Anda di halaman 1dari 14

OTONOMI DAERAH

A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah berasal dari kata autonomy dimana auto artinya sedia dan
nomyartinya aturan atau undang-undang, jadi autonomy artinya hak untuk mengatur
dan memerintah daerah sendiri atas inisiatif sendiri dan kemampuan sendiri dimana
hak tersebut diperoleh dari pemerintah pusat. Dalam ketentuan umum undang-
undang no.22 tahun 1999, pengertian otonomi daerah adalah pemberian kewenangan
yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemamfaatan sumberdaya nasional
serta serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka negara kesatuan republik
Indonesia. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

B. Tujuan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Tujuan desentralisasi dan otonomi berdasarkan dua sudut pandang kepentingan, yaitu
kepentingan pemerintah pusat dapat Dilihat dari sudut pandang pemerintah pusat
sedikitnya ada 4 (empat) tujuan utama dari kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah yaitu:

1. Pendidikan politik

2. Pelatihan kepemimpinan

3. Menciptakan stabilitas politik

4. Mewujudkan demokratisasi sistem pemerintahan di daerah.


Sementara bisa dilihat dari sisi kepentingan daerah otonomi daerah adalah

mewujudkan yang disebut dengan :

1. Politik quality, ini berarti bahwa melalui pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
daerah, diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam bebagai aktivitas politik ditingkat lokal.

2. Local accountability, ini berarti akan meningkatkan kemampuan pemerintah


daerah dalam memperhatikan masyarakatnya.

3. Local responsiveness, pemerintah daerah dianggap lebih banyak mengetahui


berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya, maka kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai
masalah yang muncul dan sekaligus meningkatkan percepatan pembangunan Sosial
dan ekonomi.

Dan lebih jauh lagi, tujuan utama dari konsep desentralisasi dan otonomi
daerah dengan tidak hanya membatasinya pada konteks hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat dan daerah, maka semuanya bermuara pada pengaturan mekanisme
hubungan antara Negara dan masyarakat. Kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah bertujuan untuk membuka akses yang lebih besar kepada

Gambaran umum tentang tujuan ideal dari kebijakan desentralisasi dan

otonomi darah diatas, keberhasilan akan sangat bervariasi serta relative dan

konseptual sifatnya pada tiap-tiap daerah. Seperti dari perspektif ekonomi politik,

salah satu faktor penting yang dapat mengganggu pencapaian tujuan desentralisasi

dan otonomi daerah. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena potensi
sumberdaya, kelengkapan prasarana sosial ekonomi dan kemampuan kelembagaan
daerah (masyarakat) masih sangat terbatas. Kemajuan antar daerah,antar kelompok
pendapatan, dan antar sektor kegiatan ekonomi belum sepenuhnya berimbang.
Sehingga pemerintah daerah dalam hal ini harus tetap berpegang pada koridor bahwa
pembangunan daerah yang ada harus dilakukan dari, untuk dan oleh pelaku-pelaku
pembangunan daerah yang bersangkutan.
C. Derajat Otonomi Fiskal Daerah
Hubungan fiskal pemerintah daerah dan pusat dapat diartikan sebagai suatu
sistem yang mengatur bagaimana caranya sejumlah dana dibagi antar

berbagai tingkat pemerintah, serta bagaimana cara mencari sumber-sumber


pembiayaan daerah untuk menunjang kegiatan- kegiatan sector publiknya (Devas,
1989: 179). Menurut Davey (1989:14) ada empat criteria yang perlu diperhatikan
untuk menjamin adanya sistem hubungan pusat dan daerah, yaitu:

1. Sistem tersebut seharusnya memberikan kontribusi kekuasaan yang rasional


diantara tingkat pemerintahan mengenai penggaliaan sumber-

2. Sistem tersebut seharusnya menyajikan suatu bagian yang memadai dari sumber-
sumber dana masyarakat secara keseluruhan untuk membiayai pelaksanaan fungsi-
fungsi penyediaan pelayanan dan pembangunan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.

3. Sistem tersebut seharusnya sejaur mungkin mendistribusikan pengeluaran


pemerintah secara adil diantara daerah daerah atau sekurang - kurangnya
memberikan prioritas pada pemerataan pelayanan kebutuhan dasar tertentu.

4. Pajak atau retribusi yang dikenakan oleh pemerintah daerah harus sejalan dengan
distribusi yang adil atas beban keseluruhan dari pengeluaran pemerintah dalam
masyarakat.

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi


terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Artinya, daerah otonom harus
memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber- sumber keuangan
sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk
membiayai penyelengaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan
pusat harus seminimal mungkin, sehingga pendapatan asli daerahnya (PAD) harus
menjadi sumber keuangan yang lebih besar, yang didukung oleh kebijakan
perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem
pemerintahan negara.
D. Keuangan Pusat dan Daerah
Teori Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

Dalam undang-undang Nomor undang-undang 22 tahun 1999 terdapat dasar dan


sistem hubungan pusat dan daerah yang dirangkum dalam 3(tiga) hal

prinsip utama yaitu:

a. Desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintah dari


pemerintah tingkat atas ke pemerintah daeh.

b. Dekonsentrasi yang berarti perlimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala


wilayah atau kepala instansi vertical tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat daerah.

c. Tugas pembantuan yang berarti pengkoordinasian prinsip desentralisasi dan


dekonsentrasi oleh kepala daerah yang memiliki fungsi ganda sebagai penguasa
tunggal didaerah dan wakil pemerintah pusat didaerah. Akibat prinsip ini dikenal
daerah otonom dan wilayah administratif.

Selanjutnya menurut Menurut Kuncoro (1997), berpijak pada tiga azas di atas
(desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan ), pengaturan hubungan
keuangan pusat dan daerah didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Urusan yang merupakan tugas-tugas pemerintah daerah dalam rangka


dekonsentrasi dibiayai dari dan atas APBN.

b. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat
atasnya, yang dilaksanakannya dalam rangka tugas pembantuan, dibiayai oleh
pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah tingkat atasnya atas baban
APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan. Sepanjang potensi sumbeer-sumber
keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah pusat memberikan sejumlah
sumbangan.

D. Kemandirian Keuangan daerah


Ketergantungan fiskal pemerintah daerah dari pemerintah pusat adalah realitas
yang tidak bisa dipungkiri, realitas tersebut ditandai dengan adanya hubungan fiskal
antara pusat dan daerah yang memberlakukan adanya control pusat terhadap proses
pembangunan daerah yang tinggi. Hubungan ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi
PAD (Pendapatan Asli Daerah ) terhadap total pendapatan daerah disbanding
besarnya subsidi yang diterima dari pemerintah pusat. Untuk mengukur indicator
kemampuan fiskal daerah sebagai cara mengetahui kemandirian pemerintah daerah
dapat digunakan perbandingan antara kemampuan dalam menggali dana melalui
sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan daerah (kuncoro). Apabila rasio
tersebut semakin besar. Persoalan kecilnya PAD ini menjadi sangat relevan ketika
dikaitkan dengan otonomi daerah. Dengan kata lain, masih cukup banyak pemerintah
kabupaten yang tidak siap menghadapi otonomi, jika otonomi itu dimaknai dengan
kemampuan keuangan daerah membiayai pembangunan dari sumber-umber
penerimaan daerah (PAD). Tetapi ketergantugan tersebut justru semakin tinggi terjadi
pada daerah dimana titik berat otonomi dilaksanakan sesuai dengan undang-undang
Nomor 22/1999. Tingkat kemandirian yang rendah tersebut dapat dicermati kembali
dalam sumber-sumber pembiayaan pembangunan dalam suatu daerah.

E. Sumber Pendapatan Pemerintah


Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pembentukan
undang- undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan
kepada pemerintah daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows
function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan
yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan.
Kadjatmiko (dalam Halim, 2007:194) mengatakan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat yang didasarkan pada azas
desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (tax
assignment) serta bantuan keuangan (grant transfer) atau dikenal dengan dana
perimbangan. Undang undang no 33tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pasal 5 ayat 2 menjelaskan,
pendapatan daerah bersumber dari: 1) pendapatan asli daerah ;2) dana perimbangan.

F. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan asli daerah yang disebut dengan PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang undangan (uu no. 33 tahun 2004 pasal 1 ayat 18). Sumber pendapatan asli
daerah, di peroleh dari:

a) pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah tanpa
memberikan timbal balik langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan undang undang yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyeleggaraan pemerintah dalam pembangunan daerah. Selain itu Davey
mengemukakan pendapatnya tentan pajak daerah yaitu:

1. pajak yang dipungut oleh pemerintah daerahdengan peraturan pemerintah

daerah sendiri.

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tapipendapatan

tarifnyadilakukan oleh pemda.

3. Pajak yang dipungut atau ditetapkan oleh pemda.

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi

pungutannya kepada, dibagi hasilkan dengan atau dibebani

pungutantambahan(opsen) oleh pemda.

b) Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa


pemberian ijin tertentu terkhusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Jenis jenis dari retribusi daerah

adalah pajak jasa umum, pajak jasa usaha, retribusi perijinan tertentu. Pembayaran
retribusi oleh masyarakat menurut davey adalah:

1. Dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada

total cost daripada pelayanan pelayanan yang disediakan.

2. Dalam beberapa hal retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost

daripada pelayanan-pelayanan yang disediakan.

Disamping itu menurut kaho, ada beberapa cirri-ciri retribusi yaitu:

1. Retribusi dipungut oleh Negara.

2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis.

3. Adanya kontraprestasiyang secara langsung dapat ditunjuk.

4. Retribusi yang dikenakankepada setiap orang atau badan yang menggunakan atau
mengenyam jasa-jasa yang dikeluarkan oleh Negara.

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan terdapat pula


sumber-sumber pendapatan lain yaitu penerimaan lain-lain yang sah, namun
walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantungpada potensi daerah
itu sendiri.

G. Dana Perimbangan sebagai salah satu kesatuan


Menurut undang undang No 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 19, 20, 21, dan 23
dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan pada daerah untuk menandai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dapat digaris bawahi bahwa seyogianya semua pihak
melihat dana perimbangan sebagai suatu kesatuan, yakni transfer pusat untuk
mengatasi sekaligus ketimpangan vertikal (pusat-daerah) dan ketimpangan horizontal
(antar-daerah).

Dana perimbangan terdiri dari:


1. Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk menandai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

2. Bagi hasil sumber daya alam, yang meliput i sector kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, minyak bumu, gas alam, dan panas bumi.

3. Dana alokasi umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DAU suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi
dasar.

H. Dana alokasi khusus (DAK)


Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Daerah penerima
DAK wajib menyediakan dana pendamping sekurangkurangnya 10% dari alokasi
DAK (UU Otonomi Daerah 2004:221-222 ).

I. Dana Alokasi Umum


Diera otonomi daerah, distribusi DAU adalah transfer bersifat umum yang
jumlahnya sangat signifikan, dimana penggunaannya menjadi kewenangan daerah
Oleh karena itu DAU dapat dilihat sebagai respon pemerintah terhadap aspirasi
daerah untuk mendapatkan bagian dan control yang lebih besar terhadap keuangan
Negara. Jumlah yang sangat signifikan itu menyebabkab DAU menjadi sumber
penerimaan terpenting bagi hampir semua pemerintah daerah di Indonesia.

J. Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila telah


menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan kebijakan
tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua
bagian yaitu teori makro dan teori mikro (Guritno, 2001).

1. Teori Mikro

Tujuan teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah


untuk menganalisa faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik
dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan barang publik tersebut. Interaksi
antara permintaan dan penawaran barang public untuk menentukan jumlah barang
publik yang harus disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang
harus disediakan selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.
Sebagai contoh apabila pemerintah menetapkan akan membangun sebuah pelabuahan
yang baru. Pembangunan pelabuhan akan menghasilkan permintaan barang lain yang
dihasilkan oleh sector swasta seperti, semen, baja, alat-alat angkutan dan sebagainya.

Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa factor:

a. Perubahan pemerintah akan barang publ ik

b. Perubahan akt ivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publ ic dan juga
perubahan dari kombinasi yang digunakan dalam proses produksi.

c. Perubahan kualitas barang public

d. Perubahan harga-harga faktor-faktor produksi.

2. Teori Makro

a) Model Pembangunan Tentang Pembangunan Pemerintah Model ini dikembangkan


oleh W.W Rostow dan RA Musgrave yang menghubungkan pengeluaran pemerintah
dengan tahapan-tahapn ekonomi. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, menurut
mereka pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional cukup besar.
Hal ini dikarenakan pada tahap ini pemerintah harus menyediakan berbagai sarana
dan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi penbangunan
tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan dan mencapai tahap lepas landas.
Bersamaan dengan itu porsi investasi yang dilakukan swasta juga akan meningkat.
Tetapi besarnya peranan pemerintah adalah pada tahap ini tidak seimbang dengan
adanya banyak kegagalan pasar yang ditimbulkan oleh perkembangan pasar itu
sendiri, yaitu kasus eksternalitas yang ditimbulkan misalnya pwencemaran
lingkungan. Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi
total terhadap pendapatan nasional semakin besar, tetapi rasio antara investasi
pemerintah dan pendapatan nasional akan semakin kecil.

