Anda di halaman 1dari 2

Langkah pemerintah memblokir situs-situs yang berisikan konten negatif menimbulkan reaksi

pro dan kontra. Banyak pendapat-pendapat bermunculan yang mendukung pemblokiran situs-situs
berkonten negatif tersebut seperti dianggap melanggar undang-undang ITE seperti pornografi, berita-
berita yang berkaitan dengan makan-makanan yang membahayakan masyarakat, situs-situs berisi
iklan seperti perjudian ataupun pornografi, anti NKRI, pencurian data serta penyebaran malware dan
lain-lain. Pemblokiran situs-situs berkonten negative tersebut juga dianggap dapat memberikan
dampak yang buruk seperti merusak generasi muda bangsa, merusak mental dan kesehatan serta
ditakutkan menimbulkan kekerasan, konflik dan perpecahan.

Situs yang berisi konten negatif dapat merusak generasi muda bangsa seperti situs pornografi,
situs perjudian, makanan-makanan berbahaya, berita hoax dan lain-lain. Dilansir dari detikhealth.com
Adre Mayza, SpK (K), Kabid Pemeliharaan Peningkatan Intelegensia Kesehatan, Depkes RI dalam acara
Optimalisasi Peningkatan Intelegensia Otak di GKBI, Sudirman, Jakarta (10/9/2009) menjelaskan dari
seluruh tahap perkembangan otak itu, ternyata remajalah yang paling berpotensi mengalami
kerusakan otak akibat pornografi. "Remaja adalah kelompok yang paling fatal rusaknya jika sudah
kena pornografi. Itu karena bagian otak yang lebih berfungsi pada remaja adalah otak belakang yang
tugasnya hanya menerima informasi tanpa melalui proses penyaringan atau analisis di bagian otak
depan. Ketika lebih banyak informasi tentang pornografi yang masuk ke otak, fungsi otak pun lebih
banyak teralih pada bagian belakang. "Itu artinya bagian otak lainnya menjadi kurang aktif, terutama
otak bagian depan yang seharusnya mulai diasah sejak remaja. Semakin sering otak belakang dipakai
dan semakin jarang otak depan dipakai, seseorang bisa mengalami fungsi kognitif dan kecerdasan.
Padahal yang mempengaruhi kecerdasan seseorang adalah ketebalan korteks yang ada di bagian otak
depan. "Semakin banyak atau rimbun dendrit-dendrit di bagian otak depan, semakin cerdas
seseorang," jelas Adre. Itulah sebabnya mengapa pornografi dapat mengurangi kecerdasan otak
terutama remaja.

Selain pornografi ada juga konten-konten negative seperti hoax yang dapat mempengaruhi
pola pikir masyarakat terutama remaja yang baru mengenal internet. Seperti diketahui, Indonesia
akan mendapat bonus demografi pada tahun 2030an dimana ketika itu mayoritas penduduk Indonesia
berada pada usia produktif sehingga perlu adanya penyaringan informasi sehingga generasi muda
bangsa tidak mudah termakan hoax dan berita-berita yang dapat memecah belah bangsa. Selain
mencegah beredarnya berita hoax, diperlukan juga penambahan minat baca dari para generasi muda
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia sehingga nantinya bisa bersaing
dengan Negara-negara lainnya.

Konten konten negatif yang ada di internet juga ditakutkan menimbulkan terjadinya
kekerasan fisik konflik dan perpecahan dan perpecahan. Misalkan seperti contoh tadi, ketika
seseorang menonton aksi pornografi memicu terjadinya perzinaan dan perkosaan. Menurut data
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama tahun 2010, telah terjadi 40 kasus pemerkosaan
dan kekerasan seksual yang dialami oleh anak setelah pelaku menonton video porno Ariel. Para pelaku
mengaku sebelum memperkosa, mereka terangsang setelah menonton video itu. Ini menunjukan
bahwa resiko kekerasan seksual akibat konten negatif internet dari pornografi mempunya peranan
penting terjadinya kekerasan seksual.

Konten negatif lainnya seperti hoax dan penyebaran isu SARA. Seperti diketahui bahwa
penyebaran berita hoax mempunyai banyak sisi buruk yang ketika si penerima informasi tidak
menggali lagi informasi yang diterimanya maka ia akan sangat mudah terpengaruh dan diprovokasi
untuk terjadi perpecahan. Konten lainnya yang bisa membuat perpecahan adalah SARA. SARA
merupakan sebuah isu yang sangat sensitif mengingat Indonesia merupakan Negara majemuk dengan
berbagai suku,agama, ras dan antar golongan. Ketika ada isu yang menyinggung SARA pasti akan
diikuti reaksi dari golongan yang bersangkutan sehingga memunculkan resiko terjadinya perpecahan
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai