Anda di halaman 1dari 21

SKENARIO KASUS

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

Seorang laki-laki usia 31 tahun belum menikah datang ke rumah sakit

dengan keluhan gatal pada daerah genetalia atas permintaan pasien dilakukan

tes HIV, dan hasilnya positif. Pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi,

kemudian pasien diberikan obat anti virus. Saat kembali memeriksakan diri

pasien masih merasa gatal disertai luka di daerah genetalia, pasien juga hanya

berdiam diri dan tidak mau berbicara pada orang lain, pasien hanya

menganggukkan kepala jika ditanya. Selama 1 minggu ini pasien juga tidak

nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan 3 kg.

PEMBAHASAN :
1. Identify the Problem
Identifikasi masalah dari data pengkajian dan catatan kesehatan, terdiri
dari :

1
a. Data Subjektif
1) Klien mengeluh gatal disertai luka di area genetalia
2) Klien mengeluh selama 1 minggu terakhir tidak nafsu makan
dan mengalami penurunan berat badan 3 kg

b. Data Objektif
1) Klien tampak berdiam diri
2) Klien tidak mau berbicara dengan orang lain
3) Klien tampak hanya menganggukkan kepala saat ditanya
4) Penurunan berat badan 3 kg
5) Ada luka di area genetalia
6) Pemeriksaan tes HIV, Hasil : positif (+)

1. Hipothesis
a. kerusakan integritas kulit b.d
b. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakadekuatan intake asupan nutrisi
c. gangguan konsep diri b.d kooping tidak efektif

2
2. Mechanism
Patoflow

Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : agen cidera Kerusakan
Klien mengeluh gatal disertai luka di
integritas kulit
area genetalia
terputsunya
DO :
- Klien tampak gatal kontinuitas
- Terdapat luka di area genetal
jaringan kulit
-

kerusakan
integritas kulit
DS : Menurunnya nafsu Ketidak
Klien menyatakan 1 minggu terakhir
makan seimbangan nutrisi
tidak nafsu makan dan mengalami
kurang dari
Asupan nutrisi

3
penurunan berat badan 3 kg tidak adekuat kebutuha tubuh
DO :
- Klien tampak tidak nafsu Ketidak
makan seimbangan nutrisi
- BB menurun 3 kg
-
DS : proses penyakit Gangguan konsep
Klien hanya berdiam diri
diri : harga diri
DO :
- Klien tampak berdiam diri koping tidak
- Klien tidak mau berbicara
adekuat
dengan orang lain
- Klien hanya menggauk kepala
ganggan konsep
jika ditanya
diri

3. More Info
1. Periksaan laboratorium : darah lengkap
2. Pemeriksaan kultur jaringan kulit
3. BB awal
4. IMT
5. TTV
6. Luka : luas, kedalaman
7. Riwayat penyakit keluarga
8. Lingkungan sosial dan spiritual
9. Th/ saat ini : anti virus (jenis dan dosis)

4. Dont Know
a. Bagaimana peran perawat kepada klien dengan masalah kesehatan
tersebut?
Dipandang dari beberapa aspek peran perawat sangatlah kompleks
terhadap klien dengan kasus tersebut. Untuk itu diperlukan kegiatan
yang berkaitan dengan HIV/AIDS difokuskan pada tersusunnya
Pedoman Asuhan Keperawatan pasien dengan HIV/AIDS,
meningkatnya kemampuan perawatan dalam melayani pasien dengan
HIV/AIDS serta makin banyaknya perawat yang terlibat dalam upaya
upaya penanganan HIV/AIDS di Indonesia.

4
1) Peran perawat dalam advokasi AIDS lebih akan berdampak ganda
(mengurangi resiko infeksi nosokomial AIDS dan meningkatkan
peran dalam preventif, promoti dan rehabilitatif) dalam
penanggualangan AIDS/HIV, misalnya dengan jalan :
Membuat LSM atau lembaga penelitian AIDS/HIV
2) Advokasi KIE (komunikasi-informasi dan edukasi) lewat
website/internet
3) Mengadakan pelatihan/seminar publik
4) Menjaring tokoh perawat Indonesia dalam penanggulangan
AIDS/HIV agar masyarakat lebih mengenal keperawatan lebih
maju dan modern
5) Mengoptimalkan pemanfaatan dana hibah/grant lewat bidang
keperawatan AIDS/HIV
6) Membuat SOP Askep AIDS/HIV
Selain itu, aspek sprirtual juga merupakan aspek penting untuk
menjaga kesetabilan mental dan kualitas hidupnya, peran perawat
sangatlah penting dalam konseling dan pendampingan klien
dalam memenuhi asuhan keperawatannya, meunjukkan rasa
menghargai dan menjaga kepercayaan klien agar klien tidak
merasa ditelantarkan. Disamping itu, perawat juga dapat
berkolaborasi memeberikan konseling psikoreligi, konseling pre
dan pasca tes, konseling Kb dan sebagianya.

b. Bagaimana peran keluarga terhadap perawatan kepada klien dengan


masalah kesehatan tersebut?
Harefa (2012) hubungan dukungan keluarga terhadap harga diri
penderita HIV. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa dukungan
keluarga memiliki peran penting terhadap harga diri klien dengan HIV.
Fungsi keluarga dalam mengenal masalah, memecahkan masalah dan
memilih pelayanan kesehatana yang tepat dapat meningkatkan
peningkatan kualitas diri sehingga meningkatkan harapan kesembuhan
klien.

c. Bagaimana muncul respon gatal pada area genetalia?

5
Gangguan yang terjadi pada bagian kulit ini akan mengirimkan sinyal
atau impuls ke otak untuk mengatakan bahwa kulit tersebut sedang
mengalami gangguan kulit yang disebut rasa gatal. Mayoritas dari
reseptor tersebut adalah ujung saraf bebas dari indera peraba, saraf-
saraf tersebut membawa sinyal atau pesan rasa gatal dan sakit yang
telah dideteksi otak untuk diolah atau dicerna.
Reseptor saraf indera adalah ujung saraf yang paling umum di semua
sistem saraf tubuh. Bila reseptor saraf ini bekerja secara maksimal
maka rasa sakit dan nyeri akan dirasakan, sedangkan bila reseptor
tersebut hanya mendeteksi gangguan dengan tingkat yang ringan,
maka rasa gatal lah yang dikirim sebagai impuls ke otak. Sebagai
contoh bila kita mendekatkan kulit kita ke sumber panas, maka
perasaan gatal lah yang pertama kali muncul, namun jika diteruskan
dan semakin dekat dan dekat, maka perasaan gatal ini akan berubah
menjadi rasa sakit dan nyeri. Hal seperti ini bisa dianalogikan seperti
luka atau borok yang terasa gatal ketika mau sembuh, hal tersebut
terjadi karena penyembuhan luka sudah mencapai lapisan epidermis
dan mesodermis kulit, dimana pada lapisan tersebut terdapat banyak
sekali reseptor dari saraf indera peraba.

d. Bagaimana support sistem lingkungan klien dengan HIV?


Diberbagai program yang digalakkan pemerintah dalam memerangi
kasus HIV sangatlah banyak, tindakan promotif dan kuratif diberbagai
instansi kesehatan banyak dilakukan dengan berbagai media sebagai
wadah penyalur informasi. Klien denga HIV cenderung menutup diri,
namun perkembangan kesehatan yang terus maju memberikan fasilitas
kepada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) sebagai kelompok atau
komunitas yang menjadi bagian penting dalam mendata jumlah,
membatasi penyebaran dan melakukan rehabilitatif.

e. Bagaimana metode pendekatan efektif terhadap klien dengan HIV?


1) Pendekatan Agama
Pendekatan ini bersifat individual dalam arti sangat
berhubungan dengan keyakinan masing-masing orang terhadap
ajaran agamanya. Semakin orang yakin akan ajaran agamanya,

6
semakin pendekatan ini efektif kegunaannya. Melalui pendekatan
agama diajarkan bahwa masalah sosial timbul bila terjadi
pelanggaran terhadap norma-norma agamanya.
Pelanggaran terhadap norma agama akan mendapat sanksi
yang kadang sifatnya sangat abstrak dan sangat tergantung kepada
keyakinan para penganutnya (keyakinan tentang adanya sorga bagi
yang berbuat baik dan neraka bagi orang jahat) Pendekatan ini
lebih terasa keeffektifannya dalam kerangka preventif dengan cara
penanaman nilai nilai agama sejak dini dari tiap keluarga dalam
masyarakat.
Internalisasi nilai-nilai agama pada tiap individu anggota
masyarakat diharapkan ia bisa menjadi benteng ataupun juga filter
dalam menyaring pengaruh negatif dari sekelilingnya atau dengan
kata lain dapat mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap nilai-nilai dan norma agama yang pada gilirannya
mencegah terhadap terjadinya masalah-masalah sosial.

2) Pendekatan Hukum
Antara pendekatan hukum dan pendekatan agama ada
kesamaan segi historis, dalam arti pendekatan hukum dalam
memandang fenomena masalah sosial bisa bersumber pada
pendekatan agama. Hanya pada pendekatan hukum biasanya ia
berlaku bagi semua anggota masyarakat dimana ia bertempat
tinggal dan hukum tersebut diberlakukan.
Pendekatan ini bisa besifat preventif dalam arti masalah
sosial dapat dicegah melalui upaya sosialisasi norma-norma hukum
yang berlaku dalam masyarakat maupun bersifat kuratif atau
rehabilitatif dalam arti terhadap pelaku pelanggar norma hukum
akan diberikan sanksi tertentu dan diadakan pembinaan agar dia
tidak lagi melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma
hukum. Mereka yang berperan dalam pendekatan ini antara lain
adalah para penegak hukum maupun aparat pemerintah yang
berwajib.

3) Pendekatan Jurnalistik

7
Dengan pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai usaha
penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan masalah sosial
melalui tulisan-tulisan di media cetak. Melalui pendekatan ini
masalah sosial diusahakan untuk dikenalkan pada masyarakat baik
dalam arti masalah sosial itu sendiri maupun sebab-akibat serta
cara-cara menghadapinya. Sampai saat ini majalah, surat kabar
masih menjadi sarana yang berharga dalam membangkitkan
kesadran masyarakat akan bahaya narkoba, Prostitusi, HIV/AIDS
dan masalah-masalah sosial lain.

4) Pendekatan Seni
Pendekatan seni adalah suatu upaya yang dilakukan para
seniman (seni drama, musik, tari, lukis, sastra dsb) untuk
membangun simpati kemanusiaan sehubungan dengan sistuasi
sosial yang bermasalah.
Dalam pendekatan ini juga harus memperhitungkan
kelompok yang jadi sasaran.(misal melalui musik, apabila yang
jadi sasaran pendekatan adalah anak muda, maka musik yang
digunakan juga musik yang sesuai dengan selera anak muda, begitu
juga dengan ksenian lainnya, misalnya wayang cocok untuk
digunakan pada masyarakat desa di Jawa dst).

5) Pendekatan Ekologi
Yaitu suatu metode pendekatan yang yang didasarkan atas
konsep dan prinsip ekologi ,dalam arti menelaah masalah sosial
sebagai hasil interrelasi antara masyarakat manusia dengan
lingkungannya pada suatu ekosistem. pada pendekatan ini kita
tidak memisahkan komponen masyarakat manusia dari komponen
lingkungannya.
Melalui pendekatan ekologi, pertumbuhan masyarakat
manusia di tempat-tempat tertentu, baik di perkotaan maupun di
pedesaan dengan segala aspeknya dipelajari dan dikaji
pengaruhnya tehadap lingkungan setempat. Diteliti pengaruhnya
tadi apakah tetap seimbang ataukah menimbulkan ketimpangan,

8
sampai sejauh mana ketimpangan tadi menyebabkan terjadinya
masalah sosial bagi masyarakat setempat.
Melalui pendekatan ekologi dikaji kemampuan daya
tampung lingkungan alam tehadap kehidupan masyarakat manusia
di tempat tertentu. Sedangkan daya tampung lingkungan yaitu
suatu ukuran tertentu yang menunjukkan jumlah individu yang
dapat ditunjang oleh lingkungan tersebut.Manusia merupakan
bagian dari alam, bukan penguasa alam oleh karena itu perbuatan
manusia yang serampangan tidak terencana yang menimbulkan
ketimpangan lingkungan akhirnya merugikan dan mengancam
kehidupan ,manusia itu sendiri.Sejak tahun 1960an hingga saat ini,
perspektif ekosistem telah menjadi pendekatan yang paling
berpengaruh dalam sejarah dan perkembangan pekerjaan social di
dunia

6) Pendekatan Interdisipliner dan Multidispliner


Karena subsistem masalah sosial banyak jumlahnya, kita
harus menggunakan disiplin ilmu sosial yang juga lebih dari satu.
Dengan demikian, pada pendekatan ini kita gunakan disiplin ilmu
sosial yang sesuai dengan jumlah subsistem masalah yang kita
analisa dan kita kaji, disebut pendekatan interdisipliner.
Pada pendekatan ini, masalah sosial didekati, dianalisa dan
dikaji dari berbagai disiplin ilmu sosial secara serentak dalam
waktu yang sama. Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan
subsistem masalahnya diunngkapkan dari berbagai disiplin
akademis seperti : Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Politik,
Geografi, Psikologi, Sejarah dst, bahkan mungkin dari disiplin
akademis diluar ilmu sosial.
Dalam mengkaji masalah sosial yang kompleks melalui
pendekatan interdisipliner atau pendekatan sistem, perlu memiliki
kemampuan interdisipliner dan sistem. Kemampuan tersebut baik
yang ada dalam diri kita, maupun kerjasama dengan berbagai
keahlian dari berbagai bidang keilmuan.
Selain pendekatan secara umum tersebut, terdapat
pendekatan yang biasa digunakan oleh pemerintah dan praktek

9
pekerjaan sosial. Pendekatan tersebut terbagi dua yaitu pendekatan
praktis dan pragmatis. Pendekatan praktis dan pragmatis selama ini
sudah sering dilakukan oleh pemerintah dan para penggiat
pekerjaan sosial.

5. Leraning Issue

10
6. Problem Solving
Nursing Care Plan (NCP)

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :


iskemia jaringan
Pain Level, Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Pain control,
komprehensif termasuk lokasi,
Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
2. Observasi reaksi nonverbal dari
Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab nyeri, 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
mampu menggunakan tehnik untuk mengetahui pengalaman nyeri
nonfarmakologi untuk pasien
mengurangi nyeri, mencari 4. Kontrol lingkungan yang dapat
bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
Melaporkan bahwa ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri berkurang dengan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan manajemen 6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nyeri seperti massage
Mampu mengenali 7. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri (skala, intensitas, nyeri

11
frekuensi dan tanda nyeri) 8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Menyatakan rasa 9. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
2 Penurunan curah jantung NOC : NIC :
berhubungan dengan penurunan
Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
kontraktilitis jantung
Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
Vital Sign Status
2. Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil: 3. Monitor tanda dan gejala penurunan
cardiac putput
Tanda Vital dalam rentang
4. Monitor abdomen sebagai indicator
normal (Tekanan darah, Nadi,
penurunan perfusi
respirasi)
5. Monitor balance cairan
Dapat mentoleransi aktivitas,
6. Monitor adanya perubahan tekanan darah
tidak ada kelelahan
7. Atur periode latihan dan istirahat untuk
Tidak ada edema paru, perifer,
menghindari kelelahan
dan tidak ada asites
8. Monitor toleransi aktivitas pasien
Tidak ada penurunan
9. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
kesadaran
tekipneu dan ortopneu

12
10. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,


dan setelah aktivitas
2. Monitor jumlah dan irama jantung
3. Monitor bunyi jantung
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola pernapasan abnormal
7. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
8. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
3 Intoleransi Aktifitas berhubungan NOC : NIC :
dengan dispnea Activity therapy
Energy conservation
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
Self Care : ADLs aktivitas yang mampu dilakukan
2. Tingkatkan istirahat dengan bedrest
Kriteria Hasil :
3. Bantu untuk menggunkan kursi roda,
Berpartisipasi dalam aktivitas krek untuk beraktivitas

13
fisik tanpa disertai peningkatan 4. Bantu klien untuk membuat jadwal
tekanan darah, nadi dan RR latihan diwaktu luang
Mampu melakukan aktivitas 5. Bantu pasien/keluarga untuk
sehari hari (ADLs) secara mengidentifikasi kekurangan dalam
mandiri beraktivitas
6. Monitor respon fisik
4 Ansietas berhubungan akan NOC : NIC :
dilakukan tindakan PTCA Anxiety Reduction
Anxiety control
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
Kriteria Hasil :
3. Temani pasien untuk memberikan
Klien mampu keamanan dan mengurangi takut
mengidentifikasi dan 4. Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan gejala cemas diagnosis, tindakan prognosis
Mengidentifikasi,
5. Dorong keluarga untuk menemani
mengungkapkan dan
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
menunjukkan tehnik untuk
7. Identifikasi tingkat kecemasan
mengontol cemas
Postur tubuh, ekspresi wajah, 8. Bantu pasien mengenal situasi yang

bahasa tubuh dan tingkat menimbulkan kecemasan

aktivitas menunjukkan 9. Dorong pasien untuk mengungkapkan

berkurangnya kecemasan perasaan, ketakutan, persepsi


10. Instruksikan pasien menggunakan teknik

14
relaksasi
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan Teaching : disease Process
Kowlwdge : disease process
ketidaktahuan proses penyakit 1. Berikan penilaian tentang tingkat
Kowledge : health Behavior pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil :
2. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa
Pasien dan keluarga muncul pada penyakit, dengan cara yang
menyatakan pemahaman tepat
tentang penyakit, kondisi, 3. Jelaskan proses penyakit, dengan cara
prognosis dan program yang tepat
pengobatan 4. Identifikasi kemungkinan penyebab,
Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang 5. Jelaskan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara benar kondisi, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu 6. Jelaskan bagi keluarga informasi tentang
menjelaskan kembali apa kemajuan pasien dengan cara yang tepat
yang dijelaskan perawat/tim 7. Diskusikan pilihan terapi atau
kesehatan lainnya penanganan

15
Analisa Jurnal Terkait Intervensi Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunaan


kontraktilitis miokard : intervensi tentang monitor cardiac output

Otot jantung diperdarahi oleh 2 pembuluh koroner utama, yaitu


arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari
aorta. Arteri koroner kiri kemudian bercabang menjadi arteri desendens
anterior kiri dan arteri sirkumfleks kiri. Arteri desendens anterior kiri
berjalan pada sulkus interventrikuler hingga ke apeks jantung. Arteri
sirkumfleks kiri berjalan pada sulkus arterio-ventrikuler dan mengelilingi
permukaan posterior jantung. Arteri koroner kanan berjalan di dalam
sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah.

Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia


lokal, disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering
karena trombus atau embolus . Infark miokard adalah perkembangan
cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen. Yang termasuk kedalam infark
miokard akut (IMA) adalah : angina tidak stabil, IMA tanpa elevasi ST
(NSTEMI) dan IMA dengan elevasi ST (STEMI). IMA STEMI umumnya
terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Disebabkan karena injury oleh faktor penyebab seperti, merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.

Riwayat penyakit seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid


merupakan faktor resiko penyebab cidera biologis. Abnormalitas kadar
lipid serum yang merupakan faktor resiko adalah hiperlipidemia.
Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar kolesterol atau trigliserida
serum di atas batas normal. The National Cholesterol Education Program
(NCEP) menemukan kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit
jantung koroner. The Coronary Primary Prevention Trial (CPPT)
memperlihatkan bahwa penurunan kadar kolesterol juga menurunkan
mortalitas akibat infark miokard. Selanjutnya hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah sistemik

16
meningkatkan resistensi vaskuler terhadap pemompaan darah dari
ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung bertambah, sehingga
ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa. Bila
proses aterosklerosis terjadi, maka penyediaan oksigen untuk miokard
berkurang. Tingginya kebutuhan oksigen karena hipertrofi jaringan
tidak sesuai dengan rendahnya kadar oksigen yang tersedia.

Penelitian Brend, Peter H (2010) How o Change Exhaled CO2


Measure in Cardiac Out Put? A Numerical Analysis Model. Penelitian
tersebut menggunakan analisis model dengan menggunakan komputer,
sampel pada penelitian ini adalah hewan percobaan (anjing) yang telah
diberikan anastesi kemudian di amati persentase penurunan CO2 yang
dihembuskan dibandingkan dengan persentase penurunan cardiac output
(curah jantung) Q-T ; inflasi dari balon vena cava : 0,73 . Hasil penelitian
ini menyebutkan bahwa ketika sampel mulai terganggu sistem kerja
jantungnya dapat di amati terjadi penurunan tekanan pembuluh darah paru
selama penurunan Q-T. 40% penurunan Q-T dan peningkatan VD alveolar
dan VT alveolar dari 5 hingga 20,6%. Rerata alveolar PCO2 (PAECO2)
menurun dari 37,5 hingga 29,4 mm Hg, hal ini menyebabkan peningktan
CO2 di jaringan perifer, dan CO2 yang dihembuskan berkurang.

Dari penelitian ini disimpulkan waktu yang dibutuhkan untuk


membuat CO2 yang dihembuskan seimbang dibutuhkan waktu kurang
lebih 1 jam. Model ini menggambarkan ke efektifan Model analisis
komputer numerik membantu untuk menggambarkan mekanisme yang
mendasari bagaimana menurun Q_ T mengakibatkan penurunan CO2
dihembuskan. Curah jantung adalah darah yang dipompakan keseluruh
tubuh, penurunan curah jantung didefenisikan ketidak adekuatan darah
yang dipompakan oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic
tubuh. Saat darah yang dipompakan kurang dari kebutuhan tubuh maka
darah yang seharusnya berisi oksigen kemudian berganti dengan CO2
dalam proses difusi gagalterjadi sehingga CO2 menumpuk di jaringan
perifer dan menyebabkan CO2 yang dihembuskan berkurang, dan O2 tidak
dapat efektif masuk kedalam tubuh hal ini berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas, erubahan frekuensi jantung, perubahan pre load dan after
load.ditandai dengan tanda yang khas seperti perubahan kontraktilitas

17
ditandai dengan, batuk/ creckles, penurunan indeks jantung, penurunan
fraksi ejeksi, ortopneu, dispneu, penurunan levt ventricular stroke work
indekx (LVSWI) penurunan stroke volume index dan bunyi S3 dan S4.

2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan miokard : intervensi


keperawatan ajarkan tekhnik manajemen nyeri non farmakologi dengan
massage

Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya


aterosklerosis yang kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah.
Penyakit aterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque
di dalam dinding arteri. Lama- kelamaan plak ini terus tumbuh ke
dalam lumen, sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan lumen
mengganggu aliran darah ke distal dari tempat penyumbatan terjadi.

Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus


tipe II, hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi
menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap
faktor-faktor di atas menimbulkan injury bagi sel endotel. Akibat
disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul
vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator, anti-
trombotik dan anti-proliferasi. Sebaliknya, disfungsi endotel justru
meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1, dan angiotensin II
yang berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel

Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel teraktivasi.


Kemudian leukosit bermigrasi ke sub endotel dan berubah menjadi
makrofag. Di sini makrofag berperan sebagai pembersih dan bekerja
mengeliminasi kolesterol LDL. Sel makrofag yang terpajan dengan
kolesterol LDL teroksidasi disebut sel busa (foam cell). Faktor
pertumbuhan dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika
media ke dalam tunika intima dan proliferasi matriks. Proses ini
mengubah bercak lemak menjadi ateroma matur. Lapisan fibrosa
menutupi ateroma matur, membatasi lesi dari lumen pembuluh darah.
Perlekatan trombosit ke tepian ateroma yang kasar menyebabkan
terbentuknya trombosis. Ulserasi atau ruptur mendadak lapisan fibrosa

18
atau perdarahan yang terjadi dalam ateroma menyebabkan oklusi
arteri.

Penyempitan arteri koroner segmental banyak disebabkan oleh


formasi plak. Kejadian tersebut secara temporer dapat memperburuk
keadaan obstruksi, menurunkan aliran darah koroner, dan
menyebabkan manifestasi klinis infark miokard. Lokasi obstruksi
berpengaruh terhadap kuantitas iskemia miokard dan keparahan
manifestasi klinis penyakit. Oleh sebab itu, obstruksi kritis pada arteri
koroner kiri atau arteri koroner desendens kiri berbahaya

Pada saat episode perfusi yang inadekuat, kadar oksigen ke jaringan


miokard menurun dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi
mekanis, biokimia dan elektrikal miokard. Perfusi yang buruk ke
subendokard jantung menyebabkan iskemia yang lebih berbahaya.
Perkembangan cepat iskemia yang disebabkan oklusi total atau
subtotal arteri koroner berhubungan dengan kegagalan otot jantung
berkontraksi dan berelaksasi

Selama kejadian iskemia, terjadi beragam abnormalitas


metabolisme, fungsi dan struktur sel. Miokard normal memetabolisme
asam lemak dan glukosa menjadi karbon dioksida dan air. Akibat kadar
oksigen yang berkurang, asam lemak tidak dapat dioksidasi, glukosa
diubah menjadi asam laktat dan pH intrasel menurun. Keadaaan ini
mengganggu stabilitas membran sel. Gangguan fungsi membran sel
+ +
menyebabkan kebocoran kanal K dan ambilan Na oleh monosit.
Keparahan dan durasi dari ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen menentukan apakah kerusakan miokard yang
terjadi reversibel (<20 menit) atau ireversibel (>20 menit). Iskemia yang
ireversibel berakhir pada infark miokard, hal ini menjadi faktor
munculnya rasa nyeri. Nyeri yang muncul akut dan menyebabkan nyeri
alih. Nyeri alih merupakan rasa nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang
letaknya cukup jauh dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri. Nyeri
yang dirasakan menyebar hingga dapat dirasakan menjalar ke pundak
sebelah kiri hingga ke leher bahkan mengenai rahang hingga gigi. Ini
terjadi akibat serabut nyeri viseral terangsang, sinyal nyeri yang berasal

19
dari visera selanjutnya dijalarkan melalui beberapa neuron yang sama yang
menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit. Pengetahuan mengenai
bermacam-macam nyeri alih ini sangat berguna dalam diagnosis klinis
penyakit karana pada banyak penyakit viseral satu-satunyatanda klinis
yang ditemui adalah nyeri alih.

Penelitian Hariyanto, Awan (2015) Efektifitas Foot Hand Massage


Terhadap Respon Fisiologis dan Intensitas Nyeri Pada Pasien Infark
Miokard Akut : Studi di Ruang ICCU RSUD DR. Iskak Tulung Agung.
Metode penelitian quasy eksperimen dengan 18 sampel pada kelompok
control dan 18 sampel kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan
ada pengaruh terhadap respon fisiologis nyeri. Pasien dengan IMA
diberikan foot hand massage selama 4 kali 20 menit dalam 2 hari bersama
dengan pengobatan standar dapat memberikan respon fisiologis nyeri tapi
tidak berpengaruh terhadap penurunan suhu.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan dispnea : intervensi


keperawatan tentang tingkatkan istirahat klien dengan bedrest

Penatalaksanaan awal pada pasien dengan IMA pasien diistirahatkan


(bed rset). Nyeri membaik dengan istirahat. Istirahat dapat memberikan
waktu memaksimalkan jantung untuk bekerja. Bed rest pada pasien
dengan IMA bermacam-macam durasi waktunya, dari beberapa referensi
menyatakan bahwa 12 jam hingga 3 hari. Namun perhitungan biaya bed
rest di rumah sakit semakin hari di pertimbangkan keefektifannya dalam
pemangkasan biaya. Hal ini menyebabkan terciptanya pedoman dari
American College of Cardiology / American Heart Association (ACC /
AHA) [4] dan European Society of Cardiology (ESC) yang mengusulkan
12 jam istirahat observasi.

Berdasarkan penelitian Herkner, Herald etc (2003) Short Versus


Prolonged Bed Rest After Uncomplicated Acute Myocardial Infraction :
A Systemic Riview and Meta-Analysis. Penelitian tesebut menggunakan
metode kajian pustaka dan meta analisis dengan pendekatan kuasi
eksperimen pada 1332 sampel sebagai kelompok control dan 1326 sebagai

20
kelompok perlakuan. Waktu tirah baring yang diberikan kepada kelompok
control 2 sampai 12 hari untuk short bed rest dan 5 sampai 28 hari untuk
long bed rest.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terbukti short bed rest terhadap


kematian, reinfarction, pasca-infark angina, atau peristiwa tromboemboli
di banding dengan long bed rest, sehingga penelitian ini dapat
disimpulkan, short bed rest aman bagi pasien dengan IMA sesuai dengan
respon tubuh pasien.

21

Anda mungkin juga menyukai