09 Lampiran G Lolo PDF
09 Lampiran G Lolo PDF
i
Prakata
Standar ini bertujuan untuk memberikan pedoman baku dalam perancangan dermaga
lolo (lift-on/lift-off). Standar ini ditujukan bagi perencana pelabuhan, untuk menjadi acuan
yang seragam dalam perencanaan dermaga lolo.
Standar ini mengacu pada beberapa naskah standar yang berlaku secara luas, seperti
British Standard dan OCDI. Standar ini juga mengacu pada naskah akademik yang
relevan dengan perencanaan dermaga lolo, sehingga diharapkan muatan yang
terkandung dalam standar ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
iii
Dermaga untuk pelayanan kapal lolo
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan ukuran dan fasilitas dermaga untuk pelayanan kapal Lo/Lo
(yang mencakup segala jenis kapal yang menggunakan metode bongkat muat dengan
mengangkat cargo dengan crane atau alat bongkar muat lainnya). Standar ini tidak
mengatur secara terperinci terkait perencanaan struktur dermaga, namun memberikan
gambaran umum terkait pembebanan yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
struktur dermaga.
2 Acuan normatif
BS 6349-2, Maritime structures Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins.
BS 6349-4, Maritime structures Part 4: Code of practice for design of fendering and
mooring systems.
OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in
Japan. Tokyo: OCDI.
3.1
Commented [DA1]:
deadweight tonnage (DWT) Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
berat maksimum barang yang dapat dimuat ke atas kapal dalam satuan ton.
3.2
gross tonnage (GT) Sumber: Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 2002, The Overseas Coastal
Area Development Institute of Japan (OCDI).
ukuran kapasitas isi kapal berdasarkan konvensi Internasional dari IMO Tahun 1969
tentang International Convention on Tonnage Measurement of Ships; untuk kapal-kapal Commented [DA2]: Sumber: http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_maritime/maritime_glossary.htm
non-konvensi berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan tercantum dalam Surat
Ukur Kapal yang dinyatakan sebagai tonase kotor.
3.3
pasang surut
fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di
langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi.
Commented [DA3]:
3.4 Sumber:Triatmodjo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset, 2009.
spring tides
kondisi pasang surut yang terjadi dua kali dalam satu bulan dimana rentang rata-rata Commented [DA4]: two occasions in a lunar month when the average range of two successive tides is greatest
dua pasang mencapai nilai tertinggi. Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
1 dari 19
3.5
mean high water springs (MHWS)
nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi pasang tertinggi yang dihitung dalam
jangka panjang. Commented [DA5]: average, over a long period of time, of the heights of two successive high waters at springs
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
3.6
mean low water springs (MLWS)
nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi surut terendah yang dihitung dalam
jangka panjang. Commented [DA6]: average, over a long period of time, of the heights of two successive low waters at springs
Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
3.7
mean sea level (MSL)
nilai rata-rata elevasi muka air laut yang dihitung dalam jangka panjang, misalnya dalam
jangka waktu 18,6 tahun, atau nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi tidak
terjadi pasang surut. Commented [DA7]: average level of the sea surface over a long period, preferably 18.6 years (one cycle of the moons nodes), or the
average level that would exist in the absence of tides
3.8 Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
pelabuhan
tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau muat-bongkar barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. Commented [DA8]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 1
3.9 .
pelabuhan laut
pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau
angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai. Commented [DA9]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 7.
3.10
pelabuhan sungai dan danau
pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di
sungai dan danau. Commented [DA10]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 8.
3.11
dermaga
bangunan tempat menambatkan kapal yang melakukan muat-bongkar barang dan
menaik-turunkan penumpang.
3.1
wharf
dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai Commented [DA11]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.2
pier
dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis pantai
(berbentuk jari) Commented [DA12]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.3
jetty
dermaga yang menjorok ke laut sedemikian sehingga sisi depannya berada pada
kedalaman yang cukup untuk merapat kapal Commented [DA13]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
2 dari 19
3.4
apron
daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan gudang (pada terminal barang
umum) atau container yard (pada terminal peti kemas), di mana terdapat pengalihan
kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat Commented [DA14]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.12
deck on pile
konstruksi dermaga berupa struktur lantai dermaga yang ditumpu oleh pondasi tiang.
3.13
Lo/Lo (lift-on/lift-off)
Lo/Lo merupakan singkatan dari lift-on/lift-off, yaitu metode bongkar muat dimana proses
bongkar muat kapal dilakukan dengan mengangkat kargo dari kapal kemudian
diturunkan ke dermaga dan sebaliknya dengan menggunakan alat bongkar muat
(contoh: gantry crane, crawler crane, dll).
4 Ketentuan umum
Sistem satuan yang digunakan dalam standar ini adalah Sistem Internasional (SI).
Konversi satuan antar berbagai sistem disajikan dalam Lampiran A.
Jenis kapal yang dilayani oleh dermaga Lo/Lo (lift-on / lift-off) meliputi kapal general
cargo dan kapal petikemas. Karakteristik kapal yang mempengaruhi perencanaan
dermaga diantaranya panjang total kapal, lebar kapal, draft, displacement, bentuk dan
ukuran lambung kapal, struktur atas kapal (superstructure of vessel), kapasitas
penumpang, jenis kargo dan kapasitas kargo. Karakteristik kapal dan pengaruhnya
terhadap perencanaan dermaga dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
3 dari 19
LOA
LWL
LBP
freeboard
draft
beam/breadth
freeboard
depth
draft
4 dari 19
Tabel 3 Dimensi tipikal kapal petikemas
Dalam hal ukuran kapal dinyatakan dalam satuan GT, nilai DWT kapal dapat ditentukan
berdasarkan korelasi antara GT dan DWT sebagai berikut:
6 Jenis dermaga
Jenis dermaga dibedakan menurut orientasinya terhadap garis pantai dan menurut jenis
strukturnya. Menurut orientasinya, dermaga dibedakan menjadi tipe wharf, pier dan jetty.
Menurut jenis strukturnya, dermaga dibendakan menjadi dermaga dengan struktur Commented [DA15]:
terbuka dan tertutup. Beberapa jenis dermaga ditunjukkan pada Gambar 2. Sumber: Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 2002, The Overseas Coastal
Area Development Institute of Japan (OCDI).
Wharf dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Berbeda
dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan
pada satu sisi atau dua sisinya; sehingga dapat digunakan untuk merapat lebih banyak
kapal. Jetty digunakan untuk merapat kapal tanker atau kapal pengangkut gas alam,
yang mempunyai ukuran sangat besar. Sisi muka jetty ini biasanya sejajar dengan pantai
dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus
dengan jetty (Triatmodjo, 2009). Sketsa dermaga tipe wharf, pier dan jetty ditunjukkan
pada Gambar 3.
Commented [DA16]:
Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
5 dari 19
Struktur
Dermaga
Dinding Penahan
Blok Beton Kaison Sel Turap Baja
Tanah
Jetty
Pier
Quay/Wharf
Wilayah daratan
6 dari 19
Muka air laut
Kapal
Wharf
Kapal
Pengerukan
Turap
Dasar pelabuhan
Jetty
Kapal
Tiang pancang
7 Ukuran dermaga
Sketsa definisi ukuran dermaga yang dihitung berdasarkan ukuran kapal rencana
ditunjukkan pada Gambar 4.
7 dari 19
Panjang dermaga
0,1 LOAmax LOAmax 0,1 LOAmax
Apron
beam/breadth
Apron
freeboard
draft Muka
dermaga
UKC
Apabila kapal rencana tidak diketahui, maka ukuran tipikal dermaga dapat mengacu
pada Tabel 4 untuk kapal general cargo dan Tabel 5 untuk kapal petikemas. Panjang
dermaga dibulatkan ke atas dengan ketelitian 5 meter. Kedalaman kolam dermaga
dibulatkan ke atas dengan ketelitian 0,5 meter, dan dihitung terhadap elevasi LLWL.
