PENDAHULUAN
1
sehingga disebut sebagai disease of theory, namun tidak ada satupun yang
dianggap mutlak benar.
Hipertensi dan proteinuria pada preeklamsia adalah tanda yang
menunjukkan banyak perubahan internal untuk sistem tubuh. Preeklamsia sering
dianggap sebagai gangguan dengan dua komponen, implantasi plasenta yang
abnormal ditambah dengan disfungsi endotel rumit oleh faktor-faktor maternal.
Pada kenyataannya hal tersebut jauh lebih kompleks. Ada perubahan terlihat pada
sistem ginjal dan pembuluh darah secara keseluruhan.1
Banyak komplikasi yang disebabkan preeklamsi berat salah satu
diantaranya adalah HELLP Sindrom. Sindrom HELLP ialah pereklamsi-eklamsi
disertai hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopeni.
Kematian ibu bersalin pada sindrom hellp cukup tinggi, yaitu 24%. Penyebab
kematian dapat berupa kegagalan cardio pulmonal, gangguan pembekuan darah,
perdarahan otak, ruptur hepar dan kegagalan multipel. Demikian juga kematian
perinatal pada sindrom HELLP cukup tinggi terutama disebabkan persalinan
preterm.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya,
oleh karena itu disebut penyakit teori; namun belum ada memberikan jawaban
yang memuaskan. Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan (1)
mengapa frekuensi tinggi pada primigravida, kehamilan ganda, hidraamnion,
mola hidatidosa, dan triwulan III, (2) mengapa terjadi perbaikan penyakit bila
terjadi KJDK, (3) mengapa frekuensi lebih rendah pada kehamilan selanjutnya,
dan (4) penyebab hipertensi, proteinuria, dan konvulsi. Dari hal-hal di atas,
jelaslah bahwa bukan hanya 1 faktor, melainkan banyak faktor yang dapat
menyebabkan preeklampsia.4
2.3 Patofisiologi
3
Gambar 2.3. Implantasi plasenta normal pada trimester ketiga memperlihatkan
proliferasi trofoblas ekstravilus dari vilus jangkar
4
trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal seperti
tekanan darah sebelum hamil.
1) Regulasi volume darah
Pengendalian garam dan homeostasis meningkat pada preeklampsia.
Kemampuan untuk mengeluarkan natrium juga terganggu, tetapi pada
derajat mana hal ini terjadi sangat bervariasi dan pada keadaan berat
mungkin tidak dijumpai adanya edema. Bahkan jika dijumpai edema
interstitial, volume plasma adalah lebih rendah dibandingkan pada wanita
hamil normal dan akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebih lagi
suatupenurunan atau suatu peningkatan ringan volume plasma dapat
menjadi tanda awal hipertensi.
2) Volume darah, hematokrit, dan viskositas darah
Rata-rata volume plasma menurun 500 ml pada preeklampsia
dibandingkan hamil normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan
wanita yang melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).
3) Aliran Darah di Organ-Organ
a. Aliran darah di otak
Pada preeklampsia arus darah dan konsumsi oksigen berkurang 20%.
Hal ini berhubungan dengan spasme pembuluh darah otak yang
mungkin merupakan suatu faktor penting dalam terjadinya kejang pada
preeklampsia maupun perdarahan otak.
b. Aliran darah ginjal dan fungsi ginjal
Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang sering
menjadi penanda pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah
efektif ginjal rata-rata berkurang 20%, dari 750 ml menjadi
600ml/menit, dan filtrasi glomerulus berkurang rata-rata 30%, dari 170
menjadi 120ml/menit, sehingga terjadi penurunan filtrasi. Pada kasus
berat akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi
nekrosis tubular dan kortikal.
Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang
fungsinya mungkin sebagai cadangan menaikkan tekanan darah dan
menjamin perfusi plasenta yang adekuat. Pada kehamilan normal renin
5
plasma, angiotensinogen,angiotensinogen II, dan aldosteron meningkat
nyata di atas nilai normal wanita tidak hamil. Perubahan ini merupakan
kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi.
Pada kehamilan normal efek progesteron diimbangi oleh renin,
angiotensin, dan aldosteron, tetapi keseimbangan ini tidak terjadi pada
preeklampsia.
Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar terjadinya preeklampsia
adalah iskemi uteroplasenter dimana terjadi ketidakseimbangan antara
massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah
plasenta yang berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus, akan
dihasilkan lebih banyak renin uterus yang mengakibatkan
vasokonstriksi dan meningkatnya kepekaan pembuluh darah.
Disamping itu angiotensin menimbulkan vasodilatasi lokal pada uterus
akibat efek prostaglandin sebagai mekanisme kompensasi dari
hipoperfusi uterus.
Laju filtrasi glomerulus dan arus plasma ginjal menurun pada
preeklampsia, tetapi karena hemodinamik pada kehamilan normal
meningkat 30% sampai 50%, nilai pada preeklampsia masih di atas
atau sama dengan nilai wanita tidak hamil. Klirens fraksi asam urat
yang menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada
perubahan pada GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan gejala awal.
Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein biasanya ringan
sampai sedang. Preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom
nefrotik pada kehamilan. Penurunan hemodinamik ginjal dan
peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi morfologi khusus yang
melibatkan pembengkakan sel-sel intrakapiler glomerulus yang
merupakan tanda khas patologi ginjal pada preeklampsia.
c. Aliran darah uterus dan choriodesidua
Perubahan arus darah di uterus dan choriodesidua adalah perubahan
patofisiologi terpenting pada preeklampsia, dan mungkin merupakan
faktor penentu hasil kehamilan. Namun yang disayangkan adalah
6
belum ada satu pun metode pengukuran arus darah yang memuaskan
baik di uterus maupun di desidua.
d. Aliran darah di paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya karena
edema paru yang menimbulkan dekompensasi cordis.
e. Aliran darah di mata
Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darah orbital.
Bila terjadi hal hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya
preeklampsia berat. Gejala lain yang mengarah ke eklampsia adalah
skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri
atau dalam retina. 5
2.4 Faktor Risiko
1. Volume plasma
Peningatan tertinggi volume plasma pada hamil normal terjadi pada umur
kehamilan 32- 34 minggu. Sebaliknya, oleh sebab yang tidak jelas pada
preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30%-40% dibanding hamil
normal. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi. Volume plasma yang menurun memberi dampak yang luas pada organ-
organ penting. Preeklampsia sangat peka terhadap pemberian cairan intravena
yang terlalu cepat dan banyak.2 Pemberian cairan agresif kepada wanita dengan
7
preeklampsia berat menyebabkan tekanan pengisian sisi kiri jantung meningkat,
sementara curah jantung yang sudah normal meningkat menjadi supranormal.4
Demikian sebaliknya preeklampsia sangat peka terhadap kehilangan darah
sewaktu persalinan. Oleh karena itu, observasi cairan masuk ataupun keluar harus
ketat.2
2. Ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut:
8
Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada umur kehamilan 8
minggu. Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran
protein dan peningkatan permeabilitas vaskular.
5. Koagulasi dan fibrinolisis
8. Hematokrit
9. Hepar
Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila
terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar
dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di bawah
kapsula hepar dan disebut subkapsular hematoma. Subkapsular hematoma
menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan dapat menimbulkan ruptur
hepar, sehingga perlu pembedahan.
10. Neurologik
Perubahan berupa:
a. Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik
edema.
b. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus
berupa pandangan kabur, skotoma, amaurosis, dan ablasio retina.
c. Hiperrefleksi sering pada preeklampsia berat.
d. Kejang eklamptik.
9
e. Perdarahan intrakranial meskipun jarang, dapat terjadi pada preeklampsia berat
dan eklampsia.
11. Kardiovaskular dan paru
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload
akibat hipertensi dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia. Penderita
preeklampsia berat mempunyai risiko besar terjadinya edema paru. Edema paru
dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh
darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis.
