Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR DARI IMMUNITAS DAN INFLAMASI

Penyakit periodontal yang umum ditemukan pada manusia adalah gingivitis dan

periodontitis. Hal ini dipicu oleh mikroorganisme yang terdapat didalam plak yang dapat

menyebabkan kerusakan jaringan, hilangnya tulang, dan hilangnya gigi. Sistem imune adalah

suatu sistem jaringan yang didesain untuk tujuan hemostasis bagi molekul yang besar

(oligomer) dan sel yang berdasar pada proses pengenalan spesifik.

Sistem imun dibagi menjadi dua kategori, innate dan adaptive. Innate immune respon

ini mampu beradaptasi terhadap paparan patogen yang sama dan kemudian melemah begitu

patogen bisa ditanggulangi, contoh sel phagosit : monosit, macrophage, neutropil yang dapat

membunuh banyak pathogen. Spesifik immune respon akan meningkat setelah paparan

terhadap patogen dan bertahan pada level yang tinggi segera setelah beberapa tahun.

Limfosit (contohnya Tsel, Bsel) sangat penting untuk bentuk dasar dari adaptive immunity

atau biasa di sebut spesifik imun respon.

Inflamasi adalah perubahan permeabilitas kapiler dan terjadi dilatasi, infiltrasi dari

leukosit menjadi jaringan yang terinfeksi. Hasil perubahan ini adalah erythema, edema, heat,

pain dan kehilangan fungsi merupakan tanda adanya inflamasi. Inflamasi dapat melalui tiga

tahap; immediate, akut dan kronis. Leukosit berperan penting dalam mengontrol tiga tahapan

terjadinya inflamasi.

Sel pada Imnunitas dan Keradangan

Sel dari sistem imun yang penting dalam proses inflamasi adalah mast sel, dermal

dendrocytes, peripheral dendritic sel, neutrofil, monosit/makrofag, T sel, Bsel and natural

killer (NK) sel. Sel mempunyai reseptor yang mempu berinteraksi dengan molekul atau sel
yang lain. Secara umum, nama reseptor di berikan sesuai dengan fungsinya. Pada saat ini,

nomenklatur sistematik yang dikenal dengan sebutan CD ( cluster of differentiation ) sistem

sudah berkembang.

1. Mast Sel

Merupakan sel yang penting dalam immadiate inflamasi. Sel ini memiliki reseptor

untuk melengkapi komponen (C3a dan C5a) seperti reseptor untuk bagian Fc dari molekul

antibodii yaitu immunoglobin E dan immunoglobin G. Baru-baru ini, mast sel telah terbukti

memiliki toll likereseptor. Reseptor ini memberikan jalan bagi sistem imun innate untuk

beradaptasi (contohnya MHC). Adaptasi ini bersifat sementara. Ransangan dari reseptor ini

mampu mengaktifasi dan mensekresi bahan-bahan vasokatif yang dapat meningkatkan

permeabilitas vaskuler dan dilatasi yang merupakan dua tanda penting dari anaphilaksis.

Anaphilaksis dapat mengancam jika meluas, tetapi biasanya terlokalisasi dan penting dalam
memulai respon inflamasi terhadap invasi mikroba lokal. Mast sel memiliki fitur menonjol

seperti sitoplasmik granulosa, termed lisosom, yang dimana menyimpan mediator inflamasi

seperti histamin, faktor eosinofil kemotaksis, faktor neutrofil kemotaksis, dan heparin. Mast

sel dapat menyatukan, de novo, yang merupakan media inflamasi lainnya seperti reaksi

lambat substansi dari anaphilaksis (SRS-A), faktor alfa tumor nekrosis (TNF-), interleukin-6

(IL,-6) dan leukotriene C4.

2. Histiosit (Dermal Dendrosit)

Dermal dendrosit (histiosis) didistribusikan secara luas dan membentuk sistem besar

dari kolagen terkait dengan dendrosit sel dari myeloid. Sel ini tersebar ke dekat pembuluh

darah dan memiliki reseptor untuk melengkapi komponen C3a, yang akan bersatu di

inflamasi immediate. Sel ini juga mengeluarkan MMPs (matrix metalloproteinase) sebagai

respon terhadap bakteri yang merusak jaringan periodontal.

3. Dendrit ( peripheral dendritic cell)

Peripheral dendritic sel adalah leukosit dengan penonjolan sitoplasmik atau biasa di

sebut dendrit. Sel langerhan merupakan periapheral dendritic sel yang tinggal di suprabasilar

dari epitelium squamosa. Sel ini menangkap antigen secara lokal dan membawa ke lymp

node terdekat melalui limphatic afferent.

4. Neutrophil dan monocyt/macrophage


Neutrofil dan monocyt merupakan leukosit pagosit. Perbedaan mendasar antara dua

sel ini adalah jika neutrofil berdiferensiasi hampir lenkap di sekitar sumsum tulang dalam 14

hari, sedangkan monosit keluar dari sumsung tulang setelah 2 hari setelah matang dan

berdiferensiasi di jaringan. Kedua sel ini hampir sama besar ukurannya di dalam darah

(diameternya 10mikrometer).

Neutrofil disebut juga dengan PMN (polimorfonuklear leukosit), merupakan leukosit

utama dalam darah. Sel ini memiliki banyak lisosom di dalam sitoplasmanya.

Monosit disebut macrophage bila keluar dari pembuluh darah. Sel ini melengkapi

diferensiasinya pada jaringan lokal dan dapat membesar hingga diameternya 22mikrometer.

Karena makrofag berdiferensiasi dan tinggal di jaringan ikat, mereka cocok untuk

berkomunikasi dengan limfosit dan sel lainnya.

5. Lymposit

Tiga bentuk limposit dibedakan berdasarkan reseptornya terhadap antigen. Terdiri

dari limposit T, limposit B dan NK ( natural killer ) B dan T cell dalam darah inaktive dan

berukuran kecil (8-10 um). NK sel dapat berdiferensiasi secara meluas di sumsum tulang dan

muncul di darah setelah besar, granular limfosit. NK cell berukuran besar ( 15um)dan

merupakan sel terbesar daripada leukosit lain di pembuluh darah.

6. T cell

T sel mengenal semua antigen dengan menggunakan T cell antigen reseptor (TCR).

Antigen diakui oleh T sel di asosiasi dengan MHC kelas 1 atau kelas 2 molekul di permukaan

dari sel atigen. T cell dibagi lagi berdasarka proses dari co-reseptor CD4 atau CD8.
7. B cell

B sel membantu mengontrol ekstra seluler antigen seperti bakteri, jamur dan virus.

Bsell mengenal antigen dengan menggunakan B sel antigen reseptor (BCR), dimana memiliki

afinitas tinggi antigen reseptor. Afinitas tinggi antara BCR dan antigen memungkinkan B sel

untuk mengikat dan memakan antigen tanpa munculnya antigen. Antigen akan terikat dengan

ketat. Antigen yang dimakan akan terdegradasi dan disampaikan kepada T sel.

8. Natural killer ( NK cell )

NK sel mengenali dan membunuh tumor dan virus tertentu yang menginfeksi sel. Sel

ini mempunyai beberapa klas reseptor antigen yaitu killing inhibitory receptor (KIR) dan

killing activating receptor (KAR). Reseptor ini dapat mengenali antigen yang bergabung

dengan MHC kelas 1 molekul, MHC kelas 1 molekul itu sendiri dan permukaan lain

glikoprotein tertentu. Sel normal memiliki molekul MHC kelas 1 yang menunjukan antigen

yang mengenali dirinya sendiri; ini merupakan interaksi dengan KIR dan menjaga sel dari

NK sel. Perubahan dalam antigen ditunjukan oleh molekul MHC kelas 1, yang terjadi pada

sel infeksi tumor dan sel infeksi virus, yang nantinya dapat menghasilkan aktivasi di dalam

NK sel, karena KIR tidak menemukan self-antigen yang cukup. Sebagai tambahan, sel dapat

menunjukan self-antigen dalam respon stres atau perubahan lain, yang dikenalkan oleh KAR.

Aktivasi KAR dapat mengesampingkan inhibisi KIR dan dapat menyebabkan NK sel

membunuh sel target.

Migrasi Transendothelial
Perpindahan leukosit secara langsung dari darah ke jaringan lokal adalah pusat menuju

inflamasi. Migrasi transendothelial adalah interaksi selektif antara leukosit dan endotelium

sehingga leukosit akan didorong dari endotel keluar ke darah dan memasuki jaringan.

Kerusakan pada migrasi transendhotelial berhubungan dengan agresif periodontitis. Migrasi

ini adalah mirasi yang penting pada proses penyakit periodontal.

Neutrofil dan monosit tinggal kurang dari 12 jam di sirkulasi. B sel dan T sel

memerlukan pengaruh tambahan dari organ limfoid untuk berfungsi secara tepat. Lalu sel ini

langsung keluar dari darah, memasuki limfatik dan organ sekunder limfoid dan kembali

masuk ke dalam darah dalam proses yang dikenal dengan lymphocyte recirculation. Darah

hanya mengandung 2% dari seluruh limfosit dan limfosit diperkirakan resirkulasi sebanyak

50 kali sehari.

Pada respon inflamasi lokal, migrasi transendhothelial memiliki beberapa fase. (1)

Rolling, (2) Insult to local tissue, (3) Signaling the endothelium, (4) Increased rolling, (5)

Signal for rolling arrest, (6) Strong adhession dan (7) The zipper phase.
Leukosit menggunakan lectin (non enzimatic karbohidrat binding protein) menunjuk

L-selectin untuk berinteraksi dengan molekul karbohidrat yang biasa dikenal dengan vascular

addressins yang terdapat pada permukaan luminal dari sel endothelial (step 1, gambar 12-4).

Interaksi singkat akan memanifestasikan dirinya sendiri sebagai rolling dari leukosit

sepanjang permukaan luminal endotelium, proses ini berjalan dengan bantuan leukosit dan

akan berhenti untuk memeriksa endothelium.

Pemicu derita lokal (step 2, gambar 12-4) melepaskan macam-macam tanda inflamasi

mulai dari sel di dalam jaringan, terutama dari leukosit residen seperti mast sel. Mast sel

sangat penting dalam fase awal neutrofil terhadap bakteri dan menanggapi pada

anaphylatoksin seperti C3a dan C5a (step 3, gambar 12-4).

C5a dan lipopolisakarida dapat merangsang sel edotelial untuk memperlihatkan P-

selectin dan E-selectin pada permukaan luminal. Kedua selectin ini dapat mengikat molekul

karbohidrat yang ada pada leukosit. Secara mikrokopis menunjukan peningkatan jumlah

leukosit yang ada di permukaan luminal endotelium atau peningkatan dari rolling. Atau sel

endotelial bukan yang merangsang leukosit, tetapi respon awal untuk tanda inflamasi lokal

dari residen leukosit.

Ransangan dari endotelium juga membebaskan chemokines. Chemokines adalah

citokin peptida yang kecil, pertama kali diakui untuk aktifitas chemoattractant, yang

memainkan peran dasar sebagai tanda selektif bagi leukosit untuk keluar dari darah (step 5,

gambar 12-4).Fungsi chemokines sebagai tanda untuk rolling arrest. Interaksi dari

chemokine, interleukin-8, dengan reseptor leukosit CXCR2 menyebabkan leukosit

menumpahkan L-selectin. Integrin adalah transmembran adhesin, beberapa biasa terlihat

konstitutif pleh endotelium (step 6, gambar 12-4.


CD31 (platelet-endothelial cell adhesion molecule-1) adalah 13-kD glikoprotein

transmembran yang tampak pada pinggiran intersel dari sel endotelial menghadap ke lumen

dan ada pada semua leukosit. CD31 adalah hemofilik molekul adhisi karena molekul CD31

mengikat satu sama lain. Pengikatan CD31 di endotelium dengan CD31 di leukosit memandu

leukosit pada batas antara sek endotelial (step 7, gambar 12-4).

Fungsi Leukosit

1. Kemotaksis

Ketika leukosit masuk pada jaringan pengikat, ini memungkinkan untuk menempatkan dan

memindahkan ke tempat terjadinya suatu derita. Hal ini dilakukan oleh kemotaksis.

Kemotaksis merupakan kemampuan leukosit untuk menuju ketempat yang

membutuhkan/keradangan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kemampuan leukosit untuk

merasakan suatu ingredient dengan konsentrasi yang meningkat ( chemotaxin). Chemotaxin

yang berasal dari bakteri adalah peptida formyl methionil

2. Fagosit

Fagosit merupakan kemampuan leukosit untuk menelan partikel. Neutopil dan macrophage

adalah satu-satunya sel yang cukup efisien dalam fagositosit sehingga dianggap sebgaain

profesional fagosit.

Ketika suatu mikroba telah termakan, ini mungkin terbunuh. Fagositosis ini mempunyai dua

proses yang pertama oxidative untuk menghilangkan oksigen dan yang kedua adalah

potensial reduksi oksidasi sekitar 160mV. Kedua variabel mungkin kurang optimal dalam
celah gingival. Netrofil tidak memerlukan oksigen untuk energi dan dapat berfungsi dalam

kondisi anaerobik. Jadi, fagosit juga harus memiliki kapabilitas untuk kategori kedua dalam

mekanisme killing atau biasa disebut nonoxidative mechanism.

3. Pengolahan dan Penyajian Antigen

Major histocaompatibility complex (MHC) adalah suatu tempat pada lengan pendek

kromoson yang memberikan kode sejumlah molekul termasuk molekul MHC kelas 1,2 dan 3,

dimana mengatur serapan antigen, pengolahan dan penyajian. Semua sel di proses dan

disajikan dalam pengumpulan molekul MHC kelas 1. Molekul MHC kelas 1 digunakan untuk

menunjukan antigen intrasel T sel dan NK sel.

Anda mungkin juga menyukai