Program KIA bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak
yang disebabkan oleh perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi, aborsi tidak aman, dan
persalinan sulit.
Puskesmas melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung, melakukan seluruh
program KIA secara menyeluruh dengan memperhatikan beberapa indikator9:
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)
2. Cakupan Komplikasi Kebidanan
3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
4. Cakupan Pelayanan Nifas
5. Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
6. Cakupan Kunjungan Bayi
7. Cakupan Imunisasi Bayi
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita
9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI
10. Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk
11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar
Program kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui pemeriksaan ibu hamil dan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Sasaran, target, cakupan dan kesenjangan
pemeriksaan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciwidey dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Desa/ Cakupa
No. Sasara Cakupan Kesen- Kesen-
Kelurahan Target K1 K4 n
n % jangan % jangan
(%)
(%) (%)
1 Ciwidey 351 100 351 100,0 0 351 100,0 0
2 Panyocokan 283 100 282 99,65 0,35 283 100,0 0
3 Panundaan 299 100 296 99,00 1,00 289 96,65 3,35
Jumlah 933 100 929 99,75 0,45 1169 98,83 1,11
Ibu Bersalin
Berdasarkan tabel 1.8 persalinan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciwidey
terutaama Desa Panundaan (sebesar 2,42%) masih ada yang ditolong dukun/paraji. Hal ini
dapat disebabkan karena jarak tempuh ke puskesmas jauh dan tingkat pendidikan yang rendah.
Antenatal care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama hamil
sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan
melahirkan bayi yang sehat. Secara khusus pelayanan antenatal bertujuan untuk mendeteksi
ibu hamil dengan faktor risiko tinggi dan menganggulangi sedini mungkin, merujuk kasus
risiko tinggi ke tingkat pelayanan kesehatan yang seusai, memberi penyuluhan dalam bentuk
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) segingga terjadi peningkatan cakupan dan
merencanakan serta mempersiapkan persalinan sesuai dengan risiko yang dihadapinya.
Tabel 1. Cakupan Program Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan dan Deteksi
Risiko Tinggi oleh Masyarakat Bulan Tahun 2018
Cakupan program deteksi ibu hamil risiko oleh tenaga kesehatan dari 3 desa terdapat 2 desa
yang belum mencapai target. Desa yang mendapatkan presentase paling rendah dari seluruh
desa yang belum mencapai target deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan dan
masyarkat adalah Desa Ciwidey (50,0%). Hal ini disebabkan desa ciwidey memiliki wilayah
yang luas, sehingga tenaga kesehatan sulit untuk mendeteksi ibu hamil yang memiliki risiko
tinggi.
Cakupan Persalinan adalah cakupan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonates selama periode 0-28 hari setelah lahir,
baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah dengan KN1 adalah kontak pada
usia 0-7 hari, dan K N2 adalah kontak pada usia 8-28 hari.
Cakupan Kesehatan Anak
Tabel 1.17 Cakupan Program Kunjungan Neonates ke-1 dan Kunjungan Neonates Lengkap 2018
No Desa Jumlah KN1 KN Lengkap
Sasaran
Bayi Target Cakupan Kesenjangan Target Cakupan Kesenjanga
(%) (%) (%) (%) n
1. Ciwidey 315 75 104,4 +29,4 75 100 0
2. Panyocokan 238 75 109,2 +34,2 75 100 0
3. Panundaan 273 75 103,2 +28,2 75 100 0
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil pencapaian KN1 diatas target, hal ini disebabkan karena
banyak ……… Kunjungan neonates lengkap mencapai target di seluruh desa.
Tabel
Tahun 2018
Dari total sasaran pasangan usia subur (PUS) sebanyak 7929 Orang, capaian akseptor
aktif dengan target 82% pada tahun 2018 di wilayah kerjas puskesmas ciwidey cakupan aseptor
aktif 7027 (88,62%) mencapai lebih dari target yang di tetapkan, ini menunjukan bahwa
masyarakat wilayah kerja puskesmas ciwidey kesadaran untuk menjadi akseptor KB sudah
menjadi kebutuhan masyarakat dan sadar akan manfaat ber KB untuk kesejahteraan keluarga.
Dari total jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sejumlah 7929 pasangan akseptor KB
mayoritas memilih alat kontrasepsi metode suntik sebanyak 4396 orang, pil sebanyak 1364 ,
IUD sebanyak 1070, implant sebanyak 281 hal ini menunjukan kesadaran masyarakat
menggunkan metoda jangka panjang (MJP) sudah cukup baik.