Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)

Kelompok I Offering A

PENGUJIAN V
PENGUJIAN BAJA

A. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Menjelaskan prosedur pengujian kuat tarik baja
2. Melaksanakan pengujian tarik baja
3. Menganalisis grafik tegangan regangan baja yang diperoleh dari pengujian
4. Mengkategorikan kekuatan material baja terhadap SNI
5. Mengevaluasi standarisasi dimensi spesimen terhadap SNI

B. ALAT DAN BAHAN


1. Meteran
2. Jangka sorong
3. Ekstensometer
4. Universal Testing Machine (UTM)
5. Spesimen tulangan baja polos dan ulir

C. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGUJIAN


1. Mempersiapkan spesimen tarik baja dan alat uji.
2. Megukur besarnya diameter dan panjang batang spesimen (lo). Bila spesimen
pengujian menggunakan tulangan baja dengan diameter besar (> 8mm), maka
tulangan perlu dibubut untuk menciptakan diameter efektif.
3. Menandai panjang efektif dengan menggunakan spidol sepanjang 50 mm.
4. Mengikat spesimen baja pada ektensometer dengan menggunakan karet tepat
pada bagian yang telah ditandai.
5. Menjepit spesimen baja yang sudah terpasang ekstensometer pada mesin uji
Universal Testing Machine (UTM).
6. Melakukan pengujian tarik dengan pembebanan tetap hingga spesimen
mengalami kegagalan.

Program Studi S1 - Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 68
Universitas Negeri Malang
LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)
Kelompok I Offering A

D. HASIL PENGUJIAN
Tabel 1. Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja

Jenis Diameter Teg. Teg.


L0 L1 L Gaya Gaya Perpanjangan
Benda Spesimen Leleh Ultimate
(mm) (mm) (mm) leleh ultimate (%)
uji (mm) (MPa) (MPa)

Polos
6,15 71 87,10 16,1 12,15 15,04 22,67 408,95 506,22
(bubut)

Polos 6,10 320 360 40 10,9 13,61 12,5 361,046 440,77

Keterangan :
1N/2 = 1 MPa = 10 kg/2
L0 = panjang mula-mula ; L1 = panjang akhir pengujian
L = L1 - L0
Jenis Diameter Tegangan Tegangan
L0 L1 L Gaya Gaya Perpanjangan
Benda Spesimen Leleh Ultimate
(mm) (mm) (mm) leleh ultimate (%)
Uji (mm) (MPa) (MPa)
Ulir 13,1 320
Polos 9,5 320

Analisa data :
- Letak kegagalan atau putus spesimen baja polos berada pada zona yang telah
ditentukan yaitu pada bagian tengah bubut, hal tersebut terjadi karena
konsentrasi tegangan aksial tarik saat pengujian terletak pada luasan yang
kecil, menyebabkan akumulasi tegangan yang besar.
- Letak kegagalan atau putusnya baja polos tanpa bubut terjadi pada area bawah
atau berada diluar zona yang telah ditentukan, hal tersebut disebabkan karena
ketidaksempurnaan penampang (fabrikasi) yang memberikan zona lemah
pada area tersebut. Masalah fabrikasi tersebut mencangkup tingkat
homogenitas material, micropore (rongga udara kecil), kesalahan pada proses
farming (menimbulkan tegangan, retak mikro, Machining dan Grinding
(menimbulkan pemusatan tegangan).
- Pada spesimen baja polos, nilai tegangan ultimate dan tegangan ultimate tidak
terlihat secara jelas (Grafik 4) dikarenakan spesimen mengalami putus di

Program Studi S1 - Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 69
Universitas Negeri Malang
LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)
Kelompok I Offering A

daerah yang tidak di rencanakan yaitu pada daerah di bawah ekstensometer,


tidak tepat ditengah. Pada diagram tegangan regangan baja polos (Grafik 4),
nilai tegangan ultimate tidak sesuai dengan nilai perhitungan secara manual,
dikarenakan ekstensometer tidak dapat membaca disepanjang bagian panjang
spesimen.

16
Beban (kN)

14

12

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Deformasi (mm)

Grafik 1. Hubungan Beban dan Deformasi Benda Uji Polos Dibubut

Nilai beban leleh dan beban ultimate pada grafik diatas menunjukkan sebesar
12,15 kN dan15,04 kN, serta beban putus 10,37 kN, deformasi leleh 0,108 mm,
deformasi ultimate 5,115 mm dan deformasi putus 8,204 mm.

600
Tegangan (MPa)

fu
500
fp
400 fy

300

200

100

0
y u p
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Regangan

Grafik 2. Hubungan Tegangan dan Regangan Benda Uji Polos Dibubut

Program Studi S1 - Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 70
Universitas Negeri Malang
LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)
Kelompok I Offering A

Nilai tegangan leleh dan tegangan ultimate pada grafik diatas menunjukkan
sebesar 408,95 MPa dan 506,22 MPa, tegangan putus 349,18 MPa, regangan leleh
0,002, regangan ultimate 0,072 dan regangan putus 0,115.
20
Beban (kN)

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Deformasi (mm)

Grafik 3. Hubungan Beban dan Deformasi Benda Uji Polos

Nilai beban leleh dan beban ultimate pada grafik diatas menunjukkan sebesar 10,9
kN dan 13,61 kN, beban putus 10,37 kN, deformasi leleh 0,072 mm, deformasi
ultimate 6,71 mm dan deformasi putus 6,782 mm.

500
Tegangan (MPa)

fu
fp
400
fy

300

200

100

0
u p
0y 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Regangan

Grafik 4. Hubungan Tegangan dan Regangan Benda Uji Polos

Program Studi S1 - Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 71
Universitas Negeri Malang
LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)
Kelompok I Offering A

Nilai tegangan leleh dan tegangan ultimate pada grafik diatas menunjukkan
sebesar 361,046 MPa dan 451,17 MPa, tegangan putus 440,97 MPa, regangan
leleh 0,0018, regangan ultimate 0,017 dan regangan putus 0,0211.

Zona-zona pada grafik pengujian tarik baja :

600
Tegangan (MPa)

fu
500

fy
400
fp
300

200 Zona
plastis Zona strain
hardening Zona necking
100

0
p
0 y 0.02 0.04 0.06 u 0.08 0.1 0.12 0.14
Regangan
Zona elastis

Grafik 5. Pembagian Zona Pada Grafik Pengujian Tarik Baja

1. Zone elastis, zona dimana tegangan dan regangan membentuk sebuah


garis lurus (linear). Modulus elastisitas merupakan kemiringan garis lurus
pada zona elastik. Kondisi material pada zona ini adalah linear elastik,
yaitu pembebanan pada daerah ini menyebabkan material dapat kembali
ke bentuk semula. Ketika tercapainya leleh material (fy), itulah akhir dari
zona elastis.
2. Zona plastis, masuknya zona dimana berbentuk garis datar (flat plateau)
yang menandakan material mengalami leleh dan hanya ada peningkatan
regangan. Material yang berdeformasi tidak dapat kembali ke bentuk awal
atau bisa dikatakan kondisi material tidak lagi elastik, tetapi sudah plastis.
3. Zona strain hardening, zona dimana meningkatnya tegangan regangan
namun dalam kondisi hubungan non linear, tidak lagi linear.

Program Studi S1 - Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 72
Universitas Negeri Malang
LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)
Kelompok I Offering A

4. Zone necking, tegangan mencapai leleh ultimate (fu), ditandai dengan


hubungan yang secara perlahan-lahan turun hingga material mencapai
titik keruntuhan (failure).

E. STANDART PENGUJIAN
SNI 1729-2015 mengelompokkan baja tulangan menjadi 5 jenis, disampaikan pada
tabel berikut :
Tabel 2. Pengelompokkan Jenis Tulangan Baja

Jenis Baja Tegangan Putus Tegangan Leleh Pergangan


Minimum

BJ 34 340 210 22

BJ 37 370 240 20

BJ 41 410 250 18

BJ 50 500 290 16

BJ 55 550 410 13

SNI 07-2529-1991 mensyaratkan pembubutan pada diameter benda uji jika


diameter benda uji lebih dari 15 mm atau gaya tarik maksimum melebihi kapasitas
mesin tarik.

F. KESIMPULAN
Hasil nilai tegangan leleh dan tegangan putus yang diperoleh, maka dapat
diklasifikasikan bahwa benda uji 1 (besi polos tanpa dibubut) dapat digolongkan
jenis baja BJ 55 dan benda uji 2 (besi polos bubutan) dapat digolongkan jenis baja
BJ 41.
Tegangan leleh dan tegangan ultimate yang diperoleh dari pengujian dapat
disimpulkan bahwa baja mengalami leleh sebelum putus.

Program Studi S1 - Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 73
Universitas Negeri Malang
LAPORAN PENGUJIAN BAHAN (NTSI619)
Kelompok I Offering A

G. SARAN
1. Perletakan benda uji ke UTM perlu memperhatikan penjepit atas dan penjepit
bawah harus sama dengan benda uji yang lurus.
2. Melakukan pengujian uji tarik baja harap memerhatikan hasil dengan teliti.

H. LAMPIRAN

Gambar 1. Mengukur panjang awal benda uji

Gambar 2. Memasang Ekstensometer pada benda uji

Gambar 3. Pengujian kuat tarik baja polos Gambar 4. Pengujian kuat tarik baja polos
dibubut Program Studi S1 - Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik 74
Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai