BASIC SCIENCE
1. ANATOMY
A. BASIC SCIENCE A. NOSE
1. ANATOMY Hidung adalah organ pernafasan paling atas dan berfungsi sebagai
a. Nose
indera penciuman.
b. Paranasal Sinus
Fungsi dari hidung dan nasal cavity :
c. Ear
- Olfaction (penciuman)
d. Pharynx
e. Tonsils - Respiration (bernafas)
2. HISTOLOGY - Filtration of dust
a. Nose - Humidification of inspired air
b. Paranasal sinus Secara anatomi hidung dibagi 2:
c. Ear 1. Hidung eksternal
d. Pharynx - Root, Apex, Dorsum
e. Tonsils - Lateral terdapat alae (wings) hidung.
3. PHYSIOLOGY - Skeleteon dari hidung eksternal :
a. Defense mechanism respiratory tract Bony structure :
b. Hearing mechanism - Nasal bones, Frontal process of maxilla, Frontal bone, and Bony nasal
4. PATHOLOGY septum
a. Epistaxis Main Cartilage structure :
b. Hearing loss
- 2 lateral cartilage, 2 medial / alar cartilage, and 1 septal cartilago
5. MICROBIOLOGY
Opening pada external nasal atau disebut nostril
a. Streptococcus pneumoniae
2. Nasal cavity
6. PHARMACOLOGY
Terdapat 2 rongga hidung (nasal cavity) yang kanan dan kiri yang dipisahkan
B. CLINICAL SCIENCE oleh nasal septal.
1. OTITIS
a. Nasal Vestibule
2. OTITIS MEDIA
Anterior aspect dari nasal cavity terdapat rambut-rambut untuk filtrasi.
3. RHINOSINUSITIS
Vestibule berhubungan langsung dengan nostril / eksternal nares. Vestibule
4. PHARYNGITIS
5. TONSILITIS dikelilingi oleh cartilage.
b. Nasal Cavity
C. BHP & IIMC
Terdapat bony protrution yang membentuk lekukan-lekukan yang disebut
D. PATHOMECHANISM conchae. Terdapat 3 conchae:
1. Superior conchae
2. Middle conchae
3. Inferior conchae pterygoid venous plexus, anterior akan drainase menuju vena
Nasal conchae membagi nasal cavity menjadi 4 saluran: yang berdampingan dengan arteri etmoidal
1. Sphenoethmoidal recess b. Persarafan
Berada di superoposterior sampai superior conchae. Tempat - 2/3 inferior membrane mukosa nerve nasopalatinus cabang
bermuaranya sphenoidal sinus. maxillary.
2. Superior nasal meatus - Bagian anterior nerve ethmoidalis anterior cabang nerve
Suatu saluran sempit diantara superior dan middle nasal conchae. nasociliaris yang merupakan cabang ophthalmica.
Tempat bermuaranya sinus ethmoidalis superior melalui 1 muara / - Dinding lateral cavitas nasi melalui rami nasals nervi
lebih. maxillary, nerve palatines major, nerve ethmoidalis anterior.
3. Middle nasal meatus c. Lymphatic Drainage
Suatu saluran panjang dan dalam, bagian anterosuperior - Anterior region akan drainase menuju Submandibular nodes
berhubungan dengan ethmoid infundibulum (jalan penghantar ke - Sisanya akan menuju upper deep cervical nodes yang dapat
sinus frontalis) melalui duktus frontonasalis. Dan sinus maxillaries melalui retropharyngeal nodes
juga bermuara ke meatus ini. - Beberapa bagian posterior nasal floor drainase menuju Parotid
4. Inferior nasal meatus nodes.
Suatu saluran horizontal yang terletak inferolateral terhadap
inferior nasal conchae. Tempat bermuaranya ductus nasolacrimalis B. PARANASAL SINUS
di bagian anterior meatus ini.
Paranasal sinus merupakan suatu rongga perluasan dari bagian respiratory
Border nasal cavity:
tract dari nasal cavity ke arah cranial bones.
- Roof : ethmoidal, frontonasal, sphenoidal
Dinamakan sesuai dengan letak sinus berada Yaitu:
- Floor : palatine bone
1. Frontal sinus
- Medial wall : nasal septum
berada di antara outer dan inner tables of frontal bone, dibelakang
- Lateral wall : nasal conchae
superciliarry arches & allar hidung.
Vaskularisasi dan Persarafan
2. Ethmoidal sinus
a. Perdarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui:
Terletak di lateral mass ethmoid bone antara nasal cavity dan orbit.
- Cabang arteri sphenopalatina, arteri ethmoidalis anterior, arteri
Invaginasi mucus membrane pada superior & middle meatus
palatine major, arteri labialis superior (area Kiesslbach), arteri
3. Sphenoid sinus
ethmoidalis posterior, rami lateralis arterial facialis.
Terletak di body of sphenoid dipisahkan dengan struktur struktur
- Plexus venosus menyalurkan darah kembali ke vena
seperti optic nerve, chiasm optic, pituitary, internal carotid, dan
sphenopalatina, vena facialis, vena ophthalmica.
cavernous sinus, oleh sebuah tulang tipis.
- Dilanjutkan menuju submucosal cavernous sinus, bagian
4. Maxillary sinus
posterior menuju sphenopalatine vein yang mengalir menuju
Merupakan sinus yang paling besar, yang terdapat di body of maxilla, - berhubungan dengan mastoid air cells
dan berhubungan dengan middle nasal meatus. e. Anterior wall
- berhungan dengan nasopharing melalui tuba eustachii
C. EAR f. Medial wall
- Dibentuk oleh oval window
Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
2. Pharyngotympanic Tube (eusthacian tube)
1. External: Mengumpulkan suara dan meneruskan ke telinga ketengah
3. Auditory ossicle
2. Middle: Menyampaikan getaran suara ke oval window
Terdiri atas malleus, incus, dan stapes.
3. Internal: Rumah reseptor untuk mendengar dan keseimbangan
C. INTERNAL EAR
- Semicircular Canal
A. EXTERNAL EAR
- Vestibule
Terdiri dari:
o Membran labyrinth vestibule terdiri dari 2 sach yaitu Utricle dan
- Auricle/Pinna
Sacule yang dihubungkan oleh small duct
- External Auditory Canal
- Cochlea
- Membran Tympani
Cochlea dibagi menjadi 3 channel
o Scala media terusan membrane labirint kedalam cochlea yang
B. MIDDLE EAR
berisi endolymph
Rongga dari middle ear / tympanic cavity memiliki 2 bagian yaitu: tympanic
o Scala Vestibulechanel diatas cochlea duct yang ujungnya ada pada
cavity proper dan epitympanic recess. Terletak di petrous portion temporal
oval windows
bone.
o Scala TympaniUjungnya pada round windows
Terhubung dengan nasofaring oleh pharyngotympanic / eustachian tube.
Terdiri dari:
1. Cavum tympani D. PHARYNX
Merupakan ruang dalam tulang temporal antara bagian E. TONSIL
squamous dan petrous.
Merupakan organ limfoid yang tersusun dari banyak nodul limfatik dan
Memiliki 6 bagian dinding :
melekat di membrane mucus pada mulut dan faring.
a. Lateral wall
Teridiri dari:
- Terdiri dari membran timpani dan epitympanic recess
- palatine tonsil
b. Roof (tegmental) wall - lingual tonsil
- memisahkan dari cranial fossa - pharyngeal tonsil (adenoid)
c. Floor (jugular) wall - tubal tonsil
- memisahkan dari IJV Membentuk suatu struktur yang disebut Waldeyer Ring
d. Posterior wall
2. HISTOLOGY - Concha superior ditutupi oleh epitel olfaktorius khusus. Epitel
A. NOSE olfaktorius ini terdapat di superior nasal concha, merupakan jenis
pseudostratified columnar epithelium.
