Anda di halaman 1dari 14

EKSPLORASI MAKNA Al-HIKMAH DALAM DAKWAH

Bambang Saiful Maarif


___________________________________________
Banyak idiom verbal yang dipergunakan oleh Al-Quran dalam penyampaian
makna kebijaksanaan (Al-Hikmah) dalam dakwah.
Pada saat dakwah dilakukan dalam masyarakat yang zalim
maka substansi dakwahnya bersifat tegas dan bernas meskipun tetap dikemas
dalam bahasa yang santun dan human. Sehingga tidak menimbulkan reaksi,
gejolak dan penentangan (resistensi). Ada 2 (dua) pendekatan dalam dakwah
meliputi dakwah bil-lisan dan dakwah bil-hal. Yang pertama meliputi : tabligh,
khithabah dan karya-karya tulis; sedang yang kedua mencakup kerja profesi,
karya kreatif-inovatif yang berguna bagi kemakmuran, kesejahteraan dan
kebahagiaan kaum muslimin (baik di dunia maupun di akhirat). Pembangunan
merupakan salah satu bentuk nyata di dalamnya. Pada dakwah bil-lisan yang
perlu diperhatikan adalah materi-materi dakwah yang cocok dengan kondisi
khalayak dengan melihat karakteristik tertentu, seperti : tingkat keterpelajaran
dan kondisi keberagamaan mereka. Ini akan membawa pada suatu model
interaksi antara tingkat pendidikan dan keberagamaan.
Pesan-pesan dakwah yang disampaikan tidak segera diterima oleh
masyarakat karena mereka bersifat aktif memprosesnya dan
menginterpretasikannya sesuai dengan lingkup sisio-kultural mereka.
Informasi tabligh diproses bila memenuhi 2 (dua) persyaratan.
Ini pada gilirannya akan melahirkan jalur periferi dan
jalur sentral dalam pemrosesan informasi.
Sedang pada pada dakwah bil-hal interaksi sosial-kultural yang dipadukan
dengan pendekatan pribadi dan kelompok akan membawa optimalisasi dakwah.
_____________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

T ULISAN ini bertujuan untuk mendalami makna al-hikmah dalam konteks


Dakwah Islam yang berbasis psiko-sosial. Diharapkan dari tulisan ini kita da-
pat memanfaatkan informasi untuk keperluan Dakwah Islam. Dengan de-mikian
tulisan ini meliputi aspek-aspek individual (antar pribadi, keluarga dan warga)
dan budaya. Selanjutnya hikmah dalam dakwah membahas beberapa hal yang
penting :
A. Menggali makna hikmah
B. Landasan metodologi dakwah Islam
C. Dakwah Islam yang bermatra psiko-sosial madu

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ushuluddin Unisba

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 59


PEMBAHASAN
A. Menggali Makna Hikmah
1. Kajian Semantik
Kata bijaksana (al-hikmah) dalam Al-Quran tersebar dalam berbagai
surat namun pada prinsipnya ia kembali pada akar kata hakama, yang darinya
dibentuk hakim, hukum, hikmah, hakim, dan hukama.
Hasyim (Moh. E., 1987:45) mengartikan hikmah adalah : Kearifan, kebi-
jaksanaan, kepandaian, keuntungan serta keunggulan. Hal ini akan membawa
arti yang mendalam pada konteks kemasyarakatan Hikmatul-hukm yaitu ke-
maslahatan (kebajikan) hukum yang bersifat nisbi atau relatif. Tulisan ini ber-
upaya mendalami makna hikmah dalam realitas sosial-budaya.

2. Realitas Makna Al-Hikmah


Secara semantic hikmah berasal dari kata hakama yang darinya diben-
tuk kata hukama, yaitu: semuanya mengantarkan pada satu poros makna
dengan kebijaksanaan sebagai satu inti pada sosial dan budaya.
Sementara itu, Eliade1 (1993; 393) menyatakan, As far as we can judge
from the terms used and their history, wisdom was originally a practical matter,
namely insight into certain connections existing in human life and in the world
and models of behavior derived from this insight and put into the service of
instruction and education. Sejauh yang dapat kita tetapkan dari istilah yang
dipergunakan dan rangkaian sejarahnya, kebijaksanaan secara orisinal merupa-
kan suatu yang bersifat praktis, sebut saja pandangan dalam-diri terhadap
hubungan tertentu yang ada dalam kehidupan manusia dan di alam serta pola-
pola perilaku yang berasal dari pandangan ini dan diletakkan ke dalam layanan
jasa instruksi dan pendidikan.
Kata hikmah dalam al-Quran dan al-Hadits dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai Kata Benda


Kata al-Hikmah menjadi kata benda seperti yang tergambar dalam QS.
2
2:129 :

1
Mirrcea Eliade, 1933, The Encyclopedia of Religion, vol 15, Mmacmillan Publishing
Company, New Yoork.
2
Ayat-ayat yang senada dengan ini ada pada QS.2:231, QS.62:2151.

60 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72


Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan me-
reka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan meng-
ajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (al-Sunnah) ser-
ta mensucikan mereka. Seungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Al-Hikmah disini mengarah pada satu hal yang bersifat inderawi yang
harus dipercayai sebagai pegangan dan tuntunan hidup yang bersifat abadi.
Hadits Nabi saw: Telah aku tinggalkan kepada kalian 2(dua) perkara yang ka-
lian semua tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya: Ki-
tabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Dalam pengertian seperti ini al-Hikmah diartikan sebagai the Prophets
Sunnah Legal ways Islamic Yurisprudence, etc.

b. Sebagai Kata Kerja


Hakama, yang ditashrifkan (konyugasi) menjadi al-hikmat, merupakan
bentuk kata-kerja. Perubahan yang terjadi dalam rentang kata kerja (verba) ada-
lah: hakama, yahkumu, yahkamani, yahkumuna
Dapat kita cermati perbuatan bijaksana dapat melahirkan perilaku hu-
kum. Hukum diciptakan untuk ditaati dan bersifat mengikat. Hukum menawarkan
keadilan, perdamaian dan kebaikan bersama, hukum bersifat mengikat warga,
dimana ketaatan yang dituntut bersifat kekal; karena pelanggaran akan melahir-
kan suatu kegagalan dan anarki dalam masyarakat. Perselisihan dalam masya-
rakat, misalnya, dianggap selesai apabila masing-masing pihak yang berselisih
dapat menemukan keadilan yang mereka rindukan.
Al-Quran menyebutkan dalam bentuk kata kerja dalam QS.5:43 dan
QS.4:60

c. Sebagai Subjek Pelaksana


Kata hakama, akar dari kataal-Hikmah, dapat dijadikan bentuk isim
fail (subjek) dan bentuknya yang muncul adalah: Hakim3, Hikamun4, Hukama5,
Hakimin6
Orang yang bijaksana = al-hakim dan al-Hakim menjadi tumpuan orang
yang berselisih pada saat menyelesaikan masalah. Dalam bentuk formal melalui

3
QS. 2:129 dan 2:209
4
QS. 2:188
5
QS. 4::35
6
QS. 7:87 dan 11:45

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 61


pengadilan sedang non-formal melalui kekeluargaan dalam bentuk arbitrase.
Demikian pula hukkam dan hakam.
Seorang dai, karena fungsinya sebagai pelaku dakwah dituntut melak-
sanakan aktivitas dakwah dengan bijaksana. Dai hendaknya melakukan dakwah
tersebut dengan kesadaran, tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan wa-
tak khalayaknya yang heterogen. Pelaku dakwah akan diminta pertanggung-
jawabannya.

d. Sebagai Kata Sifat


1) QS.2:269
Dia memberi kebijaksanaan kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan
barangsiapa yang diberi kebijaksanaan maka (sesungguhnya) ia telah
diberikan kebaikan yang sangat banyak.
2) QS.2:251
Mereka (tentara Tholut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan
(dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah mem-
berikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah dan mengajarkan
kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.
3) QS. 19:12
Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh dan
kami berikan kepadanya hikmah selagi dia masih kanak-kanak.
Hikmah di sini berarti pemahaman Taurat dan pendalaman agama. De-
ngan demikian mereka yang diberi pemahaman agama dan kecerahan berpikir
berarti telah memperoleh hikmah. Pada tahapan selanjutnya, pemahaman dan
pendalaman tersebut melahirkan sikap dan perilaku yang arif dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam kajian Dakwah Islam Prof. Dr. HAMKA (1983:283)7 me-
nyatakan, bahwa sikap bijak tersebut sangat diperlukan oleh masyarakat dalam
langkah-langkah dakwah Hikmah merupakan kekayaan diri, kelebihan dan paha-
la yang sebesar-besarnya bagi masyarakat manusia.
Al-Hikmah dalam arti bijaksana lebih sering dikaji sebagai prinsip dan
landasan yang mendasari langkah-langkah pencarian kebenaran dan kebajikan.
Hughes (1982:175) menyatakan : al-hikmah the wisdom is a term used
by the sufi mystic to express a knowledge of the essence, attributes, specialties,
and result of thing as they exist and are seen, with the study of their cause,
effect and uses.

7
HAMKA, 1983, Falsafah Hidup , Penerbit Umminda, Jakarta.

62 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72


Menurut Sufisme ada 4 (empat) jenis kebijakan yang termuat dalam is-
tilah hikmah dalam kaitannya dengan al-hikmah sebagai kata sifat:
a) Al-hikmatul manthuqat = kebijakan yang diungkapkan
b) Al-hikmatul maskutah = kebijakan yang tak terkatakan, seperti yang
dipahami oleh para mistikus sufi, dan bukan oleh orang biasa.
c) Al-hikmatul majhulah = kebijakan yang tak diketahui, yaitu perbuatan
Sang Pencipta. Kebijakan ini jenis ini seringkali tidak diketahui oleh makhluk,
seperti luka yang dialami oleh makhluk Tuhan, kematian anak-anak, abadi-
nya api neraka. Benda-benda yang kita percayai, tetapi tidak kita mengerti.
d) Al-hikmatul jamaati = kebijakan kolektif, atau pengetahuan tentang
yang benar (haq) dan persepsi tentang yang salah (bathil) serta menolaknya.

3. Al-Hikmah Dalam Dakwah


a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Dakwah
Suatu aktivitas dakwah dapat dikatakan efektif apabila pesan-pesan dak-
wah dapat menyentuh hati dan mencerahkan pikiran pada madu (khalayak) se-
hingga mereka termotivasi untuk mengamalkan berbagai kegiatan yang dipesan-
kan dalam dakwah. Pesan-pesan dakwah mendorong masyarakat untuk ber-
amal saleh secara pribadi maupun kelompok. Dakwah mendorong Amal saleh
dalam berbagai bidang kehidupan sesuai dengan pekerjaan, kemampuan dan
lingkungan masyarakatnya.
Efektifitas dakwah tidak datang begitu saja, tetapi memerlukan strategi
dan usaha yang tepat. Masyarakat dakwah adalah suatu masyarakat yang di
dalamnya berlangsung seruan-seruan Islam menuju arah yang lebih baik
dibandingkan yang sudah ada. Adapun faktor-faktor yang perlu dipenuhi untuk
menunjang efektifitas dakwah adalah sebagai berikut:
1) Dai mengenali medan dakwah dengan baik, kemudian pesan-pesan dakwah
dengan tema, tujuan dan misi tertentu dikelola sedemikian rupa agar sesuai
dengan watak pribadi dan tingkat kecerdasan (IQ, EQ dan Moral) madu.
2) Kepribadian dai harus matang dan cukup integritas. Dia bisa menjadi seperti
itu apabila istiqamah, adil (bersikap pertengahan) dan ihsan, kasih sayang
dan tidak pendendam, mengayomi dan tidak terlalu transparan, sabar dan
mampu mengelola emosi, bersifat hanan [sympathetic to men/mampu me-
ngenali emosi (QS. 1913)], iffah (QS.24:60 dan 2.273).

