Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

YUSMAN FIRDAUS

PROGRAM
STUDI MAGISTER ADMINITRASI PUBLIK
UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTY
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah membibing

hamba-Nya menyelesaikan Rangkuman ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa

perkenan dan ridho-Nya tidak mungkin Rangkuman ini dapat diselesaikan.

Rangkuman ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas materi kuliah Teori

Adminitrasi Publik Kontempoler, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan

pembelajaran bagi penulis tentang hubungan administrasi negara dengan politik yang kami

sajikan berdasarkan pengamatan dan kajian dari berbagai sumber.

Rangkuman ini penulis susun dengan segala keterbatasan, baik itu dalam penyusunan

kata, kalimat dan bahasa maupun dalam penyajiannya masih jauh dari kesempurnaan

sebagaimana layaknya. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari

Tuhan akhirnya Rangkuman ini dapat kami selesaikan.

Semoga Rangkuman ini dapat memberikan kontribusi bagi penulis supaya lebih

memahami materi pengantar administrasi negara. Walaupun Rangkuman ini memiliki

kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Sekayu, Juli 2012

Penulis

YUSMAN FIRDAUS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Pengertian Administrasi Negara.......................................................... 2

B. Pengertian Politik ............................................................................... 5

C. Hubungan administrasi negara dengan politik................................... 7

D. Pengaruh politik terhadap adminitrasi negara.................................... 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 15

A. Kesimpulan......................................................................................... 15

B. Saran.................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Latar belakang disusunnya Rangkuman ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah

diberikan oleh Tuton. Rangkuman ini membahas tentang hubungan administrasi negara

dengan politik dengan menitik beratkan sejauh mana pengaruh politik terhadap administrasi

negara dalam konteks rillnya. Rangkuman ini disusun berdasarkan pengamatan dan kajian dari

berbagai sumber dari dua pendapat yang berbeda bahwa batas pemisah antara administrasi

negara dan politik masih kabur. Disini penulis berusaha menguraikan materi yang dibutuhkan

sebagai pengkayaan terhadap penguasaan materi pengantar administrasi negara.

B. Tujuan.

Tujuan disusunnya Rangkuman untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan

Dosen dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penguasaan

materi Teori Adminitrasi Publik Kontempoler. Selain itu penulis berusaha menggambarkan

kondisi saat ini tentang pengaruh politik terhadap administrasi negara berdasarkan

pengetahuan dan wawasan yang dimiliki penulis, dengan harapan agar Rangkuman ini tidak

hanya bermanfaat bagi penulis, akan tetapi bermanfaat juga bagi orang lain yang

membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Administrasi negara.

Merumuskan apa yang dimaksud dengan administrasi negara atau administrasi publik

tidaklah sederhana. Setiap pakar/ahli membuat definisi yang berbeda-beda. Perbedaan versi

disebabkan karena setiap pakar cenderung memandang administrasi negara dari satu sisi atau

dimensi pokoknya, padahal administrasi negara tidak cukup dipahami hanya dari satu

dimensi saja. Karena itu, problem dalam pendefinisian administrasi negara adalah tidak ada

satu definisi yang dapat menggambarkan secara ringkas dan jelas apa yang dimaksud dengan

administrasi negara. Berikut ini definisi administrasi negara menurut beberapa pakar/ahli :

1. Gerald Caiden (1982) : Adminisrasi negara melingkupi segala kegiatan yang

berhubungan dengan penyelenggaraan urusan publik atau kebutuhan publik. Ruang

lingkup administrasi adalah bagaimana orang mengorganisir diri mereka sebagai publik

secara kolektif dan dengan tugas dan kewajiban masing-masing memecahkan masalah

publik untuk mencapai tujuan bersama.

2. Nigro dan Nigro (1984) : Administrasi negara secara lebih khusus dapat dijelaskan

sebagai apa yg dilakukan oleh pemerintah, terutama lembaga eksekutif (dengan sarana

birokrasi), di dalam memecahkan masalah kemasyarakata/publik.

3. Harmon dan Mayer : Pelaku utama dalam penyelenggaraan administrasi publik adalah

administrator publik, birokrat atau pegawai negeri. Mereka ini yang dibebani tugas

pemerintahan dan pelayanan publik sehari-hari . Namun karena proses administrasi

publik sesungguhnya juga melibatkan banyak pihak di luar birokrasi pemerintah (seperti

pekerja sosial, LSM,ormas,dan lain-lain), maka sektor non negara yang tindakannya
mengatasnamakan kepentingan publik dan berdampak kepada masyarakat luas, juga

menjadi pusat perhatian administrasi publik.

4. Chandler dan Plano (dalam Yeremias Keban,2004) : Proses dimana sumber daya dan

personil publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan,

mengimplemetasikan, dan mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan

publik.

5. M/E Dimock dan G.O Dimock mengatakan bahwa : Administrasi Negara merupakan

suatu bagian dari administrasi umum yang mempunyai lapangan yang lebih luas, yaitu

suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana lembaga lembaga mulai dari

suatu keluarga hingga perserikatan bangsa bangsa disusun, digerakkan dan

dikemudikan.

6. Bachsan Mustafa, SH : administrasi Negara adalah sebagai gabungan jabatan jabatan

yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi kepada badan badan

pembuat undang undang dan badan badan kehakuman.

7. Wilson 1987, administrasi sebagai ilmu. Pemikiran tentang supremasi kepemimpinan

pejabat politik atas birokrasi itu timbul dari perbedaan fungsi antara politik dan

administrasi, dan adanya asumsi tentang superioritas fungsi fungsi politik administrasi.

Slogan klasik pernah juga ditawarkan manakala fungsi politik berakhir maka fungsi

administrasi itu mulai, when politic end, administration begin Wilson 1941.

8. John M. Pfiffer dan Robert V, Administrasi Negara adalah suatu proses yang

bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan kebijaksanaan pemerintah,

pengarahan kecakapan dan teknik teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan

arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.


9. Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan bahwa : Administrasi Negara adalah

fungsi bantuan penyelenggaraan dari pemerintah artinya pemerintah (pejabat) tidak dapat

menunaikan tugas tugas kewajibannya tanpa Administrasi Negara.

10. Menurut Utrecht dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara mengatakan

bahwa : Administrasi Negara adalah gabungan jabatan (compleks van kambten)

Apparaat (alat) Administrasi yang dibawah pimpinan Pemerintah (Presiden yang

dibantu oleh Menteri) melakukan sebagian dari pekerjaan Pemerintah (tugas pemerintah,

overheidstak) fungsi administrasi yang tidak ditugaskan kepada badan badan

pengadilan, badan legeslatif (pusat) dan badan pemerintah (overheidsorganen) dari

persekutuan persekutuan hukum (rechtsgemeenschappen) yang lebih rendah dari

Negara (sebagai persekutuan hukum tertinggi) yaitu badan badan pemerintah

(bestuurorganeen) dari persekutuan hukum Daerah Swantatra I dan II dan Daerah

istimewa, yang masing masing diberi kekuasaan untuk berdasarkan suatu delegasi dari

Pemerintah Pusat (Medebewind) memerintah sendiri daerahnya.

11. Menurut Dwight Waldo menyatakan bahwa administrasi Negara mengandung dua

pengertian yaitu :

a. Administrasi Negara yaitu organisasi dan manajemen dari manusia dan benda

guna mencapai tujuan tujuan pemerintah.

b. Administrasi Negara yaitu suatu seni dari ilmu tentang manajemen yang

dipergunakan untuk mengatur urusan urusan Negara.

Kalau definisi definisi diatas dikaji secara seksama, dapat dikemukakan beberapa

pokok pikiran bahwa :

1. Administrasi Negara adalah merupakan proses kegiatan yang bersifat

penyelenggaraan.

2. Administrasi Negara disusun untuk mengatur kerja sama antar bangsa.


3. Administrasi Negara diselenggarakan oleh aparatur pemerintah dari suatu

Negara.

4. Administrasi Negara diselenggarakan untuk kepentingan umum.

B. Pengertian Politik.

Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan,

kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di dunia barat

banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan

bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik. Usaha untuk

mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang

diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan

tujuan itu. Berikut ini definisi politik menurut beberapa pakar/ahli :

1. Johan Kaspar Bluntschli dalam buku The Teory of the State: Ilmu Politik adalah ilmu

yang memerhatikan masalah kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan

pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya, dalam berbagai bentuk

atau manifestasi pembangunannya.

2. Roger F. Soltau dalam bukunya Introduction to Politics: Ilmu Politik mempelajari

negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu;

hubungan antara negara dengan warganegaranya serta dengan negara-negara lain.

3. J. Barents dalam bukunya Ilmu Politika: Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari

kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, ilmu politik

mempelajari negara-negara itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

4. Joyce Mitchel dalam bukunya Political Analysis and Public Policy: Politik adalah

pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk seluruh

masyarakat. (Politics is collective decision making or the making of public policies for

an entire society).
5. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam buku Power Society: Ilmu Politik

mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan, dan dalam buku Who gets What,

When and How, Laswell menegaskan bahwa Politik adalah masalah siapa, mendapat

apa, kapan dan bagaimana.

6. W.A. Robson dalam buku The University Teaching of Social Sciences: Ilmu Politik

mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses,

ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik tertuju

pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan

kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.

7. Karl W. Duetch dalam buku Politics and Government: How People Decide Their Fate:

Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum.

8. David Easton dalam buku The Political System: Ilmu politik adalah studi mengenai

terbentuknya kebijakan umum. Menurutnya Kehidupan politik mencakup bermacam-

macam kegiatan yang memengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang yang diterima

oleh suatu masyarakat dan yang memengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu.

Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika aktivitas kita ada hubungannya dengan

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan untuk suatu masyarakat.

9. Ossip K. Flechtheim dalam buku Fundamentals of Political Science: Ilmu politik

adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara

merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan

lain yang tak resmi, yang dapat memengaruhi negara.

10. Deliar Noer dalam buku Pengantar ke Pemikiran Politik: Ilmu Politik memusatkan

perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.


Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula pada

negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang hukum

serta sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah pula ada. Hanya dalam zaman

modern ini memanglah kekuasaan itu berhubungan erat dengan negara.

11. Kosasih Djahiri dalam buku Ilmu Politik dan Kenegaraan: Ilmu politik yang melihat

kekuasaan sebagai inti dari politik melahirkan sejumlah teori mengenai cara memperoleh

dan melaksanakan kekuasaan. Sebenarnya setiap individu tidak dapat lepas dari

kekuasaan, sebab memengaruhi seseorang atau sekelompok orang dapat menampilkan

laku seperti yang diinginkan oleh seorang atau pihak yang memengaruhi.

12. Wirjono Projodikoro menyatakan bahwa Sifat terpenting dari bidang politik adalah

penggunaan kekuasaan oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golongan lain.

Dalam ilmu politik selalu ada kekuasaan atau kekuatan. .

13. Idrus Affandi mendefinisikan: Ilmu politik ialah ilmu yang mempelajari kumpulan

manusia yang hidup teratur dan memiliki tujuan yang sama dalam ikatan negara.

C. Hubungan administrasi negara dengan politik.

Apabila ditelaah lebih mendalam kedua definisi tersebut di atas, jelas sekali antara

administrasi negara dengan poltik memiliki keterkaaitan yang sangat erat yang tidak dapat

dipisahkan dari keduanya. Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat bahwa administrasi

negara/publik adalah anak dari ilmu politik. Pendapat tersebut memandang administrasi

publik sebagai pelaksana bagi politik. Keduanya terangkai dalam jalinan inter-koneksi. Satu

kebijakan publik yang dirumuskan oleh politik, tidak akan sempurna, kalau tidak

memperoleh masukan dari administrasi. Bahkan, dapat dikatakan bahwa hanya dengan

masukan dari administrasi, politik dapat merumuskan kebijakan. Sebagai contoh keputusan

politik untuk menetapkan kenaikan gaji pegawai negeri, kebijakan tersebut diambil setelah
pemerintah atau penyelenggara administrasi menyajikan berbagai pertimbangan dan data

sebagai dasar pembuatan kebijakan.

D. Pengaruh Politik terhadap administrasi negara.

Politik dan administrasi negara sangatlah erat berkaitan, ini dibuktikan dengan politik

merupakan pangkal tolak administrasi negara dan administrasi negara adalah merupakan

kelanjutan dari proses politik. Menurut Woodrow Wilson (1974), administrasi adalah

kelanjutan dari sebuah kebijakan artinya administrasi berjalan ketika sebuah kebijakan yang

dihasilkan dari proses politik itu terjaga kestabilannya. Mempelajari negara dan

pemerintahannya berarti mempelajari kekuatan dan kekuasaan dan hal tersebut merupakan

salah satu dari tujuan atau orientasi dari kontestasi politik yakni kekuasaan.

Ketika meninjau pengaruh politik terhadap administrasi negara, suatu hal yang perlu

untuk diperhatikan adalah sistem politik. Sistem politik adalah sistem pola hubungan

kekuasaan dalam pemerintahan dan hubungan kekuasaan pemerintah dengan konstituennya

(yakni rakyat). Sistem politik mencakup hubungan pengemban kekuasaan eksekutif, legislatif

dan yudikatif. Bagaimana pola hubungan pemerintah dengan wakil-wakil rakyat diparlemen,

bagaimana rakyat diorganisir untuk dapat mengefektifkan kekuasaan (kepartaian).

Administrasi negara yang memberikan sebuah pelayanan yang prima kepada publik

itu dicapai ketika terjadinya kestabilan politik disuatu negara. Administrasi negara yang

dijalankan oleh para birokrat, sangatlah dipengaruhi ketika terjadinya gesekan-gesekan

kepentingan politis yang melingkupi pemerintahan yang secara tidak langsung berimplikasi

dengan stagnannya agenda formulasi kebijakan yang telah direncanakan. Agenda kebijakan

merupakan rumusan dari berbagai janji politik pasangan calon presiden dan wakil presiden

ketika kampanye sekaligus merupakan agregasi dari kepentingan elit partai pendukung

mereka ketika kampanye dulu. ketika pemerintah tidak mampu meredam berbagai

pertentangan sekaligus tarik-menarik kepentingan dalam agenda kebijakan yang telah


disusunnya dan mengelaborasi berbagai perbedaan tersebut menjadi suatu hal yang sinergis,

maka akibatnya adalah terjadinya stagnasi agenda kebijakan.

Sebuah misi guna menciptakan sebuah proses menuju sebuah good governance yang

mengikutsertakan peran partisipasi politik masyarakat secara aktif hanya tinggal mimpi yang

meninggalkan luka yang cukup dilematis.

Sejarah pengaruh sistem politik terhadap administrasi Negara

Sistem politik pemerintah era orde lama pra dekrit presiden, sangatlah tergantung kepada

dukungan parlemen karena sistem parlementer yang diusung pemerintah ketika itu yang

secara aklamasi menciptakan kekuatan parlemen yang sangat luas. Di indonesia ketika itu

seperti sekarang ini mengusung sistem multi partai sehingga tidak ada satu partai-pun yang

menjadi partai dominan atau mayoritas yang mampu membentuk pemerintahan tanpa kerja

sama atau koalisi dengan partai-partai lain. Akibatnya pemerintah dalam pembentukan

kabinet guna merealisasikan program kerja pemerintah, selalu dilandasi dengan kerja sama

atau koalisi dari beberapa partai yang diikuti oleh pembagian kue yakni jatah kursi

menteri-menteri yang akan memimpin departemen.

Ketika partai telah memperoleh pembagian jatah kursi menteri, maka kemudian yang

terjadi adalah departemen-departemen tersebut seolah menjadi milik partai dan jabatan-

jabatan strategis dilingkungan departemen tersebut pastilah diisi oleh orang-orang partai asal

si menteri. Dalam keadaan yang demikian ekstrim, pengisian tersebut kadang-kadang

mengabaikan norma kepegawaian yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan yang ada. Akibat lanjutnya adalah staff kementrian tersebut kurang mampu,

penempatan pegawai tidak tepat sehingga administrasi negara tidak berjalan dengan efektif.

Oleh karena kedudukan menteri sangatlah erat dengan konstelasi politik antar partai

pengusung kekuasaan dan juga bargaining politik antar elit partai, maka seorang menteri bisa

saja berhenti ketika partainya tidak mampu menempatkan dirinya sesuai sebagaimana
seharusnya dilingkaran kekuasaan. Untuk itulah, partai politk era orde lama begitu menjadi

impotent ketika melihat tampuk kekuasaan itu mengelilingi diri seorang Soekarno. Untuk

itu elit partai ketika itu apabila ingin langgeng kekuasaannya, harus tetap selalu berada

dilingkaran seputaran kekuasaan Soekarno walaupun itu menanggalkan prinsip-prinsip

kepartai-an itu sendiri.

Pada aspek kelembagaan terjadi perkembangan yang paradoks. Oleh karena

administrasi negara ada dibawah pimpinan pejabat-pejabat partai politik yang berorientasi

kepada partai politik tertentu, maka sering terjadi pembentukan suatu badan/lembaga tertentu

baru atau unit-unit baru dalam suatu kementrian, Walaupun secara terselubung dilatar

belakangi kepentingan untuk menempatkan orang-orang partai pada jabatan-jabatan dalam

badan/lembaga yang baru terbentuk. Lambat laun terciptanya struktur organisasi administrasi

yang tidak efisien akibat adanya suatu organisasi yang tidak jelas tugas dan fungsinya dan

juga tumpang tindih arah kerja ketika beberapa organisasi mempunyai tugas dan fungsi yang

sama, birokrasi berlebih-lebihan yang menghambat proses kerja dan abuse of power.

Ketika Era orde baru, mulailah diambil langkah-langkah guna membenahi sistem

administrasi di negara ini yakni salah satunya dengan jalan mengurangi pengaruh pertai-

partai politik (asas tunggal maupun fusi parpol) dan juga dalam jajaran kabinet dibentuk porsi

khusus guna membenahi aparatur negara (dalam hal ini birokratnya) yaitu menteri negara

pemberdayaan aparatur negara yang dilantik tanggal 10 juni 1968. selain itu, diambil

langkah-langkah positif pula yakni fungsionalisasi, restrukturisasi dan penempatan yang

proporsional. Birokratisasi yang sesuai dengan perkembangan keadaan (kaidah max weber

akan potensi hierarkis birokrasi tersebut untuk mengefisienkan kerja organisasi) sehingga ada

kejelasan organisasi maupun pola kerjanya.

Disamping itu adanya perbaikan kompensasi pegawai mendapat perhatian khusus dari

pemerintah dengan memberi kenaikan gaji beberapa kali lipat. Guna meningkatkan
pelayanan publik, para aparatur negara yang memberikan pelayanan tersebut juga haruslah

makmur atau sejahtera hidupnya. Analisa pemerintah dengan dinaikkannya tingkat

kesejahteraan pegawai pemerintah, maka akan memperkecil adanya kesempatan untuk

melakukan tindak korupsi atau penyalahgunaan wewenang akibat keterpurukkan taraf hidup

ekonomi para aparat pemerintah. Pemerintah merencanakan dengan sebuah kesinergisan dan

keharmonisan antar pelaku maupun objek kebijakan maka suatu pelayanan publik yang prima

itu akan terealisasikan. Namun ironisnya yang terjadi kemudian, terjadinya egaliterisme

pemerintahan. Pemerintah orde baru yang pada awalnya begitu eksoistik, lama kelamaan

memperlihatkan kerapuhan organisasinya. Sentralisasi yang berlebihan mengakibatkan

terpusatnya segala kebijakan tanpa mempertimbangkan aspek budaya lokal dalam pemutusan

kebijakannya. Pemerintah orde baru ketika itu melakukan pukul rata dalam memutuskan

undang-undang peraturan tanpa mengindahkan apakah daerah tersebut sesuai dengan arah

kebijakan tersebut karena perlu diperhatikan, indonesia adalah sebuah bangsa dan negara

yang majemuk, daerah yang satu dengan yang lainnya itu sangat berbeda baik dari segi kultur

budaya maupun kemampuan ekonominya. Korupsi yang terjadi akhirnya dilingkaran seputar

kekuasaan, yang diakibatkan akumulasi kapital yang berlebihan pada sebagian konglomerat

yang awalnya diharapkan menjadi faktor potensial penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

Perlu diperhatikan,awalnya Soeharto melihat dengan menumpukkan kapital di salah satu

konglomerat maka efek Feedbacknya akan terciptanya rembesan ke bawah -kalau merujuk

Woodrow Wilson- para konglomerat tersebut akhirnya akan membuka faktor produksi yakni

perusahaan yang pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja dilingkungan perusahaan

tersebut.

Selain itu, budaya militer pun mempengaruhi disfungsi birokrasi Politik militer yang tanpa

tanding (oposisi) mengakibatkan pemerintah kehilangan kontrol, pemerintah merasa segala

tindak lakunya tidak akan ada penghalangnya. Ini berakibat dengan dekonsistensi organisasi,
banyaknya para pejabat yang korup yang pada akhirnya budaya korupsi pun tercipta

dikarenakan tidak adanya pengetatan hukum ketika itu. Arah dari pemerintah ketka itu ialah

pembangunan ekonomi, sedangkan ironisnya hukum yang seharusnya menjadi partner dari

pelaksanaan kebijakan tersebut diabaikan. Rentetan kerapuhan birorasi indonesia yang

seharusnya berorientasi kepada pelayanan publik, dikarenakan budaya matrealismenya

berubah 1800 menjadi oriented profit sehingga birokrasi menjadi dipersulit apabila bagi

kaum subaltern yang tak bermateri. Lambat laun hal inilah yang akhirnya menyebabkan

tingkat birokrasi kita semakin tidak tentu arahnya.

Birokrasi di Indonesia adalah sebuah system birokrasi 3 generasi perubahan yakni

warisan birokrasi zaman kolonial penjajahan (birokrasi warisan belanda), system birokrasi

warisan orde lama, dan terakhir system birokrasi warisan orde baru. Ketiga system birokrasi

tersebut kemudian saling bertransformasi menjadi budaya birokrasi seperti yang kita rasakan

sekarang ini.

Budaya birokrasi yang paling kentara pengaruhnya yakni budaya birokrasi era orde

baru yang mengusung paradigma birokrasi untuk dilayani. Paradigma birokrasi yang

seharusnya melayani kepentingan publik ketika orde baru malah sebaliknya, publik secara

sukarela selalu saja harus menanggung kewajiban tanpa dibarengi akan haknya sebagai

warga negara. Warga negara yang baik haruslah taat menaati segala peraturan pemerintah,

itulah jargon yang selalu di dengung-dengungkan pemerintah era orde baru. Masyarakat

secara masif diharuskan membayar segala jenis pajak, retribusi dan lainnya tanpa dibarengi

peningkatan kualitas pelayanan yang prima bagi mereka.

Budaya birokrasi yang ingin dilayani secara tidak sadar malah membuat para aparatur

birokratnya membudayakan birokrasi yang omnipotent, yaitu budaya birokrasi yang mandul.

Pengaruh politik terhadap administarsi negara dewasa ini

Dalam era desentralisasi maupun otonomi daerah seperti sekarang ini, tentulah sangat lebih
kompleks lagi apabila menelaah pengaruh politik terhadap administrasi kebijakan di daerah

yang antar daerah berbeda dalam variabel-variabel pengaruh yang ditimbulkannya. Namun

secara garis besar dapat ditarik benang merah dari pengaruh-pengaruh aspek politis tersebut

terhadap administrasi kebijakannya.

Seorang Jorge Lowell pernah berujar dalam bukunya Reformation birokrasi in

globalitation era (2001) bahwa kesalahan terbesar bagi sakitnya birokrasi adalah kepada

disfungsi systemnya. Ia berujar bahwa systemlah yang akan meregulasi para aparatur

birokrasi menjadi lebih efektif. Ia kembali berujar bahwa system mempunyai variabel-

variabel terluas bagi kepentingan sebuah keefektifan organisasi. Dalam ruang lingkup system

ia menambahkan, adanya banyak ekses-ekses yang sangat urgens guna memulihkan suatu

birokrasi yang sakit adalah dengan reformasi atau ruitalisasi terhadap systemnya.

Ketika kita bandingkan dengan keadaan birokrasi di Indonesia jelas terdapat hal-hal

yang berbeda akan sebuah systemnya. Seorang Woodrow Wilson pernah berujar akan

keheranannya terhadap system birokrasi yang dipengaruhi akan system atau konfigurasi

politik. Ia menambahkan bahwa system politik yang termanifestasi lewat pemilu mempunyai

efek domino terbesar akan sakitnya birokrasi di Indonesia. Pada dasarnya dari penjelasannya,

ia berpendapat dosa terbesar bagi sakitnya birokrasi kita ialah pada systemnya. Menurut ia

When the processing of politic is finish, the birokration is begin, artinya birokrasi itu di

mulai ketika proses politik yakni pemilu itu telah selesai birokrasi berjalan. Administrasi

Negara adalah kelanjutan dari proses politik namun bukan bagian dari proses politik praktis.

Adanya birokrasi hanyalah sebatas pelaksanaan administrasi proses politik, Artinya,

administrasi Negara itu ada untuk menciptakan ketertiban proses politik, namun tidak di

infiltrasi oleh proses (hasil) politik. Dalam proses politik di negara Indonesia, cenderung

meninggalkan kuka-luka yang cukup menyebabkan kita kembali sakit. Proses politik di

Indonesia kadang tidak terselesaikan setelah proses pemilu. Secara konkret kita melihat
bahwa ada ekses-ekses lain yang terjadi setelah pemilu. Perang kepentingan masih terjadi

setelah pemilu yang parahnya malah membuat para aparatur birokratnya menjadi kehilangan

kenetralitasannya padahal dalam aspek tata perilaku seorang birokrat ialah ia harus netral

atau sebagai stabilisator konflik. Contoh realnya ialah terjadi di Banten ketika ada mutasi

besar-besaran terhadap beberapa pejabat eselon II yang pada akhirnya "non job" yang

menurut kebanyakan pengamat adalah merupakan implikasi semakin dekatnya ajang pilkada

di tahun 2006 ketika itu.

Dari contoh kasus diatas, dapat ditarik sebuah benang merahnya yaitu jalannya

sebuah administrasi kebijakan negara yang baik itu itu diawali dengan pra kondisi kestabilan

politik. Tanpa sebuah kestabilan politik tentu saja sebuah keniscayaan administrasi negara

yang handal, efisien dan menghasilkan output yang prima hanya menjadi mimpi-mimpi

belaka yang tak akan pernah usai. Politik dan administrasi adalah dua rangkai mechanism

yang seharusnya saling mendamaikan. Administrasi Negara ada untuk mentertibkan proses

politik, sedangkan hasil proses politik sudah seharusnya mendewasakan aparatur birokrasi di

negeri ini. Terdapat garis demarkasi yang jelas antar keduanya, agar relasi pengaruh

keduanya adalah positif bukan malah bersifat korosif.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan.

1. Politik merupakan dimensi penting dalam administrasi Negara. Politik dan

Administrasi Negara seumpama dua sisi dari keping mata uang. Politik perumus

strategi negara dan administrasi negara implementor strategi tersebut. Politik tanpa

administrasi Negara hanya sekedar jargon dan janji-janji, sebaliknya administrasi

Negara tanpa politik seperti mobil yang berjalan tanpa arah tujuan. Karena itu, perlu

dipahami apa pengertian dan fungsi politik dan administrasi negara, serta

perdebatan seputar hubungan administrasi negara dengan politik yang telah menjadi

isu klasik dalam ilmu administrasi negara.

2. Pengaruh politik terhadap administrasi negara telah berjalan cukup lama sejak orde

lama hingga orde reformasi sekarang ini sehingga menimbulkan terjadinya dikotomi

politik-administrasi negara, hal ini menunjukan tingkat spesialisasi dan

profesionalisasi para penyelenggaran negara tidak berpihak kepada kepentingan

publik, yang seharusnya menjadi tujuan pokok dalam setiap penyelenggaraan sistem

administrasi negara dan sistem politik di negara kita.

B. Saran.

Munculnya dikotomi politik-administrasi merupakan adanya koreksi terhadap

buruknya pemerintahan, untuk itu agar tidak terjadi dikotomi politik-administrasi perlu

adanya pemahaman yang lebih mendalam tentang peranan masing-masing para

penyelenggara negara, baik yang menjalankan fungsi legistatif, eksekutif maupun yudikatif.

Anda mungkin juga menyukai