Anda di halaman 1dari 17

Dampak Polusi Terhadap Kesehatan

Manusia dan Lingkungan


Dampak polusi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

A. Dampak Polusi Udara

Polusi udara dapat terjadi jika jumlah atau konsentrasi polutan (zat pencemar) di udara sudah
melebihi baku mutu lingkungan. Untuk masing-masing polutan di udara mempunyai nilai baku
mutu yang berbeda. Udara yang telah tercemar oleh polutan tertentu dapat menyebabkan
turunnya mutu udara di lingkungan tersebut. Udara yang telah tercemar dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya secara langsung. Tetapi udara
yang tercemar juga dapat berdampak yang cukup luas seperti pemanasan global dan hujan asam.
Peristiwa pemanasan global ditimbulkan karena peristiwa rumah kaca. Sedangkan hujan asam
adalah meningkatnya konsentrasi asam di udara seperti peningkatan jumlah SO2 (sulfur dioksida)
diudara sebagai hasil dari pembuangan asap kendaraan bermotor dan industri atau hasil
pembakaran bahan bakar fosil yaitu bahan bakar minyak dan batubara.

1. Dampak bagi kesehatan

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia dan lingkungan adalah:

1. Gas Karbon monoksida (CO)


Gas karbon monoksida (CO) di atmosfer dalam keadaan normal konsentrasinya sangat sedikit
sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan aktifitas penggunaan kendaraan bermotor dan
industri yang padat, kkonsentrasi gas CO dapat mencapai 10 15ppm. Gas CO di dalam paru-
paru bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah merah yang dapat menghalangi pengangkutan
oksigen ke seluruh bagian tubuh.

Tabel: Konsentrasi gas CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh manusia bila kontak terjadi
pada waktu cukup lama

Konsentrasi gas CO Konsentrasi COHb


Gangguan pada tubuh
di udara (ppm) dalam darah (%)
3 0,98 Tidak ada
5 1,30 Belum begitu terasa
Gangguan sistem saraf
10 2,10
sentral
20 3,70 Gangguan panca indera
40 6,90 Gangguan fungsi jantung
60 10,10 Sakit kepala
80 13,30 Sulit bernafas
100 16,50 Pingsan hingga kematian
Dampak yang ditimbulkan adalah :

a) Pusing/sakit kepala
b) Rasa mual
c) Pingsan (ketidak sadaran)
d) Kerusakan jaringan otak
e) Sesak nafas
f) Kematian
g) Gangguan pada kulit
h) Gangguan penglihatan (efek jangka panjang)

2. Gas sulfur oksida (SO), nitrogen oksida (NO) dan ozon (O3)

Dampak negatif adanya penigkatan konsentrasi gas SO, NO dan O3 adalah :

a) Iritasi mata
b) Radang saluran pernafasan
c) Gangguan pernafasan kronis (bronkitis, emfisema dan asma)
d) Gangguan pada tumbuhan hingga kematian tumbuhan

3. Materi partikulat

Materi partikulat adalah partikel-partikel yang berukuran kecil seperti serbuk batu bara, serbuk
kayu, serbuk batu, serbuk pasir, serbuk kapas, serbuk kwarsa, serbuk asbes. Materi partikulat
banyak terdapat di daerah industri, pertambangan, daerah perkotaan yang padat penduduk dan
daerah konstruksi (pembangunan gedung).

Dampak yang ditimbulkan adalah penyakit paru mulai dari peradangan hungga kangker paru-
paru.

Materi partikulat yang lain adalah timbal (Pb) yang bersifat toksit (racun). Timbal yang masuk
ke dalam tubuh dan sudah terakumulasi dalam kosentrasi tertentu dapat menyebabkan :

a) menyerang berbagai sistem tubuh seperti sistem pencernaan dan sistem syaraf.
b) Radang paru-paru sampai kanker paru-paru
c) Gangguan jantung
d) Gangguan ginjal
e) Keterbelakangan mental pada anak-anak
f) Gangguan kesehatan pada hewan

4. Asap rokok

Rokok terbuat dari tembakau mengandung Nikotin dan TAR


Nikotin adalah zat adiktif yang menimbulkan ketergantungan / kecanduan
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik
Undang-undang pengendalian rokok mensyaratkan kandungan Nikotin tidak boleh dari 1,5 mg
dan kandungan tar tidak boleh lebih dari 50 mg.
Tar bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker)
Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya yaitu :
formaldehide, benzo--pyrene, (bagian dari tar)
nikotin,
gas CO.
Dampak yang ditimbulkan adalah :
a) Gangguan pernafasan
b) Penyakit jantung
c) Flek di paru-paru
d) Kanker paru-paru

5. Zat-zat penyebab kanker

Zat-zat penyebab kanker banyak ditemukan dalam ruangan atau jenis polutan udara dalam
ruangan (indoor air pollutants). Polutan udara dalam ruangan antara lain:

a) kloroform
b) para-diklorobenzena
c) tetrakloroetilen
d) trikloroetan
e) radioaktif (Radon (Ra))

Jika konsentrasinya berlebih bisa menyebabkab kanker.

6. Suara

Polusi suara terjadi jika amplitudo suara melebihi ambang batas yaitu 50 dB. Kekuatan suara
yang lebih dari 50 dB sudah mulai bising hingga memekakkan telinga yang dapat menimbulkan :

a) Gangguan organ pendengaran


b) Kerusakan organ pendengaran
c) Tuli
d) Gangguan jantung
e) Sakit kepala
f) Stress secara psikologis

2. Asbut (asap kabut)

Asap kabut atau disingkat asbut (smog adalah singkatan dari smoke (asap) dan fog (kabut)).
Istilah ini muncul sekitar awal abad 20, ketika itu asap dan kabut tebal menyelimuti kota London
dampak dari revolusi industri besar-besaran di kota tersebut.

Berdasarkan jenis polutan penyebabnya:


a) Asbut industri

Plolutan penyebab asbut industri adalah sulfur oksida (SO) dan materi partikulat yang berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri. Materi partikulat yang terkandung dalam asbut
industri menyebabkan warnanya menjadi keabu-abuan.

b) Asbut fotokimia

Polutan utama penyebab asbut foto kimia adalah senyawa gas nitrogen oksida (NO) yang berasal
dari asap kendaraan bermotor dan senyawa hidrokarbon yang berasal dari berbagai sumber. Gas
nitrogen oksida dan hidrokarbon diudara mengalami reaksi fotokimia membentuk ozon (O3).
Ozon diudara juga dapat bereaksi dengan polutan udara lainnya membentuk senyawa-senyawa
jenis polutan sekunder yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Nitrogen oksida diudara menyebabkan asbut fotokimia berwarna kecoklatan.

Asap kabut/ asbut dapat mengganggu penglihatan dan pernafasan.

3. Hujan Asam

Sejarah Hujan Asam

Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku karya
Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul A General History of the Air. Buku tersebut
menggambarkan fenomena hujan asam sebagai nitrous or salino-sulforus spiris.

Revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa penggunaan bahan
bakar batubara dan minyak sebagai sumber utama energi untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya,
tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl
meningkat. Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872.
Ketika itu, Robert Angus Smith berhasil menemukan hubungan antara hujan dengan polusi
udara. Hujan asam dilaporkan pertama kali terjadi di Kota Manchester, Inggris. Smith
menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul Air and Rain: The Beginnings
of Chemical Technology.

Derajat keasaman adalah tingkat kandungan hidrogen (H+) dan ion OH dalam air. Semakin
banyak kandungan hidrogen (H+) maka derajat keasaman air turun atau pH turun atau air
menjadi asam, sedangkan jika kandungan ion OH meningkat maka derajat keasaman naik atau
pH naik atau air menjadi basa. Kandungan/konsentrasi hidrogen (H+) dan ion OH dalam air
sangat tergantung kandungan/konsentrasi zat atau mineral dalam air. Lihat gambar berikut
Skala nilai pH adalah ditunjukkan dengan angka dari 0 14. Jika cairan mempunyai pH kurang
dari 7 maka bersifat asam dan jika cairan mempunyai pH lebih dari 7 maka bersifat basa. Air
murni adalah zat dengan derajat keasaman netral atau air mempunyai pH = 7.

Hujan normal adalah hujan dengan air yang tidak membawa polutan didalamnya dan nilai pH
nya adalah antara 7 5,6. Pada peristiwa hujan normal terjadi pembentukan senyawa asam
karena reaksi antara gas CO2 dengan air hujan membentuk senyawa asam karbonat (H2CO3).

CO2 + H2O3 H2CO3

(Bersifat asam lemah/ pH 5,6)

Asam tersebut mempengaruhi air hujan yang turun sehingga derajat keasamannya (pH) menjadi
5,6 bersifat asam lemah. Air yang bersifat asam tersebut berguna untuk melarutkan mineral-
mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

(asap pabrik mengandung sulfur oksida dan nitrogen oksida)

(asap kendaraan bermotor sulfur oksida dan nitrogen oksida)

Peningkatan aktivitas manusia seperti banyaknya industri dan pengguanaan kendaraan bermotor
meningkatkan jumlah bahan bakar fosil yang dibakar. Bahan bakar fosil menghasilkan limbah
berupa senyawa gas SO2 , NOx.

Meningkatnya jumlah polutan di udara mengakibatkan meningkatnya derajat keasaman air


hujan, menjadi lebih asam dengan derajat keasaman (pH) dibawah 5,6. Peristiwa tersebut di
sebut hujan asam. Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah gas SO2 , NOx dan Freon
(CFC / chloro fluoro carbon). Gas SO2 di udara bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat
(H2SO4), sedangkan gas NO diudara bereaksi dengan uap air membentuk asam nitrat (HNO3).
Freon (CFC) bereaksi secara fotokimia menghasilkan Klor (Cl) dan jika bereaksi dengan uap air
membentuk asam klorida (HCl).

Berikut ini pembentukan asam di atmosfer:

1. Pembentukan asam sulfat (H2SO4)

SO2 + H2O -> H2SO4

2. Pembentukan asam nitrat (HNO3)

NO2 + H2O -> HNO3

3. Pembentukan asam klorida

Reaksi pembentukan asam klorida dari freon (CFC) melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan
reaksi fotokimia dan reaksi kimia. Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana
reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*

CFC + hv(UV) -> Cl* + produk


CFC + O* -> ClO + produk
O* + ClO -> Cl* + O2
Cl + CH4 -> HCl + CH3
Reaksi diatas merupaka bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di
stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62
persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.

Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama
disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada tahun
1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx
mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton
SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar.

Catatan:

Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia,

Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan
NOx mencapai 175.000 ton per tahun.

Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara
dari berbagai sumber pencemar.

Dampak negatif peristiwa hujan asam adalah :

1. mempengaruhi kualitas air permukaan atau air menjadi lebih asam sehingga
mempengaruhi biota air yang hidup di dalamnya, karena biota air terpengaruh oleh pH
air. (pH air kurang dari 5,6)
2. dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan bahkan menyebabkan kematian tanaman.
3. dapat melarutkan logam berat dalam tanah kemudian mencemari air. air yang tercemar
oleh logam berat sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
4. dapat bersifat korosif artinya dapat merusak atau mengkorosi logam, seperti motor,
mobil, sepeda, kotruksi bangunan atau komponen bangunan, seperti gedung, patung,
candi, monumen dan lain-lain.
5. menyebabkan gangguan pernafasan.
6. dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau meninggal pada ibu hamil.
4. Efek Rumah Kaca / Pemanasan Global

Efek Rumah Kaca

Efek Rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier tahun 1824, merupakan proses atmosfer
memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca bisa terjadi secara alami maupun oleh aktivitas
manusia. Efek rumah kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas CO2 (karbon dioksida), NO
(nitrogen monoksida), SO2 (sulfur dioksida), CH4 (metana) dan CFC (chloro fluoro carbon) ke
atmosfera bumi. Konsentrasi gas CO2 meningkat karena kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya (absorbsi).

Energi yang masuk ke bumi mengalami 25% dipantulkan oleh awan dan/ atau partikel lain di
atmosfer, 25% diserap awan, 45% di serap oleh permukaan bumi, 5% di pantulkan kembali
oleh permukaan bumi.

Energi yang diserap oleh bumi, dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi sinar infra merah oleh
awan dan permukaan bumi. Tetapi sebagian sinar inframerah yang dipancarkan oleh permukaan
bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas-gas lainnya kemudian dipancarkan kembali ke
permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan untuk menjaga agar
perbedaan suhu antara siang dan malam tidak jauh berbeda.

Analogi gas rumah kaca adalah seperti peristiwa yang terjadi dalam green house

Peningkatan aktivitas manusia meningkatkan jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer.
Peningkatan jumlah gas rumah kaca dimulai adanya revolusi industri di Eropa memasuki abad
21, ketika itu pemakaian batubara sebagai bahan bakar industri mengalami peningkatan yang
tinggi sehingga limbah yang berupa gas sulfur oksida, nitrogen oksida dan karbon monoksida
juga meningkat tajam. Peningkatan gas-gas tersebut di atmosfer juga diikuti peningkatan jumlah
gas yang lainnya seperti metana dan freon yang digunakan dalam sistem mesinpendingin ruang
atau penimpanan.

Berikut ini beberapa gas rumah kaca yang berada di atmosfer adalah :

Gas karbon dioksida (CO2)


Gas nitrogen oksida (NOx )
CH4 (metana) dan
Gas CFC (Cloro Fluoro Carbon)

Gas-gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batubara dan gas alam)
oleh industri, transportasi maupun rumah tangga. Demikian juga dengan pembakaran hutan dan
peristiwa alam seperti gunung meletus.

Akibatnya adalah terjadi peristiwa pemanasan global.

Dampak Pemanasan Global


Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu permukaan bumi rata-rata 0.74
0.18 C selama seratus tahun terakhir. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 F)
antara tahun 1990 dan 2100. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di atmosfer maka akan semakin
banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer yang akhirnya
meningkatkan suhu permukaan bumi.

Meningkatnya suhu bumi mengakibatkan adanya perubahan iklim yang ekstrim di bumi, yang
dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global juga
mengakibatkan pencairan lapisan es di puncak-puncak gunung dan es di kutub utara dan selatan.
Pemanasan global juga mengakibatkan peningkatan suhu permukaan air laut. Menurut laporan
IPCC tahun 2007 peningkatan permukaan air laut sejak tahun 1961 dengan peningkatan rata-rata
1,8 mm/tahun dan sejak tahun 1993 menjadi 3,1 mm/tahun. Pencairan lapisan es dan salju di
kutub utara mencapai 2,7% per dekade (10 tahun).

Dampak lebih lanjut dari pemanasan global adalah:

a. Volume air laut bertambah mengakibatkan naiknya permukaan air laut.


b. Permukaan air laut meningkat mengakibatkan banjir di daerah pantai.
c. Dapat menenggelamkan pulau-pulau atau kota-kota di dekat pantai
d. Meningkatkan penyebaran penyakit munlar.
e. Curah hujan di daerah yang beiklim tropis meningkat.
f. Tanah lebih cepat mengering walaupun sering terkena hujan, berdampak kekurangan air
kematian tanaman.
g. Sering terjadi angin besar atau badai di beberapa wilayah.
h. Migrasi atau berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin.
i. Punahnya manusia hewan dan tumbuhan yang tidak mampu berpindah atau beradaptasi
dengan suhu yang makin tinggi.
j. meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi.

5. Penipisan Lapisan Ozon (O3)

Ozon adalah salah satu gas yang membentuk atmosfer. Molekul oksigen (O2) yang kita gunakan
untuk bernafas membentuk hampir 20% atmosfer. Pembentukan ozon (O3), molekul triatom
oksigen jumlahnya sedikit dalam atmosfer di mana kandungannya hanya 1/3.000.000 gas
atmosfer.

Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas permukaan bumi yang dikenal
sebagai lapisan ozon. Ozon dihasilkan dari berbagai percampuran kimiawi, tetapi mekanisme
utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga sinar ultraviolet
(UV) dari matahari.
UV dikaitkan dengan pembentukan kanker kulit dan kerusakan genetik. Peningkatan tingkat UV
juga mempunyai dampak kurang baik terhadap sistem imunisasi hewan, organisme akuatik
dalam rantai makanan, tumbuhan dan tanaman.

Ozon dilapisan stratosfer memiliki peran penting dalam menyerap radiasi sinar UV (ultraviolet)
yang dipancarkan matahari ke bumi.

Penyerapan sinaran UV berbahaya oleh ozon stratosfer amat penting untuk semua hidupan di
bumi.

Ancaman yang diketahui terhadap keseimbangan ozon adalah kloroflorokarbon (CFC) buatan
manusia yang meningkatkan kadar penipisan ozon menyebabkan kemerosotan berangsur-angsur
dalam tingkat ozon global.

CFC digunakan oleh masyarakat modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya, dalam
kulkas, bahan dorong dalam penyembur, pembuatan busa dan bahan pelarut terutama bagi
kilang-kilang elektronik.

Masa hidup CFC berarti 1 molekul yang dibebaskan hari ini bisa ada 50 hingga 100 tahun dalam
atmosfer sebelum dihapuskan.

Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 50
km). Di atas lapisan ozon utama, pertengahan julat ketinggian 20 25 km, kurang sinar UV
diserap oleh ozon. Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan UV, dan membebaskan atom
klorin. Atom klorin ini juga berupaya untuk memusnahkan ozon dan menghasilkan

Lubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian tertentu
seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan lubang tersebut terjadi setiap bulan
September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin semi atau awal musim panas.

Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang luas telah dilacak di seluruh
Antartika dengan kenaikan 60% pengurangan ozon berbanding dengan permukaan lubang pra-
ozon. Pada bulan Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah
terjadi di seluruh Antartika.

Dalam tahun 1975, dikhawatirkan aktivitas manusia akan mengancam lapisan ozon. Oleh itu atas
permintaan United Nations Environment Programme (UNEP), WMO memulai Penyelidikan
Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi pemantauan dan penyelidikan ozon
dalam jangka panjang.
Semua data dari tapak pemantauan di seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di
Toronto, Kanada, yang tersedia kepada masyarakat ilmiah internasional.

Pada tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap lapisan
ozon; dalam tahun 1987, UNEP mengambil Protokol Montreal atas bahan yang mengurangi
lapisan ozon.

Protokol ini memperkenalkan serangkaian kapasitas, termasuk jadwal tindakan, mengawasi


produksi dan pembebasan CFC ke alam sekitar. Ini memungkinkan tingkat penggunaan dan
produksi terkait CFC untuk turun ke tingkat semasa 1986 pada tahun 1989, dan pengurangan
sebanyak 50% pada 1999.
B. DAMPAK POLUSI AIR

Air adalah komponen komponen abiotik yang sangat penting bagi lingkungan hidup yaitu bagi
kesehatan manusi dan makhluk hidup lainnya. Air yang telah tercemar mutunya menjadi turun
dan bahkan tidak memenuhi standart kualitas yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup.
Air tercemar menimbulkan pemandangan dan bau yang tidak sedap, keruh dan mungkin
mengandung bahan beracun dan berbahaya, sehingga sangat mengganggu kehidupan biota air.
Sebagian besar zat pencemar dihasilkan oleh kegiatan manusia seperti industri, rumah tangga,
pertanian, pertambangan dan lain-lain. Bahan pencemar air bisa terdiri dari bahan organik
maupun anorganik.

1. Gangguan Kesehatan

Pencemaran air dapat menimbulkan berbagai penyakit menular dan tidak menular

a. Penyakit menular
Penyakit menular sebagai akibat dari pencemaran dapat terjadi karena berbagai sebab antara lain:
a) Air yang tercemar dapat menjadi media bagi perkembang biakan dan pesebaran
mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.
b) Air yang telah tercemar tidak dapat lagi digunakan sebagai pembersih, sedangkan air
bersih mungkin jumlahnya sudah tidak mencukupi lagi.
c) Air yang tercemar limbah organik merupakan tempat yang subur untuk perkembang
biakan mikroorganisme. Mikroorganisme patogen yang berkembang biak dalam air dapat
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit menular.

