Anda di halaman 1dari 7

Kebidanan Sebagai Profesi

Oleh : Dini Eka Pripuspitasari


Kelas Matrikulasi Magister Kebidanan/
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 2016/2017

Bidan berasal dari bahasa sansekerta : wirdhan yang artinya wanita bijaksana. Dan widwan yang berarti
cakap membidan yaitu mereka yang memberikan semacam sedekah bagi seorang penolong persalinan sampai
bayi berusia 40 hari (Klinkert dalam darwis, 2012)
Menurut Moenloek dalam Darwis (2012), ia mengemukakan bahwa bidan merupakan profesi dan tenaga lini
terdepan dalam pelayanan kesehatan reproduksi yang sangat diperlukan dalam wahana kesejahteraan ibu dan anak
di komunitas maupun di wahana politik.
Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi wanita selama siklus kehidupannya.
Bidan merupakan profesi yang mulia. Profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejuruan,dsb). Ciri-ciri dari profesi adalah sebagai berikut :
1. Mengikuti pendidikan sesuai standart nasional.
2. Pekerjaannya berdasarkan etika profesi
3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan.
4. Pekerjaannya legal melalui perijinan.
5. Anggotanya belajar sepanjang hayat.
6. Anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi.

Dalam kaitannya dengan profesi, bidan memiliki ciri profesi yang khas sebagai berikut :
1. Disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara profesional
2. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki standart pelayanan kebidanan, kode etik dan etika kebidanan.
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya di masyarakat.
4. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No.572 Tahun 1996).
5. memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
6. Memiliki standart praktik dan pelayanan.
7. Memiliki standart pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan potensi.
8. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.

Dari paparan tersebut, salah satu makna yang dapat diambil diantaranya berkaitan dengan kompetensi bidan itu
sendiri.
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berpikir dan
bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berpikir dan bertindak
secara konsisiten dan terus menerus akan mendorong seseorang untuk menjadi kompeten.
Kebiasaan berpikir dan bertindak itu didasari oleh budi pekerti luhur baik dalam kehidupan pribadi, sosial,
kemasyarakatan, keberagaman dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kompetensi tersebut dibagi atas 2 kategori, yaitu :
1. Kompetensi inti/dasar
Kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan
2. Kompetensi tambahan atau lanjutan
Pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi
tuntutan /kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK.
Bidan harus memiliki kompetensi dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dalam melaksanakan
praktik kebidanan secara aman dan bertanggungjawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Masih terkait dengan kompetensi tersebut, maka sudah sepatutnya bidan memiliki perilaku yang profesional
sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan tugasnya bidan harus berpegang teguh pada filosofi etika dan profesi dan aspek legal.
2. Bertanggungjawab dalam keputusan klinis yang dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan mutakhir secara berkala.
4. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan.
5. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran
periode pasca salin, bayi baru ahir dan anak.
6. Menggunakan model kemitraan dalam berkerjasama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan
pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya
mereka bertanggungjawab atas kesehatannya maisng-masing.
7. Menggunakan ketrampilan berkomunikasi
8. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga
Perilaku profesional diatas merupakan gambaran secara umum bagaimana seharusnya seorang bidan
mengaplikasikan ilmu dan konsep yang dimilikinya. Dari situ maka secara lebih spesifik akan muncul kewajiban
bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya, yaitu :
1. Kewajiban terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan melaksanakan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh
dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggungjawab
sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghoramati hak klien dan
menghormati nlai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliknya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya


a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai
dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyrakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan
dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan , keterangan yang didapat dan atau dipercayakan kepadanya,
kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.

3. Kewajiban bidan terhadap teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya


a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang
serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun
tenaga kesehatan lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya


a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan
kepribadian yang tinggi dan memberian pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri


a. Setiap bidan harus memeihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan harus berusaha terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah,nusa bagsa dan tanah air


a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Tugas pokok seorang bidan tidak terlepas dalam upaya global dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB)
Selain itu terdapat pula tugas dalam pelayanan kesehatan reproduksi, yakni secara lebih spesifik adalah pelayanan
pada wanita sepanjang siklus hidupnya, Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan kebutuhan penanganan
system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fasekehidupan tersebut. Dengan
demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani
dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa depan kehidupan selanjutnya.

Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu :


1. Konsepsi :
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR, kurang gizi
(malnutrisi)
d. Pendekatan pelayanan anternatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

2. Bayi dan anak :


a. ASI Eksklusif dan penyapihan layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat perempuan, kurang gizi
(malnutrisi), kesakitan primer, imunisasi, pelayanan antennal, persalinan, postnatal, menyusui serta
pemberian suplemen, dll

Asuhan yang diberikan


a. ASI Eksklusif
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-
kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama
yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai sebagai tanda kedewasaan, dan gadis
yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan
siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi
hormone-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhn dan perkembangan system reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
i. Masalah yang ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat

4. Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur, karena pada
usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh
kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam
kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun
sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat
merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometritis yang ditandai
dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau air
kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan berbagai kondisi,
malnutrisi, anemia, kemandulan, pelcehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS
dan pengaturan kesuburan
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling, pencegahan primer,
pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang bertanggung jawab, pencegahan dan
pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi
dan informasi-informasi.
Asuhan yang diberikan
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas

5. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan
diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk
melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap
sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu
olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi, kekerasan, prolaps/osteoporosis,
kanker saluran reproduksi, kanker payudara, ISR/IMS/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya, diagnosis,
informasi dan pengobatan dini

Asuhan apa yang diberikan


a. Perhatian pada problem menapouse
b. Penyakit jantung koroner
Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner, berkurangnya
hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatnya kadar kolesterol
tidak baik (LDL) yang meningkatkan kejadian jantung koroner.
c. Osteoporosis
Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone estrogen sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah
d. Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang
e. Kepikunan
Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan hormone
estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe
Alzeimer dapat terjadi bilamana kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang
dipengaruhi factor keturunan
f. Deteksi dini kanker rahim

dalam melaksanakan asuhan tersebut, seorang bidan yang profesional tentunya akan selalu berdasar pada standar
asuhan kebidanan.
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebiddanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan
asuhan kebidanan.

STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan standar
bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1) data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan
latar belakang sosial budaya)

STANDAR II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan


a. Pernyataan Standar
bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan

STANDAR III : Perencanaan


a. Pernyataan standar
bidan merencanakan suhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan
antisipsi dan asuhan secara komprehensif.
2) Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan
memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang ada

STANDAR IV : Implementasi
a. Pernyataan Standar
bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaknsakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial spiritual kultural
2) Setiap tindakan suhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.

STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan


a. Pernyataan standar
bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam
medis/KMS?status pasien/KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subyektif, mencatat hsil anamnesa
4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah data hasil analisa, mencatata diagnosa dan masalah kebidanan
6) P adalah pentalaksanaan mencatat selutuh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti
tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi
evaluasi / follow up dan rujukan.

Selain standar asuhan tersebut, model praktek bidan saat ini pun telah banyak berubah sesuai dengan
perkembangan keilmuan kebidanan. Model yang dimaksud diantaranya :
Woman Centered Care
Women centered care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan maternitas yang memberi prioritas pada
keinginan dan kebutuhan pengguna, dan menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan,
keterlibatan pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas.
Dalam praktik kebidanan, Women centered care adalah sebuah konsep yang menyiratkan hal berikut:
1. Perawatan yang berfokus pada kebutuhan wanita yang unik, harapan dan aspirasi wanita tersebut daripada
kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi yang terlibat.
2. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri dalam hal pilihan, kontrol dan kontinuitas
perawatan dalam bidang kebidanan.
3. Meliputi kebutuhan janin, bayi, atau keluarga wanita itu, orang lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi
dan dipercaya oleh wanita tersebut.
4. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari kehamilan, persalinan, dan setelah
kelahiran bayi.
5. Melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya bila diperlukan.
6. Holistik' dalam hal menangani masalah sosial wanita, emosional, fisik, psikologis, kebutuhan spritual dan
budaya.
Women centered care untuk kehamilan harus cukup fleksibel untuk mengatasi berbagai pengalaman perempuan di
seluruh dunia, meliputi berbagai kondisi medis, budaya dan struktur keluarga. Hal ini juga harus mencakup
perempuan yang memilih untuk tidak menginginkan kehamilan atau mengalami keguguran.

Prinsip-prinsip Women Centered Care


1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan pemberian perawatan maternitas
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan keinginan, daripada orang-orang staf
atau manajer
3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia selama kehamilan, persalinan dan
periode pascanatal - seperti yang menyediakan perawatan, di mana itu diberikan dan apa yang mengandung
4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu membentuk hubungan saling percaya
dengan orang-orang yang peduli untuk mereka
5. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang mempengaruhi isi dan kemajuan
perawatan mereka.

Partnership
Partnership dalam pelayanan kebidanan ada 2, yaitu pelayanan perempuan dan pemberdayaan perempuan
Baik pada pelayanan maupun perbedayaan perempuan, keduanya merujuk pada woman centered care, yaitu
mengacu pada kebutuhan klien tersebut. Pemberdayaan perempuan disini maknanya yaitu seorang bidan harus
dapat menggali potensi seorang wanita sehingga ia dapat memilih asuhan yang terbaik untuk dirinya, baik secara
preventif,kuratif maupun rehabilitatif.

Continuity Of Care
Continuity of care dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perawatan yang berkesinambungan. Definisi
asuhan kebidanan yang berkesinambungan dinyatakan dalam :"... Bidan diakui sebagai seorang profesional yang
bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja dalam kemitraan dengan wanita selama kehamilan, persalinan dan
periode postpartum dan untuk melakukan kelahiran merupakan tanggung jawab bidan danuntuk
memberikan perawatan pada bayi baru lahir..." (definisi ICM tahun 2005). Jadi, perawatan berkesinambungan adalah strategi
kesehatan yang efektif primer memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalampengambilan keputusan tentang
kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka. Bidan yang memenuhi syarat untuk bekerja dimodel kesinambungan perawatan
dalam berbagai pengaturan, termasuk rumah sakit umum dan swasta, layanan masyarakat ,pelayanan kesehatan pedesaan dan
daerah terpencil danpraktek swasta.

Continuity of Care Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang sama filosofi dan proses
pelayanannya adalah partneship dengan perempuan Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut :
1. Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil
2. Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
3. Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
4. Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi

Asuhan yang berkesinambungan


Asuhan yang diberikan seorang bidan terhadap klien/pasien mulai dari masa pra konsepsi,masa
kehamilan,nifas,dan KB. Asuhan berkesinambungan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatanyang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan
kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Komponen Model Pelayanan Persalinan Berkelanjutan:
1. Persalinan di fasilitas yang memenuhi standar
2. Menjaminak sependuduk miskin untuk bersalin di fasilitas kesehatan
3. Membangun jaringan rujukan antara fasilitas kesehatan dan rumah sakit (pemerintah mau pun swasta)
4. Menerapkan kebijakan penjaminan kualitas pelayanan di RumahSakit
5. Menjalankan strategi promosi.
6. Menjalankan system surveilans kematian ibu dan neonatal (komunitas dan fasilitas)
7. Membangun sistemak reditasi untuk standar pelayanan persalinan dan rujukan di fasilitas kesehatan

Pada akhirya seluruh konsep diatas akan menjadi komprehensif jika penerapannya selalu sinergi antar saru prinsip
dengan prinsip lainnya. Ilmu pengetahuan dalam bidang kebidanan ini sifatnyaadalah dinamis. Akan terdapat
banyak perubahan da pembaharuan yang akan didapat melalui penelitian. Setelah memahami dengan baik konsep,
maka tentunya diharapkan bisa menjadi landasan ilmiah yang akan menghasilkan terapan-terapan baru. Sifat
keilmiahan ini kita kenal dengan istilah Evidence Based Practice.
Dengan adanya Evidence Based Practice Bidan di indonesia diharapkan bidan dapat memperbaharui ilmunya
berdasarkan hasil penelitian dalam ruang lingkupnya.

Anda mungkin juga menyukai