Anda di halaman 1dari 11

Bab Empat

Kehilangan Gaya Pratekan

4.1. Pendahuluan
Analisa kehilangan prategang (loss of prestress) merupakan bagian penting dari
perencanaan konstruksi beton prategang. Sampai saat ini analisa kehilangan prategang selalu
berpedoman pada peraturan beton prategang negara-negara yang sudah memilikinya.
Diantara peraturan-peraturan tersebut ada yang dengan mudah dapat disesuaikan
dengan keadaan di Indonesia dan ada pula yang sulit dilaksanakan karena peraturan tersebut
khusus dibuat untuk negara yang bersangkutan. Kehilangan prategang jangka waktu panjang
harus dianalisa lebih berhati-hati karena kehilangan ini erat sekali hubungannya dengan
keadaan lingkungan bangunan tersebut berada. Pada umumnya sumber kehilangan
prategang dapat dibedakan 2 (dua) bagian besar, tergantung dari waktu terjadinya, yaitu
kehilangan jangka waktu pendek (immediate losses of prestress) dan kehilangan jangka waktu
panjang (deferred losses of prestres).
Berbagai jenis kehilangan prategang yang dijumpai dalam sistem-sistem pre
tensioning dan post-tensioning dikumpulkan dalam tabel berikut :

A. Dalam Jangka Waktu Pendek


No. Pre tensioning No. Post tensioning
1. Deformasi elastis beton 1. Tak ada kehilangan karena
deformasi elastik kalau semua
tendon ditegangkan bersamaan.
Kalau tendon ditegangkan
secara berurutan, akan terdapat
kehilangan prategang karena
deformasi elastik beton.
2. Gesekan.
3. Penggelinciran angker.

B. Dalam Jangka Waktu Panjang


No. Pre tensioning No. Post tensioning
1. Susut beton 1. Susut beton
2. Rangkak beton 2. Rangkak beton
3. Relaksasi baja 3. Relaksasi baja
Kehilangan Gaya Pratekan

Kehilangan jangka waktu pendek telah terjadi segera setelah gaya prapenegangan
dikerjakan, sedangkan kehilangan jangka waktu panjang terjadi sesuai dengan perkembangan
waktu seterusnya.

4.2. Kehilangan Prategang Jangka Pendek


4.2.1. Kehilangan Akibat Deformasi Elastik Beton
Kehilangan tegangan karena deformasi elastis beton tergantung kepada perbandingan
modulus serta tegangan rata-rata dalam beton ketinggian baja. Kehilangan prategangan dapat
dihitung sebagai berikut :
b
b =
Eb

a = b . Ea
b
= . Ea
Eb

= n . b
dimana : b = regangan beton
b = tegangan tekan beton pada titik berat baja
Eb = modulus elastik beton

a. Deformasi Elastik Beton akibat Gaya Prategang


a.1. Sistem Pretensioning
Bila tendons di titik berat beton
P
b =
Ab

ae . A
=
Ab

= ae .
ae = at n b
= at n ae
at
=
1 n
Kehilangan prategang :
a = at - ae
at
= at -
1 n
Jadi :

n
a = at
1 n
Bila tendon ada exentrisitas sebesar ( ea ).

72 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

Maka gaya prategang akan menimbulkan momen sebesar :


M = P . ea
= ( ae . A ) . ea
Maka :

b =
ae . A
+
ae A e a e a
Ab Ib

ae . A ea2
= 1 2
Ab ib
Dengan cara yang sama seperti diatas akan didapat :


a 1 ei . ea / ib2
a = at

2

1 n 1 ei . ea / ib
Bila tendons exentris berlapis-lapis.
Lapisan kabel ke : 1, 2, 3, .............. n
Luas kabel tiap lapisan : A1, A2, A3, ............. An
Letak dari titik berat (exertrisitas) : e1, e2, e3, ...... en
Tegangan efektif tiap lapisan dianggap sama = ae
Maka momen yang terjadi
M = ae ( A1 . e1 + A2 . e2 + A3 . e3 + ..... + An . en )
Tegangan beton pada baja lapisan ke i, adalah
ae A .e A .e ... An .en ei
bi = (A1 + A2 + .... + An) + ae 1 1 2 2
Ab Ib

Dan kemudian akan didapat :


n 1 ei .ea / ib2
ai = at

2
1 n 1 ei . ea / ib

a.2. Sistem Post-tensioning


Kalau tendon 1 batang (ditarik sekali), karena dongkrak menekan beton, begitu selesai
penarikan perpendekan elastis sudah terjadi. Jadi tidak ada kehilangan prategang.
Kalau tendon banyak (ditarik satu persatu) maka yang ditarik duluan akan kehilangan
prategang akibat penarikan berikutnya.
Kabel sentris : ada m batang tendon.
luas total = A cm2
A
masing-masing tendons = cm2
m
Tegangan beton pada tendons oleh tendons ke 1 akibat tarikan ke j ( i < j ).

at . A
b ij = m = at .
Ab m

Dipakai at sebab begitu tarikan selesai perpendekkan elastik sudah terjadi.

73 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

Dengan proses yang sama kehilangan prategang pada tendons ke i akibat tarikan ke j :
at .
a i j = n b i j =
m
Tendons ke i menderita ( m 1 ) kali kehilangan :
n at
ai = (m i )
m
Untuk tendons :
n at
Ke 1 a1 = (m 1)
m
n at
Ke 2 a2 = (m 2)
m
n at
Ke (m 1) a (m 1) = (1)
m
n at
Ke (m) a (m) = (0)
m
Jumlah a
n at
a = m 1 m 2 ..... (1) (0)
m
m 1
a = at n
2
Kehilangan prategang rata-rata :
a n m 1
a rata-rata = = at
m m 2

b. Deformasi Elastis Beton Akibat Momen Total


Apabila tendons tidak pada titik berat beton (cgs tidak berimpit dengan cgc), maka
beton pada cgs mengalami deformasi akibat beban total (Mt).

Tegangan beton pada titik berat baja ( cgs ) adalah :

74 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

M t . ea
b =
Ib
Sehingga :
a = n . b
M t . ea
= n .
Ib

Catatan : Deformasi akibat beban total menambah prategangan, sehingga a bertanda negatif.

4.2.2. Kehilangan Prategang akibat Gesekan antara Tendon dan Dinding


Selubung/Pipa (Duct)
Dari macam-macam gesekan, maka gesekan ini adalah yang paling penting
diperhitungkan. Gesekan dalam selubung atau pipa tendon disebabkan oleh :
a. Gesekan fisis yang normal terjadi antara dua benda yang bergeser satu terhadap lainnya,
dalam hal ini tendons yang bergerak terhadap dinding saluran yang diam, terutama pada
tracee tendons berbentuk lengkung.
b. Melendut-lendutnya letak saluran tendons (tidak tepatnya tracee saluran) disebut biasanya
dengan Wobble effect.
c. Karatan-karatan yang terdapat pada tendons dan dinding saluran tendons yang terbuat
dari baja.
d. Kemungkinan adanya specie beton yang masuk (bocor) dalam saluran tendons.
e. Kebersihan saluran.
Perhitungan berkurangnya pratekanan sampai sekarang merupakan cara pendekatan.
Dalam garis besarnya hanya menghitung 2 (dua) macam gesekan yaitu : gesekan pada
tendon ( ) yang melengkung dan wobble effect ( k1 ).

Pratekanan dalam penampang sejauh x dari jack dihitung dengan rumus Euler-Cooley-
Montagnon :

Fx = Fa . e ( + k1x)

75 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

dimana : = Coef. gesekan tendons terhadap salurannya.


= Perubahan sudut lengkungan (radial)
k1 = Coef. Wobble Effect
x = Panjang tendons dari tempat Jack

Rumus ini bisa mendekati keadaan sebenarnya bila dibarengi ketelitian pelaksanaan
sedemikian sehingga sebab-sebab yang membesarkan gesekan diatas diperkecil, misalnya
Wobble effect, karatan, kebersihan dalam saluran.
Koefisien gesekan dan wobble effect ini dalam literatur bernilai sebagai berikut :
Koefisien Koefisien
Wobble Kelengkungan
Type tendon k1 tiap meter
Tendon pada selubung logam fleksibel
Tendon kawat 0,0033 0,0049 0,15 0,25
Strand (7 kawat) 0,0016 0,0066 0,15 0,25
Batang baja mutu tinggi 0,0003 0,0020 0,08 0,30
Tendon pada selubung logam
kaku
Strand (7 kawat) 0,0007 0,15 0,25
Tendon yang diminyaki terlebih dahulu
Tendon kawat dan strand
(7 kawat) 0,0010 0,0066 0,03 0,15
Tendon yang diberi lapisan
mastik
Tendon kawat dan strand
(7 kawat) 0,0033 0,0066 0,05 0,15

Uraian teoretis rumus tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Perubahan sudut lengkung dx :

76 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

dx
d =
R
Tekanan tendon pada dinding saluran :
N = F . d
dx
= F.
R
Gaya gesekan antara tendons dan dinding saluran :
dF = -.N
. F dx
= -
R
= - . F . d atau
dF
= - d
F
ln . F F
Fa = -

F = Fa . e -
= Fa . e - . L / R L/R, bila lengkungan tendons constant.
Pengaruh wobble effect dengan cara yang sama didapat :
ln F = - k1 . L
k1 . L
F = - Fa . e
Jumlahnya menjadi :
ln F F
Fa = - - k1 L
k1 L
F = Fa . e
Untuk pratekanan sejarak x dari ujung jacking rumus menjadi
k1 x
Fx = Fa . e
Untuk keperluan perencanaan dalam praktek perlu diketahui nilai coeffisien dan k1 lebih teliti
agar perhitungan dapat dilakukan seteliti mungkin.

4.2.3. Kehilangan Prategang akibat Penggelinciran pada Angker


Di dalam kebanyakan sistem post tensioning, apabila kabel ditegangkan dan dongkrak
dilepaskan untuk memindahkan pratekan kepada beton, tentu tidak bisa terjadi 100% tanpa
adanya suatu perubahan bentuk sama sekali pada peralatan angker. Tentu ada slip sedikit
antara angker dan tendons. Besarnya slip untuk berbagai jenis sistem angker berbeda. Bila
slip setiap angker sebesar a ; maka kehilangan prategangan dalam tendons setiap angker
adalah :
a . Ea
a =
L
dimana : L = panjang tendon

77 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

Untuk berbagai jenis angker sudah ditentukan berdasarkan atas banyak percobaan. Yang
perlu mendapat perhatian adalah makin panjang bentang balok ( = panjang tendons ) yaitu L
maka makin kecil % kehilangan itu.

4.3 Kehilangan Prategang Jangka Waktu Panjang


4.3.1. Kehilangan Prategang Akibat Susut Beton
Beton mengalami susut karena :
- Hilangnya air dari beton karena mengering.
- Pemadatan kurang sempurna
- Perubahan temperatur
- Komposisi adukan kurang sempurna
- Sifat-sifat fisis dari aggregate
Bila menderita tekanan, maka beton akan menyusut dan memendek/meregang akibat
adanya sifat-sifat diatas, yaitu sebesar bs.
Ini terjadi bila tegangan tetap sebesar at.

a. Bila tendons sentris (cgs pada cgc ).

bs
bs =
Eb

bs
Ab
=
Eb
as
=
Eb
as
ba = bs - bs ba =
Ea

as as
= bs -
Ea Eb

Akan didapat :
E a . bs
as =
1 n

b. Bila tendon mempunyai eksentris (sebesar ea)

78 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

dengan cara yang sama seperti diatas diperoleh :


E a . bs
as =

1 n 1 e a2 / i 2b

4.3.2. Kehilangan Prategang Akibat Rangkak Beton


Rangkak beton adalah meregangnya/memendeknya beton tanpa adanya pertambahan
tegangan.

Apabila tidak dihitung dengan cara lain, menurut SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.9 (lihat hal.
52), maka rangkak dari beton (bp) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
b
bp =
Eb

= 1 . 2 . 3 . 4 . 5
bp = be + br r = rangkak
e = elastik
br = bp - be
b
= - b
Eb Eb

b
= (-1)
Eb

Akibat rangkak ini berpengaruh sama dengan kondisi elastis

79 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

a. Untuk tendons sentris :

ar = at
1 n
1 1 n

b. Untuk tendons exentris (ea) satu lapis


e a2
1 n 1
i 2b
ar = at
e2
1 1 n 1 2a
ib

dimana : b = tegangan tekan yang menyebabkan rangkak dalam beton (kg/cm2).


Eb = modulus elastis beton.
1 = koef. yang bergantung kepada kelembaban relatif udara sekelilingnya.
2 = koef. yang bergantung pada tebal fiktif (hf), yaitu luas penampang dibagi
dengan setengah penampang yang berhubungan dengan udara.
3 = koef. yang bergantung pada jumlah pemakaian semen dan nilai faktor air
semen.
4 = koef. yang bergantung umur beton pada saat dibebani dan pada suhu rata-rata
udara sekelilingnya selama pengerasan.
5 = ph / p = koef. yang menentukan besarnya bagian rangkak ph yang terjadi
pada saat sesudah h hari terhadap rangkak akhir p setelah waktu
tak terhingga.

4.3.3. Kehilangan Prategang akibat Relaksasi Baja


Relaksasi merupakan reaksi pertahanan diri dari bahan, bila bekerja gaya luar
terhadap bahan tersebut. Karena reaksi intern tersebut atom-atom bahan tersebut
menyesuaikan diri, dengan akibat berkurangnya tegangan internal.
Terhadap baja prapenegangan, relaksasi merupakan kehilangan tegangan tarik pada
tendons yang dibebani gaya tarik pada panjang tendons tetap dan suhu tertentu.
Besarnya relaksasi tergantung dari nilai banding atara gaya tarik awal dan kuat tarik
karakteristik baja serta suhu dan waktu. Kehilangan prategang relaksasi jangka waktu panjang
dihitung berdasarkan kehilangan relaksasi jangka waktu yang relatif pendek. Umumnya
pengamatan dilakukan selama 1000 jam pada suhu tertentu dan beban awal tertentu.
Kehilangan relaksasi berdasarkan pengamatan tersebut adalah kehilangan relaksasi-
murni, karena tidak dipengaruhi oleh regangan medium sekitarnya. Kehilangan jangka waktu
panjang beton prategang oleh susut beton, rangkak beton dan relaksasi baja terjadi bersama-
sama menurut perkembangan waktu. Jadi jelas regangan susut beton dan regangan rangkak
beton akan mempengaruhi relaksasi baja. Kehilangan relaksasi nyata yang terjadi kurang dari
relaxasi murni. Berdasarkan atas hasil beberapa percobaan, T.Y. Lin menganjurkan bahwa
kehilangan prategang baja akibat relaksasi baja adalah sebesar,
Untuk sistem Pretensioning sebesar :8%
Untuk sistem Post-tensioning sebesar : 8 %

80 Y. Soleman, 2011
Kehilangan Gaya Pratekan

4.3.4. Kehilangan Prategang Total Yang Diperhitungkan Untuk


Perencanaan
Didalam perencanaan batang-batang beton prateken adalah menjadi kebiasaan untuk
menganggap kehilangan tegangan total sebagai prosentase dari tegangan awal serta
menyediakannya untuk ini didalam perhitungan perencanaan. Oleh karena kehilangan
prateken tergantung dari beberapa faktor. Seperti misalnya sifat-sifat beton dan baja, metode
pemberian prateken, adalah sulit untuk menyama-ratakan jumlah yang pasti kehilangan
tegangan total yang dapat dijumpai dalam kondisi-kondisi kerja normal sebagai yang
dianjurkan oleh T.Y. Lin dilakukan di bawah ini :

Prosentase kehilangan tegangan


No. Type kehilangan
Pretensioning Post-tensioning
1. Perpendekan elastik 1 1
dan lenturan beton.
2. Rangkak beton 6 5
3. Susut beton 7 6
4. Relaksasi baja 8 8
Jumlah 25 20

Didalam rekomendasi ini dianggap bahwa telah dilakukan pemberian tegangan lebih
secara sementara untuk mengimbangi kehilangan-kehilangan akibat geseran dan slip pada
angker.
Besarnya kehilangan prategang tidak mungkin dapat diketahui secara pasti, karena
banyaknya faktor-faktor yang turut menentukan dan saling mempengaruhi selama terjadinya
kehilangan tersebut. Dari analisa kehilangan prategang di atas nyata sekali bahwa kehilangan
prategang jangka waktu panjang sangat dipengaruhi oleh lingkungan bangunan tersebut
berada.

81 Y. Soleman, 2011

Anda mungkin juga menyukai