Populasi Pasien
1. Data populasi pasien di Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram terbagi menurut
wilayah dan jenis penyakit terbanyak.
2. Populasi menurut wilayah mencakup wilayah Bima, Dompu, Lombok Barat, Lombok
Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Mataram, Sumbawa Besar dan Luar Wilayah
NTB.
3. Populasi menurut 10 Penyakit Terbanyak pasien rawat inap Rumah Sakit Harapan
Keluarga Mataram dilaporkan per Triwulan.
4. Proses strategi komunikasi rumah sakit terhadap populasi dengan cara :
a. Melibatkan faskes pertama yang terdekat dengan tempat tinggal pasien dalam
proses edukasi dan tindakan lanjutan kepada pasien yang sudah dinyatakan
pulang.
b. Mengadakan health talk kerjasama dengan stasiun TVRI dengan pertimbangan
TVRI menjangkau seluruh wilayah NTB.
c. Memasangkan informasi mengenai jenis pelayanan, fasilitas dan cara
mendapatkan pelayanan pada web rumah sakit.
3. Skrining :
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat
dilayani oleh RS.
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
4. Pendaftaran:
a. Pendaftaran dilakukan saat kontak pertama pada proses pendaftaran pasien
b. Dilaksanakan oleh petugas pendaftaran baik Rawat Jalan maupun Rawat Inap
c. Informasi meliputi biaya, fasilitas pelayanan, pengobatan atau penundaan
pelayanan dan permintaan ruang perawatan dilakukan oleh petugas informasi
5. Identifikasi :
a. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
b. Prosedur identifikasi menggunakan Nama dan Tanggal Lahir dan Alamat,
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi pasien.
c. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium
klinis, serta sebelum tindakan/prosedur.
d. Rumah Sakit menggunakan gelang identifikasi berwarna merah muda untuk
pasien perempuan, gelang berwarna biru untuk pasien laki-laki, gelang berwarna
kuning untuk pasien berisiko jatuh, gelang berwarna merah untuk pasien
alergi, dan gelang berwarna ungu untuk pasien DNR( Do Not Resuscitate)
e. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU dan kamar operasi dengan tetap
memperhatikan data pada gelang identitas pasien.
6. Observasi pasien
a. Pasien yang dirawat di ruang observasi adalah semua pasien yang memerlukan
obseravsi khusus, meliputi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital pasien.
b. Observasi dilakukan sampai 1 x 24 jam di ruang rawat inap dan 6 jam di ruang
IGD, bila keadaan belum stabil maka dilakukan observasi ulang sampai keadaan
memungkinkan
7. Penanganan Kendala Fisik, Bahasa dan Budaya dalam pelayanan pasien :
Rumah Sakit menyediakan blankar, kursi roda yang ditempatkan di IGD,
informasi rawat jalan dan fasilitas lain khusus untuk pasien yang memiliki
keterbatasan fisik, orang tua lanjut usia dan menyediakan ahli bahasa baik bahasa
daerah ataupun bahasa asing sesuai kebutuhan pasien.
8. Penyelesaian Konflik Perbedaan Pendapat Dalam Perawatan Pasien :
Setiap perbedaan pendapat dalam perawatan pasien harus difasilitasi untuk
diselesaikan oleh petugas kesehatan rumah sakit dengan melibatkan multi disiplin
ilmu dalam bidang kesehatan
9. Transfer/perpindahan di dalam rumah sakit :
a. Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit pelayanan intensif atau
pelayanan khusus ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Transfer pasien dilaksanakan dalam keadaan pasien stabil
c. Proses transfer harus disertakan berkas rekam medis milik pasien.
10. Transfer keluar rumah sakit / rujukan :
a. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan badan dari
mana pasien berasal.
b. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta
perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
c. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima
d. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
e. Dilakukan pada pasien yang tidak mendapatkan/tersedia tempat tidur atau
fasilitas lain yang diinginkan dan transfer pasien dilaksanakan setelah kondisi
pasien stabil
f. Rumah Sakit Harapan Keluarga merujuk pasien ke rumah sakit lain yang lebih
tinggi tipe/tingkatannya serta lebih lengkap fasilitas, peralatan dan sumber daya
manusianya
11. Rujukan dari luar rumah sakit :
Rumah sakit menerima rujukan dari rumah sakit lain yang merujuk Rumah
Sakit Harapan Keluarga sebagai rumah sakit rujukan
12. Penundaan pelayanan :
a. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
b. Pasien di rawat sementara di ruang observasi IGD, sampai ruang perawatan
tersedia
13. Pemulangan pasien :
a. DPJP harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan 1 x 24 jam setelah
pasien masuk rawat inap.
b. Pasien pulang perawatan, baik pulang atas permintaan sendiri, pulang dalam
jangka waktu tertentu atau pulang sembuh atas persetujuan DPJP
c. Setiap pasien pulang perawatan disertakan resume pulang yang ditandatangani
DPJP
d. Memberikan informasi dan edukasi terhadap pasien dan keluarga tentang
kondisi pasien saat pulang yang dilakukan oleh DPJP dan petugas
14. Transportasi :
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Pasien yang akan ditransportasi dengan menggunakan ambulance rumah sakit
wajib dimonitor.
c. Prosedur operasional penggunaan dan pemeliharaan ambulance dalam rangka
menunjang operasional pelayanan di IGD
15. Hak pasien dan keluarga : Hak Pasien menurut UU Kesehatan no 44 tahun 2009
pasal 32 meliputi :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit Harapan Keluarga.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien selama rawat
inap dan rawat jalan.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan meds, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan sserta biaya
pengobatan.
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan di lakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama
hal ini tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
o. Mengajukan usul, saran, perbaikkan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata perdata ataupun pidana.
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
16. Penolakan pelayanan dan pengobatan :
Rumah sakit menghormati pasien dan keluarganya tentang keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan atau memberhentikan pengobatan.
17. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyedia pelayanan risiko tinggi :
a. Rumah sakit memberikan pelayanan resusitasi di rumah sakit.
b. Rumah sakit mengidentifikasi staf untuk dilatih memberikan resusitasi yaitu staf
medis dan non medis (sekuriti, sopir, petugas registrasi, kasir dan customer
service).
c. Rumah sakit mengatur penanganan, penggunaan, dan pemberian darah dan
produk darah.
d. Rumah sakit mengatur perawatan pasien yang menggunakan alat bantu
kehidupan (life support) atau dalam keadaan koma.
e. Rumah sakit mengatur perawatan pasien yang menderita penyakit menular dan
penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
f. Rumah sakit mengatur perawatan pasien yang menjalani dialisis.
g. Rumah sakit mengatur penggunaan alat pengekang (restraint) dan perawatan
pasien yang memakai alat pengekang.
h. Rumah sakit mengatur perawatan pasien lanjut usia, orang dengan
keterbatasan, anak-anak, dan populasi yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
i. Rumah Sakit mengatur perawatan pasien yang menjalani kemotherapi.
18. Pelayanan pasien tahap terminal :
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang
penuh hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya.
19. Asesmen pasien :
a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku, termasuk di pelayanan
khusus seperti di IGD dan ICU/ICCU.
b. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan
yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen.
c. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau
lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
d. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
e. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari,
atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi.
f. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk
rawat inap.
g. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien
(discharge planing).
h. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi
dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk
merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
i. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
j. Semua temuan asesmen pasien yang dilayani rumah sakit harus
didokumentasikan dalam rekam medis sesuai kebutuhan pelayanan melalui
proses asesmen yang baku
20. Manajemen obat :
a. Rumah sakit meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai.
b. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
c. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).
21. Manajemen nutrisi :
a. Semua pasien di skrining untuk status gizi.
b. Penyiapan, penyimpanan dan penyajian makanan dengan cara mengurangi
risiko kontaminasi dan pembusukan.
22. Manajemen nyeri:
Semua pasien di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesmen apabila ada
rasa nyerinya.
23. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur sebelum insisi / time-out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur /
tindakan pembedahan.
24. Hand hygiene :
Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan/SPO yang
berlaku.
25. Risiko jatuh :
a. Rumah sakit menerapkan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
2. Kebijakan Khusus
a. Aplikasi yang dibangun berbasis desktop atau web (HibrydSystem)
b. Distribusi Perangkat Lunak secara terpusat dan ditempatkan di Data Center
c. Aplikasi dapat diakses memulai jaringan Internet, VPN dan Jaringan Lokal (LAN)
d. Aplikasi yang dibangun user friendly dengan berbasis Graphical User Interface
(GIU)
e. Aplikasi dibangun dengan pendkatan metodologi Software Engineering yang
baik
f. Real Time data : Setiap perubahan data/ transfer data dilakukan secara real
time.
g. User Profile: Jumlah user tidak terbatas dan memiliki User ID dan Password
yang unik.
h. User Interface: mudah digunakan dan dapat meminimalkan human error dalam
memasukkan data.
i. User Management: Menyediakan pengelolaan user dengan management
terpusat.
j. Mempunyai Standart Prosedur Operasional SIMRS.
k. Mempunyai sistem informasi yang dapat mengidentifikasi komunitas dan populasi
yang dilayani (cakupan pelayanan).
l. Sistem Informasi dapat terintegrasi kumpulan dari sub sistem yang saling
berhubungan membentuk satu kesatuan dan saling berinteraksi antar bagian
satu dengan yang lain yang ada di Rumah Sakit.
m. Dapat mengimplementasikan suatu strategi komunikasi dengan populasi
tersebut.
n. Sistem informasi sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya
data data yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu
kendali.
o. Pengembangan sistem dan pemeliharaan semua sistem baru harus diuji.
p. Penempatan ruang server yang strategis dan aman.