Oleh :
Kelompok 3/A
UNIVERSITAS JEMBER
2017
MAKALAH
Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil
tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil
(medicastore.com)
Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
terbentuknya plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai
kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan
pada mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury
(wordpress.com)
DIC adalah penyakit dimana faktor pembekuan dalam tubuh berkurang sehingga
sum-sum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan medium transport tubuh volume
darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan
protein darah.
2. Butir-butir darah ( blood corpuscles), yang terdiri atas komponen sebagai berikut :
1) sel darah merah (eritrosit)
Merupakan cairan bikonkav dengan diameter sekitar 7 mikron, yang
memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak
yang pendek antara membrane dan inti sel, warnanya kuning kemerah-merahan
Komponen eritrosit :
a. membran eritrosit
b. sistem enzim
c. hemoglobin, komponennya terdiri atas :
a) heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
b) globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
Terdapat sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah. Tugas
palsu. Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari
golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B
monosit dan makrofag serta golongan yang bergranula yaitu eosinofil, basofil, dan
neutrofil.
1. Sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau
Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut:
1. Agranulosit
kelompok :
c. Basofil : berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil dari
kira 0.5% disumsum merah. Basofil bekerja sebagaimfosit sel mast dan
2. Granulosit
a. Limfosit
sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi. Limfosit B terbentuk
limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta
menghasilkan antibody.
b. Monosit
total komponen yang ada di sel darah putih. Jumlah sel darah putih. Pada
orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 x 10 9/l yang terbagi
sebagi berikut.
Granulosit :
tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup
d. Plasma darah
Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah,
atas air. Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah sebagai berikut :
dalam tubuh
6. Antibody.
e. Limpa
Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah costa, limpa terdiri atas
kapsula limpa fibroelastin, folikel (masa jaringan limpa) dan pulpa merah
1.3 Epidemiologi
Disseminated Intravascular Coagulation ini lebih sering terjadi sebagai respon
terhadap faktor lain dibandingkan sebagai kondisi primer, tidak ditemukan faktor
predisposisi yang berhubungan dengan umur, jenis kelamin atau pun ras. (Hewish,2005)
1.4 Etiologi
Berbagai penyakit dapat mencetuskan DIC fulminan atau derajat rendah seperti dibawah
ini :
Penyakit yang disertai DIC fulminan Penyakit disertai DIC derajat rendah
Emboli cairan amnion yang disertai DIC sering mengancam nyawa dan dapat
menyebabkan kematian. Gejala DIC karena emboli cairan amnion yaitu gagal napas akut
dan renjatan. Biasanya pada permulaan hanya DIC derajat rendah dan kemudian dapat
berkembang cepat menjadi fulminan. Dalam keadaan ini nekrosis jaringan janin dan enzim
jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem
koagulasi dan fibrinolisis dan terjadi DIC fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan DIC derajat rendah dan sering pada organ
khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi palsenta. Abortus yang diinduksi dengan garam
hipertonik juga sering disertai DIC derajat rendah sampai abortus komplet namun kadang
dapat menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi DIC. Akibat hemolisis, sel darh merh melepaskan adenosin difosfat (ADP) atau
membran fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun secara
bersamaan dan meyebabkan DIC. Pada septikimia DIC terjadi akibat endoktosin atau
mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi dengn cara mengaktifkan faktor F XII
menjadi F XIIa dan pelepasan materi prokoagulan dari granulasit dan semuanya ini dapat
mencetusakan DIC.
1. Hipofibrinogenemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
4. Fibrinolisis berlebihan
Kehilangan volume
Tanda Klinis
Ml % VDT
2500 50
1.5 Patofisiologi
Dibawah kondisi homeostasis, tubuh dipertahankan dalam keseimbangan tersetel
koagulasi dan fibrinolisis. Aktivasi dari kaskade koagulasi menghasilkan trombin yang
mengubah fibrinogen untuk fibrin, bekuan fibrin yang stabil menjadi produk akhir dari
hemostasis sistem yang kemudian fibrino lytic berfungsi untuk memecah fibrinogen dan
yang bertanggung jawab untuk lisis dari bekuan fibrin rincian fibrinogen dan fibrin
disebut polipeptida hasil dalam produk degradasi fibrin (FDPs) atau produk split fibrin
(FSPs). dalam keadaan homeostasis kehadiran trombin sangat penting karena merupakan
pusat enzim proteolitik dari pembekuan dan juga diperlukan untuk pemecahan gumpalan
Kaskade koagulasi
Trombin
Perdarahan
1.6 Klasifikasi
1. DIC akut (overt DIC), adalah kondisi dimana pembuluh darah dan darah serta
komponennya tidak dapat mengkompensasi atau mengembalikan homeostasis dalam
merespon injury. Ditandai dengan abnormalitas dari parameter koagulasi. Akibatnya
terjadi trombosis dan/atau perdarahan yang berujung kegagalan organ multipel.
2. DIC kronik (non-overt DIC), adalah kondisi klinik dari kerusakan pembuluh darah
yang memperberat sistem koagulasi. Namun respon tubuh masih dapat menjaga agar
tidak terjadi pengaktifan lebih lanjut dari sistem hemostasis dan inflamasi.
1. Masa Protrombin
Masa protrombin bergantung pada perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Masa protrombin yang memanjang bisa karena hipofibrinogenemia, gangguan
FDP pada polimerisasi fibrin monomer dan karena plasmin menginduksi lisis
faktor V dan faktor IX. Normal atau memendeknya masa protrombin terjadi karena
:
4. FDP
Hasil degradasi adalah akibat biodegradasi fibrinogen atau fibrin oleh
plasmin jadi secara tidak langsung menunjukkan bahwa jumlah plasmin melebihi
jumlah normal dalm darah. Tes protamin sulfat atau etanol biasanya positif bila
dalam sirkulasi darah ada fibrin monomer solubel.
5. D-Dimer
D-Dimer merupakan hasil degradasi fibrin ikat silang yaitu fibrinogen
yang diubah menjadi fibrin dan kemudian diaktifkan oleh faktor XIII. D-Dimer
merupakan tes yang paling dapat dipercaya untuk menilai kemungkinan DIC.
6. Plasmin
7. Trombosit
Jumlah trombosit bervariasi mulai dari yang paling rendah 2000-3000
sampai lebih dari 100.000/mm3. Pada pasien DIC dalam sediaan apus dari tepi
jumlahnya rata-rata 60.000/mm3.
1) Ada respons pengobatan. Skor bertambah 10 atau lebih dalam 48 jam. DIC
ada perbaikan. Pengobatan dengan antikoagulan diteruskan (heparin atau
AT III)
2) DIC menetap. Kenaikan skor 9 selama 48 jam DIC menetap.
Antikoagulan (heparin, AT III) diteruskan. Evaluasi 48 jam lagi
3) Terapi gagal. Skor berkurang selama 72 jam. Antikoagulan dihentikan,
demikian juga pengobatan substitusi
8. Pemeriksaan kadar penghambat pembekuan (AT III atau protein C) berguna untuk
memberikan informasi prognostik. Pemeriksaan hasil degradasi fibrin seperti D-
dimer, akan membantu untuk membedakan DIC dengan kondisi lain yang
memiliki gejala serupa, pemanjangan waktu pembekuan dan turunnya trombosit,
seperti pada penyakit hati kronik.
9. Rendahnya kadar penghambat koagulasi (Antitrombin III)
terjadinya DIC Jika hal ini tidak dilakukan pengobatan terhadap DIC tidak akan berhasil
1. Antikogulan
baik yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian
penelitian klinik pada pasien DIC heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan
yang signifikan. Dosis heparin yang diberikan adalah 300 500 u/jam dalam infus
kontinu.
Indikasi:
Dosis:
dosis selanjutnya disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali kontrol Low molecular
hanya kepada pasien KID dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan
dalam palasma hanya berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara pada
Dosis:
Dosis awal 3000 iu (50 iu/kgBB) diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan infus
Rumus:
4. Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan tetapi pada pasien KID
pemberian antifibrinolitik tidak dianjurkan Karena obat ini akan menghambat proses
fibrinolisis sehingga fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah akibatnya KID
Merangsang hipotalamus Bakteri mengeluarkan endotoksin ADP membran eritrosit mengaktifkan sistem
koagulasi
Merangsang IL-1 (zat yang berperan dalam aktivasi merangsang pelepasan TNF - IL I
komplemen
demam
Gangguan PTA aktif
Termoregulasi Induksi pelepasan reaksi trombosit
Endotel terkelupas
menghambat trombin, kumpulan Jalur eksrinsik (jaringan rusak mengeluarkan tromboplastin jaringan)
masuk ke pembuluh darah sensitif Faktor X (stuart power) mempercepat protrombin menjadi trombin aliran daarah ke
jantung
Metabolisme anaerob
Gangguan Integritas Kulit
ATP asam laktat
Fatigue Nyeri
Resiko Intoleransi
Aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Brenda G. Bare dan Suzanne C. Smeltzer. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8.
Closky. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). Philadelphia : Mosby
Http://www. hemodialisa.files.wordpress.com/2010/09/askep-dic.pdf
Http://www.linkpdf.com/.../asuhan-keperawatan-klien-dengan-gangguan-
hematolog--.pdf.
Lubis HS. PENANGANAN KOAGULASI INTRAVASKULAR DISEMINTA
AKUT DAN KRONIK [serial online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62950/21PENA
NGN.pdf?sequence=1 (diakses pada 29 November 2017)
Moorhead. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Philadelphia : Mosby
Ners. Wiwik handayani S.Kep. dan dr.Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku Ajar
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi
jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.
Price,S.2005.Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta :
EGC
Tambunan. L.Karamel. 2001. Buku ajar Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta: FKUI