S DENGAN APENDIKSITIS DI
Oleh:
Kelompok 5
BOJONEGORO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
LAMONGAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Perceptor Akademik, Perceptor Klinik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkkan kepada Rasul Muhammad SAW.
Dari keteladanannya kita mendapatkan nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi
dengan secara manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
ii
Penulisan asuhan keperawatan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memeneuhi tugas stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
program studi Ners dan penelitiannya bertujuan untuk mengetahui, menganalisa
suatu asuhan keperawatan yang diangkat dalam penyusunanan asuhan
keperawatan ini dan mengambil manfaat dari hasil kesimpulannya.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . i
LEMBAR PENGESAHAN .. ii
iii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI .. iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat . 3
2.1 Definisi . 4
2.2 Etiologi . 4
2.4 Klasifikasi 6
2.5 Patofisiologi . 7
2.6 Pathway . 9
2.8 Komplikasi 10
2.9 Penatalaksanaan 11
3.1 Pengkajian 17
iv
3.4 Intervensi Keperawatan .. 27
BAB 5 PENUTUP .. 40
DAFTAR PUSTAKA . 41
LAMPIRAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika Serikat
Amerika memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara
Apabila di rata-rata apendiksitis 1,1 kasus per 1000 orang pertahun di Amerika
Menurut data yang diperoleh dari rekam medis di ruang rawat inap
bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan pada tahun 2013 dari bulan Januari
sampai Desember sebanyak 126 orang (100%). Pada tahun 2014, bulan
1
apendiksitis meliputi pasien apendiksitis akut (86%), apendiksitis infiltrate
24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 0C
atau lebih tinggi, penampilan toksik (pasien tampak sakit), dan nyeri tekan
1.3 Tujuan
2
1.3.2 Tujuan Khusus
apendiksitis
1.4 Manfaat
3
BAB 2
2.1 Definisi
Apendiksitis merupakan terjadinya inflamasi atau peradangan pada
sering didahului oleh obstruksi lumen apendiks oleh jaringan limfoid atau
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
paling sering pada penyakit bedah abdomen mayor. Fatal bila tidak
2.2 Etiologi
Terjadinya apendiksitis akut umumnya belum diketahui. Namun
obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks
ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekolit),
tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan
sebagai berikut:
4
a. Benda asing
b. Neoplasma
c. Ulserasi mukosa
d. Massa feses
e. Striktur
f. Ingesti barium.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi apendiksitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai
5
terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan
rangsangan local seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc. Burney,
2.5 Patofisiologi
Apendiksitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekolit. Penjelasan ini sesuai dengan
6
serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari apendiksitis,
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangrene.
perforasi yang terjadi di bungkus oleh omentum, abses local akan terjadi.
Ulserasi mukosa memicu inflamasi yang secara temporer akan
Tekanan dalam apendiks yang kini mengalami distensi akan meningkat dan
(Kowalak, 2011).
2.6 Pathway
APENDICITIS
Tekanan intraluminal () 7
Mual dan muntah Aliran darah terganggu Menghambat aliran limfe
Lemas Nafsu makan Ulserasi dan invasi bakteri Gangrene dan perforasi
menurun pada dinding apendiks
MK. Anoreksia Ke peritoneum: Trombosis pada vena
MK. Nutrisi peritonitis intraluminal
Intoleransi Pembengkakan dan iskemi
kurang dari
Aktivitas kebutuhan Tindakan apendictomy
tubuh Terputusnya kontinuitas jaringan
Kurang pengetahuan tentang
tindakan operasi Luka post op Kontak dengan lingkungan
MK. Ansietas Kebersihan luka tidak adekuat
MK. Nyeri Imun menurun
2.7 Pemeriksaan Penunjang akut
(Sumber: Kowalak, 2011)
1. Laboratorium: MK. Resiko tinggi Infeksi
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).
apendiks.
b. CT-Scan : Pada pemeriksaan CT-Scan ditemukan bagian yang
2.8 Komplikasi
Komplikasi apendiksitis dapat meliputi:
1. Infeksi luka operasi
2. Infeksi intraabdomen
3. Fistula fekal
4. Obstruksi usus (intestinal)
5. Hernia insisional
6. Peritonitis
7. Kematian (Kowalak, 2011).
2.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan diindikasikan bila diagnose apendisitis telah ditegakkan.
8
2. Antibiotik dan cairan iv diberikan sampai pembedahan dilakukan.
3. Analgesik diberikan setelah diagnose ditegakkan.
4. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
dengan teknik bedah laparoskopi. Pada tindakan ini akses yang dibutuhkan
lubang akses.
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana
sign).
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semaik bertambah bila
apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan
inflamasi.
9
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
menurun.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang
TTV dalam batas normal, Skala nyeri berkurang menjadi nyeri ringan (1-3).
Intervensi Rasional
1. Jelaskan pada pasien tentang Informasi yang tepat dapat
penyebab nyeri. menurunkan tingkat kecemasan
pasien dan menambah pengetahuan
pasien tentang nyeri.
2. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan Mengetahui sejauh mana tingkat
karakteristik nyeri. nyeri dan memberikan tindakan
selanjtnya.
3. Ajarkan teknik tarik napas Merileksasikan otot-otot dan
dalam. mengurangi nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis Sebagai profilaksis untuk dapat
untuk pemberian analgesic. menghilangkan rasa nyeri.
Intervensi Rasional
10
1. Pantau asupan nutrisi dan Dapat membantu dalam mengontrol
keadaan umum pasien. asupan kebutuhan nutrisi yang
adekuat dan mengetahui
perkembangan pasien.
2. Anjurkan pasien makan sedikit Dapat membantu pemenuhan
tapi sering. kebutuhan nutrisi pasien saat pasien
mual muntah dan nafsu makan
menurun.
3. Anjurkan pasien makan selagi Makanan dalam kondisi hangat dapat
hangat. meningkatkan nafsu makan pasien.
4. Jelaskan pentingnya makanan Pengetahuan tentang pentingnya
dalam proses penyembuhan. makanan dalam proses
penyembuhan dapat memotivasi
pasien untuk meningkatkan nafsu
makan.
5. Kolaborasi dengan tim ahli gizi Membantu meningkatkan
untuk pemberian diit. pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
11
5. Kolaborasi dengan ahli Berguna dalam pembuatan aktivitas
fisioterapi untuk melatih pasien. program latihan mobilisasi.
TTV dalam batas normal (N: 60-90 x/menit, TD: 100-120/60-90 mmHg,
Intervensi Rasional
1. Pantau kondisi luka post op. Dapat mengetahui adanya tanda-
tanda infeksi (kalor, dolor, rubor,
tumor, fungsio lasea.
2. Pantau tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital dalam batas
normal dapat menunjukkan kondisi
umum pasien.
3. Lakukan perawatan luka setiap 2 Pemberian tindakan perawatan pada
hari sekali. luka dapat membantu mempercepat
penyembuhan luka serta mencegah
terjadinya infeksi karena luka yang
kotor.
4. Kolaborasi dengan tim medis: Pemberian antibiotic berfungsi
Pemberian antibiotic.
dalam melemahkan kuman penyebab
infeksi dalam tubuh.
apendictomy.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama x 24 jam ansietas pasien
berkurang.
12
Kriteria Hasil: wajah rileks, pasien mampu mengontrol cemas, TTV
Intervensi Rasional
1. Pantau tingkat kecemasan Dapat memberikan acuan rencana
pasien. tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
2. Pantau tanda-tanda vital pasien. Tanda-tanda vital dalam batas
normal dapat menunjukkan kondisi
umum pasien.
3. Berikan penjelasan tentang Pengetahuan yang baik tentang
pembedahan yang akan tindakan yang akan dilakukan dapat
dilakukan. mengurangi kecemasan.
4. Motivasi pasien untuk Membantu pasien berpikir positif
mengontrol kecemasan dengan dapat mengurangi kecemasan pasien.
berpikir positif.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN APENDIKSITIS DI RUANG TERATAI RSUD DR.
SOEGIRI LAMONGAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
13
Suku Bangsa : Jawa-Indonesia
Alamat : Sugio-Lamongan
Penanggung Jawab : Dwi Joko
2. Keluhan Utama
Nyeri pada area luka operasi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada area luka operasi pada perut bagian kanan
penyakit hepatitis.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang pernah memiliki sakit seperti
dirinya. Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat diabetes dan hipertensi.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Garis Perkawinan
: Garis keturunan
: tinggal 1 rumah
: garis kedekatan
Pola Komunikasi: komunikasi pasien dengan keluarga baik dan selalu
mendapat feedback.
Pola pengambilan keputusan: pengambilan keputusan diambil dengan
musyawarah keluarga.
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan cemas dengan sakit yang sedang dialami.
b. Kebersihan Diri:
14
Di rumah: pasien mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
harus bedrest.
d. Rekreasi: Pasien tidak pernah berlibur selama sakit.
e. Olahraga: Pasien tidak pernah olahraga saat sakit.
7. Pola Istirahat dan Tidur
Di rumah: pasien jarang tidur siang, tidur malam jam 22.00-05.00 (8 jam).
Di rumah sakit: Pasien tidur siang 12.00-14.00 WIB dan malam jam
seperti biasa.
9. Pola Koping
Dalam menghadapi penyakitnya pasien mengatakan pasrah dan
tua.
12. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam, dan menjalankan sholat 5 waktu
dirumah. Tapi selama di rumah sakit pasien tidak bias menjalankan sholat
5 waktu karena kondisinya yang baru selesai operasi dan selalu merasa
15
- Gejala (Subyektif): Dypsnea (-), pasien mengatakan tidak memiliki
simetris, penggunaan otot bantu napas (-), batuk (-), sputum (-),
simetris.
b. B2 (Blood)
- Gejala (Subyektif): pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
jantung lup dup, suhu= 36,90C, CRT <2 detik, membrane mukosa
kiri.
N4 (troklearis) = bola mata dapat memutar dengan normal.
N5 (trigeminus) = normal (dapat merasakan sentuhan kulit)
N6 (Abdusen) = normal (dapat menggerakkan bola mata)
N7 (Fasialis) = Normal (dapat merasakan manis dan asin)
N8 (Vestibulokoklearis) = normal (dapat mendengar dengan baik)
N9 (Glosofaringeus) = tidak ada gangguan menelan
N10 (Vagus) = dapat merasakan pahit
N11 (aksesorius) = dapat mengangkat kedua kaki
N12 (hipoglosus) = lidah dapat bergerak ke kiri dan ke kanan
penyakit ginjal.
16
- Tanda (Obyektif): pasien terpasang dower kateter dengan urine
kemih (-).
e. B5 (Bowel)
- Gejala (Subyektif): pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
makan habis 2 sendok bubur halus, tidak ada nyeri ulu hati, tidak
kekuatan otot
5 5
5 5
Keterangan:
0 = tidak ada kontraksi otot
1 = teraba getaran kontraksi otot
2 = menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
3 = menggerakkan anggota gerak menahan gravitasi
4 = sendi aktif dan melawan tahanan
5 = kekuatan otot normal.
g. Integumen
- Gejala (Subyektif): Pasien tidak ada keluhan pada kulit.
- Tanda (Obyektif): terdapat lesi insisi post op apendiktomy pada
jaundice (-).
17
Hasil
No. Jenis Pemeriksaan Metode Normal
Pemeriksaan
ELEKTROLIT ISE
1. Clorida serum ISE 98 94-111 meg/L
2. Kalium serum ISE 4.0 3,8-5,0 meq/L
3. Natrium serum ISE 133 136-144 meq/L
FAAL GINJAL
1. Serum kreatinin Jaffe 0,91 0,50-1,10
2. Urea Bartelot 17 10-50 mg/dl
FAAL HATI
1. SGOT IFCC 34 <37 u/L
2. SGPT IFCC 51 <39 u/L
GLUKOSA DARAH
1. Glukosa darah acak Hexokinase 102 <200 mg/dl
HEMATOLOGI ANALYZER
1. Hemoglobin DC Detection 13,3 L= 13,2-17,3 g/dl
P= 11,7-15,5 g/dl
2. Leukosit Flowcytometri 11.900 L= 3800-10600/uL
P= 3600-11000/uL
3. LED Westergren 85-100 10-20 /jam
4. Diff count Slide 0-0-0-90-10-0 2-4/0-1/50-70/25-
40/2-8
5. PVC Flowcytometri 37,4 L= 40-52%
P= 35-47%
6. Trombosit Flowcytometri 365.000 150000-440000/uL
15. Terapi
18
Vicilin 2x1500 mg
Metronidazol 2x500 mg
Ranitidin 2x50 mg
19
Diagnosa Medis : Apendiksitis Ruangan : Teratai
20
3. Pasien tampak 4. Ajarkan pasien dan
rileks. keluarga tentang Mengajarkan manfaat mobilisasi
4. TTV dalam batas manfaat mobilisasi dini pada keluarga dan pasien dapat
normal: dini. memotivasi pasien untuk
N: 60-90 x/menit melakukan mobilisasi dini.
TD: 100-120/60- 5. Kolaborasi dengan
90 mmHg. tim medis: Santagesik salah satu analgesic
S: 36,5-37,5 0C - Pemberian yang mengandung metamizole Na
RR: 16-24 x/mnt. santagesik 3x1 yang menghambat sintesis
gram. prostaglandin sehingga
merilekskan otot polos sehingga
nyeri berkurang.
2. Tujuan: Setelah 1. Pantau asupan nutrisi Dapat membantu dalam mengontrol
dilakukan asuhan dan keadaan umum asupan kebutuhan nutrisi yang
keperawatan selama pasien. adekuat dan mengetahui
3x24 jam diharapkan perkembangan pasien.
kebutuhan nutrisi
2. Anjurkan pasien Dapat membantu pemenuhan
pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil: makan sedikit tapi kebutuhan nutrisi pasien saat pasien
1. Nafsu makan sering. mual muntah dan nafsu makan
meningkat. menurun.
2. Makan habis 1 3. Anjurkan pasien Makanan dalam kondisi hangat
porsi. makan selagi hangat. dapat meningkatkan nafsu makan
3. Tidak ada mual pasien.
dan muntah.
4. Jelaskan pentingnya
Pengetahuan tentang pentingnya
makanan dalam
makanan dalam proses
proses penyembuhan.
penyembuhan dapat memotivasi
pasien untuk meningkatkan nafsu
makan.
5. Kolaborasi dengan
tim ahli gizi untuk Membantu meningkatkan
pemberian diit bubur pemenuhan kebutuhan nutrisi
halus. pasien.
21
pada area luka rencana tindakan selanjutnya.
post op.
2. Leukosit dalam 3. Lakukan perawatan Pemberian tindakan perawatan pada
batas normal. luka setiap 2 hari luka dapat membantu mempercepat
3. TTV dalam batas sekali. penyembuhan luka serta mencegah
normal: terjadinya infeksi karena luka yang
N: 60-90 x/menit kotor.
TD: 100-120/60-
90 mmHg. 4. Kolaborasi dengan Vicilin golongan obat antibiotic
S: 36,5-37,5 0C tim medis: yang mengandung ampicillin
RR: 16-24 x/mnt. Pemberian vicilin
sodium dan sulbactam sodium yang
2x1500 mg,
bekerja untuk mengganggu
metronidazole 2x500
produksi dinding sel bakteri
mg.
sehingga dapat mencegah infeksi.
Metronidazole golongan obat
antibiotic untuk mencegah infeksi
yang disebabkan kuman anaerob.
3.5 Implementasi Keperawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S No. RM : 2487xx
Diagnosa Medis : Apendiksitis Ruangan : Teratai
No. Hari, Tanggal Implementasi
Respon Hasil Paraf
Dx dan Jam Keperawatan
1. Selasa, 07.30 Memantau keadaan S: Px. Mengatakan lemas dan
24/10/17 umum pasien dan nyeri pada sekitar luka operasi,
reassessment nyeri. seperti ditusuk-tusuk dan
terasa saat digunakan
bergerak.
O: Skala nyeri 5, wajah
08.00 tampak meringis.
Memantau tanda-tanda
S: Px. Mengatakan tidak
vital
pusing.
O: TD: 120/90 mmHg,
S: 36,90C, RR: 20 x/menit,
08.30 N: 84 x/menit, CRT<2 dtk.
Kolaborasi dengan tim
S: Px merasa nyeri saat
medis: Memberikan
diinjeksi.
santagesik. O: Santagesik 3x1g melalui iv
11.00 bolus. Wajah rileks.
Memberikan terapi
S: Px mengerti intruksi
mobilisasi dini.
perawat.
O: Px mengikuti intruksi
perawat sampai selesai, wajah
11.15
Mengajarkan pasien tampak rileks.
22
dan keluarga tentang S: Px paham.
manfaat mobilisasi O: Pasien menganggukkan
13.00 dini. kepala.
Memantau keadaan
umum pasien dan S: Px. Mengatakan lemas dan
reassessment nyeri. nyeri pada sekitar luka operasi,
seperti ditusuk-tusuk dan
terasa saat digunakan
bergerak.
O: Skala nyeri 5, wajah
tampak meringis.
23
area luka post op, tidak ada
massa area luka, tidak ada
09.15 distended abdomen, nyeri (+).
Melakukan perawatan S: px mau dilakukan rawat
luka post op. luka.
O: luka post op 5 cm dengan
jahitan 5 simpul, pus sedikit,
darah sedikit. Luka bersih.
1. Rabu, 07.30 Memantau keadaan S: Px. Mengatakan lemas dan
25/10/17 umum pasien dan nyeri sudah mulai berkurang
reassessment nyeri. terasa saat digunakan
bergerak, hilang timbul.
O: Skala nyeri 5, wajah
08.00 tampak meringis.
Memantau tanda-tanda S: Px. Mengatakan tidak
vital pusing.
O: TD: 110/90 mmHg,
S: 36,80C, RR: 20 x/menit,
08.30 N: 86 x/menit, CRT<2 dtk.
Kolaborasi dengan tim S: Px merasa nyeri saat
medis:Memberikan diinjeksi.
Santagesik. O: Santagesik 3x1g melalui iv
11.00 bolus. Wajah rileks.
Memberikan terapi S: Px mengerti intruksi
mobilisasi dini. perawat.
O: Px mengikuti intruksi
perawat sampai selesai, wajah
11.15
Mengajarkan pasien tampak rileks.
S: Px paham.
dan keluarga tentang
O: Pasien menganggukkan
manfaat mobilisasi
13.00 kepala.
dini.
Memantau keadaan S: Px. Mengatakan lemas dan
umum pasien dan nyeri berkurang pada sekitar
reassessment nyeri. luka operasi, seperti ditusuk-
tusuk dan terasa saat
digunakan bergerak.
O: Skala nyeri 5, wajah
tampak meringis.
S: Px. Mengatakan tidak
pusing.
24
umum pasien. lemas.
O: Membran mukosa bibir
kering, makan habis 1/3 porsi,
08.15 BB = 58 kg.
Menganjurkan pasien S: Px paham
makan sedikit tapi O: px makan sedikit tapi
08.17 sering. sering.
Menganjurkan pasien S: px paham
makan selagi hangat. O: px makan ketika makanan
08.20
baru datang.
Menjelaskan S: px paham
pentingnya makanan O: Px menganggukkan kepala.
12.20 dalam proses
penyembuhan.
Kolaborasi dengan tim S: px mau makan makanan
ahli gizi untuk dari rumah sakit.
O: px makan habis 1/3 porsi.
pemberian diit: bubur
halus.
3. Rabu, 08.00 Memantau tanda-tanda S: Px. Mengatakan tidak
25/10/17 vital. pusing.
O: TD: 110/90 mmHg,
S: 36,80C, RR: 20 x/menit,
N: 86 x/menit, CRT<2 dtk.
08.30 Kolaborasi dengan tim S: Pasien mau diberikan obat
medis: Memberikan melalui injeksi dan infus.
vicilin 2x1500 mg, O: Vicilin 3x1500 mg (iv
metronidazole 2x500 bolus), metronidazole 2x500
09.10 mg. mg (melalui infus set).
Memantau kondisi luka S: px, lukanya tidak gatal tapi
post op. nyeri kalau dibuat gerak.
O: Tidak ada kemerahan pada
area luka post op, tidak ada
massa pada area luka, tidak
ada distended abdomen, nyeri
09.15 (+).
Melakukan perawatan
S: px mau dilakukan rawat
luka post op.
luka.
O: luka post op 5 cm dengan
jahitan 5 simpul, pus sedikit,
darah sedikit. Luka bersih.
1. Kamis, 07.30 Memantau keadaan S: Px. Mengatakan lemas dan
26/10/17 umum pasien dan nyeri berkurang pada sekitar
reassessment nyeri. luka operasi, seperti ditusuk-
tusuk dan terasa saat
25
digunakan bergerak.
O: Skala nyeri 4, wajah
08.00 Memantau tanda-tanda tampak meringis.
vital S: Px. Mengatakan tidak
pusing.
O: TD: 120/70 mmHg,
S: 36,90C, RR: 20 x/menit,
08.30 Kolaborasi dengan tim N: 88 x/menit, CRT<2 dtk.
medis: Memberikan S: Px merasa nyeri saat
Santagesik. diinjeksi.
O: Santagesik 3x1g melalui iv
11.00
Memberikan terapi bolus. Wajah rileks.
mobilisasi dini. S: Px mengerti intruksi
perawat.
O: Px mengikuti intruksi
11.15 perawat sampai selesai, wajah
Mengajarkan pasien
tampak rileks.
dan keluarga tentang S: Px paham.
manfaat mobilisasi O: Pasien menganggukkan
13.00 dini. kepala.
Memantau keadaan
umum pasien dan S: Px. Mengatakan lemas dan
reassessment nyeri. nyeri berkurang pada sekitar
luka operasi, seperti ditusuk-
tusuk dan terasa saat
digunakan bergerak.
O: Skala nyeri 4, wajah
tampak meringis.
26
Kolaborasi dengan tim S: px mau makan makanan
ahli gizi untuk dari rumah sakit.
pemberian diit: bubur O: px makan habis 1/2 porsi.
halus.
3. Kamis, 08.00 Memantau tanda-tanda S: Px. Mengatakan tidak
26/10/17 vital. pusing.
O: TD: 120/70 mmHg,
S: 36,90C, RR: 20 x/menit,
N: 88 x/menit, CRT<2 dtk.
08.30 Kolaborasi dengan tim S: Pasien mau diberikan obat
medis: Memberikan melalui injeksi dan infus.
vicilin 3x1500 mg, O: Vicilin 3x1500 mg (iv
metronidazole 2x500 bolus), metronidazole 2x500
09.10 mg. mg (melalui infus set).
Memantau kondisi luka S: px, lukanya tidak gatal tapi
post op. nyeri kalau dibuat gerak.
O: Tidak ada kemerahan pada
area luka post op, tidak ada
massa pada area luka, tidak
ada distended abdomen, nyeri
09.15 (+).
Melakukan perawatan
S: px mau dilakukan rawat
luka post op.
luka.
O: luka post op 5 cm dengan
jahitan 5 simpul, pus (-), darah
(-). Luka bersih.
27
1. Selasa, S : Px. Mengatakan lemas dan nyeri pada sekitar luka
24/10/2017 operasi, seperti ditusuk-tusuk dan terasa saat
14.00 WIB digunakan bergerak.
O : Wajah tampak meringis, skala nyeri 5, TD: 120/90
mmHg, RR: 20x/m, N: 84x/m, S: 36,90C, CRT<2 dtk.
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S No. RM : 2487xx
Diagnosa Medis : Apendiksitis Ruangan : Teratai
No. Hari, Tanggal Respon Perkembangan Paraf
Dx dan jam
2. Selasa, S : Px mengatakan nafsu makan berkurang, mual,
24/10/2017 lemas.
14.00 WIB O : Membran mukosa bibir kering, makan habis 1/4
porsi, BB = 58 kg.
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
28
Rabu, S : Px mengatakan nafsu makan berkurang, mual,
25/10/2017 lemas.
14.00 WIB O : Membran mukosa bibir kering, makan habis 1/3
porsi, BB = 58 kg.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S No. RM : 2487xx
Diagnosa Medis : Apendiksitis Ruangan : Teratai
No. Hari, Tanggal Respon Perkembangan Paraf
Dx dan jam
3. Selasa, S : Px, lukanya tidak gatal tapi nyeri kalau dibuat
24/10/2017 gerak.
14.00 WIB O : Tidak ada kemerahan pada area luka post op, tidak
ada massa area luka, tidak ada distended abdomen,
nyeri (+), luka post op 5 cm dengan jahitan 5 simpul,
pus sedikit, darah sedikit. Luka bersih. TD: 120/90
mmHg, S: 36,90C, RR: 20 x/menit, N: 84 x/menit,
CRT<2 dtk.
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4.
29
Rabu, S : Px, lukanya tidak gatal tapi nyeri kalau dibuat
25/10/2017 gerak.
14.00 WIB O : Tidak ada kemerahan pada area luka post op, tidak
ada massa pada area luka, tidak ada distended
abdomen, nyeri (+), luka post op 5 cm dengan jahitan
5 simpul, pus sedikit, darah sedikit. Luka bersih, TD:
110/90 mmHg, S: 36,80C, RR: 20 x/menit, N: 86
x/menit, CRT<2 dtk.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4.
Kabupaten Jember.
Penulis : Rr. Caecilia Yudistika Pristahayuningtyas, Murtaqib,
nyeri. Mobilisasi dini berguna untuk mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang
mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi.
30
yang melibatkan 8 orang tanpa kelompok kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi apendektomi. Mobilisasi dini ini diharapkan dapat diterapkan sebagai
salah satu metode dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
diterapkan.
2. W (Kelemahan)
Penelitian ini menggunakan 1 kelompok perlakuan tanpa ada kelompok
dan kelompok yang tidak diberikan terapi apakah memiliki pengaruh yang
sama atau berbeda. Selain itu, jumlah sampel yang digunakan kecil yakni
individu yang berbeda-beda, seperti pada pasien Tn. S skala nyeri dapat
dan bahan terapi. Selain itu, keluarga juga dapat dilibatkan dalam
pemberian terapi.
4. T (Ancaman)
Motivasi perawat dalam melakukan terapi ini karena pada pasien post op
diberikan terapi ini oleh fisioterapi. Selain itu, kesalahan dalam melakukan
31
terapi juga dapat menyebabkan kesalahan dalam tindakan karena ada
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Apendiksitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
terinfeksi. Pada asuhan keperawatan ini muncul 3 diagnosa aktual yaitu nyeri
akut, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resiko infeksi. Implementasi
akut pasien masih merasakan nyeri pada skala 4 post op laparotomy, dan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed 3. Jakarta: EGC.
Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance: Ilmu Bedah. Surabaya:
Airlangga.
Judith, M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
32
Kimberly, A.J Bilotta. 2011. Kapita Selekta Penyakit, Edisi 2. Jakarta: EGC.
33