Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

MEDIKOLEGAL
(Penolakan Pemasangan Dauer Catheter)

Disusun Oleh :
dr. Ananda Indrawan Prabowo

Pendamping Internship :
dr. Dhita Putri W

PROGRAM INTERNSHIP
RS ARSANI
SUNGAILIAT - BANGKA
2016 2017
PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : dr. Ananda Indrawan Prabowo


No. ID dan Nama Wahana : RS Arsani
Topik : Medikolegal (penolakan pemasangan DC)
Tanggal (kasus) : 29.3.2017
Nama Pasien : Tn. A, 45 th No. RM : 04.16.26
Tanggal Presentasi : No. dan Nama Pendamping :
dr. Dhita Putri W
Tempat Presentasi : RS Arsani
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Pasien Tn. A datang dengan keluhan Sesak sejak 1 minggu SMRS, sesak dirasakan
saat berbaring dan beraktivitas dan berkurang dengan isthirahat. Batuk tidak berdahak (+),
Udem tungkai minimal (+), Mual (+), muntah (-), nafsu makan berkurang, nyeri dada (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi vena jugularis dan brachialis, Rhonki halus di
basal paru dan apex, udem minimal kedua tungkai.
Tujuan :
1. Implementasi kode etik kedokteran
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

RS Arsani 2
PORTOFOLIO

Data pasien : Nama : Tn. A No. register : 04.16.26


Nama RS : RS Arsani Telp : - Terdaftar sejak : -

Data utama untuk bahan diskusi


Diagnosis/ gambaran klinis :
Pasien Tn. A datang dengan keluhan Sesak sejak 1 minggu SMRS, sesak dirasakan
saat berbaring dan beraktivitas dan berkurang dengan isthirahat. tidur membutuhkan 3
bantal. Batuk tidak berdahak (+), Udem tungkai minimal (+), Mual (+), muntah (-), nafsu
makan berkurang, nyeri dada (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi vena
jugularis dan brachialis, Rhonki halus di basal paru dan apex, udem minimal kedua
tungkai.
Riwayat pengobatan :
Untuk keluhannya sudah minum obat darah tinggi, kolesterol
Riwayat penyakit sekarang :
sesak nafas dirasakaan saat beraktivitas dan berkurang saat istirhat, kaki terasa bengkak,
mual tetapi tidak terdapat muntah
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat darah tinggi
Riwayat pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien
Kondisi lingkungan sosial dan fisik:
-

RS Arsani 3
PORTOFOLIO

8. Lain-lain :
-
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: kompos mentis, tampak sakit berat
Tanda vital:
Ttd : 140/100 mmhg
Hr : 130 x/m
Pernapasan : 41 x/m
Suhu : 37.8 C
SaO2 : 98%
BB : 68 kg

Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Napas cuping hidung (+)
Leher : KGB tidak teraba
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo : SDV (+/+), Wh (-/-), Rh (+/+)
Cor : BJ I-II regular, murmur (-)
Abdomen : Datar lembut,
Bising usus (+) normal
Hepar & lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : Edema +/+, sianosis -/-, CRT < 2

Diagnosis :
Dyspnea e.c CHF Nyha IV
Terapi
Umum
Memberitahukan kepada penderita dan keluarganya tentang penyakit yang dideritanya
Edukasi pasien tentang terapi farmakologi dan non farmakologi

RS Arsani 4
PORTOFOLIO

Khusus
NRM dengan O2 :7-8 lpm
Ivfd Nacl 0.9% 8 tpm
Fasorbid 2 amp
Inj furosemid /12 jm
Pantoprazol 40 mg/ 24 jm
EKG
RO thorax AP
Imobilisasi dan rehidrasi dgn pemasangan dauer catheter e.c dyspneu CHF

Pasien menolak pemasangan Dauer Catheter
Daftar Pustaka :
1. Sumpah Dokter
2. Price Sylvia A.,Wilson Loraine M., Carol T. B. Patofisiologi. Konsep Klinis proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC. 2006
3. Mansjoer A. dkk. (Eds). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Volume 1. Jakarta:
Media Aesculapius. 2001.
4. Harbanu H Mariyono & Anwar Maryono. Faktor Risiko Gagal Jantung. Jakarta: EGC.
2007.
5. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tercantum dalam :
6. http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/30.pdf
7. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
8. Tom L. Beauchamp and James F. Childress. Principles of Biomedical Ethics, 6th
9. Edition. Oxford: Oxford University Press, 2008. pp. 417. ISBN 978-0-19-533570-5
10. Jeffrey W. Bulger. Teaching Ethics Vo.8, #1, Fall 2007. Society for Ethics Across
the
11. Curriculum. pp. 81100.
Hasil Pembelajaran:
1. Aplikasi prosedur dan tindakan kedokteran berdasarkan atas sumpah dokter, kode etik
dokter dan peraturan tentang praktik kedokteran

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :


1. Subyektif

RS Arsani 5
PORTOFOLIO

Pasien Tn. A datang dengan keluhan Sesak sejak 1 minggu SMRS, sesak dirasakan
saat berbaring dan beraktivitas dan berkurang dengan isthirahat. tidur membutuhkan 3 bantal.
Batuk tidak berdahak (+), Udem tungkai minimal (+), Mual (+), muntah (-), nafsu makan
berkurang, nyeri dada (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi vena jugularis dan
brachialis, Rhonki halus di basal paru dan apex, udem minimal kedua tungkai.
2. Obyektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda vital pada pasien ditemukan terdapat tekanan
darah 140/100 mmhg, denyut jantung 130x/m dan pernapasan 40x/m yang menandakan
mekanisme respon dari sesak nafas pasien yang menandakan tubuh kekurangan oksigen
sehingga menimbulkan respon saraf simpatis yang ditandai dengan peningkatan denyut
jantung dan pernapasan. Dari hasil pemeriksaan fisik juga ditemukan nafas cuping hidung,
pemeriksaan thorak terdapat rhonki basah halus pada kedua lapang paru.
3.Assesment
Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya gagal jantung.
Sebagai reaksi dari hal tersebut, awalnya dinding jantung merentang untuk menahan lebih
banyak darah karena hal ini, maka otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat.
Sementara itu ginjal menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium. Ini menambah jumlah
darah yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kenaikkan
yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana tekanan atrium kanan
meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan yang berlebihan atau menjadi
sangat edema sehingga tidak mampu memompa darah yang sedang sekalipun. Tubuh
kemudian mencoba untuk berkompensasi dengan melepaskan hormon yang membuat jantung
bekerja lebih keras. Dengan berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-
gejala gagal jantung mulai timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka
kemampuan jantung untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung
menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara efisien.

4. Plan
Non farmakologi :
a. Anjuran Umum
- Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan, diet rendah garam
- Sesuaikan kemampuan fisik dengan kegiatan sehari-hari.
b. Tindakan Umum

RS Arsani 6
PORTOFOLIO

- Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ringan dan 1 g pada
gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal
jantung ringan).
- Hentikan rokok, tirah baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut.
Farmakologi
- Diuretik.
- Penghambat ACE
- Angiotensin II antagonis reseptor
- Kombinasi hidralazin dengan ISDN
- Digoksin
- Antikoagulan dan antiplatelet
Pemasangan diapers dewasa sebagai penggantiDauer Catheter
Perawatan ICU menurut DPJP terkait

5. Pembahasan
Berdasarkan kasus diatas terdapat hak dan kewajiban untuk pasien maupun dokter.
Hak dan kewajiban tersebut bertujuan untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan persepsi
antara hak dan kewajiban serta mencegah terjadinya perbedaan. Pada sebagian besar hak dan
kewajiban seorang tenaga medis tercantum dalam perundang undangan kesehatan dan
praktik kedokteran. Pada kasus ini pasien memiliki hak dan kewajiban sebagai seorang
pasien. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pengobatan dan pelayanan kesehatan
komprehensif dari pusat pelayanan kesehatan maupun tenaga medis. Sedangkan seorang
tenaga medis berkewajiban untuk melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan strandar
profesi dan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap
seseorang pasien sesuai dengan kebutuhan medis pasien.
Seorang pasien memiliki hak dan kewajiban, dimana hak pasien tercantum dalam UU
No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 52 serta tertuang juga dalam UU No.36
tahun 2009 tentang kesehatan pasal 4 dan 5. Hak hak pasien antara lain pasien berhak
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan dilakukan, pasien
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan medis sesuai kebutuhan medisnya, pasien
memiliki hak untuk menolak tindakan medis, pasien memiliki hak untuk meminta pendapat
dokter lain dan pasien memiliki hak untuk mengetahui isi rekam medisnya. Selain itu seorang
pasien juga memiliki suatu kewajiban yang tertuang dalam pasal 53 UU No.29 tahun 2004

RS Arsani 7
PORTOFOLIO

tentang praktik kedokteran dan pasal 9 serta 10 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan,
dimana seorang pasien memiliki kewajiban untuk mematuhi ketetntuan yang berlaku disarana
pelayanan kesehatan, pasien memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang lengkap
dan jujur tentang masalah kesehatannya dan pasien memiliki kewajiban untuk mematuhi
nasihat petunjuk dari dokter.
Dalam hal ini pasien sudah mendapatkan haknya untuk menerima pelayanan
tatalaksana awal sesuai dengan alur algoritma tatalaksana pasien asma di UGD. Sedangkan
dokter juga sudah melakukan kewajiban berupa memberikan pelayanan medis sesuai standar
profesi dan standar prosedur operasional sesuai kebutuhan medis pasien. Namun pada kasus
ini juga terdapat masalah bioetika dimana setelah dilakukan tatalaksana awal di UGD pada
pasien tidak terdapat perubahan kondisi yang signifikan sehingga disarankan oleh dokter
untuk melakukan perawatan di ruang rawat inap yang bertujuan untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat dan intensif untuk mengatasi kemungkinan serangan asma yang lebih
berat dan dapat mengancam nyawa. Namun orang tua dan keluarga pasien menolak untuk
dilakukan perawatan di ruang rawat inap dikarenakan alasan biaya/masalah keuangan.
Kaedah etika yang sesuai dengan masalah ini adalah beneficence. Beneficence adalah
berbuat baik. Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian berbuat
baik diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban:
Tindakan berbuat baik (beneficence). Terdapat dua macam klasifikasi beneficence, yaitu:
General beneficence :
a. melindungi & mempertahankan hak yang lain
b. mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
c. menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence :
a. menolong orang cacat,
b. menyelamatkan orang dari bahaya.
c. Mengutamakan kepentingan pasien
d. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan
dokter/rumah sakit/pihak lain
e. Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
f. Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya (apalagi ada yg hidup).
Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan
dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat

RS Arsani 8
PORTOFOLIO

baik daripada hal yang buruk. Prinsip- prinsip yang terkandung didalam kaidah ini
adalah;
a. Mengutamakan Alturisme
b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
c. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang dokter
d. Tidak ada pembatasan goal based
e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
suatu keburukannya
f. Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang
g. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
h. Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
i. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
orang lain inginkan
j. Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
k. Mengembangkan profesi secara terus menerus
l. Minimalisasi akibat buruk

RS Arsani 9

Anda mungkin juga menyukai