Perhitungan yang lebih teliti dengan mengacu pada ukuran kapal rencana disajikan pada
sub bab berikutnya.
8 dari 19
Tabel 5 Ukuran tipikal dermaga Lo/Lo untuk Petikemas
Kedalaman kolam
DWT Panjang dermaga Lebar apron
dermaga
(t) (m) (m) (m)
7,000 150 8.0 20
10,000 170 9.0 20
15,000 200 10.0 20
20,000 225 11.0 20
25,000 245 12.0 20
30,000 265 12.5 20
40,000 295 13.5 20
50,000 320 14.5 20
60,000 345 15.5 20
d = draftmax + UKC
= draftmax + 10% x draftmax
= 1,1 draftmax
Keterangan
d adalah kedalaman kolam dermaga, dihitung terhadap elevasi muka air terendah
(Lowest Low Water Level, LLWL)
draftmax adalah draf kapal terbesar dalam kondisi sarat (fully loaded)
UKC adalah under keel clearance, ruang bebas di bawah lunas, besarnya 10% draftmax
Untuk dermaga yang digunakan oleh kapal dalam kondisi cuaca buruk (badai), margin
untuk gerakan kapal oleh angin dan gelombang harus ditambahkan ke ruang bebas
lunas.
9 dari 19
A D C C D B
Keterangan:
A adalah tali haluan (bow line)
B adalah tali buritan (stern line)
C adalah tali pengikat (spring lines)
D adalah tali penahan (breast lines)
Lp = 1,2 Loa
Keterangan
Lp adalah panjang dermaga
Loa adalah panjang kapal terbesar yang dilayani. Commented [DA19]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Apabila dermaga digunakan oleh lebih dari satu tambatan kapal, di antara dua kapal
yang berjajar diberi jarak sebesar 10% kali panjang kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan. Secara matematis, panjang dermaga untuk beberapa tambatan dinyatakan
dalam persamaan berikut:
Keterangan
Lp adalah panjang dermaga
n adalah jumlah tambatan
Loa adalah panjang kapal terbesar yang dilayani
Apron dengan luas yang memadai harus disediakan antara garis muka dermaga dan
gudang atau lapangan penumpukan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran
kegiatan bongkar muat barang, naik turun penumpang dan lalu lintas kendaraan.
Lebar apron harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan ukuran dan penggunaan
dermaga, dan struktur gudang di belakang dermaga dan penggunaannya.
Fender pada prinsipnya adalah medium yang memisahkan antara kapal dengan
dermaga. Medium ini berfungsi untuk menyerap sebagian energi kinetik dari kapal
sehingga mengurangi risiko rusaknya badan kapal dan badan dermaga (PIANC, 2002).
Perencanaan fender, baik dari tipe dan sistem pemasangannya, harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan perencanaan struktur dermaga. Fender harus dirancang
sedemikian sehingga: Commented [DA21]:
Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.
1. Penyandaran kapal ke dermaga dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan baik
terhadap dermaga maupun kapal itu sendiri;
2. Kapal dan dermaga (termasuk fender) tidak mengalami kerusakan pada saat
kapal bertambat;
3. Periode operasi dan tingkat keselamatan terjaga secara berkelanjutan.
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat
melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk
berbagai elevasi muka air laut. Gambar 7 menunjukkan posisi penempatan fender
terhadap beberapa ukuran kapal.
Pada gambar Gambar 7(a) fender dapat melindungi dermaga benturan kapal besar,
tetapi untuk ukuran kapal yang lebih kecil fender tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Untuk dapat melindungi dermaga terhadap benturan kapal dari berbagai ukuran maka
digunakan fender yang lebih panjang dengan penempatan seperti terlihat dalam gambar
Gambar 7(b) dan (c).
Commented [DA22]:
Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.
11 dari 19
Fender Fender
Kapal terbesar
Kapal terbesar
terkecil
terkecil
Kapal
Kapal
Fender
Kapal terbesar
terkecil
Kapal
Gambar 7 Posisi kapal terhadap fender Commented [DA23]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Dalam arah horisontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga. Gambar 8
adalah posisi kapal yang membentur fender pada waktu bergerak merapat ke dermaga.
Kapal
Fender
Gambar 8 Posisi kapal pada waktu membentur fender Commented [DA24]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan jarak maksimum antara fender:
L 2 r 2 (r h) 2
Keterangan:
L adalah jarak maksimum antar fender (m)
12 dari 19
r adalah jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h adalah tinggi fender Commented [DA25]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Gambar 9 Variabel dalam penentuan jarak maksimum antar fender Commented [DA26]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air Commented [DA27]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
seperti diberikan dalam tabel berikut ini:
Tiang penambat yang digunakan dalam cuaca buruk (badai) harus dipasang pada kedua Commented [DA28]: Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Tokyo:
ujung dermaga sejauh mungkin di belakang garis depan dermaga. Bollard harus OCDI.
dipasang di dekat garis depan dermaga, agar dapat digunakan untuk menambatkan
kapal pada kondisi cuaca biasa dan untuk menyandarkan kapal. Untuk menentukan
jarak dan jumlah minimum bollard per tambatan, tabel di bawah ini dapat digunakan
sebagai acuan:
13 dari 19
2000 GT < 5000 20 6
5000 GT < 20.000 25 6
20.000 GT < 50.000 35 8
50.000 GT < 100.000 45 8
Kapasitas bollard harus dihitung berdasarkan ukuran kapal yang akan ditambatkan.
Kapasitas minimum bollard ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kapasitas minimum bollard Commented [DA29]: BS 6349-4, Maritime structures Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems.
Satuan dalam ton
Displasemen kapal Kapasitas bollard
20.000 50.000 80
50.000 100.000 100
100.000 200.000 150
> 200.000 200
Beban yang bekerja pada struktur dermaga merupakan kombinasi dari beban struktur itu
sendiri, peralatan mekanikal dan beban operasional yang berada di atas struktur, dan
beban lingkungan. Beban-beban bekerja yang disebutkan di atas bekerja pada arah
lateral dan vertikal pada struktur.
1. Pelat;
2. Balok;
3. Kepala tiang;
4. Tiang pancang;
5. Bollard (titik tambat);
6. Fender (bantalan sandar);
7. Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di dermaga);
8. Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga, misalnya pipa air,
pipa bahan bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan lain-lain).
14 dari 19
9.2 Beban operasi
Beban operasional merupakan beban hidup yang besarnya tergantung pada pemakaian
dermaga, yang meliputi:
1. Beban yang bekerja pada lantai dermaga:
a. aktivitas pejalan kaki,
b. kendaraan,
c. alat berat untuk muat-bongkar.
2. Beban dari operasi kapal
a. Sandar,
b. Tambat.
2. Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan kekuatan makro struktur harus
dilaksanakan menggunakan perangkat lunak yang diakui luas dalam praktek jasa
konstruksi.
Gambar tipikal dermaga mengacu pada Standar Dermaga 2010 yang diterbitkan oleh
Kementerian Perhubungan. Gambar rencana aktual dapat berbeda dari gambar tipikal
karena kekhusan kondisi setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang.
Peralatan bongkar muat yang digunakan dalam perencanaan harus disesuaikan dengan
jenis kapal dan kapasitas kargo yang akan dilayani. Peralatan bongkar muat yang biasa
digunakan untuk bongkar muat kapal Lo/Lo antara lain:
1. Kran dermaga
2. Derek kapal
3. Kran apung
15 dari 19
11.1 Kran dermaga
Shore crane, general cargo crane, harbor crane atau kran dermaga adalah peralatan
bongkar muat yang ditempatkan di atas lantai dermaga. Shore crane memiliki lengan
yang cukup panjang dan dapat berputar serta bergerak vertikal dengan sudut tertentu.
