Anda di halaman 1dari 2

Nama: SamasthaBoewana A.

NIM: 17/413407/SA/18989

UTS AGAMA
1. Pelajaran yang dapat ditarik dari kehidupan Al-Ghazali seperti dalam film Alchemist of
Happiness adalah:
- Al-Ghazali memperlihatkan bahwa di jantung keimanan dan setiap amalan islam ada makna
spiritual dan proses taubat, perbaikan dan hijrah (transformasi).
- Al-Ghazali mengamati bahawa ada beberapa faktor luar yang membentuk berbagai
pengalaman wahyu dan pengalaman beragama.
- Dalam film tersebut menyatakan bahwa Ibadah tertinggi adalah mengenal Tuhan (marifah).
Kita dituntut untuk mencari tahu tentang Tuhan kita dan terus menggali pengetahuan tentang
agama kita.
- Pada saat sedang melakukan perjalanan bersama, Al-Ghazali mendapat rintangan yaitu buku
yang berisi ilmu yang didapat dari gurunya selama dua tahun dirampok. Namun beliau justru
berpikir bahwa perampok tersebut diutus oleh Allah untuk memberinya pelajaran supaya ilmu
yang diperoleh dihafalkan. Dari pengalaman tersebut dapat ditarik pelajaran bahwa Ilmu
bukanlah semata-mata catatan berupa tulisan yang dapat hilang kapan saja. Ilmu bukan diraih
untuk mendapat nilai dan sebagiannya, tetapi untuk diingat, diterapkan dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dan menjadi kebiasaan, sehingga digunakan sebagai pedoman dan bekal
abadi dalam menjalani hidup.

2. Pemikiran Al-Ghazali tentang doqmatisme agama yaitu Al Ghazali tidak setuju dengan
dogma agama islam yang beredar pada zaman dulu. Pada saat itu agama islam sangat islami
dan kaku. Orang-orang yang agamis pada saat itu tidak memiliki kepercayaan kepada
pemerintahan, dan mereka menginginkan pemerintah yang islam seutuhnya. Oleh karena itu
beberapa oknum mulai membunuh orang-orang yang menghalangi jalan mereka dalam
beragama dan menganggap mereka semua adalah kafir.

Menurutnya Al-Ghazali, tidak peduli mazhab apa yang dianut, semua orang memiliki
kepercayaan untuk diikuti sehingga tidak ada satu golonganpun yang dianggap paling benar.

3. Implementasi pemikiran Al-Ghazali jika dikaitkan dengan fenomena kehidupan


beragama saat ini yang pecah menjadi banyak aliran/anutan kepercayaan, menurut saya
beliaulah yang paling cocok dijadikan referensi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai contoh,
di Indonesia banyak permasalahan agama yang berakar dari ego suatu kelompok yang
menganggap diri mereka yang paling benar. Untuk menyelesaikan suatu masalah, Al Ghazali
mengajari untuk selalu berpikiran terbuka sehingga dapat mengesampingkan ego masing-
masing dalam berpendapat.

Anda mungkin juga menyukai