12. Janin
Preeklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang disebabkan
oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan
sel endotel pembuluh darah plasenta. Pada janin dapat terjadi Intrauterine growth
restriction (IUGR), prematuritas, oligohidramnion, dan solusio plasenta.2
10
sel-sel pus. Untuk menghindari hal tersebut, maka diagnosis proteinuria
dilakukan pada urin tengah(midstream) atau urine 24 jam.Deteksi
proteinuria penting dalam diagnosis dan penanganan hipertensi dalam
kehamilan. Proteinuria pada preeklampsia merupakan indikator adanya
bahaya pada janin. Berat badan lahir rendah dan kematian perinatal
meningkat pada preeklampsia dengan proteinuria. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan bila ada hipertensi dengan proteinuria. Adanya kelainan
cerebral neonatus dan retardasi intra uterin. Proteinuria juga ada
hubungannya dengan meningkatnya risiko kematian janin dalam
kandungan. Risiko terhadap ibu juga meningkat jika dijumpai proteinuria.
3) Edema
Edema bukan merupakan syarat untuk diagnosa preeklampsia karena
edema dijumpai 60-80% pada kehamilan normal. Edema juga tidak
meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan.Edema yang dijumpai
pada tangan dan muka selain pagi hari merupakan tanda patologis.
Kenaikan berat badan melebihi 1 kg per minggu atau kenaikan berat badan
yang tiba-tiba dalam 1 atau 2 hari harus dicurigai kemungkinan adanya
preeklampsia. Edema yang masif meningkatkan risiko terjadinya edema
paru terutama pada masa post partum. Pada 15-39 % kasus preeklampsia
berat tidak dijumpai edema.
4) Nyeri kepala
Nyeri kepala jarang terjadi pada kasus yang ringan tetapi sering pada
kasus yang parah.Nyeri kepala umumnya terletak di frontal tetapi kadang-
kadang di oksipital dan resisten terhadap pemberian analgesik biasa.
5) Nyeri abdomen
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas sering merupakan gejala
preeklamsia berat dan dapat mengindikasikan bahwa akan segera terjadi
kejang. Keluhan ini mungkin terjadi karena peregangan kapsul hati karena
edema dan perdarahan.
11
6) Gangguan Visus
Gangguan visus pada preeklampsia berat dapat merupakan flashing.
Cahaya berbagai warna, skotoma, dan kebutaan sementara. Penyebabnya
adalah spasme arteriol, iskemia dan edema retina. Tanpa tindakan operasi
penglihatan akan kembali normal dalam 1 minggu.
Penentuan proteinuria
12
Konsentrasi protein pada sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa
faktor, termasuk jumlah urin. Pemeriksaan tes urin dipstik memiliki angka
positif palsu yang tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Brown, dengan tingkat
positif palsu 67-83%.8 Positif palsu dapat disebabkan kontaminasi duh vagina,
cairan pembersih, dan urin yang bersifat basa. Konsensus Australian Society
for the Study of Hypertension in Pregnancy (ASSHP) dan panduan yang
dikeluarkan oleh Royal College of Obstetrics and Gynecology (RCOG)
menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria dipstik hanya dapat digunakan
sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang sangat tinggi, dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio
protein banding kreatinin.
13
. Penegakkan diagnosis preeklampsia berat
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
preeklampsia, dan jika gejala tersebut didapatkan, akan dikategorikan
menjadi kondisi pemberatan preeklampsia atau disebut dengan
preeklampsia berat. Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi
pemberatan preeklampsia atau preklampsia berat adalah salah satu
dibawah ini:
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
c. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya.
d. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
e. Edema Paru
f. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
g. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan Absent or Reversed end Diastolic Velocity (ARDV).1
2.8 Penatalaksanaan
Terhadap penderita
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi. Monitoring input cairan
(melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) sangat penting.
Cairan yang diberikan berupa (1) Ringer-dekstrose 5% atau cairan garam faali
jumlah jumlah tetesan: < 125cc/jam atau (2) Dekstrose 5% yang tiap 1 liternya
dielingi dengan infus RL (60-125cc/jam) 500cc. Pasang kateter foley untuk
mengukur pengeluaran urin. Diberikan antasida untuk menetrlisir asam lambung
sehingga bila mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung.
14
Pemberian obat antikejang yaitu MgSO4. Selain MgSO4 pilihan lain adalah
diazepam dan fenitoin. Pemberian MgSO4 sulfat sebagai antikejang lebih efektif
dibanding fenitoin, berdasar Cochrane Review terhadap 6 uji klinik, yang
melibatkan 897 penderita eklampsia.2 Tujuan utama pemberian magnesium sulfat
pada preeklampsia adalah untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian
eklampsia, serta mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal serta perinatal.1
MgSO4 menghambat atau menurunkan kadar asetilkolim pada rangsangan serat
saraf dengan menghambat tranmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular
membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian MgSO4 akan menggeser
kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition
antara ion kalsium dan ion magnesium).2 Pemberian magnesium sulfat tidak
direkomendasikan untuk diberikan secara rutin ke seluruh pasien preeklampsia,
jika tidak didapatkan gejala pemberatan (preeklampsia tanpa gejala berat).1
Pemberian MgSO4 dihentikan jika terjadi intoksikasi dan setelah 24 jam pasca
persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Cara pemberian MgSO4 adalah:
15
efeknya pada sirkulasi vena hanya minimal. Pemberian calcium channel blocker
dapat memberikan efek samping maternal, diantaranya takikardia, palpitasi, sakit
kepala, flushing, dan edema tungkai akibat efek lokal mikrovaskular serta retensi
cairan. Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker yang sudah
digunakan sejak dekade terakhir untuk mencegah persalinan preterm (tokolisis)
dan sebagai antihipertensi. Berdasarkan RCT, penggunaan nifedipin oral
menurunkan tekanan darah lebih cepat dibandingkan labetalol intravena, kurang
lebih 1 jam setelah awal pemberian. Nifedipin selain berperan sebagai vasodilator
arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat natriuretik, dan meningkatkan produksi
urin. Dibandingkan dengan labetalol yang tidak berpengaruh pada indeks kardiak,
nifedipin meningkatkan indeks kardiak yang berguna pada preeklampsia berat.
Regimen yang direkomendasikan adalah 10 mg kapsul oral, diulang tiap 15-30
menit. Penggunaan berlebihan calcium channel blocker dilaporkan dapat
menyebabkan hipoksia janin dan asidosis. Hal ini disebabkan akibat hipotensi
relatif setelah pemberian calcium channel blocker. Beta-blocker Atenolol
merupakan beta-blocker kardioselektif (bekerja pada reseptor P1 dibandingkan
P2). Atenolol dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, terutama pada
digunakan untuk jangka waktu yang lama selama kehamilan atau diberikan pada
trimester pertama, sehingga penggunaannya dibatasi pada keadaan pemberian anti
hipertensi lainnya tidak efektif. Metildopa, agonis reseptor alfa yang bekerja di
sistem saraf pusat, adalah obat antihipertensi yang paling sering digunakan untuk
wanita hamil dengan hipertensi kronis. Digunakan sejak tahun 1960, metildopa
mempunyai safety margin yang luas (paling aman). Walaupun metildopa bekerja
terutama pada sistem saraf pusat, namun juga memiliki sedikit efek perifer yang
akan menurunkan tonus simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi nadi, cardiac
output, dan aliran darah ginjal relatif tidak terpengaruh. Efek samping pada ibu
antara lain letargi, mulut kering, mengantuk, depresi, hipertensi postural, anemia
hemolitik, dan drug-induced hepatitis. Metildopa biasanya dimulai pada dosis
250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari.
Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk dan menetap selama 10-
12 jam sebelum diekskresikan lewat ginjal. Alternatif lain penggunaan metildopa
adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam sampai maksimum 1 g tiap 6 jam untuk
16
krisis hipertensi. Metildopa dapat melalui plasenta pada jumlah tertentu dan
disekresikan di ASI.
