Penatalaksanaan Gawat Janin Intra Partum
Penatalaksanaan Gawat Janin Intra Partum
PENDAHULUAN
II. PATOFISIOLOGI
Kontrol fisiologi dari denyut jantung janin meliputi suatu keaneka ragaman
dari mekanisme interkoneksi yang tergantung dari aliran darah oksigenasi.
Lebih lanjut aktivitas dari mekanisme kontrol fisiologi ini mempengaruhi
kondisi oksigenasi janin, seperti terjadinya suatu insufisiensi plasenta yang
kronis, dimana janin yang dihubungkan dengan tali pusat akan mengalami
resiko kekurangan oksigen, yang akan membutuhkan suatu mekanisme
alami dari janin untuk bertahan, dan lebih lanjut pada saat persalinan akan
menambah keasaman darah.1-6
Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang
lebih rendah karena ia hidup dalam lingkungan hipoksia dan asidosis
kronis. Tetapi pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan, janin
hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam kenyataanya konsumsi
oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun
tekanan oksigen parsial rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap
memadai.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut
oksigen pada janin lebih besar dari orang dewasa. Demikian juga halnya
dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar daripada orang
4
III. DIAGNOSIS
Ada berbagai cara untuk mendiagnosis adanya gawat janin antara lain :
A. Pemantauan Denyut Jantung Janin
Kebanyakan dari diagnosis gawat janin yang dilakukan didasarkan
atas pola denyut jantung janin, tetapi diagnosa berdasarkan pola denyut
jantung janin ini masih menjadi kontroversi, karena hal itu lebih
merefleksikan suatu keadaan fisiologi dari janin daripada suatu
keadaan patologis1-4.
National Institute of Child Health and Human Development fetal
monitoring workshop (1997) telah memberikan suatu Konsensus
tentang pola denyut jantung janin.1
5
janin seperti kepala atau bokong selama proses persalinan. Darah diambil
melalui insisi dengan kedalaman 2mm Pengambilan darah janin harus
dilakukan di luar his dan sebaiknya ibu dalam posisi tidur miring daerah
diambil sebanyak 0,25 ml kemudian dilakukan pemeriksaan
pH,Pco2,Po2. nilai pH sendiri tidak akan memperlihatkan perbedaan
antara respirasi dan asidosis metabolik. Penatalaksanaan dari penyebab
asidosis secara teoritis berbeda,dimana pada keadaan asidosis metabolik
membutuhkan terminasi segera, sementara keadaan asidosis respiratotrik
dapat merespon resusitasi standar. Jika deselerasi tidak memberikan
respon yang cepat pada gawat janin, maka segera dilakukan
pemeriksaan sampel darah janin. Beard dan kawan kawan mendapatkan
dalam penelitiannya ada hubungan yang erat antara pH darah kulit kepala
janin intra partum dengan apgar skor 2 menit pada neonatus.11
Seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.
IV. PENATALAKSANAAN
Meskipun gawat janin memerlukan tindakan segera untuk melahirkan bayi
tetapi seringkali cukup waktu untuk bertindak memberikan terapi yang
menolong bayi yang dalam keadaan gawat tersebut agar terhindar dari
pengaruh yang lebih buruk. Tindakan tersebut ialah resusitasi intrauterus
Penatalaksanaan dari gawat janin intrapartum menurut American College
of obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan menjadi acuan di Indonesia
adalah :
A. Reposisi dari ibu
8
Jika pola dari denyut jantung janin tidak memperlihatkan pola seperti
diatas, maka diperlukan suatu pengukuran yang lebih akurat yaitu pH darah
kulit kepala janin atau dilahirkan dengan segera
Pengulangan variabel deselerasi menandakan adanya kompresi tali
pusat, terutama jika adanya oligohidroamnion atau setelah dilakukan
amniotomi.
Dalam situasi ini pemberian infus amnion secara transervikal dapat
mengurangi deselerasi. Infus amnion dilakukan dengan cara pemberian
11
bolus 250-500 ml cairan normal salin pada suhu kamar yang diinfuskan
melalui kateter intra uterin standar. Yang kemudian diikuti dengan infus
pemeliharaan sebesar 3 ml/menit. Akan tetapi pemberian infus amnion ini
tidak dapat diberikan jika ada deselerasi lambat, pH kulit kepala janin kecil
dari 7,2, solusio plasenta, plasenta previa, insisi vertical uterus sebelumnya
atau kelainan uterus yang telah diketahui.1,5,15
Pemberian cairan intra vaskuler untuk ibu, dihubungkan dengan
peningkatan aliran darah uteroplasenta yang pada akhirnya akan
memperbaiki oksigenasi dan penurunan keasaman dari darah janin. Tujuan
utama dari pemberian cairan adalah mencapai volume yang proposional,
tonisitas dan keseimbangan garam baik diintraseluler ataupun ekstra seluler.
Dengan pemberian cairan intraseluler diharapkan dapat melebarkan volume
plasma.15
Dengan menelusuri penyebab dari gawat janin tersebut,
penatalaksanaan dari gawat janin sebaiknya ditatalaksanai sesuai
penyebabnya, American College of obstetricians and Gynecologist (ACOG)
telah memberikan suatu bagan yang dapat dijadikan patokan dalam
penatalaksanaan gawat janin.16
12
Tindakan definitif pada gawat janin dapat dilakukan secara per vaginam
atau perabdominam, tergantung pada syarat saat itu. Bila akan dilakukan
ekstraksi forsep maka ada keuntungan dalam hal waktu yang lebih singkat.
13
V. RINGKASAN.
Gawat janin merupakan salah satu keadaan obstetrik yang
membutuhkan perhatian. Dimana tujuan dari penanganan obstetrik adalah
untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta penurunan angka
kematian dan kesakitan janin.
Secara umum gawat janin dapat berlangsung kronis dan akut. Oleh
karena itu perlu diketahui penyebabnya sehingga dapat didiagnosis dan
ditatalaksanai sesuai penyebabnya.
Diagnosis dari gawat janin dapat berupa monitoring denyut jantung
janin ataupun dengan pemeriksaan pH darah kulit kepala janin.
Penatalaksanaan dari gawat janin disesuaikan dengan penyebab, adalah :
1. reposisi penderita,
2. Pemutusan stimulasi uterus
3. Pemeriksaan vagina
4. Koreksi hipotensi ibu
5. Monitoring denyut jantung janin
6. Pemberian oksigen
7. pemberian tokolitik
VI. RUJUKAN
1. Cunningham GS, Gant FN, LevvenoKJ, Gillstrap CL, Hauth JC. Williams obstetrics. 21 st
ed. New york : McGraw-Hill, 2001;331-360
2. Robert JS,Theodore B. Methods of assessment for pregnancy risk. In: De cherney AH,
Pernoll ML. Current obstetrics & gynecology diagnosis & treatment 8 th ed. Connecticut :
Prentice-Hall International, 1994;275-307
3. Steer PJ,Danielian PJ. Fetal Distress in labor In: James DK,Steer PJ,Weiner CP..High
Risk Pregnancy 4th ed. Philadelpia 1996;1077-1100
4. Eduardo AH,Martin L. Complications of Labor and delivery.In: De cherney AH, Pernoll
ML. Current obstetrics & gynecology diagnosis & treatment 8 th ed. Connecticut :
Prentice-Hall International, 1994;506-519
5. Rossemary R,Gabbe S,Roy HP. Intrapartum fetal evaluation. In: Gabbe S,Niebly JR,
Simpson Jr. Obstetrics Normal and Problem pregnangies. 3 th ed. New york : Churchill
livingstone inc, 1996; 397-424
14