Secara fungsional sistem pernafasan dibagi menjadi 2 bagian:
Terdiri dari 3 jenis sel yaitu :
1. Bagian konduksi yang terdiri dari rongg hidung, nasofaring, laring, 1. Sel basal
trakea, bronki, bronkiolus, dan terminal bronkiolus. Bagian konduksi Kecil, sferis atau berbetuk kerucut
ini merupakan tempat keluar masuknya aliran udaran selain itu juga Membentuk lapisan di lamina basal
berfungsi untuk menyaring, melembabkan dan menghangatkan Merupakan sel punca
udara yang masuk. 2. Sel penyokong (supportive cell)
2. Bagian respiratorik yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, ductus Berbentuk columnar
alveolaris, dan alveoli. Bagian ini berfungsi sebagai tempat Bagian apex berbentuk silindris, dan bagian dasar
pertukaran gas. ukurannya lebih kecil dan sempit
Terdapat mikrovili dipermukaan apikalnya dan dilapisi
Internal Nose
oleh selapis cairan
Vestibule Berikatan dengan sel-sel olfaktori
Di dalam vestibule dilapisi oleh selapis epitel gepeng tidak berkeratin ( simple 3. Sel neuron olfaktorius
squamous non keratinized epithelium ) yang kemudian beralih menjadi epitel Letak inti sel berada diantara sel penyokong dan sel
respiratory yaitu ciliated pseudostritified columnar epithelium sebelum basal
memasuki nasal fossae. Pada bagian ujung apical (luminal sel) merupakan
EPITEL RESPIRATORIK Terdiri dari epitel dan lamina propia yang dipisahkan dendrite yang diujungnya membentuk suatu tonjolan
oleh basement membrane. Terdiri dari 5 jenis sel, yaitu: kecil (badan basal)
1. Sel silindris bersilia ( ciliated columnar cells) Terdapat silia yang panjang nonmotil dan menonjol
2. Sel goblet mukosa yang dibagian apikalnya mengandung droplet keluar dari badan basal. Silia inilah yang berperan
mucus yang terdiri dari glikoprotein. sebagai kemoreseptor membrane
3. Sel sikat (brush cells) merupakan sel silindris yang memiliki banyak Pada lamina propia epitel olfaktorius terdapat
mikrovili. kelenjar serosa besar (kelenjar bowman), yang
4. Sel granul kecil memiliki banyak granul padat berukuran 100-300 nm. menghasilkan cairan di sekitar silia yang
5. Basal sel merupakan sel bulat kecil pada membrane basal memudahkan akses zat pembau yang baru.
Di dalam lamina propia concha
Nasal fossae - Terdapat pleksus vena besar yang disebut swell bodies
- Concha inferior dan middle saja yang ditutupi epitel respirasi - Setiap 20-30 menit, swell bodies pada salah satu sisi akan tersisi
penuh oleh darah sehingga mukosa concha membengkak dan
mengurangi aliran udara sehingga sebagian besar udara akan C. EAR
diarahkan melalui fossa nasalis yang lain
TELINGA TENGAH
Mukosa rongga hidung
- memiliki system vascular yang rumit - Tympanic cavity
- pembuluh darah besar membentuk jalinan-jalinan rapat dan o Rongga berisi udara yang ireguler. Terletak antara membran
cabang-cabangnya meluas ke permukaan timpani dan permukaan tulang telinga dalam
- darah mengalir dari belakang rongga hidung ke depan dalam arah o Dilapisi oleh simple cuboidal epitelium
berlawanan dengan aliran udara inspirasi sehingga panas o Terdapat suatu saluran yang menuju nasopharynx, disebut
berpindah dari darah ke udara yang akan menyebabkan udara tuba eustachius
menjadi hangat dengan cepat o Di dinding medialnya memiliki dua lapisan membran yang
Kelenjar mukosa dan serosa di mukosa tidak bertulang, yaitu fenestra ovalis dan fenestra rotunda
- Fungsinya adalah sebagai filtrasi (partikel dan polutan gas
terperangkap di lapisan mucus) dan melembapkan udara yang D. PHARYNX
masuk
Nasofaring
Nasofaring merupakan bagian superior faring, yang terletak posterior
B. PARANASAL SINUS
terhadap nasal cavity dan memanjang sampai ke soft palate. Pada nasofaring
Sinus dilapisi oleh epitel kolumner pseudostratifikasi bersilia yang berlanjut
ini, terdapat muara bilateral eustachian tube yang berasal dari telinga tengah.
dengnamukosa cavum nasi.
Selain itu, terdapat juga 5 opening lainnya diantaranya:
Ada 4 tipe dasar tipe sel;
2 opening internal nares
- sel epitel kolumner
- sel kolumner non-siliaris 2 opening eustachian tube
- sel-sel basal 1 opening oropharynx
- sel goblet. Secara miksrostruktur terdiri dari 4 lapisan yaitu :
Sel-sel bersiliamempunyai 50-200 silia per sel dengan 9-11 mikrotubulus
1. Mukosa
dan lengan dynein.
Epitel
Sel goblet menghasilkan glikoprotein yang berperan untuk viskositas dan
Jenis epitelnya merupakan :
elastisitas mucus sel-sel goblet diinervasi oleh system saraf simpatis
dan parasimpatis. a. Anterior part : pseudostratified ciliated columnar
Lapisan epitel disokong dengan membrane basalis, lamina propria epithelium
dan periosteum. b. Lower part : stratified squamous epithelium
Glandula serosa dan mukosa terdapat di lamina propria. Penelitian anatomis Lamina propia
menunjukkan bahwa sel-sel goblet dan glandula submukosa pada sinus o Memilki banyak elastic tissue dan simple branch
lebih sedikit dibandingkan pada mukosa nasal. tubulo-alveolar gland
o Pada bagian posterosuperior wall terdapat E. TONSIL
lymphatic nodule yang beragregasi membentuk
pharyngeal tonsil
2. Submukosa
Tersusun oleh loose connective tissue, dan hanya terdapat di
superolateral part of nasopharynx
3. Muscle layer
Tersusun oleh skeletal muscle yang terdiri dari 2 lapisan :
a. Lapisan luar : circular layer
b. Lapisan dalam : longitudinal layer
Ketika terjadi kontraksi skeletal muscle, maka berfungsi
membantu proses penelanan. Tetapi, ketika terjadi relaksasi,
maka berfungsi untuk menjaga posisi dan bentuk dari faring.
4. Fibrosa
Terdiri dari :
a. thin layer of fibrosa (connective tissue) 3. PHYSIOLOGY
b. outermost layer A. DEFENSE MECHANISM RESPIRATORY TRACT
Mekanisme proteksi terhadap paru-paru dari kontaminan di udara yang
diinspirasi dan material seperti liquid, partikel makanan, dan bakteri yang
dapat teraspirasi.
1. Air Conditioning
Temperatur dan humiditas udara lingkungan bervariasi, sedangkan
alveoli harus diproteksi dari dingin dan kekeringan. Maka dari itu udara
yang terinspirasi akan kontak dengan mukosa hidung, nasal turbinate
(160 cm2), orofaring, dan nasofaring yang memiliki suplai darah yang
kaya dan surface area yang luas kemudian dilanjutkan melalui
tracheobronchial tree dimana selama itu udara akan dipanaskan sampai
ke body temperature dan dilembabkan.
2. Olfaction
Reseptor olfaktori terletak pada posterior nasal cavity, bukan di trachea b. Removal of Filtered Material
ataupun di alveoli sehingga kita dapat mengendus (sniff) untuk mencoba Material yang telah difilter dan teraspirasi yang terperangkap di
mendeteksi gas yang berpotensi sebagai hazard ataupun material mucus lines di respiratory tract dapat disingkirkan dengan beberapa
berbahaya di udara yang diinspirasi. Mengendus merupakan inspirasi cara :
cepat dan dangkal sehingga gas akan kontak dengan sensor olfaktori Reflex di saluran nafas
tanpa membawanya ke paru-paru. Stimulasi mekanaik dan kemikal dari reseptor dimanapun di
3. Filtration & Removal of Inspired Particle respiratory tract dapat menyebabkan bronkokonstriksi sehingga
Respiratory tract memiliki system terperinci untuk memfiltrasi udara akan mencegah penetrasi lebih dalam dari iritan dan akan
yang terinspirasi dan menyingkirkan partikel dari saluran nafas. memproduksi batuk dan bersin.
a. Filtration of inspired air Mekanisme batuk:
- Udara yang melewati hidung pertama kali akan difilter melalui nasal - Bronkus - Laring - Bronkiolus terminalis
hair (vibrissae) dimana ia memfilter partikel berdiameter >10-15 - trakea - karina - Alveoli
mikrometer. -
- Partikel berukuran >10 mikrometer impact dengan nasal septum Sangat sensitif Paling sensitif Sensitive bahan kimia korosif (seperti gas
dan turbinate. Arus udara yang terinspirasi berubah arah secara kasar sulfur dioksida, klorin)
di nasofaring. Banyak dari partikel yang lebih besar bertubrukan Terhadapsentuhan ringan
( benda asing atau iritan )
dengan dinding posterior faring akibat kelembaman. Karena letaknya
yang dekat dengan tonsil dan adenoid, maka akan ada immunologic
defense untuk melawan material yang aktif secara biologis. Impuls aferen dari saluran nafas
mikrometer akan tersuspensi sebagai aerosol dan diekshalasi Udara bertekanan tinggi meledak
Membawa partikel dari
sebanyak 80%nya. bronkus dan trakea
keluar (75-100 mil/jam)
Mekanisme bersin: Defense Mechanism of The Terminal Respiratory Unit
Mekanisme bersin sangat mirip dengan reflex batuk kecuali reflex ini Partikel asing yang bisa lolos melewati terminal airways dan alveoli
berlangsung pada saluran hidung bukan saluran pernafasan bagian bawah. akan mengalami proses defense mechanism tubuh yang paling
Iritasi dalam saluran hidung terakhir. Cara menghilangkan debu/kuman yang masuk adalah :
o Dihilangkan oleh alveolar makrofag
Impuls aferen berjalan o Non-spesifik enzimatik destruction
dalam nervus ke lima
o Reaksi imunologi
Ke medulla yang
mencetuskan refleks ALVEOLAR MACROPHAGES
Alveolar makrofag merupakan mononuclear ameboid cell yang besar
Terjadi serangkaian reaksi yang mirip
dengan reflex batuk tetapi uvula ditekan yang berada di lapisan alveolar
Masa hidupnya 1-5 minggu
Sejumlah besar udara Alveolar makrofag akan menelan partikel asing dan menghancurkan
dengan cepat melalui
hidung
partikel asing tersebut dengan lysozyme yang dimilikinya
Setelah terjadi engulfment tersebut, ada yang tetap akan disimpan di
Membantu membersihkan alveolar surface, ada alveolar makrofag yang dimigrasi ke mucociliary
saluran hidung dari benda asing
escalator via Pores Of Kohn, atau adan juga yang migrasi ke lymphatic
system.
The Mucociliary Escalator
Selain itu, alveolar makrofag juga berperan penting dalam sistem
Semua permukaan saluran nafas dilapisi oleh lapisan tipis mukus yang
imun karena mensekresikan arachidonic acid, growth factor,
diseksresikan oleh membran mukosa sel goblet / mucus-covered ciliated
cytokines, lymphocytes, dll.
epithelium.
Lapisan mukurs pada saluran pernafasan mengandung faktor-faktor
OTHER METHODES OF PARTICLE REMOVAL DESTRUCTION
yang efektif sebagai sistem pertahanan : IgA, PMNs, Interferon, dan
Lysozyme: Sering ditemukan di leukosit yang merupakan enzim
antibodi spesifik.
pembunuh bakteri
Gerakan silia seperti menyapu (frekuensi : 600-900 beats per minute)
Lactoferin: Disintesis oleh limfosit sebagai potent bacteriostatic
Silia dan mukus menjebak kuman dan debu kemudian memindahkannya
agent
ke faring agar menjauhi alveolus, lalu setelah itu bisa ditelan oleh kita,
Alpha 1 trypsin: Menghasilkan protein yang dihasilkan untuk bacteri
meludah, atau blowing one nose.
atau dead cell
Oleh karena itu, The mucociliary escalator merupakan mekanisme
Interferon: Potent antiviral yang diproduksi oleh macrophages
pertahanan saluran nafas yang penting untuk menghilangkan partikel-
partikel asing yang dihirup oleh kita.
B. HEARING MECHANISM 5. Getaran pada oval window akan membentuk fluid pressure wave di
perilymph pada cochlea sehingga mendorong perilymph dari scala
vestibuli.
6. Fluid pressure wave dihantarkan dari scala vestibuli ke scala tympani
lalu round window sehingga membrane bulges outward menuju
middle ear.
7. Fluid pressure wave di perilymph mendorong vestibular membrane
untuk bergetar sehingga akan terbentuk pressure wave di
endolypmh didalam cochlear duct.
2. ETIOLOGY
a. Primary (or idiopathic) cause
b. Secondary cause
b. Systemic cause
o M. Catarrhalis
D. AMBROXOL
- Infeksi Saluran kemih berulang pada anak dan dewasa yang 1. Golongan : Derivat dari benzylamide dan metabolit dari bromhexine.
disebabkan oleh E.coli 2. Mek Aksi : Zat aktif ambroxol bertindak langsung sebagai bronko-
sekretolitik atau agen mukolitik dengan ekspektoran yang kuat.
5. Kontraindikasi: Hipersensitivitas, Laktasi, Previous history of cholestatic 3. Farmakodinamik: Meningkatkan produksi mucus, Menurunkan
jaundice / hepatic dysfunction, Severe renal impairment kekentalan mucus, Meningkatkan motilitas silia
4. Farmakokinetik
6. Efek samping: Gangguan saluran pencernaan ( diare, mual, muntah),
- Absorbsi : baik dan cepat setelah pemberian oral (70-80%). Puncak
Peningkatan AST dan peningkatan ALT, Urtikaria, Erythematous rashes, konsentrasi dalam plasma - 3 jam
Angioedema & Reaksi anafilaksis - Distribusi : 90% berikatan dengan protein plasma di darah
- Metabolisme : dimetabolisme pertama di hati dengan cara - metabolism: Hepatic
glukoronidasidan sisanya di metabolisme menjadi asam - half life: 9-16 jam
dibromanthralik 5. Indikasi:
- Eksresi : di ginjal 90% - Nasal, sinus, Eustachian tube congestion, and
5. Indikasi vasomotor rhinitis.
Pengobatan infeksi saluran pernafasan akut atau kronisyang 6. Efek Samping:
berhubungan dengan peningkatan produksi mukus seperti bronkitis - Arrhythmia
kronis, bronkitis asmatikus, bronkiektasis, dan asma bronkhial. - Headache
6. Dosis (Irish Medicine Board, 2013) - Hyperactivity
Dosis untuk anak dihitung 1,2-1,6mg/kgBB/hari - Insomnia
- Anak anak 5-12 tahun : 3x1hari 15mg - Nausea
- Anak-anak 2-5tahun : 3x1hari 7,5mg - Tremor
7. Dose:
- Anak-anak dibawah 2 tahun : 2x1hari 7,5mg
- Dewasa: Give 3060 mg PO q46h or 120 mg sustained
7. Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap Ambroxol HCl, Ulkus gaster,
release formula q12h. Do not exceed 240 mg/24h.
Ulkus duodenum, Ibu hamil dan menyusui
- Anak:
8. Efek Samping o 612 y: PO 30 mg q6h. Do not exceed 120 mg/24h.
- Gastrointestinal : mual, muntah, diare, nyeri abdomen o 25 y: PO 14 mg q6h. Do not exceed 60 mg/24h.
- Sistem Imun : ruam, urtikaria
E. PSEUDOEPHEDRINE
1. Kelas: Decongestan
2. Golongan: Mix-Action Adrenergic Agonist
3. MOA:
Pseudoephedrine acts directly on both alpha - and beta-
(lesser degree) adrenergic receptor.
- Alpha-adrenergic receptor in the mucosa of the
respiratory tract, pseudoephedrine produces
vasoconstriction.
- Pseudoephedrine relaxes bronchial smooth muscle by
simulating beta2-adrenergic receptor.
Indirect effect, pseudoephedrine releasing
norepheneprine from its storage site.
4. farmakokinetik:
- absorption: GI Tract
B. CLINICAL SCIENCE dikarenakan Eustachian tube nya lebih pendek, lebar dan horizontal. Sekitar
1. OTITIS >50% biasanya terjadi pada tahun pertama kehidupan
A. DEFINITION **Reference: BOIES
If prolonged, potential pathogen (virus and bacteria) are Tympanic membrane retraction
aspirated from nasopharynx into the middle-ear
Favorable medium for proliferation Fullness on the ear Mild Hearing loss
of bacteria
Otorrhea
G. CLINICAL MANIFESTATION o Rupture tympanic membrane
- Otalgia 5. Stadium resolusi
- Irritable (infant)
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan
- Fever
primer, IDI, edisi 1, 2013
- Hearing loss
- Otorrhea J. MANAGEMENT
1. Non-Surgical
**Reference: current Diagnostic and treatment in otolaryngology
a. Topical
H. DIAGNOSIS - Pada stadium oklusi
- Symptoms Tujuan dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius.
- Signs o Obat tetes hidung HCl ephedrine 0,5% (atau
o PE oksimetazole 0,025%) diberikan dalam larutan fisiologis
Fever untuk anak dibawah 12 tahun
Mastoid show no swelling but maybe o Obat tetes hidung HCl ephedrine 1% (atau oksimetazole
moderately tender to pressure 0,05%) diberikan dalam larutan fisiologis untuk anak
o Otoscopy diatas 12 tahun atau dewasa.
Opaque, thickened, erythematous, and - Pada stadium perforasi
sometimes bulging tympanic membrane Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dilanjutkan
Tympanic membrane is immobile by pneumatic antibiotic adequate seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3
otoscopy minggu.
o Tuning fork test Catatan: jangan menggunakan antibiotic tetes lainnya pada
Conducting hearing loss stadium perforasi karena dpt menyebabkan persistent tympanic
rupture.
**Reference: basic otorhinolaryngology b. Oral systemic
I. STAGE - Antihistamin jika terdapat allergy
1. Stadium oklusi tuba eustachius - Antipiretik seperti paracetamol
o Retraksi membrane tympanic - Antibiotic
o Cone of light menghilang o Stadium oklusi dan hyperemic
2. Stadium hyperemic Dapat diberikan penicillin atau erytromicin selama 10-
o Hyperemic tympanic membrane 14 hari.
o Edema Ampicillin, or
3. Stadium supurasi - Dewasa 500mg 4 kali sehari
o Bulging tympanic membrane - Anak 25 mg/kgBB 4 kali sehari
o Severe pain and fever Amoxycilin, or
4. Stadium perforasi - Dewasa 500mg 3 kali sehari
- Anak 10 mg?kgBB 3 kali sehari L. PROGNOSIS
Erythromycin - Dubia ad bonam jika pengobatan adequate.