Terhadap kehamilan
Preeklampsia
17
Manajemen ekspektatif preeklampsia berat:1
Perawatan ekspektatif: Ya
Tersedia fasilitas perawatan maternal dan neonatal
Pemberian Kortikosteroid
intensif
pematangan paru
Usia kehamilan : janin viabel 34 minggu
Persalinan setelah 48 jam
Rawat inap
Stop magnesium sulfat dalam 24 jam
Evaluasi Ibu dan janin setiap hari
18
Kriteria teriminasi kehamilan pada preeklampsia berat:1
1. Data maternal:
2. Data janin:
- Usia kehamilan 34 minggu
- Pertumbuhan janin terhambat
- Oligohidramnion persisten
- Profil biofisik < 4
- Deselerasi variabel dan lambat pada NST
- Doppler a. umbilikalis: reversed end diastolic flow
- Kematian janin
19
tertutup, yang mengisyaratkan seksio sesarea apabila kehamilan akan diterminasi.
Bahaya seksio sesarea mungkin lebih besar daripada apabila kehamilan dibiarkan
berlanjut dengan pengawasan ketat sampai serviks lebih layak untuk diinduksi.3
2.8 Pencegahan
Pencegahan primer
Perjalanan penyakit preeklampsia pada awalnya tidak memberi gejala dan
tanda, namun pada suatu ketika dapat memburuk dengan cepat. Pencegahan
primer merupakan yang terbaik namun hanya dapat dilakukan bila penyebabnya
telah diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan untuk menghindari atau
mengkontrol penyebab-penyebab tersebut, namun hingga saat ini penyebab pasti
terjadinya preeklampsia masih belum diketahui. Perlu dilakukan skrining risiko
terjadinya preeklampsia untuk setiap wanita hamil sejak awal kehamilannya.
Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia
dan mengkontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan primer.1
Peningkatan kunjungan pranatal selama trimester ketiga memungkinkan deteksi
dini preeklampsia. Wanita dengan hipertensi nyata ( 140/90 mmHg) sering
dirawatinapkan selama 2-3 hari untuk dievaluasi keparahan hipertensi
kehamilannya yang baru muncul.3 Faktor risiko yang dapat dinilai pada
kunjungan antenatal pertama umur > 40 tahun, nulipara, multipara dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru,
multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih, riwayat
preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan multipel , IDDM
(Insulin Dependent Diabetes Melitus), hipertensi kronik, penyakit ginjal, sindrom
antifosfolipid (APS), kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau
embrio, obesitas sebelum hamil, indeks masa tubuh > 35, tekanan darah diastolik
> 80 mmHg, proteinuria (dipstick >+l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau
secara kuantitatif 300 mg/24 jam).
Pencegahan sekunder
a. Istirahat
Berdasarkan telaah 2 studi kecil yang didapat dari Cochrane, istirahat di
rumah 4 jam/hari bermakna menurunkan risiko preeklampsia dibandingkan tanpa
pembatasan aktivitas. Istirahat dirumah 15 menit 2x/hari ditambah suplementasi
20
nutrisi juga menurunkan risiko preeklampsia.1 Hendaknya diet ditambah
suplemen yang mengandung minyak ikan dengan asam lemak tidak jenuh, zinc,
dan kalsium. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah terjadinya
preeklampsia.2
b. Aspirin
Berbagai Randomized Controlled Trial (RCT) menyelidiki efek penggunaan
aspirin dosis rendah (60-80 mg) dalam mencegah terjadinya preeklampsia.
Beberapa studi menunjukkan hasil penurunan kejadian preeklampsia pada
kelompok yang mendapat aspirin. Penggunaan aspirin dosis rendah untuk
pencegahan primer berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia,
persalinan preterm, kematian janin atau neonatus dan bayi kecil masa kehamilan,
sedangkan untuk pencegahan sekunder berhubungan dengan penurunan risiko
preeklampsia, persalinan preterm < 37 minggu dan berat badan lahir < 2500 g.
Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi
preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi. Apirin dosis rendah sebagai
prevensi preeklampsia sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20
minggu.
c. Suplementasi kalsium
Suplementasi kalsium berhubungan dengan penurunan kejadian hipertensi
dan preeklampsia, terutama pada populasi dengan risiko Tidak ada efek samping
yang tercatat dari suplementasi ini. Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari
direkomendasikan terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah.
Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk diberikan dalam
pencegahan preeklampsia.1
21
DAFTAR PUSTAKA
22
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis Pribadi
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Anamnesis Penyakit
Autoanamnesis
Keluhan Utama: Tekanan darah tinggi
Riwayat Penyakit Sekarang :
Hal ini dialami pasien sejak usia kehamilan 36 minggu. Riwayat tekanan
darah tinggi sebelum hamil (-).. Riwayat pandangan kabur (+),riwayat nyeri
kepala (+) riwayat kejang (-), riwayat kejang sebelum kehamilan (-), riwayat nyeri
ulu hati ( + ), mulas mau melahirkan (-), riwayat keluar lendir darah (-), riwayat
keluar air dari kemaluan (-). BAB (+) normal, BAK (+) normal.
Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat yang
sama
23
Riwayat Pengobatan : OS belum mengkonsumsi obat apapun sejak
timbul keluhan
Riwayat Menstruasi
1. HPHT : 14/11/2016
2. TTP : 21/08/2017
3. ANC : Sp.OG 2X
Riwayat Persalinan
1. Hamil Ini
Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENS
STATUS GENERALISATA
24
Thorax : SP: vesicular
STATUS OBSTETRI
USG TAS
25
Laboratorium
Diagnosis Sementara
Terapi
1. Pasang infus
2. Pasang Kateter dan pantau UOP
3. Loading dose MgSO4 20% (10cc) bolus perlahan (selama 15 menit)
4. Maintenance dose MgSo4 1gr/jam 40 % (15cc) dalam 500 cc RL 28 gtt/i selama 6
jam.
5. Nifedipine tab 4 x 10 mg (apabila TD 160/110 mmHg, diberikan 10 mg setiap
setengah jam dan dosis maksimal 120 mg/24 jam)
Rencana
1. SC
2. Awasi vital sign dan UOP
3. Konsul Anestesi
4. Konsul perinatologi
26
Tanggal Operasi : 17 Agustus 2017, pukul 08.00 WIB
Diagnosa Pra bedah : PE with severe feature + PG + KDR (39-40) minggu + PK
+ AH
Diagnosa Pasca Bedah : Post SC pada PE with severe feature
Tindakan : Seksio sesarea
Uraian Pembedahan
Bayi lahir perempuan, BBL 3100 gr, PB 47 cm, Apgar Score 9/10, Anus (+)
1. Dibawah spinal anasthesi, ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan
kateter terpasang dengan baik.
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antiseptik pada lapangan operasi dengan
betadine dan alkohol 70%, lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi.
3. Dilakukan insisi pfannensteil mulai dari kutis dan subkutis sepanjang 10cm
4. Dengan menyisipkan pinset anatomis di bawahnya, fasia digunting ke kiri dan
kanan kemudian otot dikuakkan secara tumpul.
5. Peritoneum diklem dan dijepit diantaranya kemudian digunting dan dilebarkan
ke atas dan ke bawah, dipasang hack blast.
6. Tampak uterus gravidarum sesuia usia kehamilan, identifikasi SBR dan
ligamentum rotundum.
7. Kemudian plika vesikouterina digunting ke kiri dan ke kanan dibebaskan ke
bawah kea rah blast secukupnya.
8. Selanjutnya dinding uterus diinsisi secara konkaf sampai menembus sub-
endometrium kemudian endometrium ditembus secara tumpul dan diperlebar
sesuai arah sayatan.
9. Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan dengan BB 3100 gr, PB 47 cm,
AS 9/10, dan anus (+).
10. Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting di antaranya.
11. Plasenta dilahirkan secara PTT, kesan : lengkap.
12. Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem
kemudian kavum uteri dibersihkan dengan kassa steril hingga bersih.
27
13. Kemudian lapisan abdomen dijahit lapis demi lapis mulai dari uterus,
peritoneum, otot, fascia, subkutis, dan kutis.