Shore crane dapat bergerak sepanjang sisi dermaga dengan bertumpu di atas rel atau
pada roda karet. Kapasitas shore crane yang digunakan pada pelabuhan utama
bervariasi mulai dari 10 hingga 20 ton. Jangkauan lengan shore crane harus dapat diatur
sedemikian rupa sehingga dapat mengangkat dan meletakan barang pada berbagai
posisi di permukaan apron. Radius kerja antara 20 30 meter.
Derek kapal adalah peralatan bongkar muat yang dipasang di atas kapal dan biasanya
merupakan bagian dari kapal itu sendiri. Untuk keperluan bongkar muat peti kemas,
derek kapal yang digunakan harus berkapasitas di atas 20 ton sehingga hanya bisa
disediakan oleh kapal-kapal pengangkut peti kemas yang berbobot besar.
Floating crane atau kran terapung pada umumnya memiliki sumber daya sendiri (self
propelled) untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, namun ada juga tepi
yang ditarik dengan tug boat. Karena terapung floating crane tidak membebani dermaga
meskipun mengangkat beban yang berat.Jangkauan lengan floating crane tidak dapat
diatur seperti pada shore crane. Floating crane diperlukan untuk bongkar muat barang
satuan berbobot besar seperti mobil truk, mesin generator, gerbong kereta api,
lokomotif.Kapasitas muat floating crane pada pelabuhan utama minimal 25 ton.
12 Kelengkapan dermaga
12.1 Pencahayaan
Struktur dermaga, jalan akses dan daerah terminal harus dilengkapi dengan
pencahayaan yang sesuai dan memadai:
2. Pencahayaan untuk keamanan area pelabuhan 30 lux Commented [DA30]: Thoresen, 2003.
Kabel yang digunakan untuk sistem pasokan bertegangan rendah dan tinggi untuk
instalasi pelabuhan, keran dan pencahayaan harus diletakkan di bawah tanah. Titik
pengambilan daya harus disediakan di sepanjang muka dermaga pada interval 50-200 m,
tergantung tipe aktivitas dermaga. Commented [DA31]: Thoresen, 2003.
Sistem drainase dermaga terdiri atas sistem drainase terbuka dan sistem drainase
tertutup.
16 dari 19
Sistem drainase terbuka dirancang untuk menyalurkan air laut dan air hujan, dengan
kemiringan memanjang saluran pembuangan sebesar 1:40. Apabila permukaan
dermaga tidak berisiko mengalami penurunan, kemiringan memanjang dapat diperkecil
menjadi 1:100.
Sistem drainase tertutup dirancang untuk menyalurkan air yang tercemar, misalnya
akibat ceceran minyak. Pada sistem ini, air yang tercemar dibuang ke sistem drainase
terpisah untuk pengolahan lebih lanjut. Commented [DA33]: Thoresen, 2003.
Limbah cair domestik harus dibuang melalui sistem pipa khusus, yang disalurkan ke
sistem pengolahan perkotaan atau fasilitas pengolahan khusus.
Tangga akses harus ditempatkan pada interval 50 m sepanjang muka dermaga. Agar
dapat diakses dari laut, tangga harus diperpanjang 1 m di bawah LAT. Tangga harus
dirancang dengan pembebanan horizontal dan vertikal sebesar 1,0 kN/m.
Pagar pengaman harus disediakan pada kedua sisi walkway dan pada tepi dermaga,
apabila tidak mengganggu penanganan muatan atau penambatan kapal. Tinggi pagar
pengaman setidaknya 1 m di atas lantai dermaga. Commented [DA34]: Thoresen, 2003.
12.8 Kerb
Kerb dengan tinggi minimum 200 mm harus disediakan di sekeliling dermaga, untuk
mencegah kendaraan terjatuh ke laut. Commented [DA35]: Thoresen, 2003.
17 dari 19
Lampiran A
(informatif)
Faktor Konversi Unit
18 dari 19
Bibliografi
Standard Design Criteria for Ports in Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Departemen Perhubungan, 1984.
19 dari 19