BAB I
PENDAHULUAN
manusia.
salah satu negara terkorup. Praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme seakan
menjadi hal yang sangat biasa, semuanya dilakukan tanpa malu-malu lagi.
Belum lagi pertikaian antar etnis ataupun penganut agama yang tak kunjung
berakhir. Bahkan dekadensi moral ini juga menjangkiti kaum muda, yang
mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari maraknya
pornoaksi, pembunuhan, dan lain-lain yang sampai saat ini belum dapat
dunia pendidikan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas masalah ini.
1
UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3. Kalimat lengkapnya adalah Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
3
andal. Kedua, pendidikan moral dan etika belum mendapat porsi yang
selayaknya atau belum dilakukan dengan metode pembinaan yang efektif dan
bermakna.2
Merespon hal tersebut, salah satu upaya yang harus dilakukan sekolah
pendidikan tidak hanya untuk transfer pengetahuan, tetapi juga transfer nilai
meningkatkan moralitas peserta didik. Hal ini bisa dimaklumi karena materi
pelajaran PPKN, agama, atau budi pekerti, pengajarannya hanya sebatas teori
kita lihat dari teks soal-soal ujian yang lebih banyak menekankan pada aspek
2
H.A.R. Tilaar, Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, (Magelang: Tera Indonesia, 1999), 94.
3
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 10.
4
begitu cepat, dunia pendidikan dituntut untuk tampil lebih cepat dan tanggap
dalam merespon dan memecahkan berbagai tantangan baru yang timbul dari
adalah salah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa
depan umat manusia. Oleh karena itu pendidikan harus terus mengembangkan
strategi dan rencana yang lebih baik untuk mengimbangi arus perubahan pola
tabiat, watak, adab atau sopan santun dan agama. Menurut ulama Salaf,
spontan, tanpa pemikiran atau paksaan. Sering pula yang dimaksud akhlak
adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik
4
Daniel Tanner and Laurel Tanner, Curriculum Development, (New Jersey: Prentice Hall, Inc.,
1995), 257.
5
mengingat beberapa hal, pertama, bahwa siswa adalah generasi penerus yang
akan memimpin bangsa dan negara, jika krisis akhlak ini tidak segera diatasi,
maka kehancuran bangsa dan Negara bukanlah hal yang mustahil. Kedua,
bahwa pembinaan akhlak adalah inti ajaran Islam. Ketiga, bahwa akhlak
pada umumnya. Dan keempat, pembinaan akhlak terhadap siswa, yang berada
pada usia remaja, amat penting dilakukan mengingat secara psikologis usia
remaja merupakan usia yang mudah terpengaruh dan goncang sebagai akibat
lingkungan7.
5
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, (Yogyakarta:Belukar, 2004), 31.
6
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), 319.
7
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), 215-217.
6
sekolah untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya dalam hal ini adalah untuk
ditetapkan. Oleh karena itu, kurikulum harus bersifat dinamis dan selalu
mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa
8
Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 2.
9
Ronald Doll, Curriculum Improvement Decision Making and Processes, (t.tp.: Ally and Bacon,
1974), 22.
10
Jon Wiles and Joseph Bondi, Curriculum Development A Guide to Practice, (New Jersey:
Pearson Education, Inc., 2002), 19.
11
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), 90.
7
sebagai salah satu sekolah dasar yang berlandaskan kepada nilai-nilai Islam.
selayaknya terus digali hal-hal positif yang bisa diterapkan bagi sekolah lain,
Indonesia mulai dari anak-anak sampai orang dewasa dalam berbagai jabatan,
telah menjangkiti kalangan pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini
seharusnya menunjukkan akhlak yang baik sebagai hasil didikan itu, justru
12
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, 189.
8
peserta didik, dalam hal ini mencakup kualitas moral atau akhlak.
hanya sebatas teori tanpa adanya refleksi dari nilai-nilai pendidikan tersebut.
Pendidikan akhlak terlalu banyak menekankan aspek kognitif anak didik -hal
ini dapat dilihat dari contoh soal mata pelajaran agama untuk tes-tes di
psikomotorik.13
salah satu sarana terwujudnya proses pendidikan. Untuk itu yang perlu segera
13
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius, (Jakarta: PSAP
Muhammadiyah, 2005), 79.
9
C. Rumusan Masalah
Muhammadiyah 1 Sidoarjo?
Sidoarjo?
telah dikembangkan?
D. Tujuan Penelitian
berikut:
10
SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo
Muhammadiyah 1 Sidoarjo
E. Kegunaan Penelitian
F. Penelitian Terdahulu
ada satupun penelitian baik dalam bentuk buku, skripsi, tesis, maupun
akhlak bagi siswa tingkat Sekolah Dasar. Demikian halnya belum pernah
Muhammadiyah 1 Sidoarjo.
11
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
dan orang tua siswa, dengan harapan dapat memperoleh informasi yang
data yang disajikan dalam bentuk kata-kata verbal, bukan dalam bentuk
angka.15
2. Obyek Penelitian
14
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63.
15
Robert L. Bogelan dan Sari Knoop Biklen, Qualitative Research for Education: An Introduction
to Theory and Methods, (Boston: Allyn and Bacon, 1982), 2.
12
a. Wawancara
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
langsung.
b. Observasi
1 Sidoarjo
c. Dokumentasi
pengembangan kurikulum.
13
yaitu:
a. Reduksi Data
b. Display Data
banyak.
16
Mathew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, (London: Sage
Publications, 1984), 21.
14
H. Sistematika Bahasan
Bahasan.
prestasi Siswa.
15
dilakukan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Kurikulum
pelajaran atau bahan belajar yang yang diajarkan untuk anak didik.
penting untuk digunakan oleh suatu generasi ke arah generasi yang sukses.
17
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007), 45.
18
Ibid., 46.
19
Ibid., 47.
17
kurikulum sebagai currere, yang diartikan running of the race, yaitu jarak
Komponen utama kurikulum adalah tujuan, isi atau materi, organisasi atau
pendidikan, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan yang meliputi
intelektual atau kecerdasan saja, akan tetapi juga harus dapat membentuk
sikap sesuai dengan sistem nilai yang berlaku di masyarakat, serta dapat
20
Subandijah, Pengembangan Inovasi, 4.
21
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 52.
18
Komponen isi dan struktur program atau materi adalah materi yang
mudah dimengerti oleh anak didik. Ketepatan memilih alat atau media
merupakan suatu hal yang dituntut bagi seorang pendidik agar materi yang
bagi anak didik. Namun, penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat
dengan komponen lainnya, sehingga cara penilaian atau evaluasi ini akan
22
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 55.
19
mengajar.
mengevaluasi anak didik dengan materi atau bahan yang telah diajarkan,
atau paling tidak, ada kaitannya dengan yang telah diajarkan. Hal ini
berfungsi untuk mengukur prestasi anak didik, tetapi juga sebagai sumber
peranan kritis dan evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan tersebut
berkesinambungan.24
tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam
sebagai jembatan antara para siswa selaku anak didik dengan orang
23
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 57.
24
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 11.
20
yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan
yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum harus berperan kritis dan
dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun hal yang baru
agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini
25
Ibid., 12.
21
kondisi, mulai dari tingkat kelas sampai dengan tingkat nasional. Kondisi-
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid
26
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 183.
22
kelas.
pengembangan kurikulum.28
kurikulum. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar
27
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 155
28
Ibid, 156
23
implementasi kurikulum.29
penyusunan kurikulum, mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta,
hanya terbatas pada beberapa orang saja yang cukup waktu dan
kerjasama yang erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid.
sekolah, serta aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Peranan
2. Jenis-jenis kurikulum
kurikulum. Ada tiga pola organisasi kurikulum yang dikenal juga dengan
29
Ibid, 157
24
yang terpisah satu sama lain. Kurikulum ini terdiri dari mata pelajaran-
mata pelajaran terpisah yang harus dikuasai oleh anak didik dari tiap mata
anak didik untuk bisa naik kelas. Biasanya, bahan pelajaran dan textbook
dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga ruang lingkup bahan
dengan shalat.
sejarah, geografi, ilmu ekonomi, dan ilmu politik disatukan menjadi Ilmu
solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran.
30
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 144.
25
tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Guru,
kesulitan bagi anak didik, terutama ketika anak didik mengikuti ujian akhir
31
Ibid., 147.
26
a. Landasan filosofis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata philos
atau masyarakat.
aksiologi, yaitu studi tentang nilai, etika, yaitu studi tentang hakikat
32
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), 42.
27
b. Landasan psikologis
33
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 68.
34
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 45.
28
atas.
perkembangan anak.
budaya yang berbeda ditinjau dari ruang dan waktu. Salah satu aspek
yang cukup penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai.
35
Ibid., 59.
30
dan lain-lain, membawa pengaruh yang sangat besar pada semua aspek
Namun di sisi lain, berbagai efek negatif muncul yang justru sangat
budi pekerti.
agar menjadi nilai yang positif bagi siswa, dan masyarakat pada
umumnya.
kurikulum.
a. Prinsip relevansi
masyarakat.
datang.
b. Prinsip Fleksibilitas
akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar
c. Prinsip kontinuitas
d. Prinsip Praktis
juga disebut prinsip efisiensi. Betapa pun bagus dan idealnya suatu
personalia.
e. Prinsip efektivitas
hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan
36
Ibid., 151.
34
a. Model Tyler
b. Model Taba
37
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 154.
38
Wina Sanjaya, Kurikulum, 82-87.
35
dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, dan isi bahan pelajaran yang
kurikulum.41
39
Jon Wiles and Joseph Bondi, Curriculum Development, 34.
40
Daniel Tanner dan Laurel Tanner, Curriculum Development, (New Jersey: Prentice Hall, Inc.,
1995), 232.
41
Wina Sanjaya, Kurikulum, 88-89.
36
c. Model Beauchamp
kurikulum.
pengembangan kurikulum.
tokoh masyarakat.
d. Model Wheeler
cycle models.
42
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, 163-165.
43
Wina Sanjaya, Kurikulum, 94.
38
e. Model Nicholls
dan evaluasi.45
44
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,163.
45
Wina, Kurikulum, 95.
46
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,166.
39
termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari
6. Implementasi Kurikulum
sendiri.
47
Wina, Kurikulum, 96.
40
catur wulan, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu ada juga program
didik tersebut.
kurikulum catur wulan atau semester serta penilaian akhir formatif dan
pembelajaran.48
lingkungan.49
Peran guru dalam suatu pembelajaran tidak hanya sebagai model atau
7. Evaluasi Kurikulum
sistem kurikulum.
48
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar, 239.
49
Wina Sanjaya, Kurikulum, 197.
42
meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat informal
sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang informal, evaluasi
yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal
siswa, dan sistem kurikulum. Umpan balik dari evaluasi akan memulihkan
50
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, 173.
51
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar, 254.
43
yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
B. Pendidikan Akhlak
Pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen- dan
akhiran an, dan bearti perbuatan, hal, cara, dan sebagainya mendidik,
52
Zainul Asmawi, Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001), 36.
53
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 763.
54
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 11.
44
dorongan nafsu56.
sebagai kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa darimana timbul
memberi hak bagi setiap segi dan meletakkannya pada tempat yang
kebutuhan manusia dan segala tuntutan hidup, serta sederhana dan tidak
berlebihan.57
55
Abi> al-Fad}l Jama>l al-Di>n Muh}ammad, Lisa>n al-Arab, Jil. 10, (Beirut: Da>r al-Fikr,
1990), 86.
56
Ibn Miskawayh, Tahdhi>b al-Akhla>q, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Arabi>, 1934), 73.
57
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, ter. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), 319.
45
Akhlak dalam istilah lain muncul dengan sebutan moral, etika, dan
susila. Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik buruk, tindakan yang
harus dilakukan manusia terhadap yang lain, tujuan yang akan dicapai, dan
jalan yang akan ditempuh. Etika bisa disebut filsafat yang mencoba
sama menentukan hukum atau nilai baik buruk suatu perbuatan yang
pada kesejahteraan lahir dan batin60. Kesamaan pengertian istilah ini dapat
penilaian terhadap sesuatu menjadi baik atau buruk. Jika etika digali
58
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2003), 197.
59
Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), 17.
60
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 97.
46
dapat dikatakan bahwa etika merupakan produk akal, moral atau susila
sudah terjadi sejak zaman Hellenis (Yunani Kuno), seperti Socrates (469-
399 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Seperti pernyataan Meno kepada
Socrates, apakah moral itu bisa diajarkan, atau hanya bisa dicapai
tidak bisa dicapai, apakah nilai moral bisa dicapai secara alamiah atau
yang bermoral?62
61
Ibid., 98.
62
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan: Menggagas
Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), 21.
47
pendidikan moral. Sampai saat ini, pendidikan moral masih tetap relevan
umat manusia. Pernyataan tersebut akan berpengaruh pada isi dan metode
mengerti tentang kebaikan atau hanya orang yang tidak mengerti akan
melakukan kesalahan.
keutamaan tingkah laku yang harus dilakukan anak didik yang diusahakan
63
John S. Brubacher, A History of The Problem of Education (New York: Mc Graw Hill, 1947),
220.
64
Ibid., 320-321.
48
Pendidikan ini tidak harus menjadi pelajaran khusus, akan tetapi menjadi
nilai yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, pada tahap awal, perlu
moral sehingga akan melatih siswa dalam melakukan pilihan dan penilaian
65
M. Sastrapateja DJ., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: Gramedia, 1993), 3.
49
dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Nilai-nilai ini hanya dapat
dari penanaman sikap dan nilai hidup dapat diberikan pada pendidikan
dan kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
tersebut. Dan hal ini harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
negatif pula bagi siswa. Hal ini bisa terjadi jika guru kekurangan bahan
berperasaan lemah lembut, seperti berbuat baik pada anak yatim dan fakir
miskin.66
67
" "
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
adalah tergambar pada diri beliau yaitu yang tertera secara keseluruhan
66
Abdulla>h Ulwa>n, Tarbiyah al-Awla>d fi> al-Isla>m, Juz 1, (Beirut: Da>r al-Sala>m, 1978),
180.
67
al-Quran, 33 (al-Ahzab): 21.
68
Departemen Agama RI, Al-Hikmah: al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2005), 420.
51
pendidikan akhlak.
jawab guru. Seluruh kegiatan guru, orang tua, masyarakat, dan negara
pengalaman.
diberikan, anak tidak akan berperilaku baik jika dia tidak melihat
hanya terbatas pada guru, tetapi juga mencakup orang tua, keluarga, dan
metode yang banyak dianjurkan dalam pendidikan anak serta tidak dapat
69
Abdulla>h Ulwa>n, Tarbiyah al-Awla>d fi> al-Isla>m, Juz 2, (Beirut: Da>r al-Sala>m, 1979),
633.
70
Muh}ammad Qut}b, Manhaj al-Tarbiyah al-Isla>miyyah, juz 1, (Kairo: Da>r al-Shuru>q,
1993), 187.
53
anak.
Hal ini mengingat pada jiwa anak terdapat kecenderungan untuk menyukai
tertanam dalam hati. Materi cerita yang disampaikan berupa cerita sejarah
sejarah Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan utama bagi manusia, serta
cerita sahabat dan tokoh yang dapat diambil pelajaran darinya. Cerita juga
bisa berasal dari kisah nyata dalam kehidupan manusia, atau cerita drama
pengalaman kepada anak. Metode ini diterapkan ketika anak secara nyata
Maka ketika anak mengambil tindakan yang benar ataupun salah, pendidik
71
Ibid., 190.