14. Luka operasi ditutup dengan supratule, kassa steril, dan hipafix.
15. Liang vagina dibersihkan sampai bersih.
16. Keadaan umum ibu post SC stabil.
TERAPI POST SC
RENCANA
Pemantauan Post SC
28
FOLLOW UP PASIEN
17 Agustus 2017
18 Agustus 2017
O Status Present :
HR : 88 x/i Edema :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,7 oC Sianosis :-
Status Lokalisata :
29
Paru : SP: vesikuler ; ST: -
Status Obstetrikus :
19 Agustus 2017
O Status Present :
HR : 82 x/i Edema :-
30
RR : 22 x/i Ikterik :-
T : 36,6 oC Sianosis :-
Status Lokalisata :
Status Obstetrikus :
P - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
20 Agustus 2017
31
S
O Status Present :
HR : 78 x/I Edema :-
RR : 22 x/i Ikterik :-
T : 37,0 oC Sianosis :-
Status Lokalisata :
Status Obstetrikus :
32
P Cefadroxil 2x500mg
Asam mefenamat 3x500mg
Vit. Compleks 2x1
R/ Aff infus
R/ Aff kateter
21 Agustus 2017
S -
O Status Present :
HR : 76 x/i Edema :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,9 oC Sianosis :-
Status Lokalisata :
Status Obstetrikus :
33
BAK : spontan
P Cefadroxil 2x500mg
Asam mefenamat 3x500mg
Vit. Compleks 2x1
R/ PBJ dari Obgyn
34
BAB IV
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Sindroma ini terjadi selama kehamilan, dimana Pada pasien ini sindroma
gejala klinis timbul pada kehamilan setelah 20 preeklampsia baru timbul pada
minggu atau segera setelah persalinan. minggu ke 36 kehamilannya.
35
Oliguria < 400 ml / 24 jam. pandangan kabur, nyeri
Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 epigastrium dialami oleh
mg/dl. pasien ini
Gangguan visus dan serebral : penurunan
kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma,
dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas
abdomen akibat teregangnya kapsula
glisson.
Edema paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangipatik karena
meningkatnya enzim laktat dehidrogenase.
Trombositopenia berat (trombosit <
100.000 mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat)
Oligohidroamnion, pertumbuhan janin
terhambat, dan abrupsio plasenta.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan
hepatoselular) : peningkatan kadar alanin
dan aspartate aminotransferase.
Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated
Liver Enzyme, Trombositopenia)
36
Obat anti kejang yang banyak dipakai di - Nifedipine 4 x 10 mg Jika
Indonesia adalah Magnesium sulfat TD 160/110 mmHg berikan
(MgSO4) Nifedipin 10 mg/30 menit,
Cara pemberian : dosis maksimal 120 mg/24
Magnesium sulfat regimen jam
- Loading dose : initial dose
4 gram MgSO4 intravena, (40 %
dalam 10 cc) selama 15 menit.
- Maintenance dose :
Diberikan infus 6 gram dalam
larutan Ringer/6 jam
Pemberian antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan
sistolik 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik 110 mmHg.
- Antihipertensi lini pertama
Nifedipine
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi
setelah 30 menit, maksimum 120
mg dalam 24 jam.
37
mengkoordinasikan perawatan
neonatal, mendorong sebagian dokter
untuk menganjurkaan sectio sesarea.
Apabila preeklampsianya ringan tetapi
serviks kaku dan tertutup, yang
mengisyaratkan seksio sesarea apabila
kehamilan akan diterminasi, bahaya
seksio sesarea mungkin lebih besar
daripada apabila kehamilan dibiarkan
berlanjut dengan pengawasan ketat
sampai serviks lebih layak untuk
diinduksi.
o Primigravida direkomendsikan
pembedahan caesar
Anastesia: regional anastesi dan
epidural anastesi, tidak dianjurkan
general anastesi
38
BAB V
PERMASALAHAN
1. Sebagai dokter umum, apabila menemukan kasus seperti ini di Puskesmas, apa
yang harus dilakukan dan sampai mana kompetensi dokter umum dalam
menangani kasus Pre-eklampsia berat ?
39
30