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 63


3) Dai juga harus memberikan positif dengan berbagai komponen dan asketik
(zuhud) yang konstruktif.
4) Dai selalu menjaga interaksi positif dengan berbagai komponen masyarakat
dan pemerintahan agar dakwahnya memenuhi kebutuhan nilai antar subjek
yang diperlukan masyarakat.

b. Dakwah bil-Hikmah
Hikmah dalam dakwah terwujud bila dakwah mampu membuahkan dan
menciptakan kedamaian, keseimbangan-keseimbangan dan kesadaran-kesadar
an baru dalam masyarakat Ia berusaha membawa masyarakat bergeser dari
satu ekstrimitas negatif kepada suasana ekuilibrium positif. Aktivitas dakwah
harus mampu menjadi mediator dari berbagai kutub-kutub dan memberikan war-
na pada ranah-ranah aktifitas yang ada. Dakwah juga seharusnya memberikan
sentuhan emosional yang menguatkan semangat madu (khalayak) untuk dzikir
dan mendapatkan ketenangan batiniah mereka. Dakwah tidak kering dari sen-
tuhan jiwa. Dakwah juga harus mampu membuka cakrawala berpikir para madu
sehingga dapat mencerdaskan kehidupan jamaah yang terseru (madu).
Khalayak tidak boleh bimbang dan bingung akibat dari aktivitas dakwah.
Inilah suatu kondisi di mana dakwah dapat disebut bijaksana.

c. Dakwah Dalam Perubahan Sosial


Masyarakat dakwah selalu berubah sesuai dengan perubahan situasi
dan kondisi kehidupan makro. Tatanan kehidupan yang berubah itu dapat mem-
berikan pengaruh kepada persepsi, sikap dan perilaku serta nilai-nilai kehidupan
masyarakat secara luas. Hal ini perlu diantisipasi oleh para dai, jika tidak akan
mengakibatkan aktivitas dakwah ditinggalkan oleh umatnya, atau setidak-tidak
nya kurang diminati. Sebelum hal itu berlangsung lebih jauh, maka dai harus
mencermati adanya perubahan-perubahan sosial dan krisis yang berkepanjang-
an ini. Masyarakat tidak hanya bisa diberi ceramah saja, tetapi dia memerlukan
satu penggilan dakwah kongkrit yang akan menyelamatkan eksistensi, harkat
dan martabat kemanusiannya. Dalam kondisi normal masyarakat dihimbau
untuk taat dan patuh kepada nilai-nilai tradisional dan mereka tunduk, tetapi
dalam situasi yang terus berubah, dai harus memprediksi arah perubahan itu.
Karena tradisi sendiri dianggap sebagai fosil yang akan menghambat setiap
langkah masyarakat menuju kemajuan. Maka konfigurasi kehidupan harus tetap

64 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72


diperbaharui untuk memperoleh daya energinya. Dai perlu dibekali dengan ilmu-
ilmu pendukung seperti Sosiologi, Antropologi, Komunikasi dan Psikologi Popu-
ler, dan metoda dakwah yang tepat. Kredibilitas dai dan popularitas dai perlu,
tetapi keberhasilan dakwah bukan ditentukan oleh jumlah jemaah.
Di tengah kondisi krisis seperti sekarang ini justru dakwah Islam ditan-
tang untuk memperlihatkan kemampuannya.
Konflik antara tradisi dan modernisasi terlihat intens dalam dataran kon-
septual dan praktis. Kita bisa mengamati dalam situasi konflik dengan mengelola
serta menjembatani konflik sebagai suatu keahlian dakwah, atau teori-teori
fungsional sejauh ia dapat memberikan makna yang optimal bagi kehidupan
masyarakat muslim.

B. Landasan Metodologi Dakwah


1. Metode Dakwah
Perlu merumuskan kembali metode dakwah dalam era transmigrasi ini.
Alvin Toffler membagi gelombang peradaban menjadi 3 yaitu: Era Agraris, Era
Industri, dan Era Informasi. Dalam Konsepsi Toffler dinyatakan suatu masyara-
kat akan tumbuh melewati era tersebut terjadi serentak era agraris, industri dan
informasi. Tidak secara tegas pemisahan ciri-ciri kultural itu. Perkembangan ini
akan mempengaruhi pendekatan dakwah. Pada setiap era, metodologi dakwah
harus dikaji ulang.
Islam adalah agama dakwah yang senantiasa berusaha mengajak umat
manusia kepada jalan Islam dengan cara damai. Dakwah Islam dilakukan dalam
kondisi santun dan penuh toleransi (Q.S. 2:256). Islam mengandung ajaran
kebaikan maka pengajarannya tidak perlu mengundang konflik. Islam yang baik
itu tak perlu didakwahkan dengan cara yang tidak baik. Landasan Quran yang
kemudian menjadi metode dakwah ialah; QS. 12: 108 dan 75:14,
Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang meng-
ikuti mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata (sure
knowledge), maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik.
Dakwah menurut ayat ini, dilakukan dengan memberikan tekanan kepa-
da aspek-aspek rohaniyah, sehingga melahirkan kesadaran batin. Kesadaran
batin distimuli oleh bukti-bukti yang nyata; disertai fakta-fakta empirik yang diref-
leksikan untuk usaha penyadaran dalam bingkai keagamaan.

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 65


Perkataan yang terbaik adalah perkataan yang dilakukan dalam rangka
kegiatan dakwah, Allah SWT berfirman QS. 41:33
Dan siapakah yang perkataannya lebih baik dari pada orang yang meng-
ajak ke jalan Allah dan beramal sholeh serta mengadakan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang muslim.
Ayat tersebut menggambarkan adanya hierarkhi dari suatu perkataan
Puncak dari jenjang itu adalah orang-orang yang berkata-kata (berbicara) dalam
konteks dakwah. Jika pemahaman ayat ini dirunut lebih jauh berarti ada per-
kataan yang biasa-biasa saja, dan bahkan ada perkataan yang sia-sia [(Qaul
Hazl) QS. 86:4], karena buruk.
Al-Quran memberikan penegasan bahwa dakwah itu terdiri dari bil-Lisan
(misalnya tabligh) dan bil-hal (dakwah dalam tindakan konkrit). Pada yang
pertama, dakwah dillakukan dengan seruan dan ajakan melalui mimbar dan
bersifat verbal (ujaran) serta tulisan. Sedang pada yang kedua dakwah dilaksa-
nakan dengan usaha-usaha konkrit untuk mensejahterakan, memakmurkan dan
membahagiakan masyarakat.
Secara Paradigmatik, Allah telah menyerukan kepada setiap pribadi
muslim untuk sadar, saling bertegur sapa pada perkara kebaikan dan kesa-
baran.
Hal ini merupakan guide line yang diserukan oleh Allah SWT dalam su-
rat Ali Imran ayat 104, yang mendorong umat Islam untuk menjadi umat yang
beramar maruf dan bernahi munkar.
Amar maruf nahi munkar memerlukan landasan psikologis, sosiologis
dan komunikatif yang harus ditakar dengan skala waktu, tempat dan pribadi
mukhatob (khalayak), supaya tidak terjadi kenyataan yang berbalik dari harapan.

2. Sifat Pesan Dakwah


Secara prinsipil pesan dakwah Islam bersifat memberi kabar gembira
(basyir) dan mengungkapkan ancaman (nadzier). Kabar gembira merupakan sa-
tu dorongan bagi umat Islam yang melakukan kebajikan agar mereka mau terus
menerus menjadi pemangku kemakrufan dan al-khoer (kebajikan). Para pen-
dukung kebajikan ini membentuk satu jaringan yang kuat dan meluas sehingga
dapat mengurangi pelaku kejahatan. Sedangkan pesan-pesan yang bernada
sedih dan ancaman dikemas sedemikian rupa dengan mempertimbangkan pada
kearifan tradisi, sehingga dapat mempu mempertautkan antara pesan-pesan

66 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72


keagaman dengan realitas dunia hitam yang tidak baik. Pesan-pesan itu akan
menggugah para dai sekaligus madu.

C. Dakwah Islam yang Bermatra Psiko-sosial Madu


1. Dua Pendekatan Dakwah Islam
Pendekatan dakwah Islam dapat dibagi menjadi 2 (dua): dakwah bil
lisan (seperti tabligh, ceramah, khutbah dan karya-karya tulis), dan dakwah bil
hal (seperti pembangunan berbagai sarana kebajikan, profesi dan produksi-
inovasi kreatif yang berguna bagi kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan
kaum muslimin baik di dunia di akhirat). Dengan mambagi kedalam dua pen-
dekatan ini, makalah ini akan lebih mudah memberikan landasan psiko-
sosiologisnya.
a. Pendekatan Dakwah Bil Lisan
Dakwah bil lisan (semacam tabligh, ceramah, khutbah) secara umum
dilakukan dengan melihat karakteristik madu (khalayak) yang ada dengan
mencermati 2 (dua) unsur: (1) tingkat keterpelajaran; (2) Kondisi keberagamaan
mereka. Kedua unsur tersebut sebagai kondisi yang melekat pada khalayak
yang pemerolehannya melalui proses dan ikhtiar yang penuh kesadaran dapat
kita rumuskan langkah-langkah metoda yang dipilih adalah sebagai berikut:

Gambar 1
Interaksi Antara Tingkat Pendidikan dan Keberagaman

Tingkat Pendidikan
(Disarikan dari Q.S. 339:9)
Rendah Menengah Tinggi
Al-Mauizhah
KONDISI Taat Al-Hikmah Al-Hikmah
al-Hasanah
KEBER
AGAMAAN Al-Mauizhah Al-Mauizhah
Pertengahan Al-Hikmah
al-Hasanah al-Hasanah
(Disarikan dari Al-Jdil al- Al-Jdil al-
Q.S. 35:32) Dzalim Al-Hikmah
Hasan Hasan

Pertemuan antara unsur-unsur dalam kolom diatas, menentukan pilihan


kita atas metode tabligh dan atau dakwah yang lebih tepat dan cocok.

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 67


Dalam aplikasi billisan hal ini disesuaikan dengan tatanan tabligh
(interpersonal, kelompok, organisasi, public Speaking dan lain-lain).
b. Pendekatan dakwah bil Hal
Pada dakwah bil-Hal masyarakat muslim membutuhkan berbagai sarana
interaksi yang lebih konkrit. Karena bersifat tindakan maka pendekatan ini dapat
lebih langsung pengaruh positifnya, sebagaimana tindakan negatif akan terekam
dalam benak lebih kuat dan perpetual (tak terbatas oleh waktu).

2. Materi Tabligh
a. Materi-materi yang cocok
Untuk pemilihan materi tabligh dipertimbangkan tiga hal: 1) Lingkungan
dimana mereka tinggal (faktor biome), 2) Pekerjaan mereka (Usaha profesi dan
karier), 3) Tujuan tabligh harus jelas dengan mempertimbangkan event dan
konteks tabligh harus jelas dengan mempertimbangkan event dan konteks tab-
ligh diadakan.. Dalam hal ini Al-Quran memberikan penegasan sebagai berikut:
1) Q.S. 33 (Al-Ahzab) : 45
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan
pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
2) Q.S. 4 (Al-Maidah):114
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
maruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia
Ayat pertama menunjukkan bahwa Nabi Membawa fungsi risalah. Fungsi
risalah ini pula yang diemban oleh para ulama , pewaris Nabi, ahli dakwah. Dari
sisi kualitas, pembicaraan para juru dakwah itu yang paling baik (Q.S. 41:33)
Pesan-pesan dakwah pada prinsipnya diarahkan untuk mendorong umat
kepada amal-saleh, amar maruf nahi munkar, membawa kepada suasana umat
ke arah kehidupan yang lebih berjaya; mendorong untuk terus bersedekah dan
aktivitas sosial kemasyarakatan yang human; perlunya organisasi yang mendu-
kung pada kebajikan. Pola-pola kebijakan harus serasi dan itu semua diambil
dengan tidak merusak masyarakat luas, generasi muda, lingkungan hidup dan
lain-lain.
Pada sisi lain dakwah Islam bersumber pada al-Quran dan Sunnah Nabi
SAW. Mempertimbangkan tradisi lokal sebagai satu acuan dalam penyusunan
materi dakwah Islam. Ini menguatkan adanya kondisi kearifan yang serasi.

68 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72


b. Pemprosesan Informasi
Suatu pesan informasi-tabligh akan diproses oleh para mustami
(jamaah) apabila memenuhi 2 (dua) syarat : 1) motivasi, 2) kemampuan. Hanya
jika ada alasan yang rasional untuk menggunakann enersi (dan atau biaya)
suatu informasi akan diproses. Upaya itu baru akan dilakukan jika audiens di-
libatkan dalam pesan yang disampaikan. Suatu pesan menjadi relevan bagi
mustami (khalayak) apabila mereka menjadi bagian dari suatu pesan.
Karena pesan dakwahnya dirasa cukup penting untuk diproses, maka
kebutuhan untuk membuat suatu keputusan bertindak menjadi penting dan
menarik.
Motivasi untuk memproses informasi secara sentral semakin tinggi ketika
seorang mustami terlibat dalam suatu pesan tabligh. Tipe keterlibatan ini telah
dikaji secara intensif dalam prilaku khalayak, khususnya komunikasi produk.
Gambar 2
Pemprosesan Informasi-Pesan Tabligh

Motivasi untuk
Memproses
Informasi
Tidak

Motivasi untuk
Ya Memproses
Informasi
Tidak
Kemampuan
untuk
memproses
Informasi

Ya

Rute Sentral
(Perubahan
Sikap)

(Sumber : Aaker dan John Myers [1987:249-267]


dengan adaptasi pada pesan-pesan untuk [aktivitas] tabligh).

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 69


Dalam kondisi low-involvement ciri-ciri umumnya yang terjadi adalah:
Aktivitas mencari informasi kurang
Atribut produk pembanding kurang
Memandang rata merek-merek yang berbeda
Kecintaan yang berlebihan terhadap sesuatu pesan tidak ada. Apabila
kondisi seperti ini terjadi maka disebutnya sebagai elaboration of likelihood
Model (ELM). Dalam kondisi seperti itu pemrosesan sentral berkurang.
Konsep tentang ELM ini sebenarnya adalah konsep komunikasi bisnis
atau marketing, tetapi disini dicoba untuk mengadaptasikan bagi keperluan
tabligh.
Sedangkan untuk syarat kedua yaitu: Kemampuan untuk memproses in-
formasi. Untuk memperkuat motivasi madu dalam pemprosesan informasi sen-
tral, mustami dituntut untuk memiiki kapasitas dan kemampuan memproses
informasi. Kemampuan ini didukung oleh tingkat pendidikan dan pengalaman
hidup. Mereka yang tingkat pendidikan (formal)nya rendah rata-rata akan lebih
lamban, bergaya lugu dan sederhana. Tetapi itu masih tergantung pada peng-
alaman kerja serta pada kondisi dan situasi yang melingkungi mereka.
Karena itu ada 3 hal:
1) Alasan-alasan yang damai, ramah dan cocok dengan logika mereka akan
selaras dengan kemampuan mereka dalam memproses informasi.
2) Bahasa yang sederhana lebih mudah dicerna oleh mereka.
3) Contoh-contoh yang akrab dengan lingkungan mereka, menjadi titik tolak
analisis keberhasilan pesan-pesan tabligh merasuk dalam hati dan fikiran.
Selama ini penelitian dakwah belum banyak melakukan riset tentang
adanya hubungan (korelasi) antara tingkat kecerdasan (intelektual, emosional
dan moral) dengan kecenderungan pemilihan/kesenangan bentuk-bentuk isi
pesan tertentu.

c. Komunikasi: Matriks Sosial Psychiatri


Treatments dalam komunikasi klasik berasal dari Jurgen Reusch dan
Gregory Batesin. Dapat dimengerti bahwa problem-problem psychiatric per-
orangan selalu berpangkal dari problem-problem komunikasi. Demikian pula
therapist bekerja dengan pasien melalui komunikasi. Selanjutnya Ruesch dan
Bateson dalam (LlitleJohn, 1978:43-44) menyatakan:
An individual adjusts to society to the extent that she can send and
receive information in regard to self, world, and others. Thus the most

70 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72


significant binding force in society is interpersonal communication, consisting
of three thing. First, there must be expressive act by at least one person.
This act must be perceived consciously by others. Finally, the originator
must recognition that communication was received.
Melalui ketiga faktor tersebut seseorang menyesuaikan diri terhadap
orang-orang yang ada disekitarnya. Hasilnya, orang yang memberikan terapi
harus memandang komunikasi (terapi pasien) dalam kerangka konteks sosial
dimana ini terjadi, konteks sosial ini terjadi. Konteks sosial ini merupakan tema
dari karya Reusch dan Bateson.
Setiap gerak komunikasi membawa 2 pesan penting. Yang pertama ada-
lah fungsi laporan. Pesann laporan menyebutkan adanya sesuatu yang ter-
dapat dalam fikiran pembicara, makna, kesetujuan atau perasaannya. Tetapi
ada juga unsur perintah dalam setiap aktivitas komunikasi.
Untuk memahami dunia yang real dari fungsi laporan dan perintah dari
suatu permintaan pertukaran informasi yang lebih banyak tentang 2 (dua) sistem
penting dalam diri seseorang, yaitu : sistem kodifikasi yang merupakan suatu
cara dimana seseorang menerima atau konseptualisasi dunianya: sistem nilai
yang merupakan evaluasi yang dibuat oleh seseorang-apa yang dianggap
penting, baik atau tidaknya oleh seseorang. Kedua kembaran yang dekat. Sese-
orang, atau menjadi kembaran yang dekat. Seseorang mengkodifikasikan (mem-
persepsikan) secara selaras dengan sistem nilai seseorang. Ini merupakan
suatu proses codification-evaluation. Ide tentang hubungan antara nilai dan
persepsi terhadap komunikasi ini memadukan apa yang ada dalam literatur di
lapangan.. Ini merupakan satu konsep kunci dalam beberapa teori.

3. Pesan-pesan Dakwah Islam Bil-hal


Secara Sistematis, dakwah bil-hal dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor sosio kultural, Pelaku dakwah bil-hal merancang strategi dakwahnya
dengan melihat kepada beberapa aspek yang menjadi kebutuhan madu dan
daya tarik mereka dengan mempertimbangkan nuansa budaya. Dalam kegiatan
dakwah bil-hal seseorang muslim perlu didukung oleh terutama, konsep dan
pemahaman sosiologi dan antropologi (budaya). Ada faktor-faktor yang dapat
kita tarik dari keberhasilan dakwahnya para wali. Wali Songo telah berhasil
mengadaptasikan ajaran-ajaran Islam khususnya di pulau Jawa memiliki muatan
lokal. Bahkan karena Kebablasan hingga akulturasi itu pada tahapan berikut-

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif) 71


nya lebih bersifat sinkretik. Wayang, Gamelan, Gapura, Makam dan Selamatan
adalah batas-batas dimana akulturasi budaya itu bertemu.
Memang dakwah Islam dalam perspektif bil-hal sangat ditentukan oleh
karakter budaya pada masanya, peluang yang dapat dipergunakan dan sumber-
sumber daya (manusia dan lingkungan) yang ada. Dakwah dituntut untuk
mampu menawarkan gagasan baru dalam kehidupan bermasyarakat untuk
memperoleh peradaban yang lebih maju, yaitu dengan mempertimbangkan ada-
nya perubahan-perubahan gradual dan evolutif dalam masyarakat.

Walhamdulillahi rabbilalaim

---oooOooo---

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim
Al-Hilali, tanpa tahun, Interpretation of the meaning of the Noble Quran, Darus
Salam, Pubication, Riyadh.
Assael, Henry, 1987. Consumer Behavior and marketing Action, PWS-Kent
Publlishing, Boston.
Coheen, Jodi, 1988, Communication Critism : Development Your Critical
Powers, Sage Publication, New York.
Eliade, Mircea (editor in Chief), 1933, The Encyclopedia of Religion, Volume 15,
Macmillan Publishing Company, New York
HAMKA, 1983. Falsafah Hidup, Umminda, Jakarta
Hasyim, 1987. Kamus Istilah Islam, Pustaka Salman ITB, Bandung.
Hughes, Thomas Patric 1982. Dictionary of Islam, Cosmo Publication, New
Delhi.
Littlejohn, Stephen W, 1978. Theories of Human Communication, Charles E.
Merill Publishing Company, London

72 Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

Anda mungkin juga menyukai