YUSMAN FIRDAUS
PROGRAM
STUDI MAGISTER ADMINITRASI PUBLIK
UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTY
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah membibing
Rangkuman ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas materi kuliah Teori
pembelajaran bagi penulis tentang hubungan administrasi negara dengan politik yang kami
Rangkuman ini penulis susun dengan segala keterbatasan, baik itu dalam penyusunan
kata, kalimat dan bahasa maupun dalam penyajiannya masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana layaknya. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Semoga Rangkuman ini dapat memberikan kontribusi bagi penulis supaya lebih
kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis
YUSMAN FIRDAUS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
B. Tujuan ................................................................................................ 1
A. Kesimpulan......................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Latar belakang disusunnya Rangkuman ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh Tuton. Rangkuman ini membahas tentang hubungan administrasi negara
dengan politik dengan menitik beratkan sejauh mana pengaruh politik terhadap administrasi
negara dalam konteks rillnya. Rangkuman ini disusun berdasarkan pengamatan dan kajian dari
berbagai sumber dari dua pendapat yang berbeda bahwa batas pemisah antara administrasi
negara dan politik masih kabur. Disini penulis berusaha menguraikan materi yang dibutuhkan
B. Tujuan.
Dosen dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penguasaan
materi Teori Adminitrasi Publik Kontempoler. Selain itu penulis berusaha menggambarkan
kondisi saat ini tentang pengaruh politik terhadap administrasi negara berdasarkan
pengetahuan dan wawasan yang dimiliki penulis, dengan harapan agar Rangkuman ini tidak
hanya bermanfaat bagi penulis, akan tetapi bermanfaat juga bagi orang lain yang
PEMBAHASAN
Merumuskan apa yang dimaksud dengan administrasi negara atau administrasi publik
tidaklah sederhana. Setiap pakar/ahli membuat definisi yang berbeda-beda. Perbedaan versi
disebabkan karena setiap pakar cenderung memandang administrasi negara dari satu sisi atau
dimensi pokoknya, padahal administrasi negara tidak cukup dipahami hanya dari satu
dimensi saja. Karena itu, problem dalam pendefinisian administrasi negara adalah tidak ada
satu definisi yang dapat menggambarkan secara ringkas dan jelas apa yang dimaksud dengan
administrasi negara. Berikut ini definisi administrasi negara menurut beberapa pakar/ahli :
lingkup administrasi adalah bagaimana orang mengorganisir diri mereka sebagai publik
secara kolektif dan dengan tugas dan kewajiban masing-masing memecahkan masalah
2. Nigro dan Nigro (1984) : Administrasi negara secara lebih khusus dapat dijelaskan
sebagai apa yg dilakukan oleh pemerintah, terutama lembaga eksekutif (dengan sarana
3. Harmon dan Mayer : Pelaku utama dalam penyelenggaraan administrasi publik adalah
administrator publik, birokrat atau pegawai negeri. Mereka ini yang dibebani tugas
publik sesungguhnya juga melibatkan banyak pihak di luar birokrasi pemerintah (seperti
pekerja sosial, LSM,ormas,dan lain-lain), maka sektor non negara yang tindakannya
mengatasnamakan kepentingan publik dan berdampak kepada masyarakat luas, juga
4. Chandler dan Plano (dalam Yeremias Keban,2004) : Proses dimana sumber daya dan
publik.
5. M/E Dimock dan G.O Dimock mengatakan bahwa : Administrasi Negara merupakan
suatu bagian dari administrasi umum yang mempunyai lapangan yang lebih luas, yaitu
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana lembaga lembaga mulai dari
dikemudikan.
yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi kepada badan badan
pejabat politik atas birokrasi itu timbul dari perbedaan fungsi antara politik dan
administrasi, dan adanya asumsi tentang superioritas fungsi fungsi politik administrasi.
Slogan klasik pernah juga ditawarkan manakala fungsi politik berakhir maka fungsi
administrasi itu mulai, when politic end, administration begin Wilson 1941.
8. John M. Pfiffer dan Robert V, Administrasi Negara adalah suatu proses yang
pengarahan kecakapan dan teknik teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan
fungsi bantuan penyelenggaraan dari pemerintah artinya pemerintah (pejabat) tidak dapat
10. Menurut Utrecht dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara mengatakan
dibantu oleh Menteri) melakukan sebagian dari pekerjaan Pemerintah (tugas pemerintah,
istimewa, yang masing masing diberi kekuasaan untuk berdasarkan suatu delegasi dari
11. Menurut Dwight Waldo menyatakan bahwa administrasi Negara mengandung dua
pengertian yaitu :
a. Administrasi Negara yaitu organisasi dan manajemen dari manusia dan benda
b. Administrasi Negara yaitu suatu seni dari ilmu tentang manajemen yang
Kalau definisi definisi diatas dikaji secara seksama, dapat dikemukakan beberapa
penyelenggaraan.
Negara.
B. Pengertian Politik.
kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di dunia barat
banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan
bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik. Usaha untuk
mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang
diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan
1. Johan Kaspar Bluntschli dalam buku The Teory of the State: Ilmu Politik adalah ilmu
pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya, dalam berbagai bentuk
negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu;
3. J. Barents dalam bukunya Ilmu Politika: Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, ilmu politik
4. Joyce Mitchel dalam bukunya Political Analysis and Public Policy: Politik adalah
masyarakat. (Politics is collective decision making or the making of public policies for
an entire society).
5. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam buku Power Society: Ilmu Politik
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan, dan dalam buku Who gets What,
When and How, Laswell menegaskan bahwa Politik adalah masalah siapa, mendapat
6. W.A. Robson dalam buku The University Teaching of Social Sciences: Ilmu Politik
ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik tertuju
kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.
7. Karl W. Duetch dalam buku Politics and Government: How People Decide Their Fate:
8. David Easton dalam buku The Political System: Ilmu politik adalah studi mengenai
macam kegiatan yang memengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang yang diterima
oleh suatu masyarakat dan yang memengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu.
Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika aktivitas kita ada hubungannya dengan
adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara
merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan
10. Deliar Noer dalam buku Pengantar ke Pemikiran Politik: Ilmu Politik memusatkan
negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang hukum
serta sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah pula ada. Hanya dalam zaman
11. Kosasih Djahiri dalam buku Ilmu Politik dan Kenegaraan: Ilmu politik yang melihat
kekuasaan sebagai inti dari politik melahirkan sejumlah teori mengenai cara memperoleh
dan melaksanakan kekuasaan. Sebenarnya setiap individu tidak dapat lepas dari
laku seperti yang diinginkan oleh seorang atau pihak yang memengaruhi.
12. Wirjono Projodikoro menyatakan bahwa Sifat terpenting dari bidang politik adalah
penggunaan kekuasaan oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golongan lain.
13. Idrus Affandi mendefinisikan: Ilmu politik ialah ilmu yang mempelajari kumpulan
manusia yang hidup teratur dan memiliki tujuan yang sama dalam ikatan negara.
Apabila ditelaah lebih mendalam kedua definisi tersebut di atas, jelas sekali antara
administrasi negara dengan poltik memiliki keterkaaitan yang sangat erat yang tidak dapat
dipisahkan dari keduanya. Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat bahwa administrasi
negara/publik adalah anak dari ilmu politik. Pendapat tersebut memandang administrasi
publik sebagai pelaksana bagi politik. Keduanya terangkai dalam jalinan inter-koneksi. Satu
kebijakan publik yang dirumuskan oleh politik, tidak akan sempurna, kalau tidak
memperoleh masukan dari administrasi. Bahkan, dapat dikatakan bahwa hanya dengan
masukan dari administrasi, politik dapat merumuskan kebijakan. Sebagai contoh keputusan
politik untuk menetapkan kenaikan gaji pegawai negeri, kebijakan tersebut diambil setelah
pemerintah atau penyelenggara administrasi menyajikan berbagai pertimbangan dan data
Politik dan administrasi negara sangatlah erat berkaitan, ini dibuktikan dengan politik
merupakan pangkal tolak administrasi negara dan administrasi negara adalah merupakan
kelanjutan dari proses politik. Menurut Woodrow Wilson (1974), administrasi adalah
kelanjutan dari sebuah kebijakan artinya administrasi berjalan ketika sebuah kebijakan yang
dihasilkan dari proses politik itu terjaga kestabilannya. Mempelajari negara dan
pemerintahannya berarti mempelajari kekuatan dan kekuasaan dan hal tersebut merupakan
salah satu dari tujuan atau orientasi dari kontestasi politik yakni kekuasaan.
Ketika meninjau pengaruh politik terhadap administrasi negara, suatu hal yang perlu
untuk diperhatikan adalah sistem politik. Sistem politik adalah sistem pola hubungan
(yakni rakyat). Sistem politik mencakup hubungan pengemban kekuasaan eksekutif, legislatif
dan yudikatif. Bagaimana pola hubungan pemerintah dengan wakil-wakil rakyat diparlemen,
Administrasi negara yang memberikan sebuah pelayanan yang prima kepada publik
itu dicapai ketika terjadinya kestabilan politik disuatu negara. Administrasi negara yang
kepentingan politis yang melingkupi pemerintahan yang secara tidak langsung berimplikasi
dengan stagnannya agenda formulasi kebijakan yang telah direncanakan. Agenda kebijakan
merupakan rumusan dari berbagai janji politik pasangan calon presiden dan wakil presiden
ketika kampanye sekaligus merupakan agregasi dari kepentingan elit partai pendukung
mereka ketika kampanye dulu. ketika pemerintah tidak mampu meredam berbagai
Sebuah misi guna menciptakan sebuah proses menuju sebuah good governance yang
mengikutsertakan peran partisipasi politik masyarakat secara aktif hanya tinggal mimpi yang
Sistem politik pemerintah era orde lama pra dekrit presiden, sangatlah tergantung kepada
dukungan parlemen karena sistem parlementer yang diusung pemerintah ketika itu yang
secara aklamasi menciptakan kekuatan parlemen yang sangat luas. Di indonesia ketika itu
seperti sekarang ini mengusung sistem multi partai sehingga tidak ada satu partai-pun yang
menjadi partai dominan atau mayoritas yang mampu membentuk pemerintahan tanpa kerja
sama atau koalisi dengan partai-partai lain. Akibatnya pemerintah dalam pembentukan
kabinet guna merealisasikan program kerja pemerintah, selalu dilandasi dengan kerja sama
atau koalisi dari beberapa partai yang diikuti oleh pembagian kue yakni jatah kursi
Ketika partai telah memperoleh pembagian jatah kursi menteri, maka kemudian yang
terjadi adalah departemen-departemen tersebut seolah menjadi milik partai dan jabatan-
jabatan strategis dilingkungan departemen tersebut pastilah diisi oleh orang-orang partai asal
undangan yang ada. Akibat lanjutnya adalah staff kementrian tersebut kurang mampu,
penempatan pegawai tidak tepat sehingga administrasi negara tidak berjalan dengan efektif.
Oleh karena kedudukan menteri sangatlah erat dengan konstelasi politik antar partai
pengusung kekuasaan dan juga bargaining politik antar elit partai, maka seorang menteri bisa
saja berhenti ketika partainya tidak mampu menempatkan dirinya sesuai sebagaimana
seharusnya dilingkaran kekuasaan. Untuk itulah, partai politk era orde lama begitu menjadi
impotent ketika melihat tampuk kekuasaan itu mengelilingi diri seorang Soekarno. Untuk
itu elit partai ketika itu apabila ingin langgeng kekuasaannya, harus tetap selalu berada
administrasi negara ada dibawah pimpinan pejabat-pejabat partai politik yang berorientasi
kepada partai politik tertentu, maka sering terjadi pembentukan suatu badan/lembaga tertentu
baru atau unit-unit baru dalam suatu kementrian, Walaupun secara terselubung dilatar
badan/lembaga yang baru terbentuk. Lambat laun terciptanya struktur organisasi administrasi
yang tidak efisien akibat adanya suatu organisasi yang tidak jelas tugas dan fungsinya dan
juga tumpang tindih arah kerja ketika beberapa organisasi mempunyai tugas dan fungsi yang
sama, birokrasi berlebih-lebihan yang menghambat proses kerja dan abuse of power.
Ketika Era orde baru, mulailah diambil langkah-langkah guna membenahi sistem
administrasi di negara ini yakni salah satunya dengan jalan mengurangi pengaruh pertai-
partai politik (asas tunggal maupun fusi parpol) dan juga dalam jajaran kabinet dibentuk porsi
khusus guna membenahi aparatur negara (dalam hal ini birokratnya) yaitu menteri negara
pemberdayaan aparatur negara yang dilantik tanggal 10 juni 1968. selain itu, diambil
proporsional. Birokratisasi yang sesuai dengan perkembangan keadaan (kaidah max weber
akan potensi hierarkis birokrasi tersebut untuk mengefisienkan kerja organisasi) sehingga ada
Disamping itu adanya perbaikan kompensasi pegawai mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dengan memberi kenaikan gaji beberapa kali lipat. Guna meningkatkan
pelayanan publik, para aparatur negara yang memberikan pelayanan tersebut juga haruslah
melakukan tindak korupsi atau penyalahgunaan wewenang akibat keterpurukkan taraf hidup
ekonomi para aparat pemerintah. Pemerintah merencanakan dengan sebuah kesinergisan dan
keharmonisan antar pelaku maupun objek kebijakan maka suatu pelayanan publik yang prima
itu akan terealisasikan. Namun ironisnya yang terjadi kemudian, terjadinya egaliterisme
pemerintahan. Pemerintah orde baru yang pada awalnya begitu eksoistik, lama kelamaan
terpusatnya segala kebijakan tanpa mempertimbangkan aspek budaya lokal dalam pemutusan
kebijakannya. Pemerintah orde baru ketika itu melakukan pukul rata dalam memutuskan
undang-undang peraturan tanpa mengindahkan apakah daerah tersebut sesuai dengan arah
kebijakan tersebut karena perlu diperhatikan, indonesia adalah sebuah bangsa dan negara
yang majemuk, daerah yang satu dengan yang lainnya itu sangat berbeda baik dari segi kultur
budaya maupun kemampuan ekonominya. Korupsi yang terjadi akhirnya dilingkaran seputar
kekuasaan, yang diakibatkan akumulasi kapital yang berlebihan pada sebagian konglomerat
yang awalnya diharapkan menjadi faktor potensial penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
konglomerat maka efek Feedbacknya akan terciptanya rembesan ke bawah -kalau merujuk
Woodrow Wilson- para konglomerat tersebut akhirnya akan membuka faktor produksi yakni
perusahaan yang pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja dilingkungan perusahaan
tersebut.
Selain itu, budaya militer pun mempengaruhi disfungsi birokrasi Politik militer yang tanpa
tindak lakunya tidak akan ada penghalangnya. Ini berakibat dengan dekonsistensi organisasi,
banyaknya para pejabat yang korup yang pada akhirnya budaya korupsi pun tercipta
dikarenakan tidak adanya pengetatan hukum ketika itu. Arah dari pemerintah ketka itu ialah
pembangunan ekonomi, sedangkan ironisnya hukum yang seharusnya menjadi partner dari
berubah 1800 menjadi oriented profit sehingga birokrasi menjadi dipersulit apabila bagi
kaum subaltern yang tak bermateri. Lambat laun hal inilah yang akhirnya menyebabkan
warisan birokrasi zaman kolonial penjajahan (birokrasi warisan belanda), system birokrasi
warisan orde lama, dan terakhir system birokrasi warisan orde baru. Ketiga system birokrasi
tersebut kemudian saling bertransformasi menjadi budaya birokrasi seperti yang kita rasakan
sekarang ini.
Budaya birokrasi yang paling kentara pengaruhnya yakni budaya birokrasi era orde
baru yang mengusung paradigma birokrasi untuk dilayani. Paradigma birokrasi yang
seharusnya melayani kepentingan publik ketika orde baru malah sebaliknya, publik secara
sukarela selalu saja harus menanggung kewajiban tanpa dibarengi akan haknya sebagai
warga negara. Warga negara yang baik haruslah taat menaati segala peraturan pemerintah,
itulah jargon yang selalu di dengung-dengungkan pemerintah era orde baru. Masyarakat
secara masif diharuskan membayar segala jenis pajak, retribusi dan lainnya tanpa dibarengi
Budaya birokrasi yang ingin dilayani secara tidak sadar malah membuat para aparatur
birokratnya membudayakan birokrasi yang omnipotent, yaitu budaya birokrasi yang mandul.
Dalam era desentralisasi maupun otonomi daerah seperti sekarang ini, tentulah sangat lebih
kompleks lagi apabila menelaah pengaruh politik terhadap administrasi kebijakan di daerah
yang antar daerah berbeda dalam variabel-variabel pengaruh yang ditimbulkannya. Namun
secara garis besar dapat ditarik benang merah dari pengaruh-pengaruh aspek politis tersebut
globalitation era (2001) bahwa kesalahan terbesar bagi sakitnya birokrasi adalah kepada
disfungsi systemnya. Ia berujar bahwa systemlah yang akan meregulasi para aparatur
birokrasi menjadi lebih efektif. Ia kembali berujar bahwa system mempunyai variabel-
variabel terluas bagi kepentingan sebuah keefektifan organisasi. Dalam ruang lingkup system
ia menambahkan, adanya banyak ekses-ekses yang sangat urgens guna memulihkan suatu
birokrasi yang sakit adalah dengan reformasi atau ruitalisasi terhadap systemnya.
Ketika kita bandingkan dengan keadaan birokrasi di Indonesia jelas terdapat hal-hal
yang berbeda akan sebuah systemnya. Seorang Woodrow Wilson pernah berujar akan
keheranannya terhadap system birokrasi yang dipengaruhi akan system atau konfigurasi
politik. Ia menambahkan bahwa system politik yang termanifestasi lewat pemilu mempunyai
efek domino terbesar akan sakitnya birokrasi di Indonesia. Pada dasarnya dari penjelasannya,
ia berpendapat dosa terbesar bagi sakitnya birokrasi kita ialah pada systemnya. Menurut ia
When the processing of politic is finish, the birokration is begin, artinya birokrasi itu di
mulai ketika proses politik yakni pemilu itu telah selesai birokrasi berjalan. Administrasi
Negara adalah kelanjutan dari proses politik namun bukan bagian dari proses politik praktis.
administrasi Negara itu ada untuk menciptakan ketertiban proses politik, namun tidak di
infiltrasi oleh proses (hasil) politik. Dalam proses politik di negara Indonesia, cenderung
meninggalkan kuka-luka yang cukup menyebabkan kita kembali sakit. Proses politik di
Indonesia kadang tidak terselesaikan setelah proses pemilu. Secara konkret kita melihat
bahwa ada ekses-ekses lain yang terjadi setelah pemilu. Perang kepentingan masih terjadi
setelah pemilu yang parahnya malah membuat para aparatur birokratnya menjadi kehilangan
kenetralitasannya padahal dalam aspek tata perilaku seorang birokrat ialah ia harus netral
atau sebagai stabilisator konflik. Contoh realnya ialah terjadi di Banten ketika ada mutasi
besar-besaran terhadap beberapa pejabat eselon II yang pada akhirnya "non job" yang
menurut kebanyakan pengamat adalah merupakan implikasi semakin dekatnya ajang pilkada
Dari contoh kasus diatas, dapat ditarik sebuah benang merahnya yaitu jalannya
sebuah administrasi kebijakan negara yang baik itu itu diawali dengan pra kondisi kestabilan
politik. Tanpa sebuah kestabilan politik tentu saja sebuah keniscayaan administrasi negara
yang handal, efisien dan menghasilkan output yang prima hanya menjadi mimpi-mimpi
belaka yang tak akan pernah usai. Politik dan administrasi adalah dua rangkai mechanism
yang seharusnya saling mendamaikan. Administrasi Negara ada untuk mentertibkan proses
politik, sedangkan hasil proses politik sudah seharusnya mendewasakan aparatur birokrasi di
negeri ini. Terdapat garis demarkasi yang jelas antar keduanya, agar relasi pengaruh
A. Kesimpulan.
Administrasi Negara seumpama dua sisi dari keping mata uang. Politik perumus
strategi negara dan administrasi negara implementor strategi tersebut. Politik tanpa
Negara tanpa politik seperti mobil yang berjalan tanpa arah tujuan. Karena itu, perlu
dipahami apa pengertian dan fungsi politik dan administrasi negara, serta
perdebatan seputar hubungan administrasi negara dengan politik yang telah menjadi
2. Pengaruh politik terhadap administrasi negara telah berjalan cukup lama sejak orde
lama hingga orde reformasi sekarang ini sehingga menimbulkan terjadinya dikotomi
publik, yang seharusnya menjadi tujuan pokok dalam setiap penyelenggaraan sistem
B. Saran.
buruknya pemerintahan, untuk itu agar tidak terjadi dikotomi politik-administrasi perlu
penyelenggara negara, baik yang menjalankan fungsi legistatif, eksekutif maupun yudikatif.