Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERIOPERATIF 3

BENANG DAN JARUM BEDAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Perioperatif 3


Yang dibina oleh Ibu Joice F.M, S.Kep., Ns.SH.MH

Anggota Kelompok 4

1. Dhian Ndaru Aryanto P17211175004


2. Ricky Alpianor P17211175009
3. Vivid Ika Fitrianingrum P17211175019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MALANG ALIH JENJANG
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses pembedahan (operasi) pada hewan maupun manusia, ada beberapa hal
yang perlu dipersiapkan, selain mempersiapkan alat-alat pembedahan, restrain juga
diperlukan. Pembedahan sendiri bertujuan untuk memulikan keadaan normal dari gangguan
atau penyakit dengan alat atau instrumen.

Hal yang paling penting dari suatu pembedahan adalah benang dan jarum bedah.
Karena benang dan jarum bedah disini berperan sebagai penutup luka atau bisa dikatakan
sebagai akhir dari proses pembedahan. Benang dan jarum bedah untuk hewan sendiri tidak
berbeda jauh dengan jarum dan benang bedah pada manusia. Karena pada dasarnya kegunaan
dari benang dan jarum bedah pada hewan dan manusia sama saja.

Adapun pengelompokan dan kriteria dari benang dan jarum bedah itu sendiri. Untuk
benang hanya dikelompokkan berdasarkan kekuatan penyerapannya. Seperti yang kita tau
bahwa untuk benang bedah dibagi 2, yaitu benang yang dapat diserap tubuh dan benang yang
tidak dapat diserap oleh tubuh. Sedangkan untuk jarum dibedakan berdasarkan ujung
jarumnya, panjang leher jarm, serta mata neddlenya. Pengelompokan jarum tersebut
berdasarkan organ atau bagian mana yang akan dijahit.

Untuk lebih lengkapnya lagi mengenai benang dan jarum bedah. Pada bab selanjutnya
kami akan mencoba menjelaskan secara terperinci mengenai pengelompokan dan kriteria dari
benang dan jarum bedah itu sendiri.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan materi ini yaitu:

1. Agar dapat mengetahui apa itu benang bedah serta klasifikasinya


2. Agas dapat mengetahui kriteria benang dan jarum bedah yang baik
3. Agar dapat mengetahui pengelompokan dan fungsi benang bedah
4. Agar dapat mengetahui pengelompokan dan fungsi jarum bedah
5. Agar dapat mengetahui anatomi jarum bedah
6. Agar dapat mengetahui jenis-jenis benang operasi

1.3 Manfaat
2
Dengan membahas materi mengenai alat-alat bedah ini terutama benang dan jarum
bedah sehingga dapat mengetahui benang dan jarum bedah yang mana saja yang bisa
digunakan saat menjahit bagian dalam/organ maupun bagian luar, contohnya kulit, fascia,
saluran cerna, dan organ-organ lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Benang Bedah

2.1.1 Pengertian

Benang bedah ( suture ) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi untuk
ligasi (Mengikat) pembuluh darah atau aproksimasi (mengikat / menyatukan jaringan )
dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan. Sejak tahun 2000 SM,
penggunaan benang dari bulu binatang telah dilakukan untuk menjahit luka. Seiring
dengan perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah berkembang dan
bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon ataupun usus hewan.

2.1.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis benang yang dapat digunakan dalam pambedahan.
Penggolongan tersebut terbagi berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria tersebut antara lain :
Penyerapan
Asal Bahan
Asal Serat
a. Penyerapan
Berdasarkan kriteria ini, benang dibagi menjadi 2 yaitu :
Benang yang dapat diserap (absorbable suture)
Benang jenis ini merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari
jaringan collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam
tubuh akan diserap dengan lama yang bervariasi sehingga tidak ada benda asing
yang tertinggal di dalam tubuh. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan benang
yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia butuh
waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Contohnya : Plain Catgut,
chromic dan kolagen.
Benang yang tidak dapat diserap ( non absorbable sutures )
Benang jenis ini merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan
terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa
reaksi penolakan selama bertahun tahun. Contohnya : polyamida (nylon) dan
sutera (silk, zyde). Benang jahitan disini merupakan benda asing yang akan
mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan
meminimalkan reaksi digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang
minimal. Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara
permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing
yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel.

b. Asal Bahan
Berdasarkan asal bahannya benang yang digunakan dalam pembedahan terdiri
atas :
4
Bahan alami, dibagi atas :
a) Diserap ( absorbable )
Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexor sapi. Contoh :
i. Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexor sapi tanpa campuran.
ii. Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba
dan serabut collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic aci
b) Tidak diserap (non absorbable sutures)
Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan
dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam
sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh : metalik sutures
(stainless steel).
Bahan sintetis (buatan)
Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai keunggulan
dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan dengan
organ yang akan dijahit. Benang ini terbagi menjadi :
a) Benang yang dapat diserap (absorbable)
Benang jenis ini terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh
tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi.
Contoh benang ini antara lain : Polyglactin 910, Polylactin 910 polylastctin
370, calcium state (Coated Vicryl) dan lain-lain.
b) Benang yang tidak dapat diserap (non absorbable)
Benang ini terbuat dari bahan buatan (sintetis) dan dibuat sedemikian rupa
sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil. Contohnya :
Polypropamide (Ethilon), Polypropylene (Prolene), Polyester
(Mersilene).

c. Asal Serat
Berdasarkan asal seratnya atau penampang benangnya, benang jenis ini terbagi
lagi menjadi :
a. Monofilamen
Benang ini terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan (non
capilarity). Keuntungan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan halus,
tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya
mikroba. Kerugiannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus karena
relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament. Contoh : Catgut, PDS, dan
Prolene.
b. Multifilamen

5
Benang ini terbuat dari beberapa filamen atau lembar bahan benang yang dipilih
menjadi satu. Keuntungan jenis ini adalah benang lebih kuat dari monofilament,
lembut dan teratur serta mudah digunakan. Kerugiannya berupa adanya rongga
yang dapat menjadi tempat menempelnya mikroba dan sedikit tersendat pada saat
melalui jaringan. Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond. Benang serat banyak dapat dibagi
dua, yaitu braided yang berupa benang anyaman seperti rambut dikepang
(contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan
twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang dililit/dipilin (contohnya
katun dan linen). Polyamide (nylon) dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat
tunggal dan berserat banyak.

Benang yang digunakan dalam pembedahan juga memiliki lapisan. Pelapisan benang
(coated) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mendapatkan benang yang lebih kesat
sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga tampil
lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak terdapat
tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan. Polyglycolic acid
dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis. Sutera diberi lapisan lilin
agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-celah pada benang.

Tabel 1 Klasifikasi Suture Berdasarkan Tingkat Penyerapannya

Breakdown Origin Strand Generic Name Trade Name


Catgut-plain
Multifilamant
Catgut-chromic
Natural
None
Monofilament
Glycolic Acid
Primer
Absorbable Multifilament - Polyglycolic acid Dexon (D+G)
- Polyglactin 910 Vicryl (Ethicon)
Polysorb (USSC)
Synthetic
Polydioxanone PDS (Ethicon)
Trimethylene/
Monofilament Maxon (D+G)
Glycolic acid
Poliglecaprone 25 Monocryl (Ethicon)
Nonabsorbable Natural Multifilament Silk
6
Linen
Cotton
Stainless Steel

Monofilament Stainless Steel


Ethibond/Mersilene
Polyester Ti-cron/ Dacron
Multifilament Dyflex/Teflex/Polyflex
Surgilon
Polyamide (Nylon)
Nurolon
Ethilon
Synthetic
Polyamide (Nylon) Dermalon
Nylene
Monofilament Prolene
Polypropylene
Surgilene
Polyvinylidene Vilene
Polybut ester Novafil
Polyether Dyloc

2.1.3 Ukuran Benang


Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan.
Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada
jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik sedangkan kekuatan
jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya.
Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian
ukuran benang dengan daerah yang akan dijahit sebagai berikut :

Tabel 2 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Benang

Ukuran benang Jenis benang yang dianjurkan


Daerah yang akan dijahit
Subkutis 5/0 Plain catgut, Chromic cat gut, PGA
Wajah dan leher
Kulit 4/0 6/0 Nylon monofilament
Subkutis 3/0 Plain catgut, Chromic cat gut, PGA
Kepala
Kulit 2/0 3/0 Nylon monofilament, Silk
Badan depan Subkutis 5/0 Plain catgut
Permukaan cembung
ekstremitas Kulit 3/0 4/0 Nylon monofilament, silk
Badan belakang Subkutis 4/0 Polyglycolic acid, polydioxanone

7
Permukaan cekung
Nylon monofilament, Silk
ekstremitas
Kulit 3/0 4/0

2.1.4 Cara Memilih Benang


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan benang yang akan
digunakan:
Benang harus steril sewaktu digunakan.
Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang sesuai jenis
material benang.

Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang habis diserap
tubuh

Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk setiap jenis
benang, artinya tetap tersimpul selama proses penyembuhan luka.

Mudah untuk digunakan.

Lokasi operasi atau pembedahan

Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang dianjurkan


dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan
yang dijahit, massa material benang dan reaksi jaringan sekecil mungkin.

Tabel 3 Contoh Beberapa Benang Beserta Kekurangan dan Kelebihannya

Daya tahan
Keamanan
Diserap (A) terhadap Tegangan dalam jaringan
simpul
atau tidak regangan (tensile strength in
Jenis barang (knot
(NA) (breaking tissues)
security)
strength)

A Bervariasi jelek Hilang setelah hari ke 3


Plain catgut
Chromic catgut A Baik sedang Hilang setelah hari ke 10
Collagen A Baik sedang Hilang setelah hari ke 10
Polyglycolic
acid A Baik baik Tinggal 40% pd hari ke 14
DEXON IITM
8
Polyglactin
A Baik baik Tinggal 40%pd hari ke 14
VICRYIL TM
Sutera NA Sedang baik Tahan hingga 6 bulan
Katun NA Sedang baik Tahan hingga 6 bulan
Bervariasi hilangnya pada
Braided NA Baik baik
bln ke 6
Monofilament
polyamide NA Baik jelek Berkurang sedikit
NYLONTM
Braided
NA Sangat baik baik bertahan
polyester
Monofilament
polypropylene NA Baik sedang Bertahan
PROLENETM
Steel wire NA Sangat baik baik Bertahan

2.1 Jarum Bedah


2.1.1 Pengertian
Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik
suture, sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu
dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari
stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu
lubang yang terdapat pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di
dalamnya.
Needle harus cukup rigid/keras sehingga memungkinkan untuk dapat
menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak
meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan
dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut
membawa jaringan sekitarnya.
Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang memungkinkan
kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa
menyebabkan kerusakan pada jaringan tertentu yang dapat menimbulkan kerugian
dikemudian hari.

2.1.2 Struktur Jarum Bedah

9
Gambar 1 Struktur Jarum Bedah

Bagian bagian dari jarum bedah, terdiri atas:

o Ujung jarum ( point of needle )


o Badan / Batang ( body / shat needle )

o Mata jarum ( eye needle )

2.1.3 Kriteria Pemilihan Jarum Bedah


Pemilihan jarum bedah yang efisien dan tepat guna ialah jarum yang
digunakan berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak
jaringan tubuh. Serta bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih yang sesuai dengan
prosedur operasi.
Kriteria jarum bedah yang baik, yaitu:
Stainless steel kualitas tinggi
Stabil jika dipegang dengan needle holder
Diameter dari jarum harus sesuai
Sebisa mungkin meminimalisir adanya trauma
Tajam sehingga bisa menembus kulit yang tebal
Harus sesuai dengan lokasi operasi

2.1.4 Klasifikasi Jarum Bedah


Klasifikasi dari jarum bedah sendiri dibedakan berdasarkan ujung jarum (point
of needle) dan bentuk badan jarum (body/shat needle). Klasifikasi ini digunakan untuk
memudahkan penggunaan jarum itu sendiri dalam operasi.

10
Klasifikasi berdasarkan ujung jarum (point of needle):

11
Gambar 2 Klasifikasi Point of Needle

12
Klasifiksi berdasarkan bentuk badan needle:

Gambar 3 Klasifikasi badan needle

13
Berdasarkan mata needlenya terbagi atas:

Rolled end
Drilled end
Regular eye
Springs eye
Spring double eye

Gambar 4 Eye Needle


Terdapat 2 macam jarum bedah dilihat dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas
dan jarum atraumatik
Jarum lepas
o Memerlukan waktu penyambungan benang dengan jarum

o Memerlukan resterilisasi

o Memerlukan perawatan ujung jarum

o Resiko jarum berkarat

o Resiko benang terlepas dari jarum

o Pemilihan jarum harus tepat dengan benang

Jarum bedah atraumatik

o Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus

o Penyambungan benang bedah dengan jarum secara channelateau drilled

o Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan

o Dijamin steril dan bebas karat

o Sekali pakai dibuang sehingga tidak perlu sterilisasi

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dari begitu banyak jenis
benang dan jarum bedah/operasi yang memiliki kriteria masing-masing. Benang dan
jarum bedah juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Untuk
benang operasi yang digunakan sendiri tergantung dimana lokasi operasinya. Jika
lokasi terdapat pada organ dalam maka digunakan benag yang dapat diserap oleh
tubuh. Sedangkan jika untuk menjahit bagian luat tubuh semisal kulit maka digunakan
benang yang tidak diserap oleh tubuh. Untuk jarumnya sendiri, yang paling sering
digunakan adalah jarum dengan ujung taper poin atau cutting point karena kedua
ujung jarum tersebut baik untuk permukaan yang keras. Sedangkan untuk ukuran
jarum yang digunakan kebanyakan untuk permukaan kulit adalah 1/2 circle, half-
curved, dan 3/8 circle. Sekali lagi kami tekankan bahwa pengunaan benang dan jarum
operasi harus sesuai dengan lokasi operasi agar tidak meninggalkan trauma
dikemudian hari.

15
Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Benang Bedah dan Jarum Bedah dalam Operasi.


http://ninonk93.wordpress.com/2013/10/04/benang-bedah-dan-jarum-bedah-dalam-
operasi/ (Diakses tanggal 19 Maret 2014)

Perret-Gentil, Marcel I, DVM, MS. Principles of Veterinary Suturing. Laboratory Animal


Resources Center. University Veterinarian & Director. The University of Texas at San
Antonio. USA.

Rizky, Eko. 2012. Jarum Bedah dan Benang Bedah.


http://alkeskelompoka.blogspot.com/2012/11/jarum-bedah-dan-benang-bedah.html
(Diakses tanggal 19 Maret 2014)

16

Anda mungkin juga menyukai