3.1. Pendahuluan
Beton adalah material komposit dari semen, agregat kasar (split, batu pecah atau
kerikil), agregat halus (pasir), air dan bahan tambahan yang lain. Perbandingan berat
campuran beton pada umumnya adalah portland semen 18%, agregat kasar 44%, agregat
halus 31% dan air 7%. Setelah beberapa jam campuran tersebut dituangkan atau dicor pada
acuan (formwork) yang telah disediakan, bahan-bahan tersebut akan langsung mengeras
sesuai bentuk acuan yang telah dibuat. Standar kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan
karakteristik (fc) uji siinder pada usia 28 hari.
Bab ini membahas sifat-sifat material beton dan baja yang berkaitan dengan sistem
beton pratekan.
3.2. Agregat
Agregat kasar adalah material berbutir yang diperoleh dari batu-batuan dan batu pecah.
Agregat kasar juga dapat dihasilkan dari material sintetis seperti slag (residu pembakaran
batubara), serpih, abu terbang (fly ash) dan tanah lempung yang digunakan pada beton ringan.
Untuk agregat halus digunakan pasir yang diambil dari dasar sungai atau
penambangan bersama dengan pasta semen terhidrasi mengisi celah antara agregat kasar.
Sifat-sifat penting agregat adalah:
1. Bentuk dan tekstur;
2. Ukuran butir;
3. Kadar air;
4. Berat jenis;
5. Berat satuan;
6. Daya tahan dan ketiadaan bahan-bahan pengotor.
Ukuran nominal maksimum agregat kasar dibatasi oleh nilai terendah (tidak melebihi)
nilai berikut ini:
(1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
(2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
(3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan,
atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.
(4) Jarak spasi diantara tendon/untaian kabel dikurangi 5 mm.
Material Beton Pratekan
Bahan-bahan pengotor yang harus dibatasi dalam agregat adalah butiran lempung,
kayu, batubara, chert, lanau, debu batu (material yang lebih kecil dari 75 mikron), bahan
organik, kotoran, dan partikel friable (mudah hancur/terdekomposisi menjadi bubuk).
3.3. Semen
Semen adalah campuran batu gamping, gypsum dan lempung yang dihaluskan dan
dipanaskan dalam tempat pembakaran sampai 14001600 oC. Tipe-tipe semen yang boleh
digunakan dalam pelaksanaan beton pratekan adalah:
1. Semen portland biasa (OPC, ordinary portland cement) tipe 1 yang memenuhi spesifikasi
SNI 15-2049-2004 dan ASTM C150-2004;
2. Semen portland komposit (PCC, portland composit cement) yang mengandung terak
semen dan gypsum tidak lebih dari 50% dan memenuhi spesifikasi SNI 15-7064-2004;
3. Semen portland biasa (OPC, ordinary portland cement) tipe 3 (semen dengan pengerasan
awal tinggi).
3.4. Air
Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat,
tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
43 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Beton yang digunakan dalam pratekan harus mempunyai kualitas yang baik. Dan
harus mempunyai karakteristik berikut:
2. Ketahanan (durabilitas) dengan permeabilitas yang rendah (angka pori rendah), dengan
kandungan semen minimum dan dicampur, dipadatkan dan dirawat dengan benar.
Sketsa pada Gambar 3.1, menunjukkan suatu distribusi ideal dari harga kuat tekan fc tes
silinder dengan sejumlah sampel dengan menggunakan distribusi probabilitas normal. Sumbu
horizontal menyatakan nilai kuat tekan (compressive strength. Sumbu vertikal menyatakan
jumlah sampel uji untuk suatu kuat tekan tertentu atau dalam statistika disebut juga frekuensi.
Harga rata-rata kuat tekan (mean compressive strength) dinyatakan sebagai fcm. Kekuatan
karakteristik dinyatakan dengan fc (fck untuk benda uji kubus) yaitu nilai dalam sumbu-X di
bawah dimana 5% dari luasan total berada di bawah penurunan kurva. Harga fc (fck) 1.65
kali lebih rendah daripada fcm (fcm = 1.651.65fc' = 1.65fck) , dimana adalah simbol
deviasi standar untuk distribusi probabilitas normal.
Kuat tekan minimum untuk beton pratekan disyaratkan sebagai berikut:
30 MPa untuk sistem post-tensioning, dan
40 MPa untuk sistem pretensioning.
44 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
f ct 0, 33 fc '
Kuat tarik lentur
f cf 0, 6 fc '
dan,
tegangan ijin tarik untuk beton prategang penuh,
f ci 0, 5 fc '
dimana,
fct = kuat tarik langsung dalam N/mm2 (MPa)
fcf = kuat tarik lentur dalam N/mm 2 (MPa)
fci = kuat ijin tarik untuk beton prategang penuh (MPa)
fc = kuat tekan karakteristik uji silinder dalam N/mm2 (MPa)
45 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Modulus elastisitas beton, Ec, nilainya tergantung pada mutu beton, yang terutama
dipengaruhi oleh karakteristik material dan proporsi campuran beton. Namun untuk analisis
perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak
melampaui 60 MPa, atau beton ringan dengan massa jenis yang tidak kurang dari 2000 kg/m3
dan kuat tekan yang tidak melampaui 40 MPa. Harga Ec untuk pembebanan jangka pendek
(short-time loading) yaitu dengan mengabaikan efek rangkak dapat ditentukan sebagai:
E c 4700 fc '
46 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
dengan pertimbangan bahwa kenyataannya harga ini bisa bervariasi 20%. Dimana wc
menyatakan berat jenis beton dalam satuan kg/m3, fc menyatakan kuat tekan beton dalam
satuan MPa, dan Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk beton normal dengan massa jenis
sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh diambil sebesar 4700fc, dinyatakan dalam MPa; atau
ditentukan dari hasil pengujian. Perhatikan bahwa Ec dalam formula diatas adalah untuk
pembebanan jangka pendek dengan mengabaikan efek rangkak.
Daya tahan beton merupakan suatu hal yang sangat penting sehubungan biaya
selama usia pemakaian struktur. Biaya selama usia pakai struktur mencakup biaya awal dan
biaya pemeliharaan dan perbaikan.
Tabel 3.1. Kandungan semen dan f-a-s untuk kondisi bukaan/keterpaparan sedang
Kandungan semen minimum : 300 kg per m3 beton
Rasio air semen maksimum : 0.50
Untuk membatasi susut dan rangka, kandungan semen maksimum sebesar 530 kg per m 3
beton.
Dengan kemajuan teknologi beton, beton mutu tinggi menjadi semakin populer dalam
penerapan pratekan. Beberapa sifat dari beton mutu tinggi adalah:
1. Kekuatan tinggi;
2. Susut dan rangkak minimum;
3. Daya tahan tinggi;
4. Mudah dikerjakan
5. Biaya efektif.
47 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Secara tradisional, beton mutu tinggi berarti beton dengan kekuatan yang tinggi dengan
kandungan semen yang tinggi dan faktor air semen yang rendah. Tetapi kandungan semen
yang lebih banyak menyebabkan retak rangkak plastis dan autogen, dan retak termal.
Beberapa tipe khusus beton kinerja tinggi adalah sbb:
1. Beton mutu tinggi;
2. Beton kelecakan tinggi;
3. Beton kompaksi-sendiri;
4. Beton bubuk reaktif;
5. Beton kadar abu terbang tinggi;
6. Beton tulangan fiber (serat).
Dalam elemen post-tension, beton di sebelah blok angkur (disebut blok ujung/angkur
mati) memperoleh pemusatan tegangan yang tinggi. Tipe beton pada ujung blok-blok boleh
berbeda dari sisa beton lainnya pada elemen. Beton tulangan serat (fiber) digunakan untuk
mengontrol keretakan akibat gaya-gaya pecah. Gambar 3.2, menunjukkan blok-blok ujung
yang dicor secara terpisah dengan beton mutu tinggi.
Gambar 3.3. Variasi nilai tegangan tekan ijin pada saat transfer pratekan (IS 1343)
48 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Gambar 3.4. menunjukkan variasi tegangan tekan ijin untuk kelas-kelas beton yang
berbeda pada kondisi beban layan. Zona 1 menggambarkan lokasi dimana tegangan-
tegangan tekan paling tidak mungkin mengalami peningkatan. Zona 2 menunjukkan lokasi-
lokasi dimana tegangan-tegangan tekan paling mungkin mengalami peningkatan, misalnya
akibat beban-beban transien dari kendaraan yang melewati dek jembatan.
Gambar 3.4. Variasi nilai tegangan tekan ijin pada kondisi beban layan (IS 1343)
Nilai-nilai tegangan ijin komponen lentur pada saat transfer prategang dan pada kondisi beban
layan.
Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang tulangan
tambahan (non-prategang atau prategang) dalam daerah tarik untuk memikul gaya tarik total
dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penampang utuh yang belum retak.
49 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Bila suatu spesimen beton mengalami pembebanan tekan lambat (slow loading), kurva
tegangan regangan bertambah panjang di sepanjang sumbu regangannya dibanding kurva
untuk pembebanan cepat (fast loading). Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
terminologi rangkak. Bila beban ditahan pada suatu tingkat, pertambahan regangan akibat
rangkak akan menyebabkan suatu pergeseran dari kurva pembebanan cepat menjadi kurva
pembebanan lambat (lihat Gbr. 3.5).
Rangkak diukur dengan besarnya regangan yang timbul sebagai tambahan kepada
regangan elastik akibat bekerjanya beban-beban. Bila beban-beban yang bekerja dekat
nilainya dengan beban-beban layan, regangan rangkak meningkat pada suatu tingkat yang
berkurang menurut waktu. Regangan rangkak ultimit ditemukan proporsional terhadap
regangan elastik. Perbandingan regangan rangkak ultimit terhadap regangan elastik disebut
koefisien rangkak Bila tegangan dalam beton kurang dari 1/3 tegangan karakteristiknya,
regangan rangkak ultimit diberikan sebagai,
cr,ult = el
Variasi regangan menurut waktu dibawah tegangan tekan aksial konstan ditunjukkan dalam
Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Variasi regangan berdasarkan waktu untuk beton yang mengalami kompresi
50 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Bila beban dihilangkan, regangan elastik pulih dengan seketika. Namun regangan elastik
pemulihan kurang dari regangan elastik awal karena bertambahnya modulus elastik sesuai
usia. Terdapat pengurangan regangan akibat pemulihan rangkak yang nilainya kurang dari
regangan rangkak. Ada sejumlah regangan sisa yang tidak dapat dipulihkan (Gbr. 3.7).
Gambar 3.7. Variasi regangan menurut waktu menunjukkan efek penghilangan pembebanan
Regangan rangkak bergantung pada beberapa faktor dan meningkat sejalan dengan
peningkatan variabel-variabel berikut:
1. Kandungan semen (rasio pasta semen terhadap agregat)
2. Rasio air semen
3. Kandungan udara (gelembung udara)
4. Temperatur sekeliling
7 hari 2.2
28 hari 1.6
1 tahun 1.1
Dari tabel terlihat bahwa bila strukturnya dibebani pada usia 7 hari, maka koefisien rangkak
bernilai 2.2, yang berarti bahwa regangan rangkak besarnya 2.2 kali regangan elastik. Dengan
demikian regangan total adalah lebih dari tiga kali regangan elastik. Olah karena itu, perlu
mengkaji efek rangkak dalam kehilangan pratekan dan defleksi dari elemen lentur pratekan.
Bahkan bilamana struktur dibebani pada umur 28 hari, regangan rangkak tetap substansial.
Hal ini mengimplikasikan kehilangan pratekan dan defleksi yang lebih besar.
51 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
keterangan :
t = waktu setelah pembebanan [hari]
Cu = koefisien rangkak maksimum
Khc = faktor pengaruh kelembaban relatif udara setempat [H (%)]
Kdc = faktor pengaruh ketebalan komponen beton [d (cm)]
Ksc = faktor pengaruh konsistensi (slump) adukan beton [s (cm)]
Kfc = faktor pengaruh kadar agregat halus dalam beton [F (%)]
Kacc = faktor pengaruh kadar udara dalam beton [AC (%)]
Ktoc = faktor pengaruh umur beton saat dibebani [to (hari)]
Besaran faktor-faktor Khc, Kdc, Ksc, Kfc, Kacc, dan Ktoc dapat diambil dari grafik-grafik
pada Gambar 3.8.
Namun demikian bila tidak dilakukan suatu perhitungan rinci seperti yang
dirumuskan dalam persamaan (1) sampai (4), atau bila dianggap memang tidak
dibutuhkan suatu perhitungan rinci yang sebagaimana disebutkan di atas, maka
dalam asumsi pada suatu kondisi yang standar, nilai koefisien rangkak maksimum
Cu bisa diambil secara langsung dari Tabel 3.3 di bawah ini.
Dalam hal ini, yang disebut sebagai suatu kondisi standar adalah:
- Kelembaban relatif udara setempat H = 70 %
- Ketebalan minimum komponen beton d = 15 cm
- Konsistensi (slump) adukan beton s = 7,5 cm
- Kadar agregat halus dalam beton F = 50 %
- Kadar udara dalam beton AC = 6 %.
Tabel 3.3. Koefisien standar rangkak beton sebagai tambahan regangan jangka panjang
52 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
53 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Regangan susut seperti halnya regangan rangkak bergantung pada beberapa faktor
dan meningkat sejalan dengan peningkatan variabel-variabel berikut:
1. Temperatur sekitar
2. Gradien (tinggi rendahnya) temperatur dalamelemen
3. Rasio air semen (f-a-s)
4. Kandungan semen
Dimana, t adalah usia (hari) pada saat transfer. Untuk sistem post-tensioning, t adalah usia
(hari) pada saat transfer prategang yang mendekati waktu perawatan.
Dapat diamati bahwa dengan bertambahnya umur pada saat transfer prategang,
regangan susut mengecil. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa perawatan beton yang
cukup dan menunda penerapan pembebanan akan menghasilkan keuntungan jangka
panjang yang berhubungan dengan daya tahan dan kehilangan prategang.
Susut dalam peraturan beton Indonesia dimuat dalam SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.8
yang kutipannya tersebut dibawah ini,
54 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
dengan pengertian :
cs.t = nilai regangan susut beton pada umur t hari, dan
cs.u = nilai susut maksimum beton, yang besarnya bisa diambil sebagai:
cs = Khs.Kds.Kss.Kfs.Kbs.Kacs (3)
keterangan :
t = umur beton yang dirawat basah di lokasi pekerjaan, terhitung sejak 7 hari
setelah pengecoran [hari]
Khs = faktor pengaruh kelembaban relatif udara setempat [H (%)]
Kds = faktor pengaruh ketebalan komponen beton [d (cm)]
Kss = faktor pengaruh konsistensi (slump) adukan beton [s (cm)]
Kfs = faktor pengaruh kadar agregat halus dalam beton [F (%)]
Kbs = faktor pengaruh jumlah semen dalam beton [C (kg/m3)]
Kacs = faktor pengaruh kadar udara dalam beton [AC (%)].
Besaran faktor-faktor Khs, Kds, Kss, Kfs, Kbs, dan Kacs dapat diambil dari grafik-grafik
pada Gambar 3.10.
55 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Perdarahan (bleeding) adalah suatu bentuk tertentu segregasi dimana sejumlah air keluar ke
permukaan beton, sebagai dampak dari air memiliki gravitasi jenis yang terkecil diantara
material yang digunakan. Perdarahan yang berlebihan umumnya disebabkan oleh campuran
yang terlalu basah (kandungan air terlalu banyak), proporsi campuran jelek atau proses
pencampuran yang tidak baik.
1) Grout harus terdiri dari semen portland dan air; atau semen portland, pasir, dan air.
2) Bahan untuk grout yaitu semen portland, air, pasir dan bahan-tambahan yang boleh
digunakan, harus memenuhi ketentuan yang berlaku dalam pasal 5. Bahan-
tambahan yang boleh digunakan adalah yang telah diketahui tidak memiliki
pengaruh buruk terhadap bahan grout, baja, atau beton. Bahan tambahan yang
mengandung kalsium klorida tidak boleh dipergunakan.
3) Pemilihan proporsi grout:
(1) Proporsi bahan untuk grout harus didasarkan pada salah satu ketentuan
berikut:
a) Hasil pengujian pada grout yang masih segar dan yang sudah mengeras
yang dilaksanakan sebelum pekerjaan grout dimulai, atau
b) Catatan pengalaman sebelumnya dengan bahan dan peralatan yang serupa
dan pada kondisi lapangan yang sebanding.
(2) Semen yang digunakan untuk pekerjaan harus sesuai dengan jenis semen
yang digunakan dalam penentuan proporsi grout.
(3) Kandungan air haruslah merupakan nilai minimum yang cukup untuk menjamin
tercapainya pelaksanaan pemompaan grout dengan baik, tetapi nilai rasio
berat air-semen tidak boleh melampaui 0,45.
(4) Penurunan kemampuan alir grout akibat penundaan pelaksanaan grouting tidak
boleh diatasi dengan penambahan air.
4) Pengadukan dan pemompaan grout
(1) Grout harus diaduk dalam alat yang mampu untuk mencampur dan beragitasi
Secara menerus sehingga akan menghasilkan distribusi bahan yang merata
dan seragam. Selanjutnya, adukan dilewatkan melalui saringan, dan kemudian
dipompa sedemikian hingga akan mengisi selongsong tendon secara penuh.
56 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
(2) Suhu komponen struktur pada saat pelaksanaan grout harus di atas 2 C dan
Harus dijaga agar tetap diatas 2 C hingga kubus grout ukuran 50 mm yang
dirawat di lapangan mencapai suatu kuat tekan minimum sebesar 6 MPa.
(3) Selama pengadukan dan pemompaan, suhu grout tidak boleh lebih tinggi dari
30 C.
Kawat (Wires)
Sebuah kawat prategang adalah suatu satuan tunggal yang terbuat dari baja. Dalam beton
prategang kawat tunggal hanya untuk aplikasi sistem pretensioning (slab pracetak). Diameter
nominal kawat adalah 2.5, 3.0, 4.0, 5.0, 7.0, 8.0, 10.0 mm. Tipe-tipe kawat sbb:
1. Kawat polos (plain wire) : tanpa lekukan permukaan
2. Kawat lekuk (indented wire) : terdapat lekukan melingkar atau elips pada permukaan.
(Kawat berlekuk)
(Untaian 3-Kawat)
57 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
(Kawat polos)
(Kawat berlekuk)
(Kawat terpuntir)
(Untaian 2 kawat)
(Untaian 7 kawat)
(Untaian 19 kawat)
(batang bulat)
[Dywidag]
Strand (untaian) 19 kawat [21.6 21.8 mm] Strand 3 kawat [9.0 mm] Kawat tunggal berlekuk
58 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Spesifikasi Strand Baja 7-Kawat (Strand Prategang yang Paling Sering Dipakai)
Aplikasi :
The seven-wire, uncoated steel strand is
used in pretensioned and post-tensioned
prestressed concrete construction such as:
Bridges, Ground Anchors, Building
Construction, Water Tanks, Hollow Core
& Reinforcement Applications.
Standards :
These steel strands are produced in
conformity with the following standards:
- BS 5896
- ASTM A 416
- ASTM A 779
- ISO 6934
- clients's specifications
Jangkauan produksi :
Diameter Nominal Tegangan
Tarik
Standar Tipe Strand
mm inch Nominal.
N/mm
9,30 3/8 1770
11,00 7/16 1770
7-kawat standar
12,50 1/2 1770
15,20 6/10 1670
BS (British 8,00 5/16 1860
Standard) 9,60 3/8 1860
5896Relaxation 7-kawat super 11,30 7/16 1860
class 2 12,90 1/2 1860
15,70 6/10 1770
12,70 1/2 1860
7-kawat
15,20 6/10 1820
ditarik
18,00 7/10 1700
7,90 5/16 1725
9,50 3/8 1725
Grade 1725 11,10 7/16 1725
12,70 1/2 1725
ASTM A 15,20 6/10 1725
416Low
relaxation 9,53 3/8 1860
11,11 7/16 1860
Grade 1860 12,70 1/2 1860
15,24 6/10 1860
17,78 7/10 1860
Relaksasi :
Strand relaksasi rendah dengan maksimum kehilangan relaksasi 2.5% sesudah 1000 jam di bawah pembebanan
awal 70% dari beban putus aktual..
Gambar 3.11. Strand 3-kawat, dan Strand 7-kawat dengan 5 variasi diameter (a), dan (b) diagram
tegangan-regangan baja tulangan konvensional dan baja prategang.
59 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Gambar 3.12. a-b. Slab Post-tension, acuan, angkur, dongkrak, pasak (wedge) dan tendon
Tendon
Suatu kelompok strand atau kawat-kawat ditempatkan bersama membentuk sebuah tendon
prategang. Tendon digunakan dalam sistem post-tension. Gambar 3.13 menunjukkan
potongan melintang sebuah tendon. Untaian-untaian kawat (strands) diletakkan di dalam
sebuah pipa (duct) atau saluran yang dapat diisi penuh dengan injeksi semen (grout) sesudah
penarikan post-tension selesai.
(a) (b)
Gambar 3.13. a-c. Potongan melintang sebuah tendon (a), dan (b) selubung/pipa (duct) tendon
Jenis-jenis tendon yang sering digunakan untuk beton prategang pada sistem pretension
adalah seven-wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu bundel kawat terdiri dari
7 buah, sedangkan single wire terdiri dari kawat tunggal. Sedangkan untuk beton prategang
60 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
dengan sistem post-tension sering digunakan tendon monostrand, batang tunggal, multi-wire
dan multi-strand. Untuk sistem post-tension method ini tendon dapat bersifat bonded (dimana
saluran kabel diisi dengan material grouting) dan unbonded saluran kabel diisi dengan minyak
gemuk atau grease.
Kabel
Kelompok tendon membentuk sebuah kabel prategang. Kabel prategang umumnya digunakan
pada konstruksi jembatan.
Batang (Bar)
Sebuah tendon dapat dibuat dari batang baja tunggal. Diameter sebuah batang baja jauh lebih
besar dari sebuah kawat. Batang-batang baja tersedia dalam ukuran berikut: 10, 12, 16, 20,
22, 25, 28 dan 32 mm. Batang baja umumnya digunakan untuk sistem pretensioning.
Baja Prategang
Baja Tulangan Non-Prategang
Gambar 3.15. Bentuk-bentuk penulangan dan baja prategang (batang, kawat, strand)
61 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Perlakuan dingin (cold working) dibuat dengan cara menarik batang-batang melalui
serangkaian pencelupan. Hal ini menyusun kembali kristal-kristal dan meningkatkan kekuatan.
Pengerasan Regangan untuk Relaksasi Rendah (Strain Tempering for Low Relaxation)
Proses ini dibuat dengan dengan cara memanaskan strand hingga sekitar 3500C
sementara baja dalam keadaan ditarik. Hal ini memperbaiki perilaku tegangan- regangan baja
dengan mengurangi deformasi plastis sesudah permulaan luluh. Sebagai akibatnya relaksasi
direduksi.
Gambar 3.16.a. Uji kuat tarik spesimen kawat prategang. Permulaan pengujian.
62 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Gambar 3.16.b. Uji kuat tarik spesimen kawat prategang. Putusnya kawat.
Kuat tarik minimum untuk berbagai tipe kawat diberikan pada Tabel 3.5.a c.
Tegangan terbukti harus tidak kurang daripada 85% dari tegangan tarik yang diberikan.
Tegangan terbukti harus tidak kurang dari 75% dari tegangan tarik yang diberikan.
Tegangan terbukti harus tidak kurang daripada 85% dari tegangan kuat tarik yang diberikan.
Untuk batang (bar) baja kekuatan tinggi, tegangan tarik minimum adalah 980 N/mm 2.
Tegangan bukti (proof stress) harus tidak boleh kurang dari 80% dari tegangan tarik yang
diberikan.
63 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Tegangan tarik maksimum selama penarikan (fpi) tidak boleh melebihi 80% kekuatan
karakteristik fpk.
Tidak ada batas atas tegangan pada saat transfer (sesudah kehilangan jangka pendek) atau
untuk prategang efektif (sesudah kehilangan jangka panjang).
Gambar 3.17. Tegangan terbukti yang berhubungan dengan regangan nonelastik 0.002
Karakteristik kurva tegangan regangan diberikan pada Gambar 3.18. Tegangan yang
berhubungan dengan suatu regangan dapat ditemukan dengan menggunakan kurva-kurva di
bawah ini.
64 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Kurva desain tegangan-regangan dihitung dengan cara membagi tegangan diantara 0.8fpk
dengan suatu faktor keamanan material m = 1.15. Gambar 3.20 di bawah ini menunjukkan
kurva tegangan-regangan desain dan kurva karakteristik.
Tegangan ijin baja prategang dalam peraturan beton Indonesia dimuat dalam SNI 03-
T12-2004 pasal 4.4.3, yang kutipannya tersebut dibawah ini,
65 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
- Akibat gaya penjangkaran tendon, sebesar 0,94 fpy tetapi tidak lebih besar dari
0,85 fpu atau nilai maksimum yang direkomendasikan oleh fabrikator pembuat tendon
prategang atau jangkar.
- Sesaat setelah transfer gaya prategang, boleh diambil sebesar 0,82 fpy, tetapi tidak
lebih besar dari 0,74 fpu.
4.4.3.3 Modulus elastisitas
Modulus elastisitas baja prategang, Ep, bisa diambil sebesar:
- untuk kawat tegang-lepas : 200 x 103 MPa;
- untuk strand tegang-lepas : 195 x 103 MPa;
- untuk baja ditarik dingin dengan kuat tarik tinggi : 170 x 103 MPa;
- ditentukan dari hasil pengujian.
4.4.3.4 Lengkung tegangan-regangan
Lengkung tegangan-regangan baja prategang ditentukan dari hasil pengujian.
4.4.3.5 Relaksasi baja prategang
Relaksasi baja prategang harus diperhitungkan pada tiap umur dan tahapan
penegangan, dari kondisi kawat baja, strand, dan batang-batang baja prategang yang
berprilaku relaksasi rendah, sesuai dengan hasil pengujian.
4.5 Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan
4.5.1 Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Untuk besaran beban dan kombinasi pembebanan, diambil mengacu kepada Standar
Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya.
4.5.2 Faktor reduksi kekuatan
Faktor reduksi kekuatan diambil dari nilai-nilai berikut:
- Lentur .......................................................................................................... 0,80
- Geser dan Torsi ........................................................................................... 0,70
- Aksial tekan
* dengan tulangan spiral ................................................................................ 0,70
* dengan sengkang biasa ............................................................................... 0,65
- Tumpuan beton ............................................................................................ 0,70
66 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Relaksasi Baja
Relaksasi baja didefinisikan sebagai penurunan tegangan seiring berjalannya waktu
dibawah regangan konstan. Sehubungan relaksasi baja, gaya prategang di dalam tendon
berkurang menurut waktu. Oleh karena itu, kajian tentang relaksasi merupakan suatu yang
penting dalam beton pratekan guna menghitung kehilangan pratekan. Relaksasi bergantung
pada tipe baja, tegangan prategang awal dan temperatur. Gambar di bawah ini menunjukkan
efek relaksasi berkaitan dengan kondisi pembebanan yang berbeda.
Gambar 3.21. Efek relaksasi berkaitan dengan tipe-tipe pembebanan yang berbeda
Gambar 3.22, menunjukkan variasi tegangan terhadap waktu untuk tingkat prategangan yang
berbeda. Dalam gambar ini, tegangan seketika (fp) dinormalkan dengan mengacu kepada
prategang awal (fpi) dalam ordinat. Kurva-kurva diberikan untuk nilai-nilai yang berbeda fpi/fpy,
dimana fpy adalah tegangan luluh.
Gambar 3.22. Variasi tegangan terhadap waktu untuk tingkat prategangan yang berbeda
67 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Dapat diamati bahwa terdapat kehilangan akibat relaksasi yang signif ikan
pada saat tegangan yang diberikan nilainya lebih dari 70% dari tegangan
luluh. Gambar 3.23.a - b, menunjukkan pelaksanaan tes relaksasi baja prategang.
Apabila tidak tersedia data, nilai-nilai dalam tabel di bawah ini dapat digunakan untuk mem-
perkirakan kehilangan relaksasi.
68 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Tabel 3.8. Kehilangan Relaksasi pada 1000 Jam dengan Temperatur 270C.
Kelelahan Material
Dibawah pembebanan dinamik berulang kali, kekuatan elemen dapat berkurang
dengan jumlah siklus penerapan beban. Reduksi kekuatan yang sedemikian disebut
kekelahan atau fatique. Dalam aplikasi prategang, kelelahan elemen mendekati nihil untuk
kondisi dimana tidak terdapat keretakan dalam kondisi beban layan. Apabila suatu elemen
mengalami keretakan, maka kelelahan harus diperhitungkan dalam kaitannya dengan
tegangan tinggi dalam baja di dekat lokasi retak. Suatu contoh dites pada siklus beban 2 x
106 untuk mengamati fenomena kelelahan. Untuk baja, uji kelelahan dilaksanakan guna
memperoleh diagram tegangan vs jumlah siklus kegagalan (Stress vs Number of Cycles
diagram). Dibawah suatu nilai tegangan yang terbatas, spesimen dapat menahan jumlah
siklus pembebanan tak terhingga. Limit (batas) ini disebut limit daya tahan.
Elemen prategang didesain sedemikian rupa sehingga tegangan baja dalam kondisi
beban layan tetap dipertahankan di bawah limit daya tahan tersebut. Gambar
3.24,memperlihatkan suatu rancangan pengujian kelelahan (fatique) untuk strand.
Ketahanan (Durabilitas)
Baja prategang rentan terhadap korosi tegangan dan perapuhan hidrogen dalam
lingkungan agresif. Oleh karena itu baja pratekan perlu diproteksi dengan baik. Untuk tendon
terekat, lingkungan basah bahan injeksi memberikan proteksi yang kuat. Untuk tendon tak-
terekat (unbonded), proteksi korosi diberikan melalui satu atau lebih metoda di bawah ini:
69 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
Gambar 3.26. Strand yang dibungkus minyak gemuk (grease) dan diselubungi (sheathing)
Strand digalvanis
Gambar 3.27. Strand yang dilapisi (coating) epoksi hitam, epoksi putih, strand galvanis
dan strand polos.
70 Y. Soleman, 2011
Material Beton Pratekan
71 Y. Soleman, 2011