- Dewasa 500mg 4 kali sehari
- Anak 10 mg/kgBB 4 kali sehari **Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
kesehatan primer, IDI, edisi 1, 2013
Jika resisten, dapat dikombinasikan dengan asam
klavulanat atau sefalosporin.
D. ETIOLOGY
Bacteria (S.Aureus ,S.pneumonia, H.Influenza)
Fungi (Aspergilus,Alternaria )
Virus (Rhinovirus,Coronavirus,Influenza A B<parainfluenza)
Others ( Alergi, Kongenital,Trauma,Neoplastik)
E. CLASSIFICATION
Sinusitis Infeksiosa
Secara waktu
Akut ( 1-4 minggu )
Subakut (>4 dan < 12 minggu )
Recurrent Acute Sinusitis (Terdiri dari 4 episode atau
lebih dalam 1 tahun ) **Reference: Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head &
Neck Surgery
Kronik (> 12 minggu )
Inflammation
Fatigue
J. MANAGEMENT
B. EPIDEMIOLOGY
Setiap tahunnya 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan
karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5
kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara
global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang
absen bekerja atau sekolah.
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan
primer, IDI, edisi 1, 2013
C. RISK FACTOR
Meningitis
Epidural Abscess 1. Paparan udara yang dingin.
Cavernous Sinus Thrombosis
2. Menurunnya daya tahan tubuh.
Pott Puffy Tumor
Invasive Fungal Sinusitis 3. Konsumsi makanan yang kurang gizi.
4. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam
**Reference: Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.
Neck Surgery **Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan
primer, IDI, edisi 1, 2013
L. PROGNOSIS
D. CLASSIFICATION
Untuk akut sinusistis estimasi 40-70% sembuh tanpa terapi
1. Faringitis akut
Untuk kronis siunistis , prognosis bermacam-macam tetapi jika
- Faringitis viral
dilakukan operasi kesembuhan mencapai 90 %
- Faringitis bacterial
**Reference: Textbook Sinusitis relief - Faringitis fungal
- Faringitis gonorea
2. Faringitis kronik
- Faringitis kronik hiperplastik Pemeriksaan Fisik
- Faringitis kronik atopi - Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis,
3. Faringitis spesifik eksudat (virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak
- Faringitis tuberculosis menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat menimbulkan lesi
- Faringitis luetika vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
- Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa
primer, IDI, edisi 1, 2013 hari kemudian timbul bercak petechiaepada palatum dan faring. Kadang
ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
E. CLINICAL MANIFESTATION penekanan.
Keluhan - Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih diorofaring dan
Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan, sakit jika menelan dan pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
batuk. Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada
mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan **Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan
tanda dan gejala umum seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku primer, IDI, edisi 1, 2013
dan sakit pada otot leher.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu: G. MANAGEMENT
- Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala
Penatalaksanaan
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
1. Istirahat cukup
demam disertai rinorea dan mual.
- Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai 2. Minum air putih yang cukup
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. 3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
- Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan. antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal
- Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan diberikan Nystatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik
akhirnya batuk yang berdahak. hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan
- Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta memakai zat kimia larutan nitras argentin 25%.
mulut berbau. 4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus metisoprinol
- Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon (isoprenosine) dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
dengan pengobatan bakterial non spesifik. pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan dalam 4-6 x/hari.
primer, IDI, edisi 1, 2013 5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
streptococcus group A, diberikan antibiotik Penicillin G Benzatin 50.000
F. DIAGNOSIS U/kgBB/IM dosis tunggal bila pasien tidak alergi penisilin, atau
Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
dewasa 3x500mg selama 6-10 hari, atau Eritromisin 4x500mg/hari.
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan Infective rhinitis:
primer, IDI, edisi 1, 2013 - Viral: rhinovirus, parainfluenza & influenza virus, adenovirus
- Bacterial: streptococcus pneumoniae, grup A beta hemolytic
H. COMPLICATION
streptococci, H. Influenza
1. Sinusitis 2. Otitis media 3. Epiglotitis 4. Abses peritonsilar 5. Abses - Fungal: candida spp, aspergillus spp, cryptococcus spp.
retrofaringeal. 6. Septikemia 7. Meningitis 8. Glomerulonefritis 9. Allergic rhinitis
Demam rematik akut Non-allergic rhinitis
- Benda asing pada hidung
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan
- Abnormalitas nasal septum
primer, IDI, edisi 1, 2013
- Turibinate hypertrophy
I. PROGNOSIS - Adenoid hypertrophy
- Nasal polyp
Prognosis pada umumnya bonam, namun hal ini bergantung pada jenis
- Rhinosinusitis
dan komplikasinya.
- Neoplasm
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan
primer, IDI, edisi 1, 2013
D. CLINICAL MANIFESTATION
5. ADENOID HYPERTROPHY - Gejala dapat bervariasi tergantung pada etiologi, namun dapat terdiri
6. RHINITIS dari: gatal, bersin, obstruksi nasal, discharge purulent, berdarah atau
A. DEFINITION jernih dan gangguan sensasi mencium.
Inflamasi dari mucosa nasal. Ditandai oleh: - Hidung penuh/tersubat kronis dapat menggangu nafas normal,
pasien terpaksa bernafas melalui mulut
- Terdapat pembengkakan mucosa secara keseluruhan, - Makan, minum dan berbicara menjadi terganggu
- peningkatan volume dan viskositas sekresi nasal dan gangguan silia
nasal E. DIAGNOSIS
B. EPIDEMIOLOGY - Complete Blood Count (CBC)
- Tes alergi
Rhinitis merupakan penyebab paling sering dari obstruksi nasal.
- X-rays: sinus paranasal & adenoid
Merupakan keadaan yang sering terjadi dan cenderung lebih sering terjadi
- Nasopharyngoscopy
seiring meningkatnya usia.
- Rhinoscopy
Prevalensi rhinitis non-alergi lebih sering pada wanita dan insidensi diagnosis
meningkat dengan usia.
F. MANAGEMENT
C. ETIOLOGY
1. Viral rhinitis: decongestant, antihistamine, atau keduanya
2. Atrophic rhinitis: topical treatment 4. Tonsillitis akut
3. Vasomotor rhinitis: humidifikasi dan corticosteroid topical serta - Tonsillitis viral
pseudoefedrin Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering.
G. COMPLICATION - Tonsillitis bacterial
- Nasal polyp grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai
- Sinusitis strept throat, pneumococcus, streptococcus viridan dan
- Middle ear infection streptococcus piogenes.
5. Tonsillitis membranosa
- Tonsillitis difteri
Tonsilitis ini disebabkan oleh kuman Corynebacterium
7. TONSILITIS diphteriae.
A. DEFINITION - Tonsillitis septik
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari Streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
cincin Waldeyer. sehingga menimbulkan epidemi.
6. Tonsillitis kronis
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari
primer, IDI, edisi 1, 2013 rokok,beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh
B. EPIDEMILOGY cuaca, kelelahanfisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat.
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun
dan anak remaja berusia 15 hingga 25 tahun. E. CLINICAL MANIFESTATION
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan Hasil Anamnesis (Subjective)
primer, IDI, edisi 1, 2013
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tenggorokan. Gejala lainnya
C. RISK FACTOR tergantung penyebab tonsilitis.
1. Faktor usia, terutama pada anak. - Penderita tonsilitis akut
2. Penurunan daya tahan tubuh. o awalnya mengeluh rasa kering di tenggorokan, kemudian berubah
menjadi rasa nyeri di tenggorokan dan nyeri saat menelan.
3. Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).
o Rasa nyeri semakin lama semakin bertambah sehingga anak
4. Higiene rongga mulut yang kurang baik. menjadi tidak mau makan.
o Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-
**Reference: panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan sendi dan telinga.
primer, IDI, edisi 1, 2013 o Keluhan lainnya berupa demam yang dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak.
D. CLASSIFICATION
o Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang sering T0: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat.
menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti
T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini
atau batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak
disebut plummy voice/ hot potato voice.
pilar anterior uvula.
o Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum
oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume
o Tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa orofaringatau batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-
nyeri tenggorokan. uvula sampai jarak pilar anterior-uvula.
- Pada tonsilitis kronik T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
o pasien mengeluh ada penghalang/mengganjal di tenggorokan, atau batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula
tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis). sampai jarak pilar anterior-uvula.
T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
F. DIAGNOSIS
atau batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan sampai uvula atau lebih.
untuk diagnosis definitif dengan pemeriksaan penunjang.