54
maka perbuatan tersebut akan tertanam dalam hati. Hal ini dikarenakan,
akan terjadi ikatan yang erat antara anggota badan dan hati ketika
pertimbangan yang dibuat oleh guru sesuai kondisi anak didik. Tanggung
jawab pendidikan akhlak tidak hanya dibebankan kepada guru agama saja,
melainkan menjadi tanggung jawab seluruh guru dan pihak yang terlibat
sekolah dan orang tua dapat berbuat sesuatu dalam kaitannya dengan
peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan
ini adalah diskusi kelompok dengan topik dilema moral, baik yang faktual
73
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral, 25.
74
Ibid., Pendidikan Moral, 75.
56
tertentu. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini, antara lain
orang lain. Selain itu, pendekatan ini juga membantu peserta didik untuk
berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah
laku mereka sendiri. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini
75
Ibid., 76.
57
BAB III
A. Sejarah Singkat
awalnya hanya menempati bekas gudang yang ditata menjadi sebuah ruangan
76
Saat ini, Bagian Pendidikan dan Kebudayaan telah diubah namanya menjadi Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah.
59
pendidikan yang mencakup masalah moral dan sosial yang bersumber pada
menanamkan kehidupan Islami pada diri setiap siswa dalam kegiatan sehari-
untuk mendidik generasi muslim alim dalam agama dan ilmu-ilmu dunia,
C. Keadaan Siswa
Sidoarjo menunjukkan angka yang positif. Jumlah siswa dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari data jumlah siswa
diseleksi melalui proses rekruitmen yang bertahap. Adapun data jumlah dan
sebagai berikut:
1 Guru tetap 1 1 14 1
3 Guru Bantu 1
Jumlah 5 0 2 3 53 1 0
mereka. Sehingga peran seorang guru tidak hanya sebagai orang yang
Islam.
bimbingan dan kajian Islam di awal kegiatan rapat guru yang diselenggarakan
tiap hari Sabtu, simposium, workshop dan seminar yang diadakan oleh
luasan tersebut dibangun gedung bertingkat dua yang terdiri dari 24 ruang
kelas berukuran 8x7 m, masjid, laboratorium komputer, ruang guru dan tata
Kepala Sekolah
Dewan Guru
G. Kurikulum Sekolah
H. Kegiatan Pembelajaran
15.00 WIB pada hari Senin sampai Kamis. Adapun hari Jumat, mulai pukul
07.00-10.40 WIB. Sedangkan pada hari Sabtu mulai pukul 07.00-11.20 WIB,
Akhlak, Al-Quran Hadith, Fiqh Ibadah, Sejarah Islam, Bahasa Arab, dan
Alam atau Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Olahraga, Art, Bahasa Inggris,
I. Kegiatan Penunjang
peringatan hari besar Islam dan Nasional, serta selalu aktif berpartisipasi
kepanduan Hizbul Wathan, seni lukis, dan renang. Bagi siswa yang
One Day in English. Pada kegiatan yang diadakan setiap hari Jumat di
J. Prestasi-Prestasi
Nasional pada bidang akademik dan non akademik. Adapun data prestasi
lampiran 1.
66
BAB IV
A. Penyajian Data
1. Tujuan Pendidikan
Islam yang bersumber pada al-Quran dan al-Hadits. Visi yang ditujunya
struktur kurikulum.
oleh Tim KBK Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah
didik kepada Allah SWT serta akhlak mulia seoptimal mungkin, yang
negatif dari kepercayaan atau paham dan budaya asing yang dapat
sehari-hari;
sendiri, kedua orangtua, guru, sesama manusia dan makhluk lain dalam
kurikulum al-Islam yang disusun oleh Tim KBK Majlis Pendidikan Dasar
Kompetensi (KBK).
alokasi waktu tiap jam adalah 35 menit. Adapun materi akhlak diberikan
adalah al-Quran 2 jam, Akhlak dan Keimanan 1 jam, Ibadah 2 jam, dan
Tabel 4.1
Tabel 4.2; Tabel 4.3; Tabel 4.4; Tabel 4.5; Tabel 4.6; Tabel 4.7.
71
2. Menyebutkan contoh-contoh
orang yang ramah
3. Menunjukkan sikap ramah
terhadap sesama, lebih muda
maupun lebih tua
Siswa dapat: Pengertian dan contoh sikap
1. Menjelaskan pengertian berterima kasih
berterima kasih
2. Menyebutkan contoh-contoh
orang yang berterima kasih
3. Menunjukkan sikap berterima
kasih atas pertolongan,
pemberian, dan bantuan orang
lain
Senang melakukan Siswa dapat: Pengertian silaturrahim dan
silaturrahim dengan 1. Menjelaskan pengertian ahlul kitab, tatacara dan
sesama muslim dan ahlul silaturrahim contoh bersilaturrahim
kitab, serta mewujudkan 2. Menjelaskan pengertian ahlul dengan sesama muslim
ukhuwah islamiyah, dan kitab maupun ahlul kitab
kerukunan kehidupan 3. Menyebutkan tatacara
beragama bersilaturrahim dengan sesama
muslim dan dengan ahlul kitab
4. Menyebutkan contoh-contoh
silaturrahim yang baik dengan
sesama muslim dan ahlul kitab
5. Menunjukkan sikap suka
bersilaturrahim dengan sesama
muslim dan ahlul kitab
Siswa dapat: Pengertian, syarat, tatacara,
1. Menjelaskan pengertian dan contoh mewujudkan
ukhuwah Islamiyah beragama ukhuwah Islamiyah
2. Menyebutkan syarat
terwujudnya ukhuwah
Islamiyah
3. Menyebutkan tatacara
mewujudkan ukhuwah
Islamiyah
4. Menyebutkan contoh-contoh
mewujudkan ukhuwah
Islamiyah
5. Menunjukkan sikap suka
mewujudkan ukhuwah
Islamiyah
Siswa dapat: Pengertan, syarat, tatacara,
1. Menjelaskan pengertian dan contoh mewujudkan
kerukunan kehidupan kerukunan kehidupan
beragama beragama
2. Menyebutkan syarat
terwujudnya kerukunan
kehidupan beragama
86
3. Menyebutkan tatacara
mewujudkan kerukunan
kehidupan beragama
4. Menyebutkan contoh-contoh
mewujudkan kerukunan
kehidupan beragama
5. Menunjukkan sikap suka
mewujudkan kerukunan
kehidupan beragama
Terbiasa menghindari Siswa dapat: Pengertian dan alasan
acuh tak acuh, zalim dan 1. Menjelaskan pengertian acuh menghindari sikap acuh tak
merusak tak acuh acuh
2. Menjelaskan alasan acuh tak
acuh harus dihindari
3. Menunjukkan terbiasa
menghindari sikap acuh tak
acuh
Siswa dapat: Pengertian, kriteria dan
1. Menjelaskan pengertian zalim alasan menghindari
2. Menjelaskan kriteria perbuatan zalim
perbuatan zalim
3. Menjelaskan alasan perbuatan
zalim harus dihindari
4. Menunjukkan terbiasa
menghindari perbuatan zalim
Siswa dapat: Pengertian, kriteria dan
1. Menjelaskan pengertian alasan menghindari sikap
merusak suka merusak
2. Menjelaskan kriteria
perbuatan merusak
3. Menjelaskan alasan perbuatan
merusak harus dihindari
4. Menunjukkan terbiasa
menghindari sikap suka
merusak
87
di masyarakat;
didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa;
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
di kelas VI.
a. Materi silaturrahim
Metode yang digunakan pada materi ini adalah eksplorasi diri, dan
77
"
"
77
al-Quran, 49 (al-Hujurat): 10.
90
sikap yang dilakukan guru serta memberikan pendapat tentang apa yang
membahasnya dengan acuan buku paket. Pada akhir sesi, siswa diminta
buku paket.
bersalah dan melakukan sikap tidak terpuji. Metode ini diterapkan agar
siswa langsung mendapatkan respon yang sesuai dari guru tentang segala
tindakannya.
rumah dengan cara guru menanyakan melalui telepon, sms, atau media lain
kepada siswa ataupun melalui orangtua. Dengan metode ini, siswa secara
sehari-hari.
luar kelas. Untuk menunjukkan rasa hormat pada guru, siswa dibiasakan
92
bersalaman dengan guru ketika tiba di sekolah dan pada waktu pulang
sekolah. Saat akan memasuki kelas, siswa akan berbaris di depan kelas
dengan teratur untuk melatih sikap kedisiplinan dan kerapian. Piket kelas
Serta beberapa aktivitas lain seperti, berdoa sebelum dan setelah belajar,
diadakan setiap Sabtu. Pada rapat tersebut dibahas evaluasi sekolah selama
atau sarana untuk proses pembelajaran, maka hal ini akan disiapkan oleh
guru mata pelajaran secara kolektif. Hal ini dilakukan agar terdapat
yang sama.
Muhammadiyah ini direvisi tiap tahun oleh Tim MKKS sesuai kurikulum
yang diterapkan. Selain itu juga digunakan bahan lain yang relevan untuk
dan Hadits, serta ulangan harian dan ulangan semester yang berupa soal-
dengan meminta siswa membuat salinan tulisan dalil dan unjuk kerja
membersihkan kelas.
melalui pemberian soal-soal tertulis berupa pilihan ganda, uraian, dan isian
kurang.
perkembangan sikap dan prilaku siswa serta dari hasil laporan orangtua
non akademik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penghargaan yang
sekolah. Hal ini akan menjadi bekal yang dibutuhkan siswa ketika ia
perubahan yang bersifat materi tetapi juga perubahan pola hidup dan
yang negatif.78
domain kognitif.
materi tanpa ada kesempatan bagi guru untuk mengajak dan memantau
78
Burhanuddin, Wawancara, Sidoarjo, 12 Juni 2010.
79
Ikhsan, Wawancara, Sidoarjo, 22 April 2010.
97
sekolah saja. Hal ini bisa terjadi karena ketika anak berada di luar
manapun berada, dan anak akan bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya.
terbiasa melakukannya.
Tabel 5.
99
kurikulum yang ditetapkan oleh lokal sekolah saja yang sesuai dengan
siswanya. Dalam waktu yang cukup panjang ini lah sekolah berupaya
102
masjid, dan ketika keluar dari masjid. Perilaku siswa yang selama ini
pada jam istirahat, memasuki ruang guru, dan ketika bertemu guru di
siswa tersenyum dan tidak bersikap acuh tak acuh ketika bertemu
diterapkan dan diamati oleh semua guru yang mengajar di tiap kelas.
dalam berbicara ditekankan pada saat siswa berada di luar kelas. Hal
dengan teman dan guru, tetapi juga dengan karyawan sekolah, serta
ini bisa dilihat pada upaya pembiasaan siswa untuk membuang sampah
tersedia.
Islam dilakukan pada saat siswa berada di luar kelas pada waktu
siswa makan dan minum dengan duduk. Selain tempat duduk di kantin,
beranda kelas yang bersih agar bisa dimanfaatkan siswa untuk duduk.
secara terkoordinasi kepada wali kelas pada acara rapat rutin guru yang
perilaku siswa, tidak hanya pihak sekolah, namun juga orang tua dan
Data dan informasi yang diberikan oleh guru dan orangtua akan
80
Tri Oktavia Wahyuningsih, Wawancara, Sidoarjo, 1 Juni 2010.
106
dan Ibu Zumaroh yang keduanya merupakan guru mata pelajaran Al-
Islam.
tahun ajaran baru. Tim ini terdiri dari pimpinan (kepala sekolah dan
semua guru.81
81
Ikhsan, Wawancara, Sidoarjo, 22 April 2010.
108
B. Analisis Data
Muhammadiyah.
mengabdikan dirinya kepada Sang Khaliq. Rumusan tujuan ini tidak berbeda
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
jawab.
sekitarnya.
nama pelajar. Mau tidak mau, para pendidik harus terus mengevaluasi pola
Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha untuk
harus selalu melakukan evaluasi terhadap tujuan tersebut apakah telah dicapai
zamannya, dengan latar belakang sosio historis dan kultural yang berbeda
menciptakan anak didik yang berakhlak mulia sebagai salah satu tujuan
materi yang dibutuhkan, serta metode apa yang digunakan harus dirumuskan
dengan matang agar menjadi bekal bagi anak didik untuk menghadapi realitas
oleh silabus dan kurikulum serta rutinitas pembelajaran yang sudah ada.
menciptakan pribadi anak didik yang berakhlak mulia. Hal ini dikarenakan
beberapa aspek yang dapat ditemukan pada kurikulum tersebut yang dianggap
semula bersifat subject matter oriented, meskipun mata pelajaran akhlak tetap
diberlakukan, yakni dari yang semula berpusat pada pemberian materi akhlak
yang telah ada, yaitu 1 jam pelajaran tiap minggu untuk kurikulum
pembiasaan perilaku pada siswa, bukan target materi. Demikian pula evaluasi
yang diberikan tanpa soal-soal yang menuntut siswa untuk menghafal materi
sayang, bimbingan dan pengawasan yang diberikan oleh kedua orang tua
dirumah.
belajar yang diperlukan anak, sehingga partisipasi orangtua pun tidak kalah
diajarkan ilmu pengetahuan dan dididik menjadi orang yang bermanfaat bagi
pengembangan kurikulum Hilda Taba. Hal ini dilihat dari proses awal
kebutuhan siswa. Proses ini dilakukan dengan pengamatan dan evaluasi guru
dilanjutkan dengan pemilihan dan perumusan materi atau isi kurikulum yang
pengembangan kurikulum ini dilakukan oleh beberapa guru mata pelajaran al-
pembiasaan ini maka dapat dikatakan sebagai the grass roots model, di mana
Pengembangan kurikulum model ini hanya dapat terjadi pada sekolah yang
kelebihan karena guru lah yang dianggap paling tahu kebutuhan anak
didiknya.
berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula
dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain. Model
pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia yang mandiri dan
kreatif.82
berada pada tahap organisasi pengalaman belajar dan strategi evaluasi secara
perilaku dari tiap indikator dalam kurikulum yang akan digunakan dalam
82
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, 163.
114
berseberangan.
Islam yang selama ini dipakai maupun kurikulum pembiasan yang baru
isu moral yang terjadi saat ini, seperti pola pergaulan remaja yang semakin
depan tidak bersifat pasif dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa
yang lebih mendesak atau lebih diprioritaskan. Untuk itu, tim pengembang
kurikulum yang akan dibentuk tidak hanya bekerja pada awal tahun ajaran
yaitu:
moralnya
adalah sesuatu yang dapat membantu anak didik serta tidak dapat dihindarkan
tersebut digunakan pula sebagai buku pegangan bagi siswa maka harus
buku tersebut agar tidak terdapat tulisan yang membuat siswa bingung atau
yang meniadakan metode evaluasi dengan tes tulis yang berupa butir-butir
soal, guru tetap harus menentukan metode evaluasi yang sesuai sehingga data
yang diperoleh dapat dijadikan informasi yang akurat mengenai hasil belajar
siswa.
sikap dan perilaku siswa maka perlu diadakan perumusan deskripsi perilaku
BAB V
A. Kesimpulan
manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, serta
pada lingkungan yang terus berubah dan membawa dampak yang besar
sekolah.
Sidoarjo digolongkan sebagai the grass roots model, yaitu muncul dari ide
strategi evaluasi.
B. Saran
yang tidak sesuai dengan nilai akhlak pada buku Aqidah Akhlak kelas
VI.
119
2. Dewan Guru