Praktikum Mineralogi
Acara III
SISTEM KRISTAL
Disusun Oleh :
12.1.2016.00287
2016/2017
A. Maksud dan Tujuan
a.Maksud Pratikum
b.Tujuan Pratikum
Pesnil warna
Pena Waterproof
Kalkulator
Pengaris
Penghapus
Peraut Pensil
Kertas A3
C. Metode Praktikum
a. Mempersiapkan alat yang diperlukan saat pratikum
b. Peta morfografi
- Mulai dengan menentukan ketinggian absolute pada peta topografi
- Setelah menentukan semua ketinggian diketahui tentukan unsur
morfografi dengan melihat tabel hubungan ketinggian absolute dengan
morfografi (sumber : Van Zuidam 1985)
- Kemudia warnai peta berdasarkan warna yang tertera pada table
- Berilah Keterangan/Legendanya
c. Pada peta morfometri
- Pertama Mulai dengan membuat kotak-kotak pada lembar peta
topografi dengan ukuran 1x1 cm
- hitung jarak kontur pada setiap kotak dengan memberi garis dari
kontur pertama hingga terahir pada kotak itu. Semua kontur harus kena
dengan garis
- Pada Kotak yang hanya terdapat satu kontur itu disetarakan dengan
dataran rendah 0
- Kemudian cari panjang X dengan cara (Beda Jarak kontur x skala)
- Lalu cari panjang Y dengan cara (Y x garis kontur dengan interval.)
- Mencari presentase dengan cara Y : X x 100
- Kemudian cara mencari derajat = arc tan y: x
- Jika sudah selesai semua warnai sesuai dengan tabel hubungan kelas
lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol warna
yang disarankan(sumber : Van Zuidam1985)
Tabel hubungan kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi lahan
disertai simbol warna yang disarankan. (sumber : Van Zuidam1985)
Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi Simbol warna yang
lahan disarankan.
00 - 20 Datar atau hampi datar, tidak ada erosi
(0 - 2 %) yang besar, dapat diolah dengan mudah Hijau tua
dalam kondisi kering.
20 - 40 Lahan memiliki kemiringan lereng
(2 - 7 %) landai, bila terjadi longsor bergerak Hijau Muda
dengan kecepatan rendah, pengikisan dan
erosi akan meninggalkan bekas yang
sangat dalam.
40 - 80 Lahan memiliki kemiringan lereng landai
(7 - 15 %) sampai curam, bila terjadi longsor Kuning Muda
bergerak dengan kecepatan rendah,
sangat rawan terhadap erosi.
80 - 160 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(15 - 30 %) curam, rawan terhadap bahaya longsor, Kuning Tua
erosi permukaan dan erosi alur.
160 - 350 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(30 - 70 %) curam sampai terjal, sering terjadi erosi Merah Muda
dan gerakan tanah dengan kecepatan
yang perlahan - lahan. Daerah rawan
erosi dan longsor
350 - 550 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(70 - 140 %) terjal, sering ditemukan singkapan Merah Tua
batuan, rawan terhadap erosi.
> 550 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
( > 140% ) terjal, singkapan batuan muncul di Ungu Tua
permukaan, rawan tergadap longsor
batuan.
- Tuliskan Keterangan/Legenda yang tertera pada Kolom
d. Membuat Laporan
D. Tinjauan Pustaka
1. Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan
bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat
dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau
gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan
geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pengaliran dan
bentuk lereng.
a. Bentuklahan dataran
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuklahan
(landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk
sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sngai), campuran marin dan fluvial
(delta) dan plato.
Bentuk asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)
- Bentuklahan dataran peisisr alluvial (alluvial coastal plain landforms)
- Bentuklahan beting gisik (beach swale landforms)
- Bentuklahan dataran pantai (beach)
Bentuk asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)
- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)
- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)
ENDAPANFLUVIO-COLUVIA LEKUKANDALAM
TERBUKA/ LEBAR
MENYEMPIT/CURAM
MENYEMPIT/CURAM
TERBUKA/LEBAR
e. Bentuk Lereng
Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola
punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola
punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang
mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut
berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endogen, dapat berupa
kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).
g. Pola Aliran
Pola aliran adalah kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk -
bentuk lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola
pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan
dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi ersi dan sejarah bentuk bumi.
System pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional
dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur
geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara,
terutama pada skala besar. Percabangan percabangan dan erosi yang kecil pada
permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan
menunjukkan pola yang menyeluruh sebgai cerminan jenis batuan, struktur
geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung
pada jenis sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur
seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pengaliran dasar dan
pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu pengaliran disuatu daerah
yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi ole curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian
disebut dengan pola pengaliran permanen (tetap)
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan
dari pola dasar lainnya
3. Perubahan ( modifikasi ) pola dasar adalah salah satu perbedaan dibuat
dari pola dasar setempat
Hubungan pola dasar dan pola perubahan ( modifikasi) dengan jenis batuan
dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat
ditambah atau dikurangi. Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola
pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola
dendritik ( sub dendritik) radial angular (sub angular), tarlis dan rektagular
termasuk pola erosional, sedangkan pola lurus (elongate), menga-nyam (braided),
berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola
pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pengaliran internal
seperti pola sinkhole pada bentuklahan karst(gamping) dan pola palimpsest
atau berbed untuk daerah yang dianggap khusus.
Pola pengaliran dan karakterisiknya menurut Van Zuidam (1985)
ANULAR
(DIKHOTOMIK)
SUB PARALEL Lereng memanjang atau dikontrol oleh
bentuklahan perbukitan memanjang.
KOLINIER Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan
beting pasir
SUB TRALLIS Bentuk lahan memanjang dan sejajar
BERBELOK
TRALLIS SESAR Percabangan menyatu atau berpencar, secara
parallel
ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring
B. PASIF
C.
1. TERAS SESAR Teras Lembah gelas anggur
Lembah memanjang Sungai terputus
Sungai subsekuen Saluran menyebar
Lembah terjal Membentuk genangan
SaluranOFFSET
2. Morfogenetik/Morfogenesa
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi,
seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau
bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan
permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.
a. Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar
bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim
dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan proses yang
dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti
hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak
disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk
kepentingan kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen
diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan,
perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun
batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya
menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan
selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan
pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis
besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan
batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada
akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan
oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan
bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula
diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak
dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang,
maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif
kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan
yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta memiliki
ketahanan terhadap erosi.
b. Proses Endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari
dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam
kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan
(sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses
kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk
permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta
topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :
Perlipatan :
- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang. Patahan (sesar normal dan
sesar naik) :
- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng yang
berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng tengah
sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat, dan pada
bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang sampai renggang.
3. Morfometri
a. Lereng
15 - 50 Lereng pendek
b. Perbedaan ketinggian
Berombak 3 - 7 5 - 50
Berombak - Bergelombang 8 - 13 25 - 75
Tabel Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama
aliran, Van Zuidam, 1985)
MEMILIKI KERAPATAN
Van Zuidam, R.A., 1985, Aerial Photo Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphologic Mapping, Smith Publisher The Hague, ITC.