Anda di halaman 1dari 5

Sistem kesehatan Nasional diberlakukan di Indonesia baru 37 tahun sejak kemerdekaan yakni

pada 1982. SKN merupakan suatu pedoman di bidang pembangunan kesehatan terpola. Dengan
keberadaan SKN diharapkan isa menjadi sumber pengendalian dalam upaya mengatrasi berbagai
permasalahan kesehatan yang timbul di masyarakat akibat haridnya perbuhan pola kehidupan
yan gbaru tersebut.

SKN sebagai sumber dokumen konseptual untuk pemahamman dasar perkembangan


berbagai kebijakan kesehatan dapat dijelaskan melalui tiga tahap yaitu :

1. Bagian pertama yang merupakan pemirkiran dasar mengapa SKN dibutuhkan


dan dilahirkan
2. Bagian selanjutnya yang menjelaskan secara rinci tentang kebutuhan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang di bidang kesehatan yang akan diarahkan
3. Terakhir berupa penjabaran tentang bentuk struktur dan pola SKN

Struktur SKN Indonesia

Pembangunan Nasional

Sistem kesehatan Nasional

Sub-subsistem

Komponen-komponen
Berdasarkan sturktur kerangka diatas maka dapat kita jabarkan berbagai subsistem utama dengan
komponen komponennya antaralain :

1. Upaya Kesehatan

Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu


diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa
Indonesia. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan upaya peningkatan, pencegahan,
pengobatan, dan pemulihan. Upaya Kesehatan di implementasi dalam bentuk upaya kesehatan
perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM).

2. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah, Pemerintah Daerah,
swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Cara penyelenggaraan dengan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Penggalian dana bisa didapat dari pajak, bantuan dan pinjaman yang tidak
mengikat, atau dari masyarakat sendiri (out of pocket). Pengalokasian dana ini kemudian diatur
dalam anggaran belanja baik secara nasional (APBN) maupun daerah (APBD). Pembelanjaan
dana kesehatan diarahkan terutama melalui jaminan pemeliharaan kesehatan, baik yang bersifat
wajib maupun sukarela serta dalam upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

3. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

SDM Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan, yang meliputi: upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
serta pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Perencanaan SDM Kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi, dan
distribusi tenaga kesehatan
Pengadaan SDM Kesehatan adalah upaya yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan
pelatihan
Pendayagunaan SDM Kesehatan adalah upaya pemerataan dan pemanfaatan serta
pengembangan
Pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan adalah upaya untuk mengarahkan,
memberikan dukungan, serta mengawasi pengembangan dan pemberdayaan.

4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Makanan

Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai
upaya yang menjamin keamanan, khasiat/manfaat, mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan. Tercapai tujuan dalam program ini terurai pada upaya - upaya sebagai berikut:

Upaya ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan


Upaya jaminan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan serta perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat dan alat kesehatan
Upaya penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
Upaya penggunaan obat yang rasional
Upaya kemandirian sediaan farmasi melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

5. Manajemen dan Informasi Kesehatan

Manajemen dan informasi kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan yang menghimpun
berbagai upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan,
pengelolaan data dan informasi kesehatan yang mendukung subsistem lainnya dari SKN guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

6. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan,baik perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara terencana, terpadu, dan
berkesinambungan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal
ini dapat tercapai dengan adaya kerjasama antara pemerintah yang didukung oleh pihak swasta
dengan masyarakat, misalnya melalui tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi maupun
organisasi.

Esensi keberadaan SKN ini ternyata tidak seimbang dalam implementasinya. Terjadi banyak
kesenjangan baik secara mikro maupun makro yang terlihat secara jelas oleh masyarakat awam
sekalipun. Variasi status kesehatan masyarakat serta fasilitas kesehatan terjadi di Indonesia yang
sangat luas dan sangat padat penduduknya, status kesehatan masyarakat dan fasilitas kesehatan
kawasan Jawa - Bali, dan bagian barat Indonesia sangat berbeda dengan kawasan timur Indonesia.
Saat ini pembangunan fasilitas kesehatan lebih diarahkan pada pembangunan rumah sakit bertaraf
internasional dan bukan pada pembangunan sarana pelayanan kesehatan dasar yang dibutuhkan
masyarakat miskin. Puskesmas yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan
masyarakat kurang diperhatikan. Angka kemiskinan yang masih tinggi yaitu 31,02 juta jiwa atau
sekitar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia, (BPS, 2010) seharusnya mendorong
pemerintah untuk membuat kebijakan kesehatan yang lebih merujuk pada masyarakat miskin
.Dampak kental alur globalisasi seperti bergantungnya Indonesia pada negara lain tercermin pada
besarnya utang negara dan beberapa kesepakatan(The Washington Cosensus) yang harus di
lakukan oleh pemerintah yaitu :

Pemotongan secara drastis dalam pengeluaran publik (termasuk subsidi kesehatan) untuk
mengurangi inflasi nasional
Privatiasi di semua sektor
Desentralisasi

Kenyataan-kenyataan di atas tentu saja menarik jika bisa diterapkan dalam iklim globalisasi.
Dengan sebuah iming-iming tujuan semu, yaitu kesehatan murah dan berkualitas. Namun jika ide-
ide ini ditarik ke arah globalisasi, globalisasi mengharuskan negara untuk tidak ikut campur. Tentu
saja ide subsidi tidak akan berlaku. Karena globalisasi akan meng-haram-kan namanya subsidi.
Swasta yang lebih dominan memegang peranan. Akhirnya semata-mata hanya komersialisasi.
Padahal peningkatan kualitas tidak selalu harus seiring sejalan dengan komersialisasi.

Menilik sistem kesehatan yang dicanangkan oleh WHO, bahwa berfungsinya sebuah sistem
kesehatan dapat dinilai dari keseimbangan antara kebutuhan dan harapan dari masyarakat, di
antaranya :

Meningkatkan status kesehatan baik secara individu, keluarga, maunpun komuntias


Mencegah masyarakat terhadap apa yang mengancam kesehatan
Melindungi masyarakat terhadap konsekuensi buruknya keuangan untuk kesehatan
Menyediakan akses kesehatan yang merata dan berpusat pada rakyat (patient-centered
care)
Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam keputusan yang
mempengaruhi kesehatannya dan sistem kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai