Anda di halaman 1dari 23

Perbandingan UU No. 8 Tahun 1974 jo.

UU 43 Tahun 1999
Tentang Pokok-Pokok KepegawaianTerhadap UU No. 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

DISUSUN OLEH:

USMAN BIMA SAKTI

NIM. 1509120448
Dosen Pengampu:
Dr. Mexsasai Indra, SH., MH

PRODI ILMU HUKUM


JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul Perbandingan UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun
1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Terhadap UU No. 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan ini.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan kepada pihak yang

membacanya. Saya sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.

Apabila terdapat kesalahan yang kecil ataupun yang fatal saya mohon maaf yang

sebesar-besarnya kepada pihak yang membaca makalah ini. Dan saya juga menerima

kritik dan saran terhadap makalah yang saya buat ini, mudah-mudahan dengan adanya

kritik dan saran saya dapat membuat makalah yang lebih bagus lagi di hari kemudian.

Pekanbaru, 14 Mei 2016

Penulis

ii
Daftar Isi
Cover .......................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ iv

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 1

1. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ... 1


2. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara............. 1
Perbedaan Substansi Antara UU No. 43 Tahun 1999 dgn UU No. 5 Tahun 2014
a) Tujuan ............................................................................................................ 1
b) Ketentuan Umum ........................................................................................... 2
c) Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode Perilaku ................... 3
d) Jenis dan Status .............................................................................................. 3
e) Sistem Recruitment ........................................................................................ 4
f) Pengembangan Pegawai ................................................................................. 5
g) Sistem Promosi/Pengangkatan ....................................................................... 5
h) Kewajiban ...................................................................................................... 6
i) Hak ................................................................................................................. 7
j) Jenis Jabatan ................................................................................................... 8
k) Kelembagaan .................................................................................................. 8
l) Kesejahteraan/ Gaji/ Tunjangan ..................................................................... 9
m) Prinsip Manajemen....................................................................................... 10
n) Manajemen Kinerja ...................................................................................... 11
o) Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan ........................................................ 12
p) Etika dan Disiplin......................................................................................... 13
q) Pensiun dan Batas Usia Pensiun .................................................................. 13
r) Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dan Perlindungan/Kesejahteraan . 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 17

Kesimpulan .............................................................................................................. 17

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Undang-undang akan selalu berubah mengikuti zaman. Hal ini dikarenakan tidak
semua pasal dalam undang-undang pas atau sesuai untuk diterapkan disepanjang
zaman. Demikian juga dengan undang-undang tentang Kepegawaian.
Dulu undang-undang yang digunakan adalah UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian. kemudian seiring berjalannya waktu diganti menjadi UU 43
Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. dan yang terakhir digunakan
sekarang adalah UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Dalam makalah ini, akan saya bahas mengenai perbedaan antara UU No. 8 Tahun
1974 jo UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dengan UU No. 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara..

iv
BAB II
PEMBAHASAN

1. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, merupakan


perubahan atas undang-undang yang telah lahir sebelumnya, yaitu UU No. 8
Tahun 1974 . Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian mulai berlaku sejak tanggal Undang-Undang tersebut diundangkan,
yaitu 30 September 1999. Undang-undang ini dibuat untuk dalam rangka usaha
mencapai tujuan nasioanal untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat
hukum,berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi
diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas
sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan
merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada
Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945;

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara adalah


merupakan perubahan dari Undang-Undang yang sebelumnya, yaitu Undang-
Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Terdapat
beberapa point penting salah satunya tentang status kepegawaian pusat dan
daerah. Dalam Undang-Undang ini dijadikan satu yaitu Aparatur Negara namun
perlu penyelarasan dengan Undang-Undang lainnnya seperti Otonomi Daerah
(otda).
Dengan diundangkannya UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
pada tanggal 30 September 1999, secara asas penafsiran Hukum (Lex posterior
derogat legi priori) UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
dinyatakan tidak berlaku lagi.

1
Perbedaan Subtansi Antara UU No. 43 Tahun 1999 dengan UU No. 5 Tahun
2014

Perbedaan subtansi antara Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-


Pokok Kepegawaian dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara menyangkut dalam berbagai aspek yang diantara adalah
sebagai berikut:

1. Tujuan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan


masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur,
adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur
aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan
pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
penuh kesetiaan kepada Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945;

b. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a, diperlukan Pegawai Negeri yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme;

c. bahwa untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut


pada huruf b, diperlukan upaya meningkatkan manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagai bagian dari Pegawai Negeri;

1
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

a. bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan


negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara belum berdasarkan pada


perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan
dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik;

c. bahwa untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi
birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;

2. Ketentuan Umum
Ketentuan umum Pasal 1 menurut saya dilihat dari segi pengertian yang ada di
dua uu ini, bahwa UU ASN disusun untuk mengatur ketentuan pokok tentang
pengaturan dan pengelolaan Aparatur Sipil Negara sebagai profesi bagi para
pegawai negeri sipil yang bekerja pada semua instansi pemerintah pusat,
sekretariat lembaga Negara, sekretariat lembaga nonkementerian, instansi
pemerintah daerah, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

2
Berbeda halnya dengan UU Kepegawaian yang lebih menitik beratkan terhadap
pegawai negeri itu sendiri, dan tidak melihat lebih jauh seperti halnya uu asn,
dalam hal ini saya menafsirkan bahwa dalam konteks yang lebih luas, uu asn lebih
berbasis jabatan, sedangkan UU Kepegawaian berbasis karir.

3. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode Perilaku

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Dalam UU ini aspek Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode
Perilaku Tidak diatur/dicantumkan secara tegas

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(Pasal 2- 5)
Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode Perilaku
Aparatur Sipil Negara

4. Jenis dan Status

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Pasal 2
Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS);


b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud diatas, terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

3
Di samping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud diatas, pejabat yang
berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Pasal 6)

Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri atas:


a.Pegawai Negeri Sipil; dan
b.Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Status:
1.PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional.

2.PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan


perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan
Instansi Pemerintah dan ketentuan UU ASN.

5. Sistem Recruitment

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Pasal 15:
1. Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan ditetapkan
dalam formasi
2. Formasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan untuk jangka waktu
tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan
Pasal 17:
Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu

4
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Pasal 49:
Setiap instansi menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan
analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Pasal 50:
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1
(satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan dan sesuai dengan siklus anggaran.
Pasal 51:
Pengadaan calon PNS merupakan kegiatan untuk mengisi jabatan yang lowong
sesuai kebutuhan pegawai

6. Pengembangan Pegawai

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Pasal 31:
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan
pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai
Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian,
kemampuan, dan ketrampilan

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Pasal 68A:
1 Setiap pegawai ASN berhak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri. 2
Pengembangan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain melalui
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, workshop, dan penatara

7. Sistem Promosi/Pengangkatan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian
Pasal 17 (2):
Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat
yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan
jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan
Pasal 22:

5
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Pasal 19:
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga non struktural, dan Pemerintah Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

8. Kewajiban

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

(Pasal 4-6)
Kewajiban PNS:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Setiap Pegawai Negeri wajib menaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
c. Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.
Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas
kuasa Undang-undang.

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(Pasal 23)
Kewajiban Pegawai ASN:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

6
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Hak

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Pasal 7-10)
Hak PNS:
a. Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai
dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya. Gaji yang diterima oleh Pegawai
Negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.
b. Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.
c. Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan.
d. Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat
bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh tunjangan.
e. Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka.
f. Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
berhak atas pensiun.

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Pasal 21-22)
Hak PNS:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.
Hak PPPK:
a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.

7
10. Jenis Jabatan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Mengenai jenis jabatan dalam Undang-Undang ini tidak diatur

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Pasal 13-20)
Diatur mengenai Jabatan ASN yang terdiri dari:
a. Jabatan Administrasi;
b. Jabatan Fungsional; dan
c. Jabatan Pimpinan Tinggi.

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

11. Kelembagaan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian
Pasal 13)
Diatur mengenai kebijaksanaan manajemen PNS oleh Presiden
dan Komisi Kepegawaian Negara

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

(Pasal 25-50)
Presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
kebijakan, pembinaan profesi, dan Manajemen ASN. Untuk
melaksanakannya Presiden mendelegasikan sebagian
kekuasaannya kepada:
1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan
kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi
dan sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan ASN;
2. Komisi ASN (KASN), berkaitan dengan kewenangan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan

8
Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem Merit serta pengawasan
terhadap penerapan asas serta kode etik
dan kode perilaku ASN.
KASN merupakan lembaga
nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik
untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan
berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral,
serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
3. Lembaga Administrasi Negara (LAN), berkaitan dengan
kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan Manajemen
ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan ASN; dan
4. Badan Kepegawaian Negara (BKN), berkaitan dengan
kewenangan penyelenggaraan manajemen ASN, pengawasan
dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria manajemen ASN.

12. Kesejahteraan/ Gaji/ Tunjangan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Pasal 7:
1. Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai
dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya
2. Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan
menjamin kesejahteraannya.

Pasal 32:
1. Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha kesejahteraan
Pegawai Negeri Sipil.
2. Usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi program
pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan
asuransi pendidikan bagi putra-putri Pegawai Negeri Sipil.
3. Untuk penyelenggaraan usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), Pegawai Negeri Sipil wajib membayar iuran setiap bulan dari penghasilannya.
4. Untuk penyelenggaraan program pensiun dan penyelenggaraan asuransi
kesehatan, Pemerintah menanggung subsidi dan iuran.
5. Besarnya subsidi dan iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
6. Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia, keluarganya berhak memperoleh
bantuan

9
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Pasal 20:
Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh:
a.gaji, tunjangan, dan kesejahteraan yang adil dan layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya;
b.cuti
c.pengembangan kompetensi;
d.biaya perawatan;
e.tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan
sebagai akibat menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat
bekerja lagi dalam jabatan apapun; f.uang duka; dan g.pensiun bagi yang telah
mengabdi kepada Negara dan memenuhi persyaratan yang ditentukan; h.hak-hak
lainnya yang diatur dalam peraturan pemerintah

Pasal 75:
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta
menjamin kesejahteraan PNS

Pasal 76
Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75, PNS juga menerima
tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

13. Prinsip Manajemen

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

(Pasal 12)
(1) Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk
menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna.
(2) Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah dan
pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional,
bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang
dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem
karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

10
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Pasal 51)
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit (kebijakan dan
Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama,
asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan)
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK.

14. Manajemen Kinerja

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

Pasal 12:
1. Manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasil guna.
2. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diperlukan PNS yang profesional,
bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan
berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada
sistem prestasi kerja

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Pasal 73:
1. Penilaian kinerja PNS berada dibawah kewenangan Pejabat yang Berwenang
pada Instansi masing-masing.
2. Penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan secara
berjenjang kepada atasan langsung dari PNS.
3. Pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya dapat juga dijadikan sebagai
bahan pertimbangan penilaian kinerja PNS Penilaian kinerja PNS dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit/organisasi,
dengan memperhatikan target, sasaran, hasil dan manfaat yang dicapai.
4. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, partisipasi,
dan transparan.
5. Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada Tim Penilai Kinerja PNS.
6. Hasil penilaian kinerja PNS dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas dalam
pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam pengangkatan

11
jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan
promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
7. PNS yang penilaian kinerjanya dalam waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak
mencapai target kinerja dikenakan sanksi

15. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian

(Pasal 15)
(1) Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang
diperlukan ditetapkan dalam formasi.
(2) Formasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan
beban kerja yang harus dilaksanakan.

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(Pasal 56)
(1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan
dan analisis beban kerja.
(2) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan.
(3) Berdasarkan penyusunan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri menetapkan kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan PNS secara nasional.
(Pasal 94)
(1) Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan
Peraturan Presiden.
(2) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan
dan analisis beban kerja.
(3) Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas
kebutuhan.
(4) Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.

12
16. Etika dan Disiplin

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian
Pasal 30:
1. Pembinaan jiwa korps, kode etik, dan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil
tidak boleh bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 Undang-Undang
Dasar 1945
2. Pembinaan jiwa korps, kode etik, dan peraturan disiplin sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Pasal 83:
PNS yang melanggar disiplin dikenakan sanksi administratif.
Dengan Rindian Kode etik Profesi

17. Pensiun dan Batas Usia Pensiun

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian
Pasal 10 Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan, berhak atas pensiun

UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Pasal 86:
1. Jaminan Pensiun PNS dan Jaminan Janda/Duda PNS dan Jaminan Hari Tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambunganpenghasilan hari tua, sebagai hak
dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS.
2. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua PNS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam rangka
program jaminan sosial nasional.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku setelah
Undang-undangtentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial berlaku efektif.
4. Sebelum ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku
maka ketentuan mengenai Pensiun dan Tabungan Hari Tua dilaksanakan sesuai
peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang Pensiun dan Tabungan
Hari Tua.

13
Pasal 90
Batas usia pensiun yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat
Fungsional
18. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dan
Perlindungan/Kesejahteraan

UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian
(Pasal 10)

Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat


yang ditentukan, berhak atas pensiun.

(Pasal 32)
(1) Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil.

(2) Usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi


program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan,
dan asuransi pendidikan bagi putra-putri Pegawai Negeri Sipil.

(3) Untuk penyelenggaraan usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (2), Pegawai Negeri Sipil wajib membayar iuran setiap bulan dari
penghasilannya.

(4) Untuk penyelenggaraan program pensiun dan penyelenggaraan asuransi


kesehatan, Pemerintah menanggung subsidi dan iuran.

(5) Besarnya subsidi dan iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(6) Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia, keluarganya berhak


memperoleh bantuan

14
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Pasal 91)

(1) PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari
tua PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) PNS diberikan jaminan pensiun apabila ;
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;
c. mencapai batas usia pensiun;
d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun
dini; atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
(3) Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai
penghargaan atas pengabdian PNS.
(4) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam
program jaminan sosial nasional.
(5) Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS berasal
dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang bersangkutan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan program jaminan pensiun
dan jaminan hari tua PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 106
(1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan kematian; dan
d. bantuan hukum.
(2) Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan
jaminan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf
c mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan sosial
nasional.
(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa
pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PPPK
(Pasal 106)
(1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan hari tua;
b. jaminan kesehatan;
c. jaminan kecelakaan kerja;

15
d. jaminan kematian; dan
e. bantuan hukum.
(2) Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, dan jaminan kematian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d
dilaksanakan sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional.
(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berupa
pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya.

16
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari makalah perbandingan Undang-Undang No. 8
Tahun 1974 jo. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara adalah bahwasanya perbedaan substansif kedua Undang-Undang tersebut
adalah terletak pada pada poin-poin berikut ini:
1. Tujuan
2. Ketentuan Umum
3. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Kode Perilaku
4. Jenis dan Status
5. Sistem Recruitment
6. Pengembangan Pegawai
7. Sistem Promosi/Pengangkatan
8. Kewajiban
9. Hak
10. Jenis Jabatan
11. Kelembagaan
12. Kesejahteraan/ Gaji/ Tunjangan

13. Prinsip Manajemen


14. Manajemen Kinerja
15. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
16. Etika dan Disiplin
17. Pensiun dan Batas Usia Pensiun
18. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dan Perlindungan/Kesejahteraan

17
Daftar Pustaka

1. UU No. 8 Tahun 1974 jo. UU 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian
2. UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
3. Sudibyo, Triatmodjo, Hukum Kepegawaian, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1983

18

Anda mungkin juga menyukai