Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No.

1, November 2009 33

Kegagalan Panggil (Fail Connection) pada Sistem Jaringan


Telepon Selular (GSM)

Ulfah Mediaty Arief


Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang
ulfaharief@yahoo.com

Abstrak: Penggunaan jaringan selular GSM pada kenyataanya di lapangan belum


sepenuhnya memuaskan masyarakat pelanggannya. Karena aspek keberhasilan panggilnya
tidaklah selalu 100% berhasil panggil. Demikian pula dengan kelanggengan sambungannya
tidaklah selalu mencapai 100% berhasil langgeng sambungannya.
Gagal panggil (Fail Connection) adalah suatu proses permintaan panggilan ke suatu nomor
tertentu yang tidak bisa dipenuhi oleh jaringan, sehingga panggilan tersebut tidak
tersambung. Sedangkan gagal langgeng sambungan (Call Drop) adalah suatu kondisi
dimana pembicaraan yang terjadi tiba-tiba terputus yang bukan keinginan dari pelanggan.
Faktor keberhasilan panggil (Succes Connection) dan kelanggengan sambungan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kapasitas yang tersedia, propagasi gelombang
radio, kuat sinyal dan keandalan jalur transmisi.

Kata kunci: Gagal Panggil, Gagal Langgeng Sambung

1. Latar Belakang Masalah ketersediaan kapasitas jaringan (capacity)


dan tingkat kualitas layanan jaringan
Jaringan telekomunikasi selular GSM telah (quality) (Boucher Neil J., 1995).
dioperasikan di Indonesia sejak tahun 1994. Kualitas jaringan yang buruk dapat terjadi
Sejak kemunculannya hingga saat ini karena adanya gagal panggil (call fail),
jaringan GSM telah banyak menarik minat gagal langgeng sambungan (call drop),
masyarakat, karena keunggulan mobilitasnya interferensi, cakupan sinyal yang lemah
dan kejernihan kualitas suaranya. Hingga (poor coverage) dan blocking (Boucher
tahun 2002 ini jumlah pelanggannya telah Neil J., 1995).
melebihi 6 juta pelanggan di Indonesia Keberhasilan panggil dan keberhasilan
(Laporan berkala TELKOM tahun 2002). langgeng sambungan dapat dilihat pada
protokol pensinyalan komunikasinya
Namun demikian pada kenyataannya aspek (Mehrota Asha, 1996).
keunggulan mobilitasnya tersebut belumlah Proses pensinyalan dalam protokol
memuaskan pelanggannya. Karena aspek komunikasi GSM dapat dilihat dengan alat
keberhasilan panggilnya tidaklah mencapai ukur Protocol Analyzer K1103 (Otte Frank,
100%. Demikian pula dengan kelanggengan 1997).
sambungannya tidaklah selalu mencapai
100%. Hal ini berdasarkan keluhan
pelanggan yang dimuat di koran Suara 2. Jaringan GSM
Merdeka terbitan bulan Januari Maret tahun
2002 yang pada intinya menyatakan bahwa Pada prinsipnya sistem GSM terdiri dari
pelanggan belum puas dalam melakukan tiga subsistem utama (Mehrota
komunikasinya dengan lancar dikarenakan Asha,1996), yaitu:
kadang-kadang susah memanggil ke nomor 1. Subsistem Sentral Penyambungan
relasinya serta kadang-kadang pembicaraan (network switching subsystem),
yang dijalaninya terputus secara tiba-tiba. 2. Subsistem Radio (radio subsystem),
3. Subsistem Pendukung Pengoperasian
Permasalahan yang biasa muncul dalam (operation support subsystem).
sistem telekomunikasi selular GSM adalah
luasnya cakupan pelayanan (coverage),
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 34

Subsistem sentral penyambungan 1. Base Station Subsystem (BSS)


(Network Switching Subsystem, NSS) merupakan piranti yang terdiri atas
perangkat pancarima dan perangkat
Subsistem Sentral Penyambungan ini pengontrol yang menyediakan semua
menyediakan peralatan dan fungsi-fungsi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk
penyambungan mulai dari awal panggilan memberikan cakupan radio pada area
sampai akhir panggilan . Elemen-elemen dari pelayanan yang terdiri atas:
sistem ini adalah: - Base Station Controller (BSC),
1. Sentral Penyambungan Seluler (Mobile mem-punyai tugas mengontrol dan
Switcing Center, MSC) mengatur kerja BTS
2. Pencatat Lokasi Pelanggan Pendatang - Base Transciever Station (BTS),
(Visiting Location Register, VLR) fungsinya untuk memancarkan dan
3. Pencatat Lokasi Pelanggan Asli (Home menerima sinyal radio dari ponsel
Location Register, HLR) (mobile station) ke antar muka udara
4. Pusat Otentikasi Pelanggan (air interface), dan bertugas untuk :
(Authentication Centre, AuC) Mengkodekan sinyal-sinyal
5. Pengidentifikasi Perangkat Ponsel komuni-kasi, mengenkripsi,
(Equipment Identification Register, EIR) menjamakkan dan memodulasi
Mengirim sinyal singkronisasi
MSC merupakan induk jaringan yang pancar dan terima
berfungsi sebagai penyambungan Mengukur unjuk kerja kanal radio
komunikasi percakapan. MSC mempunyai Memantau jarak dari ponsel ke
antarmuka ke seluruh komponen jaringan BTS
seluler dan jaringan tetap (ISDN / PSTN). Medeteksi permintaan panggilan
(Random Access)
VLR bertugas untuk menerima dan 2. TRAU (Transcoding and Rate
menyimpan seluruh data pelanggan Adaptation Unit)
pendatang sebelum, sesudah, dan selama Transkoder merupakan komponen
proses pemanggilan terjadi. yang mempunyai fungsi untuk
menyesuaikan laju transmisi yang
HLR merupakan pusat basis data pelanggan berbeda dari 13 kbps menjadi 64 kbits/s
asli dalam sistem. Dalam HLR tersimpan untuk kemampuan bicara dan koneksi-
data-data pelanggan asli. HLR juga koneksi data pada bagian radio.
mempunyai tugas untuk mengetahui posisi
terkini setiap lokasi ponsel. Jaringan selular GSM yang terdiri atas
Sentral Penyambungan Selular (Mobile
AuC terhubung dengan HLR, yang Switching Center, MSC), Stasiun
mempunyai fungsi untuk menyediakan Pengontrol Pemancar Selular (Base
parameter otentikasi nomor pelanggan Station Controller, BSC), Stasiun
(authentication) dan kode penyandian sinyal Pemancar Selular (Base Transceiver
percakapan (chiphering keys) yang Station, BTS), digambarkan seperi pada
digunakan untuk menyimpan beberapa Gambar 1.
informasi untuk menjaga keamanan.
MSC yang merupakan induk dari jaringan
EIR merupakan suatu basis data yang berisi GSM berfungsi sebagai sentral
informasi tentang tipe-tipe piranti dan penyambungan (switching) untuk
sejumlah pengenal untuk ponsel (Mobile menyambungkan pemanggil dengan yang
Station, MS) yang diakui dalam suatu daerah. dipanggil. BSC bertugas untuk mengontrol
dan mengatur kerja BTS. BTS bertugas
Subsistem radio (Radio Sub System, untuk melayani panggilan dari ponsel
RSS) pelanggan.

SubSistem Radio terdiri atas beberapa


komponen fungsional sebagai berikut:
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 35

Operation and maintenance sub- 2. Fungsi Pengantarmuka (Interface


system (OMS) X.25)
3. Pengaturan Suatu Gangguan (Fault
OMS ini menyediakan fungsi-fungsi yang Management)
diperlukan untuk pengoperasian jaringan dan 4. Mengontrol konfigurasi menggunakan
untuk memberikan informasi tentang piranti lunak
unjukkerja sistem. Secara umum OMS 5. Mengontrol status jaringan yang aktif
mempunyai fungsi sebagai: 6. Membangkitkan Alarm bila ada
1. Pendukung untuk perawatan dan pemeli- gangguan jaringan
haraan

Gambar 1. Arsitektur jaringan seluler GSM

3. Kinerja Jaringan GSM 3.1.1 Meninggikan posisi antena

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dengan mempertinggi antena pancar


kinerja jaringan telekomunikasi GSM adalah maka akan dapat menjangkau daerah-
sebagai berikut: daerah yang terhalang, sehingga akan
mengurangi adanya kehilangan daya
3.1. Cakupan sinyal (coverage) akibat kerugian perambatan sinyal.

Pelanggan hanya akan dapat melakukan 3.1.2 Memperbesar daya pancar


percakapan dengan baik apabila
mendapatkan sinyal yang baik pula. Dengan memperbesar daya pancar maka
Kekuatan sinyal pada suatu daerah luas cakupan juga akan menjadi besar
dipengaruhi oleh luas cakupan yang dimiliki namun untuk daerah perkotaan yang
oleh jaringan tersebut. Oleh sebab itu pada padat daya pancar yang tinggi akan dapat
daerah yang tidak rata (contoh pada analisis meningkatkan kemungkinan terjadinya
ini adalah daerah Semarang ke selatan ke interferensi, sehingga diperlukan
arah Salatiga), maka cakupan radio tidak pengontrolan interferensi yang lebih baik.
dapat mencapai 100% dari luas daerah yang
harus dilayani. Ada dua hal yang bisa Dengan demikian cakupan pelayanan
dilakukan untuk memperluas daerah cakupan yang baik akan ditentukan oleh ketepatan
sebagai berikut: penentuan koordinat lokasi pemancar,
arah antenna pemancar, kekuatan daya
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 36

pancar perangkat pemancar, dan kekuatan terhadap sel lain, dan sel lain misalnya C2
gain antena yang digunakan. Daya pancar juga menggunakan frekuensi yang sama
setiap BTS adalah 43 dBm atau sama F1.
dengan 25 Watt. Daya pancar ini secara
normal dapat memberikan sinyal dengan jari- Dengan digunakannya pengulangan
jari sejauh 5 Km. Sedangkan setiap ponsel frekuensi ini, maka pemakai yang berada
mempunyai daya pancar sebesar 33 dBm di sel lain dapat secara simultan
sama dengan 2 Watt. Daya tangkap menggunakan frekuensi yang sama.
minimum dari BTS dan ponsel adalah 102 Dengan penggunaan pengulangan
dBm. frekuensi maka dapat ditingkatkan
efisiensi penggunaan spektrum frekuensi,
akan tetapi bila sistem tidak dirancang
3.2. Frekuensi kerja secara sempurna maka dapat berakibat
timbulnya interferensi kanal bersama (co-
Sesuai dengan rekomendasi ETSI (European channel interference).
Telecommunication Standards Institute),
frekuensi kerja dari sistem GSM adalah Jarak minimum antara sel kanal sama
sebagai berikut: yang diperbolehkan dalam pengulangan
1. Frekuensi terima (uplink) : 890 MHz frekuensi dipengaruhi oleh beberapa
915 MHz faktor yaitu jumlah sel kanal sama yang
2. Frekuensi kirim (downlink) : 935 MHz berdekatan dengan pusat sel, bentuk
960 MHz geografi, tinggi antena, dan besarnya
daya pancar masing-masing sel.
Untuk keperluan pembicaraan timbal balik
(full duplex), maka dalam satu kanal radio Jarak pengulangan frekuensi dirumuskan
BTS biasanya digunakan satu pasang sebagai (Boucher Neil, 1995) :
frekuensi yaitu frekuensi terima (uplink) dari
ponsel ke BTS dan frekuensi kirim (downlink) D = R (3k )
dari BTS ke ponsel.
dengan:
Dengan spektrum per kanalnya adalah 200 D = jarak pengulangan frekuensi
KHz maka total kanal yang disediakan oleh R = jari-jari sel
sistem GSM adalah 25,000 / 2000 = 125 K = pola pengulangan frekuensi
kanal.
Dimana kanal nomor 1 mempunyai Bila daya pancar sama untuk seluruh sel,
alokasi frekuensi : nilai K dinaikkan, maka jarak pengulangan
1. Terima (Uplink) : 890,0 MHz 890,2 MHz frekuensi D menjadi naik, sehingga
2. Kirim (Downlink) : 935,0 MHz 935,2 interferens kanal sama berkurang. Bila
MHz nilai K besar dengan jumlah kanal yang
dialokasikan tetap, maka jumlah kanal
Dan demikian seterusnya untuk kanal nomor dalam K sel menjadi kecil, sehingga akan
2 sampai dengan nomor 125. Frekuensi kerja terjadi efisiensi spektrum.
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Pada sistem digital, sistem modulasinya
Sistem komunikasi bergerak selular juga dapat bekerja dengan signal to noise ratio
dirancang menggunakan pengulangan yang rendah, sehingga untuk kualitas
frekuensi (frequency reuse) untuk yang sama, jarak pengulangan frekuensi
mengefektifkan terbatasnya kapasitas karena dapat diperkecil dan efisiensi spektrum
lebar pita frekuensi yang ada. Pengulangan dapat naik. Hal ini adalah salah satu
frekuensi ini dilakukan dengan cara keuntungan yang diberikan selular digital
pemanfaatan suatu frekuensi yang sama dibandingkan dengan selular analog.
pada lokasi area yang berbeda. Misalnya,
kanal frekuensi F1 digunakan untuk sel C1
dengan jari-jari cakupan R serta berjarak D
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 37

3.3. Interferensi frekuensi yang berdekatan sehingga


energi sinyal dari kanal yang satu
Pada suatu daerah tertentu yang padat dan memasuki kanal lainnya. Di dalam sistem
terdapat banyak pemancar BTS maka pada selular, interferens kanal bersebelahan
daerah tersebut kemungkinan akan terjadi lebih mudah dikontrol jika dibandingkan
penurunan kualitas pembicaraan akibat dengan interferens kanal bersama, yaitu
digunakannya kanal yang sama atau kanal dengan filter yang curam (filter orde tinggi,
yang berdekatan. Penurunan kualitas tetapi biasanya harganya mahal).
pembicaraan ini bisa disebabkan karena
adanya interferensi. Interferensi yang terjadi 3.3.3 Interferensi intersimbol
bisa berupa interferensi kanal yang sama (intersymbol interference)
(co-channel interferense), interferensi kanal
bersebelahan (adjacent channel Interferensi intersimbol terjadi akibat
interferense), atau juga karena interferensi adanya tunda sebaran yang besar dalam
yang timbul dari sistem radio lain misalnya medium lintasan jamak atau karena laju
dari sistem selular analog. Untuk lebih bit transmisi yang tinggi. Jika 1 bps
jelasnya diterangkan sebagai berikut membutuhkan 1 Hz, maka laju bit
(Boucher Neil, 1995): transmiasi R1 dapat ditentukan berdasar
persamaan:

3.3.1 Interferensi kanal yang sama (co- Dengan = tunda sebaran (delay
channel interference) spread)

Interferensi kanal yang sama terjadi ketika I


R1 =
dua atau lebih kanal komunikasi
menggunakan frekuensi yang sama.
Penggunaan frekuensi yang sama ini 3.3.4 Interferensi jarak-dekat jarak-
awalnya bertujuan untuk meningkatkan jauh (near-end to far-end
kapasitas jaringan. interference)
Interferens kanal yang sama merupakan Interferensi jarak-dekat jarak-jauh terjadi
fungsi parameter q yang didefinisikan karena adanya perbedaan jarak yang
sebagai: cukup besar antara pelanggan yang satu
D dengan pelanggan lain ke BTS. Sinyal
q=
R yang diterima dari pelanggan yang lebih
dekat dengan BTS lebih kuat
dengan: dibandingkan sinyal yang berasal dari
D = jarak antara sel-sel yang menggunakan pelanggan yang letaknya lebih jauh dari
frekuensi yang sama BTS. Sinyal yang lebih kuat itu akan
R = radius sel
menutup sinyal yang lebih lemah. Derajat
penutupannya tergantung pada jarak
Nilai q disebut faktor pengurangan interferens ponsel ke BTS.
kanal yang sama (co-channel radiation
faktor) yang dapat ditentukan untuk setiap Jika daya pancar dari pelanggan dalam
level atas perbandingan sinyal terhadap
satu sel sama, level sinyal yang diterima
interferensi yang diinginkan. BTS hanya ditentukan oleh redaman
lintasan antara pengirim dan penerima.
Perbandingan daya near-end terhadap
3.3.2 Interferensi kanal bersebelahan far-end (NE/FE) didapat dari:
(adjacent channel interference)
NE path loss terhadap d 2 (near - end)
=
Interferensi kanal bersebelahan terjadi akibat FE path loss terhadap d1 (near end )
adanya dua buah sel yang saling NE d2
bersebelahan menggunakan dua spektrum = 40 log
FE d1
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 38

Jika di lapangan h1 = 55m, h2 = 1,6m, f =


3.4. Rerugi lintasan udara (path loss) 900 MHz maka:

Rerugi lintasan perambatan sinyal besarnya a (h2 ) = (1.1 log 900 0.7) 1.6
berbeda-beda sesuai dengan kontur (1.56 log 900 0.8) = 0.3
daerahnya. Rerugi ini secara umum (Boucher
Neil, 1995) dibagi dua yaitu :
Sehingga Rerugi Lintasan Sinyal pada
daerah tersebut adalah
PL = 69.55 + 26.16 log 900 13.82 log 55
3.4.1 Rerugi pada ruang bebas 0.3 + (44.9 6.55 log 55) log 2
hambatan = 132,56 dB
Perambatan sinyal pada daerah yang berada Rerugi perambatan sinyal antara ponsel
di bebas hambatan yaitu antara ponsel dan dan BTS dapat juga terjadi karena sinyal
BTS dapat diberikan sebagai berikut : tersebut melalui beberapa lintasan yang
berbeda (multipath).
PL = 20 log (42 . dkm . fMHZ) dB

dimana :
PL = path loss dalam dB
dkm = jarak dalam kilometer
fkm = frekuensi dalam megahertz

Sehingga jika di lapangan d = 2 km dan f =


900 MHz maka Rerugi Lintasan Sinyal
adalah :
PL = 20 log (42 x 2 x 900) dB
= 20 log 75600 dB
= 97,6 dB

3.4.2 Rerugi lintasan pada daerah yang


ada hambatannya

Perambatan sinyal yang disebabkan Lintasan yang berbeda-beda tersebut


karena adanya hambatan misalnya adanya akan berakibat pada sinyal penerimaan
pepohonan, rumah atau gedung yang dapat menjadi bervariasi. Rerugi lintasan jamak
diberikan sebagai berikut : ini biasanya terjadi pada lokasi yang
bergedung-gedung atau pada daerah
PL = 69.55 + 26.16 log fMHz - 13.82 log h1 yang tidak rata dan berbukit-bukit akibat
a(h2) lintasan rambatan sinyal yang banyak
+ (44.9 6.55 log h1) log dkm dB mengalami pemantulan oleh struktur
bangunan yang ada, serta pengaruh
permukaan tanah tidak rata.
dimana :
PL = path loss dalam dB Proses perambatan sinyal dari pemancar
f MHz = frekuensi dalam megahertz BTS ke ponsel yang melalui kabel, antena
h1 = tinggi antena Base station dalam BTS, rerugi lintasan udara, antena ponsel
meter digambarkan pada gambar 2.
h2 = tinggi antena penerima dalam meter
a(h2) = (1.1 log f 0.7)h2 (1.56 log f 0.8) Dari gambar di atas terlihat bahwa sinyal
dkm = jarak dalam kilometer yang dipancarkan oleh pemancar BTS
akan mengalami redaman dari berbagai
lintasan yang dilewatinya, sehingga daya
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 39

sinyal yang diterima oleh ponsel dapat cukup. Kapasitas merupakan hal yang
dihitung sebagai berikut : penting dalam perancangan suatu
jaringan, sehingga perumusannya
Daya terima ponsel = daya pancar BTS (Boucher Neil, 1995) secara umum
(rerugi kabel + rerugi lintasan ) diperlihatkan pada perhitungan berikut ini:
Bila daya pancar BTS = 43 dBm, rerugi kabel
BTS = - 3 dBm, penguatan antena BTS = 17
dBm, penguatan antena ponsel = 0 dBm, Ca = Nc / Cr
rerugi kabel ponsel = 0 dBm maka Daya dengan:
Terima ponsel adalah : Ca = Kapasitas
1. Daerah bebas halangan Nc = Jumlah kanal tersedia (dalam erlang
Yang mempunyai rerugi lintasan udara = Kanal)
97,6 dBm pada jarak 2 km, Cr = Tingkat trafik (biasanya dalam mili
Daya Terima ponsel = 43 3 + 17 erlang)
97,6 dBm = - 40,6 dBm
2. Daerah dengan hambatan rumah / pohon
Yang mempunyai rerugi lintasan udara = Misalnya suatu pemancar BTS dirancang
132,56 dBm pada jarak 2 km, beroperasi dengan 4 Trx yang menurut
Daya Terima ponsel = 43 3 + 17 standar GSM 1 TRx menempati 7 kanal
132,6 dBm = - 75,6 dBm berarti ada 28 kanal yang tersedia pada
BTS tersebut, dan tingkat trafik menurut
standar di Indonesia 15 mili Erlang. Maka
3.5 Derau (noise) kapasitasnya dapat dihitung dengan cara:
Dalam komunikasi bergerak derau secara
umum ada dua macam yaitu derau yang Kanal = 28, di dalam tabel Erlang B, 28
berasal dari alam dan derau buatan manusia. kanal berarti sama dengan 17.5 Erlang
Derau alam, misalnya derau termal, derau Kanal. Tingkat trafik 15 mili Erlang artinya
angin dan derau atmosfer. Derau termal setiap sambungan pembicaraan rata-rata
disebabkan oleh gerakan-gerakan elektron adalah 0,015 x 60 menit = 0,9 menit = 54
akibat perubahan suhu yang terjadi pada detik.
setiap komponen yang mudah terpengaruh
panas, seperti transistor ataupun kabel. Sehingga kapasitas BTS yang mempunyai
Derau ini tidak dapat dihindari. Sedangkan 4 TRx dengan rata-rata percakapan
derau buatan manusia misalnya derau suara sebesar 54 detik adalah :
kendaraan bermotor atau bising mesin-mesin
listrik. Ca = Nc / Cr = 17.5 / 0,015 = 1166.7
satuan sambungan per jam
3.6 Ketersediaan kapasitas (capacity)
Untuk melayani kebutuhan percakapan
semua pelanggan maka dibutuhkan 3.7 Kegagalan Panggilan
kapasitas jaringan yang cukup. Tingkat (Unsuccess Call)
pelayanan percakapan kepada pelanggan
dispesifikasikan dengan perhitungan GOS Misalkan, Q adalah banyaknya panggilan
(Grade Out of Service) yang diukur dengan dalam satu jam, jika dalam satu jam
suatu blocking probability 0.02 (2%) untuk tertentu terdapat satu panggilan yang
pembuatan panggilan pada satu jam. Dalam gagal maka panggilan yang berhasil = Q-
kenyataannya kemungkinan terjadinya 1, sedangkan besarnya laju kegagalan
bloking pada setiap sel tidaklah sama, panggil adalah 1/Q. Laju kegagalan
misalnya pada lokasi perkotaan kemungkinan panggil harus selalu dijaga agar tetap
blokingnya lebih besar daripada daerah kecil, sebab apabila laju kegagalan
pedesaaan. Untuk mengurangi tingkat panggil tersebut besar maka kualitas
kegagalan akibat bloking tersebut harus jaringan menjadi buruk. Adapun
dilakukan sistem perencanaan kapasitas kegagalan tersebut kemungkinan bisa
yang baik dan jumlah kanal radio yang disebabkan oleh tidak cukup kuatnya
signal atau tidak cukupnya jumlah kanal
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 40

yang dapat digunakan pada daerah tersebut. 4. Sistem Pensinyalan Panggilan


pada Jaringan GSM
Kegagalan panggilan ini berupa gagal
panggil (call fail) dan gagal langgeng Prosedur pensinyalan pembuatan
sambungan (call drop). panggilan pada jaringan GSM
digambarkan sebagai berikut (Otte Frank,
1997) :

Gambar 3 Prosedur Pembuatan Panggilan

Proses pemanggilan pada telepon selular (Location Area Code), frekuensi, serta
GSM dijelaskan sebagai berikut: parameter-parameter jaringan
Tahapan Pensinyalan I (dari saat ponsel SIM Card baru == location update
mati): SIM card pernah digunakan ==
Power on ; pin code membandingkan LAC
Scanning frekuensi downlink GSM( 935
960), tuning di sinyal terkuat Tahapan pensinyalan II (saat ponsel
Sinkronisasi agar sinyal dapat diterima memang-gil):
dengan benar Idle mode == mendengarkan
Mengambil informasi-informasi dari sinyal apabila dipanggil oleh jaringan melalui
BCCH berupa : identitas operator, LAC Paging Channel.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 41

Akan meminta pelayanan jaringan == Selama proses pembicaraan


mengirim RACH pensinyalan berlangsung dengan
Dijawab oleh jaringan dengan mengirim menggunakan FACCH
AGCH yang juga berisi nomor SDCCH Pensinyalan yang ada selama proses
yang harus diduduki. pembicaraan:
Melalui kanal SDCCH dilakukan proses o Untuk handover.
otentikasi, ciphering dan perintah o Untuk mengakhiri pembicaraan.
pendudukan traffic channel (TCH).
Setelah TCH diduduki pembicaraan dimulai Proses pensinyalan penyambungan ke
suatu nomor yang dipanggil digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 4. Prosedur Penyambungan Ke Nomor Yang Dipanggil

Tahapan Pensinyalan III (saat ponsel ke jaringan yang dijawab dengan sinyal
mengakhiri pembicaraan): yang sama oleh jaringan.
Apabila pembicaraan diakhiri maka dari Dilanjutkan dengan pengiriman sinyal
ponsel dikirimkan sinyal DISCONNECT RELEASE dan RELEASE
COMPLETE dari kedua belah pihak.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 42

Kualitas dan kuat sinyal selama proses call


establishment report yang dikirimkan 6. Saran
melalui SACCH.
Untuk memberikan layanan yang
Kegagalan panggilan (call fail) dapat terjadi memuaskan masyarakat pelanggannya,
pada subsistem sentral penyambungan sebaiknya operator GSM menyediakan
(NSS) dan bisa juga terjadi pada subsistem kapasitas jaringannya cukup, serta
radio (RSS). mengantisipasi kontur daerah layanan
yang bervariasi, serta terbebas dari
Hal ini bisa disebabkan oleh faktor faktor gangguan interferensi maupun gangguan
ketersediaan kanal (capacity) pada jaringan rerugi rambatan sinyal.
tertentu yang tidak sesuai dengan jumlah
panggilan yang dibuat pelanggan, kuat sinyal
(coverage), dan interferensi frekuensi sinyal 7. Daftar Pustaka
(interference co - channel, adjacent channel),
rerugi lintasan sinyal (path loss). Asha, M. 1996. GSM System Engineering,
Mobility Management. Artech House
Kegagalan panggilan bisa terjadi setiap Publishing. -
waktu, namun diduga akan lebih banyak Frank, O. 1997. Signalling. Satelindo
terjadi pada waktu sore hingga petang hari Publishing. -
dibandingkan dengan pagi atau siang hari. Harian Suara Merdeka, Januari Maret,
2002
Berdasarkan daerahnya, maka kegagalan Laporan berkala Telkom, 2002
panggilan dan kegagalan langgeng Neil J, Boucher. 1995. The Cellular Radio
sambungan diduga akan lebih banyak terjadi Handbook, Planning Network
pada daerah yang konturnya terjal dan Function. Quantum Publishing. -
berbukit dibandingkan dengan daerah yang
landai.

5. Kesimpulan

1. Rerata kegagalan panggil yang terbesar


terjadi pada daerah yang terjal,
dibandingkan dengan daerah yang
berbukit dan daerah yang landai, yang
disebabkan karena rerugi rambatan
sinyal ( path loss) lebih besar.
2. Rerata kegagalan panggil pada sore hari
lebih tinggi dibandingkan dengan waktu
pagi dan siang hari, karena pada sore
hingga malam hari biasanya muncul
gangguan fading udara.
3. Kegagalan panggil lebih banyak
disebabkan karena faktor NSS
dibandingkan dengan karena faktor BSS.
4. Kegagalan panggil karena NSS lebih
banyak disebabkan karena kegagalan
panggil ke nomor khusus billing yang
mencapai dibandingkan dengan
panggilan ke nomor umum yang hanya
saja.

Anda mungkin juga menyukai