Anda di halaman 1dari 25

HalamanJudul

Makalah Seminar Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


BAYI NY. A UMUR JAM DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RSUD KRT.SETJONEGOROWONOSOBO

Oleh :

Wahyuningsih (13)
Tatik (130217)

Desi Ayu Clara Shinta (13)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA


YOGYAKARTA

2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah Seminar Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


BAYI NY.A UMUR JAM DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RSUD KRT. SETJONEGORO WONOSOBO

Telah disetujui untuk dilakukan pengambilan nilai seminarPraktik Klinik


Kebidanan III pada tanggal ....Maret 2016

Disusun Oleh :

Wahyuningsih (130)

Tatik (130217)

Desi Ayu Clara Sinta ()

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing lahan

Prihastutik, M.Keb. Susi widyaningsih, Amk.


LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Seminar Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


BAYI NY.A UMUR JAM DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RSUD KRT.SETJONEGORO WONOSOBO

TELAH DISAHKAN DAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN PENGUJI


PADA TANGGAL ....MARET 2016

Disusun Oleh :

Wahyuningsih (130)

Tatik (130217)

Desi Ayu Clara Shinta ()

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing lahan

Prihastutik, M.Keb. Susi widyaningsih, Amk.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukurilah kami panjatkankepada Allah SWT yang telah


memberikan nikmat jasmani dan rohani kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah seminar kasus dengan judul Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru lahir Patologi Bayi Ny.A Dengan Berat Badan Lahir Rendah di
RSUD KRT.Setjonegoro Wonosobo.
Penyusun Makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan,bimbingan dan
pengarahan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. ...........selaku kepala RSUD KRT.Setjonegoro Wonosobo.
2. Istri bartini, S.SiT., MPH., selaku direktur utama Akademi Kebidanan
Yogyakarta.
3. Prihastutik, M.Keb., selaku pembimbing akademik dalam pembuatan
makalah ini.
4. Susi Widyaningsih, Amk., selaku pembimbing lahan yang selalu sabar
untuk memberikan bimbingan dan berbagi ilmu selama penulis praktik di
RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo.
5. Serta semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik,
saran dan evaluasi demi peningkatan Makalah ini.

Yogyakarta, ... Maret 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram. Pertumbuhan dan pematangan (maturasi)
organ dan alat alat tubuh belum sempurna. BBLR akibatnya sering
mengalami komplikasi dan sering berujung pada kematian (Harsono, 2011).
BBLR biasanya memerlukan perawatan yang sangat istimewa dimana
memerlukan inkubator dan dalam pengawasan ketat di ruang Neonatal
Intensive Care Unit (NICU). Bayi berat lahir rendah dengan tubuh yang kecil
sangat sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karena itulah bayi perlu
dimasukkan ke dalam inkubator yang telah diatur kesetabilan suhunya
(Proverawati, 2010).
Kelahiran bayi dengan bayi berat lahir rendah hingga saat ini masih
merupakan masalah diseluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan
dan kematian pada masa bayi baru lahir (WHO, 2007). Survey Demografi
Kesehatan Indonesia Survey Demografi Kesehatan Indonesia atau (SDKI)
2012 menunjukkan bahwa kematian neonatal tidak menurun dan tetap
diangka 19 kematian per 1000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian bayi di
Indonesia masih cukup besar, berdasarkan survey Kesehatan dasar
Departemen Kesehatan tahun 2010 neonatus merupakan penyumbang
kematian terbesar pada tingginya kematian bayi dan dalam rentang tahun
2011-2012 angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Menurut
Riskesdas (2007) dalam Pramono (2006) penyebab kematian bayi baru lahir
0-6 hari di Indonesia adalah prematuritas danbayi berat lahir rendah 12,8%.
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada laporan
triwulan III tahun 2014 sebanyak 2.165 kasus, tahun 2013 sebanyak 20,912
(3,75%) memiliki nilai yang sama dengan tahun 2012. Jumlah BBLR tahun
2012 sebanyak 21,573 (3,75%), tahun 2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%)
dan tahun 2010 sebanyak 15,631 (2,69%). Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan. Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUD
KRT.Setjonegoro Wonosobo sendiri pada tahun 2015 dari bulan Januari
sampai Desember berjumlah 272, dari jumlah tersebut semua bayi lahir di
RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo, dan dirawat di ruang perinatalogi,
disamping itu masih ada BBLR dari rujukan bidan, puskesmas maupun RS
lain dengan jumlah 101. Pada bulan Januari sampai februari 2016 ini BBLR
yang dirawat di ruang Perinatalogi sudah mencapai 47. Berdasarkan data
yang diperoleh dari RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo dan dari pemaparan
diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji Bagaiamana Asuhan Kebidanan
pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan lahir rendah di RSUD KRT.
Setjonegoro Wonosobo tahun 2016?
B. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi baru lahir patologi dengan berat
badan lahir rendah?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
patologi dengan berat badan lahir rendah.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui data Subjektif apa saja yang diperlukan untuk melakukan
Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan
lahir rendah .
b) Mengetahui data Objektif apa saja yang diperlukan untuk melakukan
Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan
lahir rendah.
c) Mengetahui Assasmen dari data subjektif dan data objektif yang telah
diperoleh.
d) Mengetahui diagnosa potensial dari Asasmen dan data yang telah
diperoleh.
e) Mengetahui bagaimana antisipasi tindakan segera dari diagnose/
Assasment yang telah diperoleh.
f) Mengetahui rencana apa saja untuk menindak lanjuti Assasment,
diagnosa pontensial dan Antisipasi tindakan segera.
g) Mengetahui bagaimana pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat.
h) Mengevaluasi dari pengumpulan data, assasment, perencanaan serta
pelaksaan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir patologi dengan
berat badan lahir rendah.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi tenaga kesehatan


Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi tenaga kesehatan
terutama perawat atau bidan dalam memberikan asuhan pada bayi baru
lahir patologi dengan berat badan lahir rendah.

2. Manfaat bagi Institusi

Dapat memberikan referensi baru untuk RSUD KRT. Setjonegoro


Wonosobo.

.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Berat Bayi Lahir Rendah


1. Pengertian
Pada tahun 1961 oleh WHO (World Health Organization) semua bayi yang
baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram disebut BLR (low birth
weight infants). Berdasarkan masa kehamilan bayi BLR dapat dibedakan
atas bayi BLR sesuai masa kehamilan (SMK) dan bayi BLR kecil masa
kehamilan (KMK) (Damanik, 2008).
a. Tanda-tanda BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm.
4) Rambut lanogo masih banyak.
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labiya
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun
ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada
bayi laki-laki).
9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
10) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
11) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
12) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
(Atikah & Cahyo, 2010)
B. Jenis BBLR
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan
menjadi sebagai berikut:
1. BBLR tipe KMK disebabkan oleh:
a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
b) Ibu memiliki hipertensi, pre-eklamsia dan anemia
c) Kehamilan kembar
d) Penyakit kronik
e) Ibu hamil merokok
2. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh:
a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar.
b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
c) Cervical imcompetence (mulut rahim rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim)
d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrage)
e) Ibu hamil yang sedang sakit
f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya
(Atikah & Cahyo, 2010)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Berikut
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu
sebagai berikut:
1. Faktor ibu:
a) Penyakit yang diderita oleh ibu seperti anemia berat, perdarahan
antepartum, hipertensi, pre-eklamsi berat, eklamsia, infeksi selama
kehamilan, menderita penyakit menular seksual.
b) Kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c) Kehamilan ganda (multi gravida)
d) Jarak kalahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
e) Mempuyai riwayat BBLR sebelum
f) Sosial ekonomi rendah
g) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
h) Keadaan gizi yang kurang baik
i) Pengawasan antenatal yang kurang
j) Sebab lain: ibu perokok, peminum alkohol, pecandu narkotik,
penggunaan obat antimetabolik.
2. Faktor janin:
a) Kelainan kromosom
b) Infeksi janin kronik
c) Radiasi
d) Kahamilan ganda/ kembar
e) Hidramnion
f) Infark
g) Tumor
h) Plasenta previa
(Atikah & Cahyo, 2010)
D. Masalah yang bisa timbul pada BBLR
Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab
itu mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Makin pendek
masa kehamilan makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Karena kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuh baik anatomik
maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan sebagai berkut :
1. Gangguan pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit,permukaan tubuh relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
berkurang oleh karena lemak coklat yang belum cukup serta pusat pengaturan
yang belum berfungsi secara sempurna.
2. Gangguan saluran pernapasan
Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal
ini disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan
paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga
yang mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita
bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia.
Disamping itu sering timbul pernapasan periodik dan apnea yang disebabkan
oleh pernapasan di medulla belum matur
3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung
bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorsi lemak laktosa dan
vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang,
kerja dari spinter cardio oesofagusyang belum sempurna dan mudah terjadi
aspirasi.
4. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi
vitamin K.
5. Ginjal yang immatur baik secara anatonis maupun fungsinya
6. Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup
mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat
mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik.
7. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan
faktor pembekuan seperti protrombin.
8. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG
gamma globulin. Bayi prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi
dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
9. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia
berat dan syndrome gangguan pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah keotak
bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan lebih banyak lagi karena
tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi
perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan
germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan
ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan
ultrasonografi atau CT scan.
10. Retrolental fibroplasias
Keadaan ini disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi (
Pa O2 lebih dari 115 mmHg = 15 k Pa ). Untuk menghindari retrolental
fibroplasias maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari
40% atau dengan kecepatan 2 liter/ menit.
(Sarwono Prawirohardjo, 2007).
E. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan atau preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil
F. Penatalaksanaan atau penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
1. Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah
a) Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2006: 377)
Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk Dokter,
Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit), cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:
1) Kontak kulit dengan kulit
Penggunaannya yaitu:
Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4oC).
2) Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)
Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi
secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI
eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera
setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah
sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan
KMC meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
3) Pemancar panas
4) Inkubator.
Menurut (Pengantar ilmu Keperawatan anak 1, Hidayat A, 2009: hal 191)
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan
kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan
yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan
didalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan
terbuka.
(a) Inkubator tertutup
Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka apabila
dalam keadaan tertentu seperti apnea; dan apabila membuka
inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi
Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh
Pengaturan oksigen selalu diobservasi
Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27C.
(b)Inkubator terbuka
Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi
Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan
Membungkus dengan selimut hangat
Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.
Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala
Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan dibawah ini
Berat badan 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari ( c)
lahir ( c) ( c) ( c)
<1500 34 36 33 35 33 34 32 33
1501-2000 33 34 33 32 34 32
2001-2500 33 32 34 32 32
> 2500 32 34 32 31 - 32 32

Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya


diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat
badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar
inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
2. Ruangan yang hangat
Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
Berat Badan Suhu ruangan
1500-2000 28-30 C
>2000 26-28 C

3. Pemberian makanan bayi


a) Pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lifase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/
hari dan tinggi Kalori ( 110/kg/ hari ) agar berat badan bertambah
sebaik- baiknya.
b) Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia
c) Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan
cairan lambung hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga
dilakukan pada setiap pemberian minum selanjutnya.
d) Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat
menyusu dengan ibunya, bayi degan kurang 1500 gram diberikan
minum melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba
menyusu pada ibunya, bila daya isap bayi kecil ini lebih baik
dengan dot dibandingkan dengan putting susu ibu pada keadaan
ASI dipompa dan diberikan melalui botol.
e) Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi
pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit,
frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya
berat bayi.
f) Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam.
Penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang
tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk mencegah
regurgitasi/ muntah atau distensi abdomen.
g) Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari
dinaikkan 20 sampai 200 ml/kg/hari
h) Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat
menyusu, ASI dipompa dan dimasukkan kebotol steril. Bila ASI
tidak ada susunya dapat diganti dengan susu buatan yang rendah
lemak yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20 kalori/ 30 ml
air atau sekurang- kurangnya bayi mendapat 110 kalori/ kg BB/
hari. Oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia
aspirasi pada bayi BBLR, maka terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian makanan pada bayi dengan berat
lahir rendah, yaitu :
1) Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu
mengosongkan lambung, atau dalam posisi setengah duduk
dipangkuan perawat atau dengan meninggikan kepala dan suhu
30C ditempat tidur bayi
2) Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan
untuk merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah
keluarnya satu tetes tiap detik.
3) Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi
biru, ada gangguan pernapasan atau perut gembung.
Pengamatan dilakukan terus sampai kira- kira setengah jam
sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan
dengan memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang sudah
dimasak.
4) Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit
demi sedikit dengan perlahan- perlahan dan hati- hati.
Penambahan susu setiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml
setiap kali minum.
5) Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak
selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan
kemudian ditidurkan pada posisi kanan atau tidur dalam posisi
tengkurap, hal ini dilakukan agar tidak terjadi regurgitasi atau
muntah.
6) Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu
minum, kepala bayi harus direndahkan 30 cairan dimulut dan
faring disuction, bila masih biru dan tidak bernapas harus segera
diberi oksigen dn pernapasan buatan. (Winkjosastro, H.2007)
G. Konsep dasar manajemen kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar
pelayanan yang komperehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh
langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodic.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar yang berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan
dalam suatu situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah yang dapat di pecah
menjadi langkah tertentu dan ini bisa berubah sesuai bagaimana keadaan pasien.
Ketujuh langkah tersebut sebagai berikut:
1. Identifikasi Data Dasar
Data yang diambil oleh penulis dilakukan secara terfokus pada masalah yang
dialami pasien sehingga intervensi yang dilakukan dapat terfokus pada masalah
yang diangkat. Dimana pasien dan keluarganya serta bidan yang ada diruangan
perinatologi dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga
mempermudah dalam pengambilan data.
2. Merumuskan Diagnosa
Berdasarkan konsep dasar bahwa dalam menegakkan diagnosa harus
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diagnostik penunjang
(Laboratorium). Menurut Varney, dikatakan bahwa diagnosa lebih sering
diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan kepada apa yang dialami oleh pasien,
sedangkan problem lebih sering dihubungkan dengan bagaimana pasien
menguraikan keadaan yang ia rasakan.
a) Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b) Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan
Berdasarkan literatur literature yang relevan dijelaskan bahwa BBLR
yaitu keadaan dimana berat badan lahir janinnya rendah
3. Masalah Potensial
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi, melakukan
perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan-
kemungkinan yang tiba-tiba terjadi.
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
atau tim kesehatan lainnya
5. Rencana Asuhan Kebidanan
Pada tinjauan manajemen kebidanan, perencanaan adalah proses
penyusunan suatu tindakan berdasarkan identifikasi masalah yang didapat
dan antisipasi diagnosa / masalah potensial yang mungkin terjadi.
Perencanaan tindakan harus berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
6. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada tinjauan manajemen kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana tindakan yang selalu berorientasi pada rencana tindakan dengan
mengadakan kerjasama antara petugas kesehatan lain dan atas persetujuan
klien.
7. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Dimana evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses manajemen
kebidanan, dimana pada tahap ini untuk menilai adanya kemajuan dan
keberhasilan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien
8. Dokumentasi
Dalam melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada pasien dengan
berat badan lahir rendah menggunakan metode 7 langkah varney.
BAB III

STUDY KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


BAYI NY.A UMUR 12 JAM DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RSUD KRT.SETJONEGORO WONOSOBO

No. RM : 661693
Tanggal/Jam masuk : 7 maret 2016/03.00 WIB
Tanggal pengkajian : 7 maret 2016/14.00 WIB
Ruang : Perinatal

I. PENGKAJIAN tgl/jam : 7 maret 2016/ 14.00 WIB


A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. A
Umur : 12 jam
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 7 maret 2016/ jam 02.45 WIB
2. Identitas orang tua istri suami
Nama : Ny. A Tn.M
Umur : 18 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Tlogo, garung
3. Riwayat Kehamilan
- Ibu mengatakan melahirkan satu kali ini dan belum pernah
keguguran
- Ibu mengatakan selama hamil tidak mengkonsumsi obat-
obatan lain selain dari bidan dan dokter
- Ibu mengatakan umur kehamilannya kemarin 33 minggu
4. Keadaan bayi saat ini bayi sudah terpasang infus KA-EN 48
Terpasang OGT dan oksigen 0,5- 1 liter
Bayi sudah masuk dalam inkubator
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Ku : lemah
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : Nadi : 133 x/menit, respirasi : 40 x/menit,
suhu : 36,9 C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : mesochepal, tidak ada caput
Mata : simetris, Tidak ada tanda- tanda infeksi
Hidung :simetris, berlubang, terlihat terpasang oksigen
Nasal kanul
Mulut :bibir merah, simetris, tidak ada labiopalatokhisis,
terlihat terpasang OGT ukuran mr.fr 5
Telinga : simetris, berlubang
Perut :tali pusat masih basah, perut menonjol ketika bayi
menangis, di umbilical terpasang selang OGT
dengan ukuran mr.fr 3 sebagai saluran infus
Genitalia : Testis belum turun dalam skrotum
Punggung : tidak ada cekungan, tidak ada spina bifida
Anus : berlubang
3. Reflek
Reflek moro masih lemah
Reflek rooting masih lemah
Reflek walking masih lemah
Reflek graping, bayi bisa menggenggam tangan pemeriksa
Reflek sucking lemah
Reflek tonick neck lemah
4. Eliminasi
Miksi : sudah keluar
Mekonium : sudah keluar
5. Data penunjang 7 maret 2016
Berat badan/ panjang badan : 1900 gram/41 cm
Hasil laborat : GDS : 70 mg/dl
Golongan darah :B
II. Interpretasi Data
A. Diagnosa kebidanan
Bayi laki-laki Ny.A umur 12 jam lahir spontan preterm dengan berat
badan lahir rendah
- DS: Bayi ny. A lahir spontan tanggal 7 maret 2016 jam 02.45 WIB
Bayi berjenis kelamin laki-laki
- DO: KU : lemah kesadaran : composmentis
Vital sign : Nadi : 133x/menit, respirasi : 40x/menit
suhu : 36,9 C
Berat badan/panjang badan : 1900 gram/ 41 cm
III. Diagnosa Potensial
Tidak ada
IV. Antisipasi masalah
Kolaborasi dengan dokter Sp.A
V. Perencanaan
1. Beritahukan penjelasan kepada keluarga tentang kondisi bayi Ny.A
2. Beritahukan kepada ibu dan keluarga tindakan apa saja yang sudah
dilakukan pada bayi Ny.A
3. Bebaskan jalan nafas Bayi Ny.A
4. Seka bayi Ny.A
5. Cek residu pada bayi Ny.A
6. Penuhi nutrisi bayi Ny.A
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A
8. Lakukan cuci tangan dengan hand rub
DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo S, 2005, ilmu kebidanan, Jakarta : YBP-SP

Manuaba, 2007, pengantar kuliah obstetric, Jakarta : EGC

Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya, padang :


praninta offset.

Profil kesehatan Tahun 2011 Edisi 2012

Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id, online
diakses 04 Juni 2011

Evariny, 2005 Bayi Berat Lahir RendahPra, Prawirohardjo. S.2007 : 771

Winkjosastro, 2006 moh.A.Aziz Alimul Hidayat,2009

Saifuddin AB, 2006 , Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377

http://wiwinsatriani62.blogspot.co.id/2014/12/askeb-bblr.html

Anda mungkin juga menyukai