Tabel: Contoh beberapa penyakit menular yang dapat tersebar melalui air tercemar.
Jenis Mikroba Penyakit Gejala
Virus
Hepatitis A Hepatitis A Demam, sakit kepala, sakit perut,
kehilangan selera makan, pembengkakan
hati sehingga tubuh menjadi kuning
Virus Polio Poliomyelitis Tenggorokan sakit, demam, diare, sakit
pada tungkai dan punggung,
kelumpuhan dan kemunduran fungsi
otot
Bakteri
Vibrio Cholerae Kolera Diare yang sangat parah, muntah-
muntah, kehilangan cairan yang sangat
banyak sehingga menyebabkan kejang
dan lemas
Escherichia coli(strain Diare Buang air besar (BAB) berkali-kali
patogen) dalam sehari, kotoran encer
(mengandung banyak air), terkadang
diikuti rasa mulas atau sakit perut.
Shigella dysentriae Disentri Infeksi usus besar, diare, kotoran
mengandung lendir dan darah, sakit
perut.
Salmonella typhi Tifus Sakit kepala, demam diare, muntah-
muntah, peradangan dan pendarahan
usus.
Protozoa
Entamoeba histolytica Disentri amuba Sama seperti disentri oleh bakteri
Balantidium coli Balantidiasis Pandarahan usus, diare berdarah
Giardia lamblia Giardiasis Diare, sakit perut, terbentuk gas dalam
perut, bersendawa, kelelahan.
Metazoa(Cacing Parasit)
Ascaris Ascaris Demam, sakit perut yang parah,
lumbricoides(cacing gelang) malabsorbsi, muntah-muntah, kelelahan
Taenia saginata(cacing Taeniasis Gangguan pencernaan, rasa mual,
pita) kehilangan berat badan, rasa gatal di
anus.
Schistosoma sp.(cacing Schistosomiasis Gangguan pada hati dan kantung kemih
pipih) sehingga terdapat darah dalam urin,
diare, tubuh lemas, sakit perut yang
terjadi berulang-ulang.

b. Penyakit tidak menular

Air yang tercemar juga dapat menyebabkan penyakit yang tidak menular, walaupun juga
termasuk penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Zat pencemar air yang
menyebabkan penyakit adalah senyawa anorganik, seperti logam berat, dan ada senyawa organik
yang mengandung unsur klorin (Cl) seperti DDT dan PCB yang bersifat beracun bagi makhluk
hidup.

Tabel: Zat-zat polutan yang dapat menyebabkan penyakit

Nama Zat Sumber Nama Penyakit


Kadmium (Cd) Cd adalah logam berat yang Keracunan Cd dapat menyebabkan
banyak digunakan oleh industri kerusakan organ ginjal dan hati,
seperti: pabrik pipa PVC, pabrik mempengaruhi otot polos pembuluh
pengolahan karet, pabrik kaca darah, tekanan darah tinggi
menyebabkan gagal jantung.
Kobalt (Co) Di industri sebagai bahan Keracunan kobalt merusak kelenjar
campuran untuk membuat magnet, tiroid (gondok), menyebabkan
alat pemotong, alat penggiling, kekurangan hormon hasil kelenjar
mesin pesawat terbang, pewarna gondok.Menyebabkan gagal jantung
kaca, keramik dan cat dan endema (pembengkakan
jaringan akibat kelebihan cairan
dalam sel)
Merkuri (Hg) Dalam industri, merkuri digunakan Merkuri masuk ke tubuh manusi
untuk proses pembuatan klorin. bisa melalui konsumsi ikan yang
Merkuri juga terdapat dalam tercemar merkuri. Pada ibu hamil,
baterai, cat, plastik, termometer, menyebabkan bayi cacat mental.
lampu tabung, kosmetik, dan hasil Dalam waktu lama bisa
pembakaran batu bara menyebabkan kerusakan ginjal,
saraf dan jantung.
Timbal (Pb) Limbah Pb berasal dari rembesan Pb dengan konsentrasi >15 mg/l
sampah kaleng yang mengandung dalam darah berbahaya bagi
timbal, cat yang mengandung kesehatan.Pada wanita hamil,
timbal, bahab bakar yang keracunan Pb menyebabkan
bertimbal, pestisida, korosi pipa keguguran, kelahiran prematur, atau
yang mengandung timbal. kematian janin.Pada anak-anak
menyebabkan cacat mental dan
gangguan fisik.

Pada orang dewasa menyebabkan


hipertensi.
Senyawa Senyawa berklorin antara lain Senyawa berklorin bersifat persisten
Organik adalah dikloro-difenil- di alam terakumulasi dalam tubuh
Berklorin trikloroetana (DDT), aldrin, yang berbahaya bagi tubuh.
heptaklor dan klordan sebagai Senyawa berklorin menyebabkan
bahan pestisida. Senyawa ini biasa kerusakan berbagai organ, terutama
diapakai untuk membasmi hati dan ginjal dan dapat
serangga dan hama. Senyawa menimbulkan kanker.
industri adalah poliklorinasi
bifenil (PCB) dan dioksin. DDT
dan PCB dialam dapat mengalami
magnifikasi biologi saat memasuki
rantai makanan atau senyawa
tersebut terakumulasi dalam
makhluk hidup dan konsentrasinya
meningkat pada makhluk hidup
dan konsentrasinya terus
meningkat pada mkhluk hidup
yang berada di posisi lebih atas
pada rantai makanan. Berarti
manusia adalah makhluk yang
sangat beresiko menerima
senyawa-senyawa tersebut.

2. Air Tidak Bermanfaat Sesuai Peruntukannya

Polutan di air menyebabkan penurunan mutu air hingga ke tingkat tertentu. Air yang mutunya
turun mnyebabkan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Jadi air tidak dapat digunakan
menurut keperluannya. Contohnya adalah sebagai berikut:

a. Air tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan rumah tangga

Air yang tercemar menjadi berbau, keruh dan mengandung kuman atau zat berbahaya. Air yang
tercemar tersebut tentu tidak memenuhi standar untuk keperluan air minum, sebagai alat
pembersih (mandi dan mencuci).

b. Air tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan industri

Industri membutuhkan air dengan syarat yang sesuai industrinya. Contohnya industri pengolahan
buah dan sayur memerlukan air yang tidak tercemar.

c. Air tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan pertanian dan perikanan

Air yang sesuai untuk pertanian dan perikanan adalah yang mempunyai nilai pH sedang (6 8).
Pencemaran air akan merubah nilai pH (derajat keasaman). Polutan dari zat-zat anorganik
tertentu ada yang bersifat beracun bagi hewan dan tanaman.

3. Menurunnya populasi berbagai biota air

Penurunan populasi biota air membawa kerugian yang sangat besar. Kerugian secara langsung
adalah berkurangnya sumber mata pencaharian bagi sebagian besar orang sedangkan kerugian
secara tidak langsung adalah keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Beberapa polutan
berbahaya bagi biota air adalah nutrien tumbuhan, limbah yang membutuhkan oksigen, minyak,
sedimen dan panas.

a. Nutrien tumbuhan
Nutrien tumbuhan seperti fosfat dan nitrogen yang jumlahnya berlebihan di perairan dapat
menjadi polutan. Perairan yang mengandung polutan tersebut mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi
menyebabkan ganggang (algae) berkembang biak dengan sangat subur sehingga populasinya
berkembang pesat. Peristiwa perkembangan ganggang secara cepat/pesat disebut algae
blooming.

Akibat dari algae blooming adalah :

a) Mengganggu penetrasi cahaya matahari kedalam perairan karena permukaan tertupi


ganggang.

b) Ganggang yang beracun dapat meracuni biota air.

c) Ganggang yang mati, sel-selnya turun ke dasar perairan mengalami pembusukan


meningkatkan populasi bakteri pengurai yang membutuhkan oksigen. Peningkatan jumlah
populasi bakteri pengurai meningkatkan kebutuhan oksigen / BOD (Biological Oxygen Demand)
di perairan. Peningkatan BOD menurunkan kadar oksigen terlarut / DO (Disolved Oxygen).
Penurunan DO mempengaruhi jumlah populasi biota air terutama bagi biota air yang tidak
toleran terhadap kondisi DO yang rendah.

b. Limbah yang membutuhkan oksigen

Pencemaran oleh limbah yang membutuhkan oksigen (aerob) menyebabkan peningkatan BOD
akibat dari tingginya populasi bakteri aerob yang membusukkan limbah. Peningkatan BOD
menurunkan DO di perairan, sehingga menurunkan jumlah populasi biota air yang tidak toleran
terhadap kondisi DO yang rendah.

c. Minyak

Pencemaran minyak di perairan dapat terjadi di laut dan pantai. Pencemaran minyak dapat
menyebabkan kematian biota air seperti terumbu karang karena minyak bersifat sebagai racun.
Minyak juga dapat menemper pada bulu-bulu burung dan rambut mamalia air sehingga
mengganggu fungsi fisiologis bulu atau rambut yaitu kemampuan mengapung dan kemampuan
menjaga suhu tubuh. Hewan dapat tenggelam dan mati karena suhu tubuhnya menurun drastis.

d. Sedimen / endapan

Pencemaran perairan oleh sedimen dapat menyebabkan perairan menjadi keruh sehingga
menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Perairan yang kekurangan cahaya
menyebabkankemampuan fotosintesis ganggang dan tumbuhan air menurun sehingga
populasinya berkurang. Penurunan populasi ganggang dan tumbuhan air menyebabkan
penurunan populasi biota air lainnya.

Sedimen juga menyebabkan gangguan aliran air atau bahkan tersumbat, membawa endapat
bersifat toksin dan menutupi terumbu karang serta biota air lainnya.
e. Panas

Polusi termal/ panas menyebabkan perubahan suhu perairan secara drastis. Perubahan suhu
mendadak mengakibatkan kemaatian biota air, juga dapar menurunkan DO di perairan.

C. Dampak Polusi Tanah

Tempat pembuangan sampah merupakan lahan yang penuh dengan timbunan berbagai jenis
limbah, sehingga merupakan salah satu sumber utama polusi tanah. Meningkatnya perekonomian
dan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan jumlah limbah. Masalah polusi tanah juga
terjadi di areal pertanian, industri dan pertambangan.

1. Tempat pembuangan

Tempat pembuangan limbah/sampah baik tempat pembuangan sementara maupun tempat


pembuangan akhir (TPA) menimbulkan berbagai dampak polusi. Berbagai jenis limbah yang
tertumpuk seperti limbah cair, padat, organik dan anorganik. Limbah padat yang sulit terurai
akan bertumpuk selama bertahun-tahun memerlukan lahan yang luas.

Lahan disekitar tempat pembuangan tidak ideal untuk pemukiman, pertanian maupun aktivitas
lainnya karena terganggu dari segi estetika dan berbahaya bagi kesehatan. Limbah organik ada
yang mengandung senyawa beracun, seperti logam berat yang dapt meracuni makhluk hidup di
tanah seperti tumbuhan, mikroorganisme dan cacing tanah. Limbah organik menjadi tempet
berkembangnya bakteri pembusuk/pengurai yang dapat menyebabkan penyakit. Limbah organik
yang membusuk dapat mengundang hewan penyebar penyakit seperti nyamuk, lalat dan tikus.

Proses pembusukan limbah organik menimbulkan cairan lindi yang mengandung senyawa
beracun dan menimbulkan gas metan (CH4). Cairan lindi dapat meracuni tanah dan gas metan
adalah gas berbau tidak sedap yang dapt mangganggu kesehatan dan gas metan adalah termasuk
gas rumah kaca.

2. Lingkungan pertanian

Pencemaran tanah dilingkungan pertanian dan perkebunan selain oleh sisa-sisa tumbuhan dapat
terjadi karena penggunaan pestisida kimia, pupuk dan irigasi. Pestisida dapat membunuh hama
pengganggu dan dapat juga membunuh biota tanah yang bergunan bagi kesuburan tanah seperti
cacing tanah dan mikroorganisme.

Pupuk yang digunakan secara berlebihan dapat menjadi racun bagi tanaman. Pestisida dan
pupuk dapat berdampak terhadap kualitas tanah dan juga dapat menjadi polutan di air jika
terbawa oleh aliran air ke perairan.

Proses irigasi dapat menyebabkan tanah mengalami salinisasi yaitu peningkatan kadar garam.
Kadar garam yang terlalu tinggi pada tanah menyebabkan keracunan pada tanaman.

Anda mungkin juga menyukai