a. Hukum Wagner

Pengamatan Adolf Wagner terhadap Negara-negara Eropa Amerika, dan


Jepang pada abad ke -19 menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam
perekonomian semakin meningkat. Wangner mengukur perbandingan pengeluaran
pemerintah terhadap produk nasional. Wagner menamakan hukum aktivitas
pemerintah yang selalu meningkat(the Low of increasing state of activity).Wagner
mengemukakan pendapatnya dalam bentuk hukum, akan tetap dalam pandangannya
tidak disebutkan dengan jelas apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran
pemerintah dan GNP, apakah dalam pertumbuhan secara relative ataukah secara
absolute. Apabila yang dimaksud oleh wagner adalah perkembangan pengeluaran
secara relative sebagaimana teori Musgrae, maka hukum wagner adalah sebagai
berikut dalam suatu perekonomian, apabila pendapat perkapita meningkat, secara
relatif pengeluaran pemerintah pun akan menigkat. Wagner menyadari bahwa dengan
bertumbuhnya perekonomian hubungan antara industri dengan industri, hubungan
industri dan masyarakat dan sebagainya akan semakin kompleks. Dalam hal ini
wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah harus mengatur hubungan yang
timbul bagi masyarakat , hokum pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.
Kelemahan hukum Wangner adalah karena hukum tersebut didasarkan pada suatu
teori mengenai pemilihan barang-barang publik hokum wagner dapt di formulasikan
sebagai berikut(Guritno,2001):

b. Teori Peacock dan Wiseman


Peacock dan Wiseman adalah dua ahli yang mengemukakan teori
perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Pandangan mereka mengenai
pengeluaran pemerintah adalah bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk
memperbesar pengeluarannya sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
yang lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar
tersebut. Menurut Peacock dan Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan
pungutan pajak akan semakin besar meskipun tariff pajaknya tetap (tidak
berubah)yang pada gilirannya mengakibatkan peningkatan pengeluaran pemerintah
pula. Jadi dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional akan menaikkan pula
penerimaan dan pengeluaran pemerintah (Guritno, 2001). Apabila jadi terganggu,
katakanlah karena perang eksternalitas lain, maka pemerintah-pemerintah terpaksa
harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut.
Konsekuensinya timbul tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak yang lebih
besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dan swasta ikut untuk investasi
dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek pengalihan (Displacement
effect), yaitu adanya gangguan sosial dalam perekonomian menyebabkan aktivitas
swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Jika pada saat terjadi gangguan sosial
dalam perekonomian timbul efek penggantian,maka sesudah gangguan berakhir akan
timbul efek lain yang disebut efek infeksi (inspection effect), yang menyatakan
gangguan sosial menumbuhkan kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu
ditangani oleh pemerintah sesudah redanya gangguan sosial tersebut. Kesadaran
semacam inilah menggugah kesadaran masyarakat untuk membayar pajak lebih besar,
sehingga memungkinkan pemerintah untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar
pula. Inilah yang dimaksud dengan analisis sialetika pengeluaran pemerintah.

Hipotesis Peacock dan Wiseman ini dikritik oleh Bird. Bird mengatakan
bahwa selama ada gangguan sosial memang ada peralihan aktivitas pemerintah dari
sebelum gangguan kreat ivitas yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal
menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam presentasenya dalam GNP,
akan tetap setelah terjadinya gangguan. Jadi menurut Bird efek pengalihan merupakan
hanya gejala jangka pendek. Tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang. Suatu hal
yang perlu diperhatikan dalm teori Peacock dan Wiseman adalah mereka
mengemukakan adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan akan tetap
mereka tidak mengatakan pada tingkat berapakah toleransi perpajakan tersebut.
K. Klasifikasi pengeluaran pemerintah

Sebelum tahun 2004 belanja daerah dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Pengeluaran rutin

Pengeluaran rutin untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda


pemerintahan sehari-hari, meliputi: belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam
subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga), angsuran dan bunga utang pemerintah,
serta sejumlah pengeluaran pemerintah lainnya. Anggaran belanja rutin memegang
peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta
upaya peningkatan efisien dan produktivitas pada gilirannya akan menunjang
tercapainya sasaran dan tujuan tiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi
pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah
yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan
efisiensi itu antara lain diupayakan melalui penjaminan lokasi pengeluaran rutin,
pengendalian dan koordinasi pelaksanaan dan pembelian barang dan jasa
kebutuhan/departemen/ lembaga Negara non departemen, dan pengurangan berbagai
macam subsidi secara bertahap.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat menambah modal


masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik dan non fisik. Dibedakan
atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan
proyek. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
membiayai program-program pembangunan sehingga anggaranya selalu disesuaikan
dengan mobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai
dengan prioritasyang telah direncanakan.

Namun setelahtahun 2004, pada periode 2004-2006 belanja daerah terdiri dari :

1. Belanja Aparatur Daerah

Belanja aparatur daerah adalah bagian belanja administrasi umum, belanja


operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal yang dialokasikan untuk membiayai
kegiatan yang hasil, mamfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat.

2. Belanja Pelayanan Publik

Belanja pelayanan publik adalah bagian belanja administrasi, belanja operasi


dan pemeliharaan, serta belanja modal yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan
yang hasil, mamfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat.
TUGAS PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Nama : Deden Kusuma Putra

Kelas : XI IPS 2

Guru : Mudiyanto, S.pd MM imoet

SMAN 79

JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai