan, tata
cara, pedoman, dan batasan-batasan ketika melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan
tujuan untuk meningkatakan kualitas anggota perusahaan. Kode etik biasanya berupa aturan
tertulis yang sistematis dan dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang
ada dan ketika dibutuhkan dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

B. Fungsi Kode Etik dalam Kegiatan Humas


Menurut Gibson dan Michel (1945:449) fungsi dari kode etik adalah sebagai pedoman atau
perlindungan dalam pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai
seorang profesional. Sedangakan menurut Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan 3
fungsi dari kode etik, yaitu:

a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah


Dengan adanya kode etik yang mengatur hubungan antara praktisi humas dengan pihak
pemerintah akan semakin memperjelas tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting, karena dengan terjalinya hubungan baik
dengan pihak pemerintah sebagai pemangku kebijakan suatu daerah tentunya sangat
berpengaruh terhadap jalanya perusahaan, sehingga adanya kode etik ini dapat meminimalisir
tindak semena-mena pemerintah terhadap perusahaan.
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas akan memberikan penjelasan tentang bagaimana cara
menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja, yang tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap performa dan motivasi kerja dari masing-masing aggota humas.
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas tentunya sangat berkaitan dengan hasil kerja para praktisi
dalam profesi humas. Praktisi humas yang bijaksana tidak akan memberikan kemudahan
terhadap penyelewengan kerja, yang mana tindakan tersebut akan berdampak negatif baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perusahaan. Praktisi humas yang baik, yang taat
terhadap kode etik adalah mereka yang meminimalisir sekecil apapun kesalahan dalam berkeja
serta menjaga nama baik profesinya.
C. Macam-Macam Kode Etik Humas
Ada 4 macam kode etik yang harus praktisi humas taati. Keempat kode etik tersebut adalah
sebagai berikut:
A. Code of conduct, yaitu etika perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan majikan,
media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesi.
B. Code of profession, yaitu etika dalam melaksanakan tugas/profesi humas.
C. Code of publication, yaitu etika dalam kegiatan proses dan teknis publikasi.
D. Code of enterprise, yaitu menyangkut aspek peraturan pemerintah seperti hukum perizinan
dan usaha, hak cipta, merk, dll.

D. Pentingya Kode Etik Bagi Praktisi Humas


Seorang praktisi humas dikatakan profesional apabila pribadinya mampu memahami dan
menerapkan kode etik dengan benar sesuai profesi yang diembannya dan memberikan dampak
yang positif baik bagi profesinya maupun bagi dirinnya sendiri.
Sebagai contoh seorang humas dituntut memiliki kemampuan seperti berkomunikasi,
mengorganisir, bergaul, berelasi, dan berkepribadian yang kuat. Selain itu juga harus memiliki
ketrampilan yang tinggi dalam bidang penguasaan teknologi informasi untuk menunjang
tuntutan pekerjaanya. Dari kemampuan dan ketrampilan tersebut dapat dikatakan bahwa
seorang praktisi humas adalah seorang yang profesional jika mampu memnjalankannya sesuai
kode etik yang telah ditetapkan.
Dizaman yang serba modern seperti sekarang ini serta tantangan masa depan yang semakin
besar, yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan pendapat
dan berekspresi, terlebih dalam bidang teknologi dan informasi seorang praktisi humas dalam
melaksanakan peran dan aktivitasnya tidak boleh lepas dari kode etik yang dimilikinya. Karena
kode etik itulah yang menjadi standart moral yang harus dipengang oleh para praktisi humas
agar dirinya tetap hidup. Kesadaran memegang teguh kode etik berpengaruh terhadap posisi
dirinya dimata masyarakat. Ia juga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh
tanggung jawab dan setiap kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dapat diolah dengan
baik untuk menciptakan konsep kerja yang baik terhadap perusahaan yang diwakilinya,
masyarakat dan lebih besar lagi dampaknya adalah bagi dirinya sendiri.

E. Dampak Tidak Dijalankannya Kode Etik Humas


Kode etik humas merupakan acuan dari setiap kebijakan yang diambil praktisi humas
dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Seorang humas profesional akan
bekerja dengan penuh kesadaran terhadap kode etik yang dimiliki, maka ia akan bekerja sesuai
dengan kemampuan terbaik dan memperhatikan semua pekerjaannya agar sesuai dengan kode
etik.
Dampak dari tidak dijalankannya kode etik humas berpengaruh terhadap praktisi humas
sendiri maupun perusahaan.
Bagi praktisi humas yang bekerja tidak sesuai kode etik akan mendapatkan penilaian
negatif dari rekan sejawat, yang terparah adalah penurunan pangkat atau bahkan dikeluarkan
dari tempat kerjanya.
Bagi perusahaan yang tidak menjalankan kode etiknya maka akan mendapatkan citra
negatif di masyarakat, dan apabila citra ini berkembang maka akan sangat mempengaruhi
kinerja perusahaan.

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika (etimologi) berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa latin yaitu mos dan dalam bentuk jamak nya adalah mores,
yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala
soal kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya rights and reason ethic (1953), etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai
antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedan terletak pada
aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi morl karena bersandar pada kaidah-kaidah
keagamaan tetapi terbatas pada pengetauan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika
adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar
manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.
Etika dan moral hampir sama pengertian nya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Kesimpulan secara umum bahwa hubungan dengan perbuatan seseorang yang dapat
menimbulkan penilaian dari pihak lainya akan baik-buruknya perbuatan yang bersangkutan
disebut etika.
Etika dibagi menjadi 2 yaitu etika umum dan etika khusus.
1. Etika umum (iptek, doktrin, ajaran, prinsip-prinsip, dan teori-teori umum)
2. Etika khusus di bagi menjadi 2:
-Etika individual (subjeknya atau perorangan)
-Etika sosial (sikap terhadap sesama/rekan/teman, etika keluarga, etika politik, etika bisnis,
etika kehumasan, etika profesi).
a. Macam-macam Etika
1. Etika deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
2. Etika normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharus nya dijalankan manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Dalam etika normatif terdapat dua dasar teori (teori dentologis dan
teori teleologis).
b. Norma dan Kaidah
Di dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal istilah norma atau kaidah, yaitu suatu
nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau
masyarakat untuk berikap tidakan dan perilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
disepakati bersama.
Norma dibagi menjadi dua yaitu:
1. Perintah, merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena akibatnya
dipandang baik.
2. Larangan, merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibatnya
dipandang tidak baik.
Pemberlakuan norma-norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan kedalam
dua macam kaidah yaitu:
1. Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi:
Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupn yang beriman.
Kehidupan keusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi demi
tercapainya kesucian hati nurani yang berakhlak berbudi luhur.
2. Aspek kehidupan antyar pribadi (bermasyarakat) meliputi:
Kaidah atau norma-norma, sopan-santun, tata krama, dan etiket dalam pergaulan sehari-hari
dalam bermasyarakat.
Kaidah-kaidah hukum yang tertuju pada terciptanya ketertiban, kedamaian, dan keadilan
dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan kepastian atau ketentraman.
c. Etiket
Pengertian etiket dan etika sering disamakan, padahal keduanya berbeda walau ada
persamaan nya. Etiket berkaitan dengan nilai sopan-santun, tata kramadalam pergauln formal.
Menurut K. Bertnes, dalam buku berjudul etika, selain memiliki persamaan etika dan
etiket memiliki 4 perbedaan :
1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat
baik atau buruk sebagai akibatnya.
Etiket menetapkan cara untuk melakukan perbuatan benar sesuai yang diharapkan.
2. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baikyang seungguhnya
timbul dari kesadaran dirinya.
Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap tampk luarnya penuh dengan sopan
santun dan kebaikan.

B. FILSAFAT ETIKA

a. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia yaitu philo atau philien adalah
cinta dan sophia artinya kebenaran. Secara garis besarnya adalah mencintai kebenaran,
mencintai atau mencari kebenaran berarti upaya mencapai suatu kebenaran dengan kesadaran
penuh didalam perbuatannya.
Louis O. Kattsoff dalam bukunya pengantar filsafat (1986) menyatakan bahwa
terdapat beberapa pemikiran dalam filsafat, yaitu:
1. Filsafat harus merupakan sesuatu yang konsepsional
2. Pemikiran filsafat merupakan pemikiran yang rasional
3. Sistem filsafat harus bersifat koheren (runtut)
4. Adanya saling hubungan antara jawaban dan kefilsafatan
5. Filsafat merupakan suatu pandangan dunia
6. Adanya suatu definisi pendahuluan

b. Cabang-Cabang Filsafat

1. Logika
Cabang filsafat yang membicarakan bagaimana hukum-hukum penyimpulan yang lurus dan
benar.
2. Metodologi
Filsafat yang membahas teknik penyelidikan, metode atau cara peenelitian dan pengamatan.
3. Metafisika
Filsafat yang membahas segala sesuatu yang ada.
4. Ontologi
Filsafat yang membahas hakikat segala sesuatu yang ada atau apakah kenyataan itu.
5. Kosmologi
Filsafat yang membahas bagaimana keadaanya seehingga kenyataan itu dapat berjalan
dengan teratur dan sistematis.
6. Epistemologi
Filsafat yang membahas kebenaran.
7. Biologi kefilsafatan
Filsafat yang membahas apakah hakikat hidup itu.
8. Psikologi kefilsafatan
Filsafat yang membahas apakah sesungguhnya arti jiwa itu.
9. Antropologi kefilsafatan
Filsafat yang membahas apakah manusia itu.
10. Sosiologi kefilsafatan
Filsafat yang membahas tentang masyarakat, organisasi, dan suatu negara.
11. Etika
Filsafat yang membahas apakah yang dimaksud dengan baik itu atau yang baik dan buruk itu
apa.
12. Estetika
Filsafat yang membahas apakah sesuatu yang indah itu.
13. Filsafat agama
Filsafat yang membahas apakah agama itu.

C. KODE ETIK PROFESI HUMAS


Howard Stephenson dalam bukunya Hand Book of Public Relations (1971).
Mengatakan bahwa definisi profesi humas adalah kegiatan humas atau public relations
merupakan profesi secara praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang
berlandaskan latihan, kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar
etikanya.
Terdapat tiga konsep penting dalam etika kehumasan sebagai berikut:
1. Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-
kelompok dalam kepentingan yang saling berbeda.
2. Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita inginkan
untuk dimiliki kelompok kepentingan kita yang beragam.
3. Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau pemikiran filosofis
tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu pengertian secara umum bahwa citra adalah
cara masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita.
Kode etik IPRA (International Public Relations Association) Iran pada tanggal 17
April 1968, secara garis besar kode etik IPRA mencangkup butir-butir pokok sebagainya
Standard Moral Of Public Relations sebagai berikut:
1. Kode perilaku
2. Kode moral
3. Menjunjung tinggi standar moral
4. Memiliki kejujuran yang tinggi
5. Mengatur secara etis mana yang boleh diperbuat dan tidak boleh diperbuat oleh profesional
PR/Humas.

I. Integritas Pribadi dan Profesional


Diterima bahwa integritas pribadi berarti terpeliharanya standar moral yang tinggi maupun
reputasi yang baik.
II. Perilaku Terhadap Klien dan Pimpinan

1. Seorang anggota mempunyai kewajiban umum berhubungan secara jujur dan adil terhadap
klien atau pimpinan nya, baik ebelum atau sesudahnya.
2. Seorang anggota hendaknya tidak mewakili kepentingan yang berlwanan tanpa persetujuan
dari pihak yang bersangkutan.
3. Seorang anggota hendaknya menjaga kepercayaan yang diberikan oleh klien atau pimpinan,
baik sebelum maupun sekarang.
4. Seorang anggota hendaknya tidak melakukan tindakan yang cenderung merendahkan
martabat pihak klien atau pimpinannya.
5. Dalam pemberian jasa pelayanan pada klien seorang anggota hendaknya tidak menerima
imbalan dari pihak manapun.
6. Seorang anggota hendaknya tidak mengusulkan kepada calon klien bahwa pembayaran
tergantung pada pencapaian hasil tertentu.

III. Perilaku Terhadap Publik dan Media Massa

1. Seorang anggota hendaknya melakukan kegiatan profesionalnya sejalan dengan kepentingan


publik dan menjaga martabat baik anggota masyarakat.
2. Seorang anggota hendaknya tidak melakukan kegiatan dlam praktik apa pun yang dapat
merusak integritas saluran komunikasi massa.
3. Seorang anggota hendaknya tidak menyebarluaskan dengan sengaja informasi palsu dan
dapat menyesatkan masyarakat.
4. Seorang anggota hendaknya disetiap waktu berusaha memberikan gambaran seimbang dan
terpercaya terhadap kepentingan organisasi yang dilayaninya.
5. Seorang anggota hendaknya tidak membentuk organisasi apa pun untuk tujuan tertentu selain
untuk kepentingan pribadi dari pihak klien.

IV. Perilaku Terhadap Rekan Seprofesi

1. Seorang anggota hendaknya tidak dengan sengaja mencemarkan reputasi atau tindakan rekan
sprofesi lainya.
2. Seorang anggota hendaknya tidak berupaya mendesak klien untuk menggantikan rekan
seprofesinya.
3. Seorang anggota hendaknya bekerja sama dengan anggota lainya dalam menegakkan dan
melaksanakan kode etik PR ini.
D. ASPEK HUKUM KOMUNIKASI KEHUMASAN
Kebebasan memperoleh informasi dan sistem komunikasi indonesia sekarang lebih
bersifat universal dan terbuka.artinya pemerintah memberikan hak-hak perlindungan bagi
penerbitan media pers dan wartawan tertentu dalam menyalurkan informasi atau berita untuk
memenuhi hak publik untuk mengetahui. Akan tetapi sebaliknya, di era keterbukaan ini
banyak pejabat instansi pemerintah atau para eksekutif pihk swasta masih belum siap dan
bahkan melakukan kebijakan menutup akses masyarkat untuk memperoleh informsi yang
dibutuhkanya.
Hukum Komunikasi Kehumasan
Kode etik profesi kehumasan yang berkaitan dengan normatif etik pada prinsipnya
mengandung ketentuan bersifat mengikat, yaitu:
1. Kewajiban pada dirinya sendiri, menjaga kehormatan diri, disiplin dan etos kerja serta
bertanggung jawab.
2. Kewajiban-kewajiban kepada media massa atau publiknya untuk tidak merusak kepercayaan
saluran informasi umum demi kepentingan publik.
3. Kewajiban terhadap klien yang dilayani dan atasanya, menjaga kepercayaan dan kerahasiaan.
4. Ketentuan perilaku terhadap rekan seprofesi, bekerja sama dalam menegakkan kode etik dan
etika profesi humas.
Menurut sistem KUH pidana, terdapat 4 klasifikasi jenis kejahatan yang ditujukan
terhadap kehormatan dalam bentuk murni, yaitu:
1. Menghina secara lisan
2. Menghina secara tertulis
3. Memfitnah
4. Menghina secara ringan
Dalam kegiatan sehari-hari tugas dan fungsi kehumasan beresiko ancaman pidana jika
melakukan perbuatan sebagai berikut:
1. Perbuatan kesalahan yang sebenarnya dapat dihindarkannya
2. Perbuatan yang melanggar etika dan hukum
3. Perbuatan yang telah dilarang
4. Perbuatan yang berunsur kesengajaan atau kealpaanya
5. Perbuatan yang menyebabkan ada pihak yang merasa dirugikan, dilecehkan dan dihina
6. Perbuatan dengan niat tujuan yang tidak baik
Penghinaan Menurut Pembagian Ilmu Hukum
1. Penghinaan material
Penghinaan karena isinya dari suatu kenyataan yang meliputi pernyataan baik scara lisan atau
tertulis dan faktor penentunya adalah isi pernyaan tersebut.
2. Penghinaan formal
Bentuk dan caranya merupakan penentu, pada umumnya cara menyatakannya adalah kasar
dfan tidak baik.
Objek dari Perbuatan Penghinaan
1. Perorangan termasuk yang telah meninggal dunia
2. Kepala negara dan wakil kepala negara
3. Kepala negara asing yang bersahabat
4. Kepala perwakilan asing yang bersahabat
5. Pemerintah atau kekuasaan yang sah
6. Golongan
7. Delik pornografi
8. Delik agama
9. Delik kabar bohong
10. Penyebar rasa kebencian
E. HUMAS PEMERINTAH
Perbedaan utama antara fungsi dan tugas hubungan masyarakat (humas) yang terdapat
di istansi dinas pemerintah dan lembaga non peemerintah (perusahaan komersial swasta)
yaitu tidak ada sesuatu yang diperjual belikan atau transaksi terjadi, baik berbentuk prduk
barang maupun jasa pelayanan yang ditawarkan kepada pihak yang membutuhkan secara
komersial.
I. Keberadaan Humas Pemerintah
Keberadaan departemen kehumasan (Public Relations Departement) disuatu lembaga atau
instansi pemerintah merupakan keharusan, baik secara fungsional maupun operasional.
II. Fungsi Pokok Humas Pemerintah

1. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja pemerintah yang diwakilinya.


2. Memberikan pelayanan, menyebarluaskan informasi mengenai kebijaksanaan, hingga
mampu mensosialisasikan program-program pembangunan secara nasional maupun daerah
kepada masyarakat.
3. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif dalam upaya menjembatani
kepentingan instansi pemerintah disatu pihak dan menampung aspirasi atau opini publik
(masyarakat) serta memperhatikan keinginan-keinginan masyarakat dilain pihak.
4. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi
mengamankan stabilitas dan program pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.

III. Peran Taktis dan Strategi Kehumasan Pemerintah/BUMN/BHMN

1. Secara taktis dalam jangka pendek, Humas instansi pemerintah berupaya memberikan pesan-
pesan atau informasi yang efektif kepada masyarakat sebagai hal layak sasaranya.
2. Secara strategis (jangka panjang), Humas instansi pemerintah berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan, memberikan saran, gagasan, dan ide yang kreatif serta cemerlang
hingga mampu menunjang keberhasilaan pembangunan nasional jangka panjang serta
mendorong melalui kerja sasma dan mendapat dukungan masyarakat.

IV. Etika Humas Pemerintah (Bakohumas)

1. Membantu menteri negara komunikasi dan informasi dalam menetapkan kebijaksanaan


pembinaan hubungan yang lancar dan harmonis antara masyarakat dan pemerintah.
2. Mengadakan koordinasi, integrsi, sinkronisaasi, dan kerja sama antara Humas Departemen
dan Lembaga Pemerintah/Negara.
3. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kehumasan sesuai dngan kebijaksanaan
pemerintah.

V. Sikap Kepribadian Humas Pemerintah

1. Juru penerang yakin akan kebenaran negara pancasila


2. Juru penerang setia dan tulus ikhlas melaksanakan politik pemerintah
3. Juru penerangan militan didalam jiwanya, pikiran, dan perbuatan, berdisiplin tinggi (militer),
apa sasja perintah harus dilaksanakan
4. Juru penerang jujur dalam perekataan dan perbuatan
5. Juru penerang harus bijaksana dalam pergaulan hidupnya dan menjadi contoh dan teladdan
bagi sekelilingnya
6. Juru penerang adalah pattriot sejati semua profesi
7. Juru penerang adalah pendukung cita-cita negara
8. Juru penerang adalah penggerak rakyat melaksanakan cita-cita negara
9. Juru penerang adalah pembimbing opini publik.

PELANGGARAN ETIKA KEHUMASAN


Kasus Lumpur Lapindo
Lapindo yang dimiliki oleh Bakrie Group memang memiliki sumberdaya politik
ekonomi yang dapat berpengaruh di Indonesia, bahkan Bakrie Group dapat menciptakan
opini public mengenai lumpur Lapindo itu sendiri melalui media yang dimilikinya. Pada 22
Oktober 2008 Lapindo Brantas mengadakan siaran pers mengenai hasil para ahli geologi di
London. Pada konfrensi tersebut Lapindo menyewa perusahaan Public Relation untuk
mengabarkan bahwa peristiwa tersebut nukan kesalahan Lapindo. Lapindo mengeluarkan
statement bahwa kejadian tersebut akibat dari bencana alam, akan tetapi sejumlah ahli geolog
dan LSM yang peduli terhadap kasus ini tetap menganggap bahwa kejadian pengeboran
Lapindo yang menjadi pemicu tragedi tersebut. Lapindo terus menutupi fakta dengan
berbagai cara termasuk membuat iklan serta memecah belah warga melalui masalah ganti
rugi hal tersebut dilakukan untuk mengarahkan pada opini public.
Dari kasus tersebut, maka PR Lapindo Brantas dapat dinyatakan telah melanggar kode
etik profesi public relation yaitu:
1. Pasal 2 mengenai penyebaran informasi
2. Pasal 3 mengenai Media Komunikasi

3. KESIMPULAN
Etika dalam industri kehumasan sangatlah penting, dengan adanya etika dalam humas
menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun industri kehumasan itu sendiri. Etika juga
dapat berperan untuk mengukur dan melihat profesionalisme yang dimiliki pribadi humas.
Oleh karena itu dalam industri kehumasan sikap atau etika yang baik wajib dimiliki oleh
seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan sangatlah penting untuk
memiliki pemahaman mengenai etika. Karena industri humas meliputi pengertian dan menuju
kepada kemauan baik, dan reputasi yang tergantung pada kepercayaan. Maka berlaku jujur
adalah jalan yang terbaik karena hubungan masyarakat tidak akan berjalan tanpa adanya
kepercayaan. Selain itu pula etika dapat berperan dalam pembuktian profesionalitas yang
dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri.
A. Pengertian Etika
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya mores, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika dan moral hampir sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari -hari terdapat
perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang
identic dengan etika adalah sebagai berikut:
a. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih
baik (su).
b. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang benar atau salah dalam tingkah laku
atau perilaku manusia (Right or wrong in human conduct). Pengertian etika menurut beberapa
pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R. Poedjawijatna, dalam
bukunya Etika, mengemukakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari
kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas
etika adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari
tindakan manusia manakah yang baik.
Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan
dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik
pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan
yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya Rights and Reason Ethic (1953), etika berhubungan
dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai antropologi,
psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak pada aspek
keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral karena bersandar pada kaidah-kaidah
keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika
adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar
manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.
Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya An Introduction to Ethics adalah The
normative science of conduct of human beings living in societies is a science which judge this
conduct to be right or wrong to be good or bad, or in some similar way. This definition says,
first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a systematic and more or
less complete body of knowledge about a particular set of related events or objects.
Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli tersebut di atas berbeda-beda pokok
perhatiannya, antara lain:
a. merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak
(The principles of morality, including the science of good and the nature of the right);
b. pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan
manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions);
c. ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual (The science of
human character in its ideal state, and moral principles as of an individual);
d. merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).
Berkaitan dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat ditarik
suatu kesimpulan secara umum bahwa etika merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik
dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain berkaitan dengan etiket adalah
tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta
panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.
B. Pengertian Public Relations
Istilah Public Relations lahir di Amerika Serikat. Thomas Jefferson telah menggunakan istlah
ini dalam pesannya yang disampakan pada kongres ke-10 dalam tahun 1807. Tapi apa yang
dimaksud oleh Thomas Jefferson pada waktu itu dengan istlah Public Relations adalah
dihubungkan dengan foreign relations dari Amerika Serikat.
Seorang ahli dalam bidang public relations, Edward L. Bernays, ketika ia berkunjung ke
London pada akhir tahun 1966, telah mengemukakan pada suatu wawancara, bahwa ia berhak
untuk mendapat julukan the father of publc relations dan ia dapat mengklaim hak ini, karena
ia telah berjasa mempopulerkan istlah itu pada bukunya Crystalizing Public Opinion, yang
dterbitkan pada tahun 1923.
Tetapi sebagian orang menganggap, bahwa penemu public relations modern adalah ivy Lee,
karena pada tahun 1921 ia sudah mulai dengan secara regular menerbitkan sebuah buletin yang
berjudul Public Relations di New York. Sebelumnya nama ivy Lee sudah terkenal juga dalam
kalangan luas, karena jasa-jasanya yang dberikan pada suatu perusahaan Kereta Api, yaitu
Pennsylvania Railroad. Dalam perusahaan itu ia menjabat sebagai Excutive Assistant to The
Presdent dan ini merupakan, pengangkatan yang pertama kali didunia bagi seorang Kepala
Public relations pada tingkat policy making. Dengan masuknya ivy Lee ke Pennsylvania
Railroad, perusahaan itu mendapat sukses yang besar sekali.
Seperti telah dikemukan, bahwa Public Relations dapat dikatakan sebagai two-way-
communication. Yang dimaksud dengan communication menurut William Albig dalam
bukunya Public Opinion adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara
individu-individu.
Dengan adanya reaksi publik, maka seluruh proses komunikasi akan terjadi didalam Public
Relations. Komunikasi selanjutnya akan meliputi response sebagai message yang disampaikan
komunikan tadi kepada si pengirim message (komunkator).
Berikut beberapa pengertian Public Relation:
1. Menurut J.C. Seidel, Public Relations Director, Division of Housing, State of New York.
Public Relation adalah proses yang kontinu dari usaha-usaha management untuk memperoleh
keuntungan dan pengertian dari para pelanggannya, pegawainya dan publik umumnya.
2. W. Emerson Reck, Public Relation Director, Colgate Unversity
Public Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-
pelayangan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar
orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka.
3. Howard Bonham, Vice Chairman American National Red Cross
Public Relation adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang
dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau suatu organisasi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Public Relations adalah suatu kegiatan
untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, keuntungan, kepercayaan, penghargaan pada
dan dari publik suatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya.

C. Etika Dalam Kegiatan Public Relations


Telah kita ketahui ciri hakiki manusia bukanlah dalam hal pengertian wujud manusia (human
being), melainkan proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan yang menyangkut watak,
sifat, perangai, kepribadian, tingkah laku dan lain-lain, serta aspek-aspek yang menyangkut
kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia (Soekotjo, 1993:102).
Menurut Soekotjo (1993), karena itu dalam konteks hubungan di Indonesia, yang baik terlebih
lagi sebagai insan PR, maka akan tampak betapa pentingnya faktor etika. Disebut orang penting
karena sebelum melaksanakan hubungan manusia, sikap etis harus tercermin terlebih dahulu
pada diri seorang humas yang profesinya banyak menyangkut hubungan manusia.
Terlebih lagi sebagai manusia Indonesia, yang sifat paternalistiknya masih tampak di mana-
mana, sikap etis seorang pemimpin terhadap bawahannya menjadi sangat penting karena
seorang pemimpin harus mencerminkan sikap seorang panutan yang akan disegani oleh
bawahan dan rekan-rekan sekerjanya. Aturan pertama dan pokok dari segala etika: Do what
you want from others do to you?.
Dalam hubungannya dengan kegiatan manajemen perusahaan sikap etislah yang harus
ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas harus menguasai
etika-etika yang umum dan tidak umum antara lain:
1) Good communicator for internal and external public
2) Tidak terlepas dari faktor kejujuran (integrity) sebagai landasan utamanya
3) Memberikan kepada bawahan/karyawan adanya sense of belonging dan sense of wanted
pada perusahaannya (membuat mereka merasa diakui/dibutuhkan)
4) Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap dijaga
5) Menyampaikan informasi-informasi penting kepada anggota dan kelompok yang
berkepentingan
6) Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia
7) Menguasai teknik dan cara penanggulangan kasus-kasus, sehingga dapat memberikan
keputusan, dan pertimbangan secara bijaksana
8) Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam profesinya
9) Penuh dedikasi dalam profesinya
10) Menaati kode etik humas.
Etika Kehumasan atau Etika Profesi Humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau
etika terapan yang menyangkut dimensi sosial, khususnya bidang profesi (Etika Profesi
Humas). Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relations Professional), baik secara
kelembagaan atau dalam struktur organisasi (PR by Function) maupun individual sebagai
penyandang profesional Humas (PRO by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan
mengantisipasi tantangan ke depan, yaitu pergeseran system pemerintahan otokratik menuju
sistem reformasi yang lebih demokratik dalam era globalisasi yang ditandai dengan munculnya
kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang lebih terbuka, serta
kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan dan pasar bebas, khususnya di bidang jasa
teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos (penetration) batas-batas
wilayah suatu Negara (borderless), dan sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain
sebagai target sasarannya.
Etika dalam industri PR juga dapat dikatakan dengan etika sosial. Etika sosial adalah
menyangkutkan hubungan manusia yang mempunyai sikap kritis terhadap setiap pandangan-
pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup. Dalam pengertian etika sosial ini juga berkaitan dengan etika profesi, etika
profesi adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap dan sesuai, tetapi dengan
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan dan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.

D. Prinsip-prinsip Etika Profesi Public Relations


Tuntutan profesional sangat erat dengan suatu kode etik setiap profesi. Kode etik itu berkaitan
dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi. Di sini akan dikemukakan
empat prinsip etika profesi yang paling kurang berlaku untuk semua profesi pada umumnya.
Tentu saja prinsip-prinsip etika pada umumnya yang berlaku bagi semua orang, juga berlaku
bagi profesional sejauh mereka adalah manusia (Kerap, 1998:44).
Menurut Kerap, ada 4 prinsip etika profesi dalam Public Relation, yaitu :
1). Prinsip tanggung jawab adalah salah satu prinsip bagi kaum profesional. Bahkan
sedemikian pokoknya sehingga seakan tidak harus lagi dikatakan. Karena, sebagaimana
diuraikan di atas, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang
bertanggung jawab. Pertama bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap
kehidupan dan kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya.
2). Prinsip kedua adalah prinsip keadilan. Prinsip ini terutama menuntut orang yang profesional
agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan tertentu,
khususnya orang yang dilayaninya dalam rangka profesinya.
3). Prinsip ketiga adalah prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut oleh
kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya
menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan konsekuensi dari hakikat profesi itu
sendiri. Hanya saja prinsip otonomi ini punya batas-batasnya juga. Pertama, prinsip otonomi
dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan
profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat. kedua, otonomi itu juga
dibatasi dalam pengertian bahwa kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonomi
kaum profesional, pemerintah tetap menjaga, dan pada waktunya malah ikut campur tangan,
agar pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan umum.
4). Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat ciri-ciri profesi di atas, terlihat jelas bahwa
orang yang profesional juga orang yang punya integritas pribadi atau moral yang tinggi. Karena
itu punya komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan juga
kepentingan orang lain atau masyarakat.

E. Etika dan Citra (Image) Dalam Public Relations


Pentingnya pemahaman etika bagi para pejabat humas karena menyangkut penampilan
(profile) dalam rangka menciptakan dan membina citra (image) organisasi yang diwakilinya.
Dua konsep penting dari humas tersebut diidentifikasikan oleh G.Sachs dalam karyanya The
Extent and Intention of PR/Information Activities sebagai berikut: Citra (image) adalah
pengetahuan mengenai kita sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok
kepentingan yang berbeda. Penampilan (profile) adalah pengetahuan mengenai suatu sikap
terhadap kita yang kita inginkan mempunyai ragam kelompok kepentingan.
Penjelasan G. Sachs, yang disitir Effendy (1998), dapat disimak bahwa citra adalah dunia
sekeliling kita yang memandang kita. Penampilan adalah definisi kita sendiri dari titik pandang
mengenai kita. Sifat penampilan selalu berorientasi ke masa depan, dan citra menimbulkan
efek tertunda serta menjadi subyek berbagai kendala dan gangguan. Sehubungan dengan
informasi dan komunikasi itu, timbul beberapa pertanyaan: informasi apa yang
dikomunikasikannya, siapa yang mengkomunikasikannya, siapa yang menjadikan sasaran
komunikasinya, dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya dengan citra penampilan, tampak bahwa citra dan penampilan tidak
pernah serupa dan tidak pernah tepat. Citra menjadi sasaran faktor-faktor yang sama sekali di
luar kontrol kita. Mengenai faktor-faktor yang dapat kita pengaruhi dan yang mempengaruhi
citra kita, jelas bahwa kegiatan pengkomunikasian informasi yaitu cara menyalurkan
penampilan kita sangatlah penting karena merupakan kebijakan informasi.
Citra dan penampilan dalam kaitannya dengan etika dan nilai-nilai moral sudah disadari dan
dipermasalahkan sejak lama, sejak humas dikonseptualisasikan, lebihlebih setelah didirikan
International Public Relation Association (IPRA). IPRA Code of Conduct, yaitu kode etik atau
kode perilaku dari organisai humas internasional itu, diterima dalam konvensinya di Venice
pada bulan Mei 1961. Berikut ini adalah ikhtisar dari kode etik tersebut.
1). Integritas pribadi dan profesional (standar moral yang tinggi), reputasi yang sehat, ketaatan
pada konstitusi dan kode IPRA.
2). Perilaku klien dan karyawan:
Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan.
Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan.
Menjaga kepercayaan klien dan karyawan.
Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain.
Menjaga kompensasi yang tergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.
3). Perilaku terhadap publik dan media:
Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang
Tidak merusak integritas media komunikasi
Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan
Memberikan gambaran yang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani
Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani kepentingan
khusus atau kepentingan pribadi yang tidak terbuka.
4). Perilaku terhadap teman sejawat:
Tidak melukai secara sengaja reputasi profesional atau praktek anggota lain.
Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan karyawannya atau kliennya.
Bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan kode etik ini.

F. Perihal Etiket Serta Hubungannya Dengan Public Relations


Istilah etiket sebagai terjemahan dari bahasa Perancis etiquette secara harfiah berarti peringatan,
secara maknawi menurut The Random House Dictionary of The English Language, berarti
persyaratan konvensional mengenai perilaku sosial (conventional requirements as to social
behavior). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etiket diartikan sebagai tata cara dalam
masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusianya.
Definisi di atas menjelaskan bahwa etiket adalah peraturan, baik secara tidak tertulis maupun
tertulis, mengenai pergaulan hidup manusia dalam suatu masyarakat yang beradab. Perkataan
beradab menunjukkan bahwa seseorang merasa dirinya beradab harus mengenal tata cara
hidup dalam pergaulan dengan manusia lain. Apabila ia tidak peduli akan etiket pergaulan,
maka ia akan dinilai tidak beradab. Lalu timbul pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan
beradab atau peradaban itu? Peradaban atau sivilisasi (civilization), menurut kamus di atas
berarti sebuah keadaan masyarakat manusia yang maju yang telah mencapai taraf kebudayaan,
ilmu pengetahuan, industri, dan pemerintahan pada tingkat tinggi (an advance state of human
society, in which a high level of culture, science, industry, and government has been reach).
Etiket berkaitan dengan tata cara pergaulan modern yang biasanya dihubungkan dengan
kehidupan bangsa barat yang memang telah mencapai taraf kebudayaan, ilmu pengetahuan,
industri, dan pemerintahan yang tinggi. Etiket dalam hal tertentu berhubungan dengan etika,
tetapi tidak selalu, sebab etika seperti telah dijelaskan tadi berhubungan dengan penilaian benar
atau salah dan baik atau buruk yang dilakukan secara sengaja. Seorang yang berperilaku tidak
etis dalam arti kata tidak mempedulikan etika adalah menyinggung perasaan orang lain,
kelompok lain, atau bangsa lain, karena tindakannya dilakukan dengan sengaja. Seseorang
yang tidak tahu etiket tidak dapat dinilai tidak etis. Etiket berfungsi seseorang dinilai beradab
sebagaimana disinggung diatas. Demikianlah dalam pergaulan modern dikenal etiket
berpakaian, etiket makan, etiket minum, etiket bertamu, dan lain sebagainya.
Paparan di atas merupakan isyarat para pejabat humas betapa pentingnya etika dan etiket bagi
para pejabat humas dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, sebab penampilannya
menyangkut citra organisasi yang diwakilinya.
Kolonel William P. Nickols, Direktur Humas Angkatan Darat Amerika Serikat, pernah
menyajikan suatu ilustrasi yang sangat bagus kepada para tarunanya mengenai pentingnya
penjagaan citra organisasi yang menjadi tanggung jawab humas. Dia berucap begini:
Humas adalah ibarat cermin yang Anda pegang di depan organisasi Anda, sehingga Anda,
organisasi yang Anda wakili, dan publik, dapat melihat segala sesuatu yang tampak pada
cermin tersebut. Jika cermin itu retak, kotor dan banyak goresan, akan memantulkan gambaran
atau citra yang rusak di wajah organisasi Anda yang sebenarnya. Akan tetapi, apabila cermin
itu bersih cemerlang akan memperlihatkan wajah organisasi Anda yang sebenarnya pula,
terang dan jelas. Misalkan pada wajah organisasi Anda terdapat noda, apakah karena
penampilan Anda, kebijaksanaan Anda, atau kegiatan yang Anda lakukan, maka itu semua
dengan mudah dapat menyentuh perasaan publik Anda. Cermin yang cacat tidak akan dapat
menunjukkan noda-noda tadi. Dan Anda, demikian pula organisasi Anda dan publik Anda tidak
akan mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sebaliknya cermin yang utuh cemerlang
akan membangkitkan perhatian untuk segera menghilangkan noda-noda tersebut.
Jadi humas diibaratkan cermin, dan yang bertugas memelihara dan bertanggung jawab atas
kebersihan itu adalah pejabat humas beserta staf yang dipimpinnya dengan cara senantiasa
menjaga etika dan etiket dalam pergaulan hidup sehari-hari, baik dengan publik internal
maupun eksternal.
G. Etika Dalam Kegiatan Public Relations
Sebenarnya setiap kegiatan yang dilakukan oleh PR officer harus beretika karena tujuan umum
dari berbagai kegiatan PR adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara
organisasi/perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder. Hasil yang
diinginkan yaitu terciptanya citra positif (good image), kemauan baik (good will), saling
menghargai (mutual appreciation), saling timbul pengertian (mutual understanding), toleransi
(tolerance) antara kedua belah pihak. Jadi program kerja etika PR dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan yang diantaranya adalah :
Special event
Social marketing public relations
Marketing public relations
Press and media relationship
Business communication public relations
Advertising public relations
Crisis management and complaint handling public relations
Public relations writing
Public relations campaign
Kegiatan PR tersebut bukanlah pekerjaan yang sangat mudah, akan tetapi harus dikelola secara
profesional dan serius serta penuh konsentrasi, karena berkaitan dengan kemampuan PR dalam
manajemen teknis dan sebagai keterampilan manajerial agar dapat mencapai tujuan atau
sasaran sesuai dengan rencana yang diharapkan.
2.1 PENGERTIAN HUMAS
Pengertian Hubungan Masyarakat (humas) menurut The International Public
Relations Associations (IPRA), Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap
budi yang berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan
lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati dan
dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan
menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin
kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas,
mencapai kerja sama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih
efisien.
Sedangkan menurut W. Emerson Reck , humas adalah kelajutan dari proses penetapan
kebijaksanaan, penetuan pelayanan dan sikap disesuaikan dengan kepentingan orang-orang
atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan itikad baik dari
mereka. Kedua, pelaksanaan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjami adanya
pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.

2.2 PEMAHAMAN TENTENG ETIKA


Kata etika sering disebut dengan istilah etik, atau ethics dalam bahasa Inggris yang
mengandung banyak pengertian. Dari segietimologi istilah etika berasal dari kata latin Ethicus
sedang dalam bahasa Yunani Ethicos yang berarti kebiasaan. Yang menurut pengertian asli
dikatakan baik itu apabila sesuai dengan masyarakat, kemudian lambat laun pengertiannya
berubah bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia mana yang dapat dinilai baik dan yang dapat dinilai tidak baik.
Sedangkan menurut Muhamad Mufid dalam buku etika dan filsafat komunikasi
(2009;173--) mengatakan secara etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Yunani: ETHOS
yang berarti dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang , kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir sedang dalam bentuk jamak ,: TA
ETHA berarti adat kebiasaan.
Etika didalam pengertian bisa diartikan sebagai suatu kode etik yang membatasi diri
seseorang dalam berprilaku yang berdasarkan nilai-nilai yang ada dan norma-norma yang akan
menjadikan suatu tuntutan dalam setiap diri seseorang. Didalam pergaulan hidup
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional yang diperlukan suatu
sistem yang akan mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul, dalam sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata
krama, protokoler dan lain-lain. Dalam pergaulan bermaksud untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingan serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentang dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang
akan mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.

Berikut matika Etika (sony Keraf)

2.3 ADA DUA MACAM ETIKA YANG HARUS KITA PAHAMI BERSAMA DALAM
MENENTUKAN BAIK DAN BURUKNYA PRILAKU MANUSIA

A.ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
B. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan

2.4 ETIKA SECARA UMUM DAPAT DIBAGI MENJADI

A. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak


secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu
pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
B. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya.

2.5 FUNGSI KODE ETIK


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan
Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan
tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1.
Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya
pertentangan internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik
suatu profesi.
IPRA (International Public Relation Association) merumuskan kode etik humas :
Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode IPRA.
Perilaku kepada klien dan karyawan :
- Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan,
- Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan,
- Menjaga kepercayaan klien dan karyawan,
- Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain,
- Tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain,
- Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.
Perilaku terhadap publik dan media :
- Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang,
- Tidak merusak integritas media komunikasi,
- Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan,
- Memberikan gambaran yang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani,
- Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani kepentingan
pribadi yang terbuaka.
Perilaku terhadap teman sejawat :
- Tidak melukai secara sengaja reputasi profesional atau praktek anggota lain,
- Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya,
- Bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi danmelaksanakan kode etik ini.

2.6 PENTINGNYA ETIKA DALAM INDUSTRI KEHUMASAN


Menurut Soekotjo, 1993 dalam buku dasar-dasar Public Relations. Soleh Soemirat
mengatakan: Telah kita ketahui ciri hakiki manusia bukanlah dalam pengertian wujud manusia
(human being) melainkan proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan yang menyangkut
watak, sifat, perangai, kepribadian, tingkah laku dll serta aspek-aspek yang menyangkut
kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia.

Dalam hubungannya dengan kegiatan manajemen sikap itislah yang harus ditunjukkan
seorang humas dalam profesinya sehari-hari maka harus menguasai etika yang umum dan tidak
umum antara lain sebagai berikut.:
1. Good communication for internal and external public.
2. Memberikan kepada bawahan atau karyawan adanya sense of belonging & sense of wanted
pada perusahaannya (merasa diakui atau dibutuhkan).
3. Tidak terlepas dari faktor kejujuran sebagai landasan utamanya.
4. Etika sehari-hari dalam berkomunikasi atau berinteraksi harus tetap dijaga.
5. Menyampaikan informasi penting pada anggota atau kelompok yang berkepentingan.
6. Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
7. Menguasai tehnik-tehnik cara penanggulangan kasus-kasus sehingga dapat memberikan
keputusan dan pertimbangan secara bijaksana.
8. Mengenal batas-batas berdasarkan pada moralitas dalam profesinya.
9. Penuh dedikasi dalam profesinya.
10. Menaati kode etik humas.
Etika dalam industri kehumasan ialah suatu etika yang berfungsi sebagai penyanggah
industri humas dalam menghadapi massa yang akan datang. Dengan adanya etika dalam
industri kehumasan diharapkan pergeseran nilai-nilai dan budaya serta mengeluarkan pendapat
yang lebih ekstrim dan dapat ditekan agar tidak terlalu terbuka. Dengan adanya etika profesi
kehumasan diharapkan para pelaku atau kelompok-kelompok yang menganggap dirinya
sebagai seseorang yang mengaku profesional dapat dihilangkan.
Etika dalam industri kehumasan juga dapat dikatakan dengan etika sosial. Etika sosial
adalah menyangkutkan hubungan manusia dengan baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap setiap pandangan-
pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup. Dalam pengertian etika sosial ini juga berkaitan dengan etika profesi, etika
profesi adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap dan sesuai, tetapi dengan
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan dan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.
Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar mengenai
apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah profesi dalam
pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum. Ada juga gagasan, yang dikembangkan
oleh banyak profesional dan PRSA bahwa yang palig penting adalah bagi individu
bersangkutan untuk bertindak sebagai seorang profesional dalam bidang ini. Kemudaian
seorang praktisi humas harus memiliki: rasa kemandirian; rasa tanggung jawab terhadap
masyarakat dan kepentingan umum; kepedulian nyata terhadap kompentensi dan kehormatan
profesi ini secara menyeluruh; kesetiaan yang lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama
profesional daripada kepada pihak yang memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu. Hambatan
besar bagi profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri terhadap pekerjaan mereka,
mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja prestise dalam organisasi, jumlah gaji,
dan pengakuan dari atasan dibandingkan nilai-nilai tersebut.

International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik humas yang
kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya adalah:

1. integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode
IPRA
2. perilaku kepada klien dan karyawan:
a. perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan;
b. tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan;
c. menjaga kepercayaan klien dan karyawan;
d. tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain;
e. tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain;
f. menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.

3. perilaku terhadap publik dan media:


a. memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang;
b. tidak merusak integritas media komunikasi;
c. tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan;
d. memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani;
e. tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani kepentingan
pribadi yang terbuaka
4. perilaku terhadap teman sejawat:
a. tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain;
b. tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;
c. bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi danmelaksanakan kode etik
ini.

Selain pentingnya etika di dalam kehumasan juga tuntutan keprefosionalan dalam


kehumasan juga sangat penting didalam menyandang sebuah industri kehumasan sangatlah erat
dengan kode etik masing-masing di setiap profesi maupun di industri kehumasan. Didalam
kode etik kehumasan/PR merupakan bagian dari etika moral terapan dari pemikiran etis yang
berkaitan dengan perilaku atau industri didalam kehumasan yang berpedoman dengan tindakan
etik mana yang harus dan mana yang tidak harus dilakukan.
Kode etik kehumasan dapat berlangsung dengan baik apabila dijiwai dengan cita-cita
dan nilai luhur yang hidup dalam lingkunga kehumasan karena merupakan perumusan moral
yang jadi tolak ukur bagi perilaku. Dengan etika PR diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
seorang profesional kehumasan dalam menjalani pekerjaanya dengan selaras tanpa ada
penyimpangan-penyimpangan yang menciderai profesinya.
2.7. Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien

Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap
kliennya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi
dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian khusus oleh
Public Relation karena sebagai fungsi menejemen yang berada di organisasi atau perusahaan
peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak penengah
antara organisasi dengan kliennya.
Menurut Edward L.Bernays humas memiliki fungsi sebagai berikut :

1. memberikan penerangan kepada publik,


2. melakukan persuasi kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik
3. Upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga sesuai dengan sikap dan
perbuatan masyarakat, atau sebaliknya.
Kesan (image),kesan disini berarti "gambaran yang diperoleh seseorang tentang suatu
fakta sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengertian mereka (terhadap suatu produk, orang,
atau situasi)".
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang humas haruslah memiliki
etika, bertindak secara professional, dan menunjukan sikap etis dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang humas juga harus menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika
khusus seorang humas pada khususnya. Seorang praktisi humas harus memiliki rasa
kemandirian, rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum, kepedulian
nyata terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara menyeluruh, kesetiaan yang
lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak yang
memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu. Seorang profesional humas harus mampu bekerja
atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar, yaitu dapat membedakan secara
etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak, sesuai dengan pedoman kode etik profesi
yang disandang.
Jadi etika dalam industri kehumasan sangatlah penting. Etika sebagai kontrol bagi diri
pribadi seorang humas juga sebagai kontrol dalam industri kehumasan itu sendiri. Tanpa
adanya etika, maka profesi humas tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu
pelaksanaan etika dalam indutri humas akan menciptakan sinergi atau hubungan yang baik
antara perusahaan atau organisasi dengan kliennya.
TUJUAN KODE ETIK HUMAS

Adapun tujuan kode etik humas adalah sebagai berikut:


Panduan berperilaku seorang PR terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, baik publik
internal atau eksternal.
Bentuk tanggung jawab sebagai PR yang dintegrasikan dengan kode etik organisasi yang
terkait.
Panduan dalam memberi pelayanan terhadap keluhan, ide, kritik, usulan dan
ketergantungannya pada organisasi maupun lingkungan.
Acuan dalam melayani kesalahpahaman dengan memperhatikan kebenaran dan komunikasi
yang etis, benar dan tepat.
Standar kualitas dengan memperhatikan realisasi dari tujuan dengan SDM material yang
disediakan, sarana / prasarana, dana, waktu.

KONSEP PENTING ETIKA KEHUMASAN

Menurut G.Sach dalam bukunya The Exent and Intention of PR and Information
Activities terdapat tiga konsep penting dalam etika kehumasan sebagai berikut :

1. The Image : the knowledge about us and the attitudes toward us the our different interest
groups have. (Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadapat kita yang
mempunyai kelompok-kelompok dalam kepentingan yang berbeda).

2. The Profile : the knowledge about an attitude towards, we want our various interest group to
have. (Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita inginkan
untuk dimiliki kelompok kepentingan kita beragam).

3. The Ethiccs is branch of philoshophy : it is a moral philoshophy or piloshophical thinking


about morality. Often used as equivalentti right or good. (Etika merupakan cabang dari ilmu
filsafat, merupakan filsafat moral atau pemikiran filosofis tentang moralitas, biasanya selalu
berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu pengertian secara umum bahwa citra adalah cara
masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita. Penampilan selalu
berorientasi ke depan mengenai bagaimana sebenarnya harapan tentang keadaan diri kita,
sedangkan bahasan etika merupakan acuan bagi kode perilaku moral yang baik dan tepat dalam
menjalankan profesi kehumasan.

VISI

Menjadi penyedia jasa yang terkemuka dan profesional yang memberikan nilai lebih kepada
nasabah/konsumen, karyawan dan para pemegang saham.

MISI

1. Kepuasan nasabah/konsumen
2. Proses yang cost effective
3. Sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen

PRODUK

Tabungan Sinar

SYARAT dan KETENTUAN :

KTP asli
Mengisi aplikasi Tabungan Sinar
Setoran minimal Rp. 1.000,-
Saldo minimal (mengendap) Rp. 1,-
Setoran minimal selanjutnya Rp. 1,-
Pengambilan minimal di teller Rp. 1,-
Bebas biaya administrasi
Bunga tabungan 1%
Biaya penggantian buku karena hilang Rp. 5.000,-
Biaya peenutupan tabungan dikenakan biaya Rp. 1.000,-
Dalam 12 bulan tidak ada transaksi akan ditutup
Saldo Nol akan tutup secara otomatis

Tabungan Ku

SYARAT dan KETENTUAN :

KTP asli
Mengisi formulir aplikasi TabunganKu
Setoran minimal Rp. 10.000,-
Saldo minimal (mengendap) Rp.10.000,-
Setoran selanjutnya Rp. 10.000,-
Pengambilan minimal di teller Rp. 10.000,-
Bebas biaya administrasi
Bunga tabungan 2%
Biaya penutupan Rp. 5000,-
Saldo Nol akan tutup secara otomatis

Tabungan Restu

SYARAT dan KETENTUAN :

KTP asli
Mengisi formulir aplikasi Tabungan Restu
Setoran awal minimal Rp. 25.000,-
Setoran selanjutnya minimal Rp.25.000,-
Saldo mengendap Rp. 25.000,-
Pengambilan minimal di teller minimal Rp. 25.000,-
Bebas biaya administrasi
Biaya penggantian buku karena hilang dikenakan biaya Rp. 10.000,-
Biaya penutupan tabungan Rp. 10.000,-
Biaya dorman/rekening pasif tidak ada transaksi mutasi masuk & keluar selama 12 bulan
berturut-turut dan saldo <Rp. 100.000,- dikenakan Rp.5000,-
Saldo Nol akan tutup secara otomatis
Bunga tabungan berjenjang , jenis tabungan progresif dengan suku bunga berdasarkan saldo
efektif rata-rata
o Saldo 0-Rp. 25.000,- = 0%
o Saldo Rp. 25.001,- hingga Rp. 5000.000,- = 2%
o Saldo Rp. 5000.001,- hingga Rp. 25.000.000,- = 3%
o Saldo Rp. 25.000.001,- hingga Rp. 50.000.000,- = 3.5%
o Saldo lebih dari Rp. 50.000.001,- = 4.5%

Tabungan Satu

SYARAT DAN KETENTUAN

KTP asli
Mengisi aplikasi Tabungan Satu
Bebas biaya administrasi
Setoran perbulannya Rp. 100.000,-
Jangka waktu 3 tahun
Hadiah ditentukan oleh bank
Di ikuti oleh seluruh nasabah RESTU GROUP (karyawan tidak diperbolehkan untuk ikut)
Akan diundi setiap 3 bulan sekali
Tabungan di tutup secara bersamaan di akhir periode penyelenggaraan
Tidak ada biaya penutupan

Tabungan Tiara

SYARAT DAN KETENTUAN

Tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah perorangan.


Jumlah nasabah 700 orang.
Jumlah setoran Rp. 250.000,- / bulan (dari bulan Oktober 2016 s/d September 2018)
Jangka waktu selama 24 bulan atau 2 tahun.
Tabungan akan diundi setiap 6 bulan sekali.
Jumlah nasabah yang akan diundi sebanyak 6 nasabah.
Pajak hadiah dan pajak lainnya ditanggung oleh pemenang.
Apabila pada akhir periode pengundian Grand Prize Utama terjadi kenaikan harga
diatas 10%, maka bank berhak mengganti Grand Prize dengan barang yang nilainya
sama dengan harga barang pada saat penyelenggaraan Tabungan TIARA 4.
Hadiah yang tidak diambil dalam jangka waktu 90 hari sejak penarikan undian, maka
hadiah akan diserahkan kepada Dinas Sosial.
Sistem yang digunakan adalah sistem GUGUR, dimana nasabah yang sudah
mendapatkan hadiah utama maupun Grand Prize berhenti melakukan setoran
tabungan.
Nasabah yang tidak menyetor sebanyak 3 kali berturut-turut tanpa ada pemberitahuan
kepada pihak bank, dianggap mengundurkan diri dan saldo yang tercatat yang dimiliki
akan diterimakan kembali pada bulan ke 25 (dua puluh lima).
Nasabah yang mengundurkan diri, kepersertaannya bisa dialihkan dengan membuat
surat pernyataan dan disetujui kedua belah pihak dihadapan petugas bank.
Nasabah yang tidak mendapatkan hadiah utama atau Grand Prize disetiap pengundian,
akan menerima tabungan sebesar Rp. 6.120.000 pada bulan ke 25 (dua puluh lima),
dan bagi nasabah yang ada tunggakan setoran akan diberikan sesuai sisa saldo.
Seluruh nasabah wajib mematuhi ketentuan diatas.

Anda mungkin juga menyukai