Anda di halaman 1dari 10

POSTULAT KOCH

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

Nama : Afra Nabila


NIM : B1A015087
Kelompok :2
Rombongan : III
Asisten : Silviyatun Nimah

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus dianggap sebagai sistem pembawa alamiah, mereka telah berevolusi


untuk mengemas, melindungi, dan membawa/mengirimkan asam nukleat ke sel
inang (Czapar, 2017). Virus tanaman merupakan penyebab beberapa penyakit yang
dapat menimbulkan kerugian produksi pertanian seperti misalnya tanaman tomat
(bercak hitam pada tomat), jagung, dan tebu (tumor), serta penyakit kuning pada
kentang. Virus dapat menyebabkan perubahan warna pada tanaman, menghambat
pertumbuhan, dan menyebabkan kebusukan pada tanaman. Beberapa tanaman dapat
bertindak sebagai inang sementara dan hanya menampakkan gejala tanpa disertai
kerusakan lebih lanjut. Sel-sel tumbuhan terlindung dari penyakit oleh dinding sel
yang bersifat impermeable. Virus masuk ke dalam tanaman melalui luka yang
dibawa oleh parasit tanaman seperti nematoda, fungi, dan kebanyakan insekta yang
mengisap cairan tanaman. Sekali tanaman tersebut terinfeksi oleh virus maka
tanaman tersebut dapat menyebarkan infeksinya pada tanaman lain melalui pollen
atau benihnya (Yayan, 2012). Daur infeksi virus tumbuhan dimulai dengan virus
masuk ke dalam sitoplasma melalui bantuan vektor atau perlekatan secara mekanis.
Virus melepaskan genom virus (asam nukleat DNA atau RNA) dari virion setelah
berada dalam sitoplasma sel inang. Asam nukleat virus bergabung dengan perangkap
metabolisme inang untuk translasi protein virus. Ekspresi gen virus diperlukan untuk
replikasi genom virus dan patogenesis virus. Replikasi genom virus ditunjukan untuk
sintesis virus baru (Bos, 1983). Karena virus berbasis protein, mereka dapat terurai
secara hayati dan memiliki risiko yang lebih rendah terhadap persistensi jaringan
dibandingkan dengan beberapa bahan sintesis (Czapar, 2017).
Virus tumbuhan tidak mengandung suatu enzim, toksin, atau zat lain yang
pada patogen lain dapat terlibat dalam patogenisitas dan menyebabkan berbagai
macam gejala penyakit pada tanaman inangnya. Asam nukleat virus (RNA)
merupakan satu-satunya penentu penyakit, tetapi adanya RNA atau virion didalam
tanaman meskipun dalam jumlah yang banyak tidaklah cukup sebagai alasan
penyebab gejala penyakit. Hal ini disebabkan karena beberapa tumbuhan yang
mengandung konsentrasi virus lebih tinggi menunjukkan gejala yang kurang berat
dibandingkan dengan tumbuhan lainnya yang kandungan virusnya lebih sedikit, atau
kadang-kadang mereka itu hanya sebagai tanaman pembawa virus yang tidak
menunjukkan gejala (Suseno, 1990).
Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
virus yang menginfeksi suatu tanaman. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19
sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan
dengan teknik tertentu. Walaupun pada masa Koch, dikenal beberapa penyebab
infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi
semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat
mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus
belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur, hal ini merintangi awal
perkembangan virologi (Gibbs, 1980).
Tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan
menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik
merupakan penyebab penyakit tertentu (Bollard, 1993). Kriteria ini dikenal dengan
Postulat Koch yaitu :
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit
yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di
laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah
terifeksi tersebut.
Definitif untuk menghubungkan penyebab patogen yaitu dengan mengamati
gejala yang tampak, yang menunjukkan Postulat Koch, isolasi dari individu yang
sakit dari biakan murni patogen yang kemudian digunakan untuk menginduksi gejala
pada host yang sebelumnya sehat. Persyaratan tersebut, pertama kali dijelaskan pada
tahun 1890 yang dimaksudkan untuk menetapkan metodologi standar sebagai bukti
hubungan sebab-akibat. Virus adalah patogen obligat, tidak mungkin untuk
mendapatkan kultur murni, sebab beberapa virus sulit untuk diketahui. Penyakit yang
disebabkan oleh spesies virus tunggal dalam postulat Koch dapat dipenuhi dalam
penafsiran luas, yaitu patogen yang diisolasi dari tanaman bergejala menjadi tuan
rumah eksperimental dan kemudian kembali diinokulasi kedalam spesies inang asli
untuk mencoba dan meniru gejala awal. Namun, di mana kompleks virus mungkin
mempengaruhi host atau dimana mungkin ada pengaruh lingkungan atau agronomi
pada pengembangan gejala yang berusaha untuk menghubungkan deteksi patogen
dengan gejala menggunakan konvensional sebab-akibat. Oleh karena itu pendekatan
statistik telah digunakan untuk menunjukkan kemungkinan pengauh satu atau
beberapa patogen terhadap ekspresi dalam populasi sampel (Adams et al, 2014).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum adalah untuk memberikan pemahaman praktek


Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus
tumbuhan.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang digunakan pada acara praktikum ini adalah polybag, mortal, pestle,
plastik transparan, kertas label, kertas saring, bakker glass, botol semprotan, silet
atau cutter, kertas amplas, solatip, cotton bud steril, dan gunting.
Bahan yang digunakan pada acara praktikum ini adalah tanaman leguminosae
berumur 2 minggu, beberapa lembar daun kacang-kacangan yang terinfeksi penyakit
karat daun, serbuk arang, dan akuades steril.

B. Cara Kerja

2.1 Pembuatan Sap Tanaman


1. Beberapa daun yang memiliki gejala penyakit dari tanaman kacang panjang yang
sakit diambil.
2. Daun diletakkan dalam mortar kemudian digerus dan dilarutkan dengan akuades
steril.
3. Larutan hasil gerusan disaring dengan filter berdiamter 0,22 m.
4. Didapatkan SAP tanaman yang ditampung pada tabung reaksi.

2.2 Inokulasi SAP Tanaman


1. Tanaman kacang panjang berumur 12 hari disiapkan.
2. Beberapa daun dipilih dan dilukai dengan arang steril menggunakan cotton bud.
3. SAP tanaman menggunakan cotton bud dioleskan pada daun yang sudah dilukai.
4. Daun tersebut kemudian ditutup menggunakan plastik.
5. Tanaman diletakkan kembali di Green House selama 7 hari.

2.3 Pengamatan
1. Tanaman di Green House yang sudah diinokulasi dengan SAP tanaman dibawa ke
laboratorium.
2. Daun yang sudah diolesi SAP tanaman diamati.
3. Gejala penyakit yang muncul pada daun tersebut dicatat dan didokumentasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1 Pengamatan Postulat Koch Rombongan III

Kelompok Gejala yang timbul


1 Klorosis, nekrosis, layu
2 Klorosis
3 Klorosis, layu
4 Klorosis, layu, nekrosis

Berdasarkan tabel 3.1 pengamatan Postulat Koch dari Rombongan III


menunjukkan bahwa daun pada setiap kelompok menunjukkan beberapa gejala
tanaman terserang penyakit yang sama dengan tanaman yang diambil sap nya.
Menurut Akin (2006), gejala secara umum yang ditimbulkan virus tanaman adalah
gejala eksternal dan gejala internal. Gejala eksternal merupakan gejala penyakit yang
kasat mata, dapat dilihat langsung tanpa bantuan mikroskop. Gejala eksternal
diakibatkan oleh infeksi primer pada sel yang diinokulasikan oleh infeksi sekunder
akibat penyebaran virus dari situs infeksi primer ke bagian lain dari tanaman inang.
Gejala infeksi primer pada daun yang diinokulasi disebut gejala lokal. Gejala internal
yaitu perubahan histologi pada bagian tanaman yang terinfeksi virus khususnya daun,
daun lembaga, dan cabang tanaman, dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
nekrosis atau kematian sel, hiperplasia atau pertumbuhan sel yang berlebihan, serta
hipopasia atau penurunan pertumbuhan sel.
Gambar 3.1 Daun Kontrol Gambar 3.2 Daun Terinfeksi Penyakit

Gambar 3.3 Daun berpenyakit yang dijadikan SAP

Berdasarkan hasil pengamatan, seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.1
daun kontrol pada kelompok 2 rombongan III menunjukkan hasil negatif, daun tidak
menunjukkan gejala penyakit seperti daun pada gambar 3.2 yang diberi sap dari
tanaman yang sakit. Proses pembuatan sap dilakukan dengan menggunakan beberapa
lembar daun yang terinfeksi penyakit yang diduga diakibatkan oleh virus, kemudian
daun tersebut dimasukkan kedalam mortar dan dihaluskan dengan menggunakan
pestle dengan ditambahkan akuades steril, setelah itu cairan yang didapatkan diambil
untuk kemudian disaring dengan menggunakan filter berukuran 0,22 m. Sap yang
didapatkan dari hasil penyaringan kemudian diambil dengan menggunakan cotton
bud steril dan dioleskan pada daun yang sebelumnya telah dibuat luka dengan
menggunakan serbuk arang steril. Gejala yang ditimbulkan oleh daun yang diberi
perlakuan ini menunjukkan pada beberapa bagian dari daun tersebut terdapat sedikit
corak menguning (klorosis), namun daun tidak menjadi layu, dan tidak terlalu
menunjukkan gejala yang sama dengan gejala pada tanaman sakit yang diambil
sapnya. Seharusnya, tanaman dengan perlakuan menunjukkan gejala yang sama
seperti pada tanaman terserang virus yang diambil sapnya, berarti tanaman tersebut
telah memenuhi empat kriteria dari Postulat Koch, keempat kriteria tersebut harus
terpenuhi untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dengan penyakit
yang ditimbulkan (Bos, 1983). Sedangkan menurut Pracaya (2007), tanaman yang
terserang virus biasanya menyebabkan berbagai macam gejala pada sebagian atau
seluruh bagian dari tumbuhan. Gejala ini biasanya penurunan laju dari tanaman itu
sendiri yang mengakibatkan tanaman kerdil dan tanaman menjadi berumur lebih
pendek. Gejala lain yang diakibatkan virus yaitu terdapat garis sepanjang tulang daun
lateral, ada bercak yang terlihat jelas jika dilihat dari bawah permukaan daun.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Postulat Koch adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya virus yang menginfeksi suatu tanaman.
2. Penularan penyakit dari tanaman yang terinfeksi virus kepada tanaman yang sehat
dapat dilakukan dengan cara melakukan pengolesan sap dari tanaman sakit pada
tanaman yang sehat sehingga diharapkan tanaman yang sehat dapat menunjukkan
gejala yang sama seperti gejala yang terdapat pada tanaman yang sakit.
3. Keempat kriteria Postulat Koch harus terpenuhi untuk menentukan hubungan
sebab akibat antara virus dengan penyakit yang ditimbulkan

B. Saran

Sebaiknya dilakukan perawatan yang baik terhadap kedua tanaman, baik


kontrol maupun tanaman uji, agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang
diharapkan, serta pada saat pelukaan tanaman dengan menggunakan serbuk arang
seharusnya dilakukan secara maksimal agar tanaman uji lebih mudah terinfeksi virus.
DAFTAR REFERENSI

Adams, I.P., Skeleton. A., Macarthur R., Hodges T., Hinds H., Flint L. 2014. Carrot
Yellow leaf virus is associated with Carrot International Necrosis. Journal of
Virology. 9(11).
Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Bollard, T. & A. Braille, 1993. A simple greenhouse climate control model


incorporating effects on ventilation and evaporative cooling. Agricultural and
Forest Meteorology. 65.pp:145-147.
Bos, L. 1983. Pengenalan Virologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Czapar, A. E. & Nicole F. S. 2017. Plant viruses and bacteriophages for delivery in
medicine and biotechnology. Elsevier. 36: pp.106-116.
Pracaya, 2007. Hama & Penyakit Tumbuhan Edisi Revisi. Salatiga: Agriwawasan.

Suseno, R. 1990. Diktat Virologi Tumbuhan. Bogor: IPB.

Yayan, 2012. Virus Tanaman. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai