Anda di halaman 1dari 27

Laporan Sementara

Praktikum Mineralogi

Acara III

SISTEM KRISTAL

Disusun Oleh :

Korneles Maranata Arbol

12.1.2016.00287

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

2016/2017
A. Maksud dan Tujuan

a.Maksud Pratikum

Untuk Lebih Mengenal tentang Geomorfologi serta Belajar tentang


Morfografy, Morfometri, dan Morfogenesa

b.Tujuan Pratikum

1. Untuk melengkapi tugas dan nilai mata kuliah Geomorfologi


2. Mengenal dan memahami tentang Geomorfologi
3. Mengenal apa itu Morfografy, Morfometri, dan Morfogenesa
4. Menentukan dan membagikan bagian dataran, pegunungan, dan
perbukitan pada peta tersebut.

B. Alat dan Bahan

Pesnil warna
Pena Waterproof
Kalkulator
Pengaris
Penghapus
Peraut Pensil
Kertas A3

C. Metode Praktikum
a. Mempersiapkan alat yang diperlukan saat pratikum
b. Peta morfografi
- Mulai dengan menentukan ketinggian absolute pada peta topografi
- Setelah menentukan semua ketinggian diketahui tentukan unsur
morfografi dengan melihat tabel hubungan ketinggian absolute dengan
morfografi (sumber : Van Zuidam 1985)
- Kemudia warnai peta berdasarkan warna yang tertera pada table
- Berilah Keterangan/Legendanya
c. Pada peta morfometri
- Pertama Mulai dengan membuat kotak-kotak pada lembar peta
topografi dengan ukuran 1x1 cm
- hitung jarak kontur pada setiap kotak dengan memberi garis dari
kontur pertama hingga terahir pada kotak itu. Semua kontur harus kena
dengan garis
- Pada Kotak yang hanya terdapat satu kontur itu disetarakan dengan
dataran rendah 0
- Kemudian cari panjang X dengan cara (Beda Jarak kontur x skala)
- Lalu cari panjang Y dengan cara (Y x garis kontur dengan interval.)
- Mencari presentase dengan cara Y : X x 100
- Kemudian cara mencari derajat = arc tan y: x
- Jika sudah selesai semua warnai sesuai dengan tabel hubungan kelas
lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol warna
yang disarankan(sumber : Van Zuidam1985)

Tabel hubungan kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi lahan
disertai simbol warna yang disarankan. (sumber : Van Zuidam1985)
Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi Simbol warna yang
lahan disarankan.
00 - 20 Datar atau hampi datar, tidak ada erosi
(0 - 2 %) yang besar, dapat diolah dengan mudah Hijau tua
dalam kondisi kering.
20 - 40 Lahan memiliki kemiringan lereng
(2 - 7 %) landai, bila terjadi longsor bergerak Hijau Muda
dengan kecepatan rendah, pengikisan dan
erosi akan meninggalkan bekas yang
sangat dalam.
40 - 80 Lahan memiliki kemiringan lereng landai
(7 - 15 %) sampai curam, bila terjadi longsor Kuning Muda
bergerak dengan kecepatan rendah,
sangat rawan terhadap erosi.
80 - 160 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(15 - 30 %) curam, rawan terhadap bahaya longsor, Kuning Tua
erosi permukaan dan erosi alur.
160 - 350 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(30 - 70 %) curam sampai terjal, sering terjadi erosi Merah Muda
dan gerakan tanah dengan kecepatan
yang perlahan - lahan. Daerah rawan
erosi dan longsor
350 - 550 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(70 - 140 %) terjal, sering ditemukan singkapan Merah Tua
batuan, rawan terhadap erosi.
> 550 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
( > 140% ) terjal, singkapan batuan muncul di Ungu Tua
permukaan, rawan tergadap longsor
batuan.
- Tuliskan Keterangan/Legenda yang tertera pada Kolom
d. Membuat Laporan

D. Tinjauan Pustaka

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan dibawah ini engacu


kepad sistem yang dikembangkan oleh Verstappen (1967, 1968) dan Van Zuidam
(1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan
Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi criteria unsur
unsure geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal-usul/proses
terjadinya bentuk (morfogenetik/morfogenesa), penilaian kuantitatif bentuk
(morfometri) dan material penyusun.

1. Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan
bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat
dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau
gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan
geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pengaliran dan
bentuk lereng.
a. Bentuklahan dataran
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuklahan
(landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk
sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sngai), campuran marin dan fluvial
(delta) dan plato.
Bentuk asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)
- Bentuklahan dataran peisisr alluvial (alluvial coastal plain landforms)
- Bentuklahan beting gisik (beach swale landforms)
- Bentuklahan dataran pantai (beach)
Bentuk asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)
- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)
- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)

Bentuk asal campuran (delta), terdiri dari :


- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)
- Bentuk delta membulat (lobate delta)
- Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)
- Bentuklahan delta kuala (estuarine delta)
Bentuklahan Plato
Aspek-aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal
marin dan fluvial adalah:
a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai
sedang yaitu pasir yang terpilah bak dan
kemasan terbuka karena lebih banyak
dipengaruhi oleh hempasan ombak,
bercampur dengan lempung dan lanau.
b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti
lempung dan lanau sampai bongkah-
bongkah. Material penyusun dataran fluvial
biasa disebut endapan alluvium dan jika
telah termampatkan disebut konglomerat.
c. Dataran Delta :disusun oleh material-material pasi berbutir
halus sampa sedang, lempung, dan lanau,
disertai dengan sisa-sisa tumbuhan atau
endapan batubara.
d. Dataran Plato :disusun oleh material-material gunungapi,
Seperti breksi dan tuff
b. Bentuklahan perbukitan / pegunungan
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50
meter sampai 500 meter diatas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng
antara 7% sampai 20%, sedangkan bentuk lahan pegunungan (mountaineous
landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih
dari 20%. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuk lahan kubah intrusi
(dome landforms of intrusion), bukit rempah gunung api / gemuk tefra, koral
(karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh structural.
Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang
memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20%,
biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuk gunungapi atau akibat
kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di india),
pegunungan Alpen (di Eropa) dan pegunungan selatan (di Jawa Barat)
Aspek-aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan
dan pegunungan tersebut antara lain :
a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi
yang memiliki cirikhas membentuk pola aliran sentripetal, soliter
(terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan
tersebar tidak beraturan.
b. Bentuklahan perbukitan rempah gunung api (gumuk tefra) disusun oleh
material-material hasil erupsi gunung api yang berbutir halus sampai
bongkah dengan cirri khas tidak jauh dari gunungapi sebagian sumber
material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi gunungapi.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh materal sisa
kehidupan binatang laut (Koral), bersifat karbinatan. Cirri khas perbukitan
karst membentuk perbukitan yang berkelompok, membentuk pola
pengaliran multibasinal (tiba-tiba menghilang), terdapat gua-gua dengan
stalagtit dan stalagmite. Didaerah perbukitan karst mencerminkan jejak
lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50 meter), sehingga garis pantai
lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya
perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan (tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu
perbukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun
berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau
perselingan batuan sedimen tersebut. Cirri khas bentuklahan perbukitan
terlipat memiliki pola pengaliran parallel atau rectangular yang bebeda
arah, mengikuti lereng sayap dari perukitan tersebut, sedangkan puncak
dari perbukitan bertindak sebagai batas pemisah aliran (water devided).
Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan
tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan.
Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan aiakibatkan oleh
gerakan sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gunungapi,
seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas
terdapat rangkaian pengunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan
rangkaian pegunungan di utara Tanjungsari, kemudian menyambung
dengan gunung api Tampomas. Selain rangkaian pegunungan yang
terdapat disekitar gunugn api, terdapat pula rangkaian pegunungan Selatan
Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu
(Sukabumi) sampai ke Timur di Telu Pangandaran (Ciamis).
c. Bentuklahan gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter diatas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng yang curam (56%
sampai 140%), atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng yang curam
(56% sampai 140%), dengan ciri khas memliki kawah, lubang kepundan dan
kerucut kepudan. Material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian
puncak merupakan material halus sampai ssedang (abu vulkanik / tuff), pada
lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah
berupa endapan rempah-rempah gunung api (tefra).
Terbentuknya lereng gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong
dari perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam
kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai
ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan
puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepudan masih
berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh gunungapi merapi
di Jawa Tengah Yogjakarta.
d. Lembah

Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan


membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan
berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudan menjadi erosi alur (riil
erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah
sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang
masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air
tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan
pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis
besar jenis-jenis lembah dapat dibedakan menjadi :

- Jenis Lembah U Tumpul


- Jenis Lembah U Tajam
- Jenis Lembah V Tumpul
- Jenis Lembah V Tajam

Jenis Lembah T tumpul terjadi didaerah-daerah yang relatife datar, erosi


yang berlangsung cenderung kea rah lateral (samping) dan erosi kearah vertical
(kea rah lereng landai, erosi lateral (ke samping) dan erosi kea rah vertical (dasar
sungai) relative tidak berlangsung. Erosi kea rah vertical terhentim karena telah
mencapai batuan dasar sungai yang relative keras dibandngkan dengan batuan
yang berada ditepi sungai.

Jenis lembah U tajam menjadi daerah daerah yang memiliki kemiringan


lereng landai, erosi lateral (kesampng) lebih besar dari erosi vertical (kearah dasar
sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng-lereng
lembah.

Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah-daerah yang memiliki lereng


landai sampai agak curam, erosi vertical (kearah dasar sungai) berlangsung lebih
kuat dari pada erosi lateral ( kearah samping ) disertai dengan erosi dari bagan
atas lereng dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris
disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan/ atau struktur pada salah satu sisi
lembah.

Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah-daerah yang memiliki lereng


curam erosi vertical (kearah dasar sunga) sangat kuat karena diperngaruhi oleh
tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukan
jenis V tajam.

BENTUK SIMETRIS BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPANFLUVIO-COLUVIA LEKUKANDALAM

TERBUKA/ LEBAR

MENYEMPIT/CURAM

MENYEMPIT/CURAM

TERBUKA/LEBAR
e. Bentuk Lereng

Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau


endogen yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi :

- Bentuk lereng cembung.

- Bentuk lereng lurus

- Bentuk lereng cekung

Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang


disusun oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir
sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi
atasnya. Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng
vulkanik yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang
longsoran (llandslide). Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah -
daerah yang disusun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran
(slump).
f. Pola Punggungan

Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola
punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola
punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang
mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut
berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endogen, dapat berupa
kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).

Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan


yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat
diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan
yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang, sedangkan jika
pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn garis kontur yang
cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.

g. Pola Aliran
Pola aliran adalah kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk -
bentuk lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola
pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan
dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi ersi dan sejarah bentuk bumi.
System pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional
dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur
geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara,
terutama pada skala besar. Percabangan percabangan dan erosi yang kecil pada
permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan
menunjukkan pola yang menyeluruh sebgai cerminan jenis batuan, struktur
geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung
pada jenis sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur
seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pengaliran dasar dan
pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu pengaliran disuatu daerah
yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi ole curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian
disebut dengan pola pengaliran permanen (tetap)
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan
dari pola dasar lainnya
3. Perubahan ( modifikasi ) pola dasar adalah salah satu perbedaan dibuat
dari pola dasar setempat

Hubungan pola dasar dan pola perubahan ( modifikasi) dengan jenis batuan
dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat
ditambah atau dikurangi. Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola
pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola
dendritik ( sub dendritik) radial angular (sub angular), tarlis dan rektagular
termasuk pola erosional, sedangkan pola lurus (elongate), menga-nyam (braided),
berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola
pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pengaliran internal
seperti pola sinkhole pada bentuklahan karst(gamping) dan pola palimpsest
atau berbed untuk daerah yang dianggap khusus.
Pola pengaliran dan karakterisiknya menurut Van Zuidam (1985)

POLA PENGALIRAN KARAKTERISTIK Contoh


DASAR
Perlapisan batuan sedimennya
relative datar atau paket batuan
kritalin yang tidak seragam dan
DENDRITIK memiliki ketahanan terhadap
pelapukan. Secara regional daerah
aliran ini memiliki kemiringan
landai, jenis pola pengaliran
membentuk percabangan menyebar
seperti pohon rindang
Pada umumnya menunjukan daerah
yang berlereng sedangkan sampai
agak curam dan dapat ditemukan
pula pada daerah terbentuklah
perbukitan yang memanjang.
PARALEL Dengan pola pengaliran parallel
atau trails. Bentuklahan perbukitan
yang memanjang dengan pola
pengaliran parallel mencerminkan
perbukitan tersebut dipengaruhi
oleh lipatan
Baruan sedimen yang memiliki
kemiringan perlapisan (dip) atau
terlipat, batuan vulkanik atau batuan
TRALLIS metasedimen derajat rendah dengan
perbedaan pelapukan yang jelas.
Jenis pola pengaliran biasanya
berhadapan pada sisi sepanjang
aliran subsekuen.
Kekar dan sesar yang
memiliki sudut kemiringan
tidak memliki perulangan
REKTAGULAR
lapisan batuan dan sering
memperlihatkan pola
pengaliran yang tidak
menerus.
Daerah vulkanik, kerucut (kubah)
intrusi dan sisa-sisa erosi. Pola
pengaliran radial pada daerah
vulkanik disebut dengan pola
pengaliran multi radial. Pola
pengaliran radial memiliki dua
system yaitu 1. system sentrifugal (
menyear dari titik pusat), berarti
RADIAL bahwa daerah tersebut berbentuk
kubah atau kerucut, sedangkan
system sentripetal ( menyebar
kearah titik pusat ) memiliki arti
bawha daerah tersebut berbentuk
cekungan.
Struktur Kubah/Kerucut, cekungan
dan kemungkinan retas (Stocks)

ANULAR

Endapan berupa gemuk hasil


longsoran dengan perbedaan
penggerusan atau perataan batuan
MULTIBASINAL dasar merupakan daerah gerakan
tanah, bulkanisme pelarutan
gamping dan lelehan salju
(permafrost)

POLA PENGALIRAN MODIFIKASI

SUB DENDRITIK Umumnya Struktural

PINNATE Tesktur batuan halus dan mudah tererosi

MENGANYAM Kipas alluvium dan delta

(DIKHOTOMIK)
SUB PARALEL Lereng memanjang atau dikontrol oleh
bentuklahan perbukitan memanjang.
KOLINIER Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan
beting pasir
SUB TRALLIS Bentuk lahan memanjang dan sejajar

DIREKSIONAL Homoklin landai seperti beting gisik


TRALLIS
TRALLIS Perlipatan memanjang

BERBELOK
TRALLIS SESAR Percabangan menyatu atau berpencar, secara
parallel
ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST Batu Gamping

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai


dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif fan pasif
serta lithologi (batuan). Control dinamika struktur diantaranya pensesaran,
pengangkatan(perlipatan) mempengaruhi arah dari system sungai karena kegiatan
tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan
jaringan topologi yang memudahkan terjadinya pelapukan dan ketahanan batuan
terhadap erosi

KONTROL BENTUK SUNGAI


STRUKTUR
A. DINAMIK
1. SESAR AKTIF Teras Lembah gelas anggur
Lembah memanjang Sungai terputus
Sungai OFFSET Saluran menyebar
Sungai subsekuen Membentuk genangan
Lembah Terjal

2. PERLIPATAN Sungai anteseden Pembelokan sungai secara tajam

3. AKTIF Sungai konsekuen

4. KEGIATAN Pola aliran radial Dasar sungai curam


VULKANIK

B. PASIF
C.
1. TERAS SESAR Teras Lembah gelas anggur
Lembah memanjang Sungai terputus
Sungai subsekuen Saluran menyebar
Lembah terjal Membentuk genangan
SaluranOFFSET

2. KEMIRINGAN Aliran parallel Sungai subsekuen


Aliran sepanjang le- Pola trallis
reng kemiringan.
Aliran konsekuen Aliran pada tebing pendek

3. KUBAH Pola radial Pola anular


Sungai konsekuen Sungai subsekuen.

4. ANTIKLIN Pola trails Pembelokkan sungai


SIKLIN

5. KELURUSAN Lembah asimetri Kelurusan saluran


SUNGAI Sungai subsekuen.

6. KEKAR Pola rektagular Sungai subsekuen

2. Morfogenetik/Morfogenesa
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi,
seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau
bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan
permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.

a. Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar
bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim
dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan proses yang
dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti
hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak
disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk
kepentingan kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen
diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan,
perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun
batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya
menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan
selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan
pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis
besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan
batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada
akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan
oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan
bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula
diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak
dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang,
maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif
kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan
yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta memiliki
ketahanan terhadap erosi.

b. Proses Endogen

Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari
dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam
kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan
(sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses
kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk
permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.

Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta
topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :

Bentuklahan perbukitan intrusi :


- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).

- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).

- Bentuk lereng relatif cembung.

- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.

Bentuklahan perbukitan struktural :

Perlipatan :

- Bentuk perbukitan memanjang.

- Pola aliran paralel dan rektangular.

- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.

- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang. Patahan (sesar normal dan
sesar naik) :

- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.

- Pola aliran paralel atau rektangular.

- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng yang
berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.

Patahan (sesar geser) :

- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).

- Pola aliran rektangular.

- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.

- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.

Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :

- Bentuk pegunungan kerucut.

- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng tengah
sampai lereng bawah lurus (elongate).

- Memiliki kawah dan lubang kepundan.

- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat, dan pada
bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang sampai renggang.

c. Tata nama satuan geomorfologi

Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur


geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan,
pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu
bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian, karst, glasial /
preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan
unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan unsur
penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga
penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk
(morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik).

Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut :


Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL

Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfografi)


dan STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan tersebut.
Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan,
maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau
kekar. Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan material penyusun
diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir an,

kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng, kemiringan lereng,


kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentuklahan, sehingga penamaan
satuan bentuklahan secara lengkap menjadi :

Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola


aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel - bentuk
lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur cukup
renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen. Tata
nama satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan geologi,
karena analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau foto
udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan terarah.

3. Morfometri

Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan


merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap
morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan
memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu
terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan
lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.

a. Lereng

Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan


informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan,
sehingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik
kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran
penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng,
sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan
tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan
wilayah dapat dikaji lebih lanjut.

Tabel Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan


USLE
Klasifik
Kemiringa Kemiringa
Klasifikasi asi
n lereng n Keterangan
USSSM* (%) USLE*
() lereng (%)
(%)
Datar hampir
<1 0-2 0-2 1-2
datar
13 3-7 Sangat landai 2-6 2-7
36 8 - 13 Landai 6 - 13 7 - 12
69 14 - 20 Agak curam 13 - 25 12 - 18
9 - 25 21 - 55 Curam 25 - 55 18 - 24
25 - 26 56 - 140 Sangat curam > 55 > 24
> 65 > 140 Terjal
*USSSM = United Stated Soil System Management
USLE = Universal Soil Loss Equation
Tabel Ukuran panjang lereng

PANJANG LERENG (M) KLASIFIKASI

< 15 Lereng sangat pendek

15 - 50 Lereng pendek

50 - 250 Lereng sedang

250 - 500 Lereng panjang

> 500 Lereng sangat panjang

b. Perbedaan ketinggian

Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut,


karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian
(elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk
menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan, seperti
perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan perbedaan ketinggian dengan
unsur morfografi adalah sebagai berikut :

Tabel Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi

(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter Dataran rendah

50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan


> 3.000 meter Pegunungan tinggi

Tabel Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.

(sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF KEMIRINGAN PERBEDAAN


LERENG ( % )
KETINGGIAN (m)

Datar - Hampir datar 0 - 2 <5

Berombak 3 - 7 5 - 50

Berombak - Bergelombang 8 - 13 25 - 75

Bergelombang - Berbukit 14 - 20 75 - 200

Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500

Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000


pegunungan sangat curam > 140 > 1.000

Tabel Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama
aliran, Van Zuidam, 1985)

JENIS KERAPATAN PADA SKALA 1: 25.000 KARAKTERISTIK

MEMILIKI KERAPATAN

HALUS Kurang dari 0,5 cm Tingkat limpasan air


permukaan tinggi, batuan
memiliki porositas buruk

SEDANG 0,5 cm - 5 cm Tingkat limpasan air


permukaan sedang, batuan
memiliki porositas sedang

Tingkat limpasan air


permukaan rendah, batuan
KASAR Lebih besar dari 5 cm memiliki porositas baik dan
tahan terhadap erosi.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari Noor .2012.Pengantar Geologi
Verstappen, H. Th. 1985. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for
Environmental Development. Elsevier Science Publishing Company Inc: New York

Van Zuidam, R.A., 1985, Aerial Photo Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphologic Mapping, Smith Publisher The Hague, ITC.

Howard, A.D., 1967, Drainage Analysis in Geologic Interpretation : a


Summation, AAPG bulletin, V 51, no.11

Anda mungkin juga menyukai