Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN KADAR KLOROFIL DENGAN SPEKTROFOTOMETER

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan
Yang dibina oleh Bapak Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc.

Oleh
Kelompok 5/ Offering A 2016
Agrintya Indah Mawarni 160341606041
Aprilia Aurely Putri F. 160341606068
Hikmah Buroidah 160341606047
Nur Aini 160341606069
Yanang Surya Putra H. 160341606061

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
NOVEMBER 2017
1. TOPIK
Penentuan Kadar Klorofil Dengan Spektrofotometer.

2. TANGGAL PRAKTIKUM
Rabu, 15 November 2017

3. TUJUAN
Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui kadar klorofil tanaman yang memiliki
umur berbeda-beda.

4. DASAR TEORI
Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam
kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sintesis
molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil,
yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam
daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata (Campbell
et al., 2002). Klorofil terdiri dari klorofil a dan b. Antara klorofil a dan klorofil b
mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias
menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa
merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke
klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua
jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen, bila
gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil. Cahaya,
beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain
tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan
katalis dalam sintesis klorofil. Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi
klorofil (Lakitan, 2007). Klorofil adalah senyawa ester dan larut di dalam solvent
organik. Ekstraksinya dilakukan dengan menggunakan pelarut organik polar,
khususnya acetone dan alkohol. Kandungan klorofil bersifat tidak stabil dan lebih
mudah rusak bila terkena sinar, panas, asam dan basa (Abdul, 2008).
Salah satu cara untuk dapat menentukan kadar klorofil adalah dengan metoda
spektofotometri (Dwijoseputro, 1985). Spektrofotometri sesuai dengan namanya
adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar
dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut
ditransmisikan maka akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada
fotometer filter sinar dari panjang gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan
berbagai filter yang punya spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang
tertentu (Noggle, 1979). Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan
konsentrasi larutan di dalam kuvet (Cairns, 2009).

5. ALAT DAN BAHAN


1. Daun dengan umur yang
berbeda
2. Alkohol 96%
3. Kertas Saring
4. Spektrofotometer
5. Mortar dengan pistil
6. Labu takar 100 ml
7. Saringan

6. PROSEDUR KERJA
Berikut adalah cara kerja dari praktikum ini.

Ambil 1 gram daun yang masih segar dipotong kecil-kecil, diekstrak


dengan alkohol 96% dengan cara digerus dalam mortar sampai seluruh
klorofil larut.

Saring ekstrak klorofil, masukkan dalam labu takar 100 ml, jika ekstrak
belum mencapai 100 ml tambahkan alkohol 96% sampai 100 ml.

Setelah blanko diatur arbsorbansinya 0 (T 100%) ukur arbsorbansi larutan


ekstrak klorofil pada panjang gelombang 665 dan 649 nm.

Catat arbsorbansinya dan hitung kadar klorofil dengan rumus dari


Wintermans dan de Mots
7. HASIL PENGAMATAN
Kelompok 1 (Daun Sirsak)
OD 665 OD 649
Jenis Daun
Absorbansi Transmiter Absorbansi Transmiter
Daun Muda 0,692 20,4 0,686 20,6
Daun Sedang 0,430 37,0 0,382 41,6
Daun Tua 0,466 34,4 0,428 37,2
a. Daun Muda
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,692) 5,76 (0,686)
= 5,5294 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 (OD 665)
= 25,8 (0,686) 7,7 (0,692)
= 12, 3704 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,686) + 6,1 (0,642)
= 17,9412 mg/l
b. Daun Sedang
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,430) 5,76 (0,382)
= 3,69068 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,382) - 7,7 (0,430)
= 6,5446 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,382) + 6,1 (0,430)
= 10,263 mg/l
c. Daun Tua
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,466) 5,76 (0,428)
= 3,918 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,428) - 7,7 (0,466)
= 6,5446 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,428) + 6,1 (0,466)
= 11, 4026 mg/l
Kelompok 2 (Daun Puring)
OD 665 OD 649
Jenis Daun
Absorbansi Transmiter Absorbansi Transmiter
Daun Muda 0,510 30,8 0,460 34,6
Daun Sedang 0,462 34,6 0,460 34,6
Daun Tua 0,694 20,2 0,690 20,4
a. Daun Muda
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,462) 5,76 (0,416)
= 3,93324 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 (OD 665)
= 25,8 (0,416) 7,7 (0,462)
= 7,1754 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,416) + 6,1 (0,462)
= 11,1382 mg/l
b. Daun Sedang
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
=13,7 (0,510) 5,76 (0,460)
= 6, 987- 2,6496
= 4, 3374 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,460) 7,7 (0,510)
= 11, 868- 3, 927
= 7, 941 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,460)+ 6,1 (0,510)
= 9,2+3,111
= 12, 311 mg/l
c. Daun Tua
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,694) 5,76 (0,690)
= 5,5334mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 (OD 665)
= 25,8 (0,690) 7,7 (0,694)
= 12,4582 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,690) + 6,1 (0,694)
= 18,0334 mg/l
Kelompok 3 (Daun Jambu Air)
a. Daun Muda
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,321) 5,76 (0,302)
= 2,65818 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 (OD 665)
= 25,8 (0,302) 7,7 (0,321)
= 5,3199 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,302) + 6,1 (0,321)
= 8,5117 mg/l
b. Daun Sedang
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
=13,7 (0,690) 5,76 (0,390)
= 7,2066 mg/l
Klorofil b (mg/l) = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,390) 7,7 (0,690)
= 4,749 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,390)+ 6,1 (0,690)
= 12,009 mg/l
c. Daun Tua
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,484) 5,76 (0,438)
= 4,10792 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,438) - 7,7 (0,484)
= 7,5736 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,438) + 6,1 (0,484)
= 11,7124 mg/l
Kelompok 4 (Daun Nangka)
a. Daun Muda
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (1,040) 5,76 (0,229)
= 1,41768 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 (OD 665)
= 25,8 (0,229) 7,7 (1,040)
= 3,3096 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,229) + 6,1 (1,040)
= 4,738 mg/l
b. Daun Sedang
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
=13,7 (1,800) 5,76 ( 0,985)
= 18, 9864
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 ( 0,985) 7,7 (1,800)
= 11, 553
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,985) + 6,1 (1,800)
= 67, 28
c. Daun Tua
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (1,800) 5,76 (1,820)
= 14,1768 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (1,820) - 7,7 (1,800)
= 33,096 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (1,820) + 6,1 (1,800)
= 47.380 mg/l
Kelompok 5 (Daun Mangga)
a. Daun Muda
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,253) 5,76 (0,151)
= 2,59634 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 (OD 665)
= 25,8 (0,151) 7,7 (0,253)
= 1,9477 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,686) + 6,1 (0,642)
= 4,5633 mg/l
b. Daun Sedang
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,516) 5,76 (0,408)
= 5,53512 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,516) - 7,7 (0,408)
= 10,1712 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,516) + 6,1 (0,408)
= 12,78888 mg/l
c. Daun Tua
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,516) 5,76 (0,542)
= 3.94728 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,516) - 7,7 (0,408)
= 9,1394 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,516) + 6,1 (0,151)
= 5,981 mg/l
8. ANALISIS DATA
8.1 Daun Muda
8.2 Daun Sedang
Daun yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar klorofil dengan
spektofotometer adalah dengan daun setengah tua diambil dari daun nomer 3 dari
pucuk. Daun setengah tua yang diambil kemudian ditimbang sampai 1 gram setelah
itu daun dipotong kecil-kecil, diekstrak dengan menggunakan alkohol 96% dengan
cara digerus didalam mortar sampai seluruh klorofil larut.
Menyaring ekstrak klorofil, kemudian dimasukkan dalam labu takar 100 ml,
jika ekstrak belum mencapai volume 100 ml ditambahkan alkohol 96% hingga 100
ml. pada praktikum ini menggunakan alkohol karena alkohol mampu melarutkan
klorofil, Menurut Rozak M. (2008) Klorofil adalah senyawa ester dan larut di
dalam solvent organik. Ekstraksinya dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik polar, khususnya acetone dan alkohol. Kandungan klorofil bersifat tidak
stabil dan lebih mudah rusak bila terkena sinar, panas, asam dan basa. Dan Menurut
Tjitrosomo (1990) Klorofil mudah larut dalam pelarut-pelarut seperti aseton dan
alkohol. Dalam larutan, klorofil menunjukkan sifat fluoresensi berwarna merah
yang artinya warna larutan itu hijau pada cahaya yang diteruskan tetapi merah tua
pada cahaya yang dipantulkan.
Setelah itu blanko diatur absorbansinya 0 (T 100%), Menurut Day dan
Underwood (1998) Larutan pembanding dalam spektrofotometri pada umumnya
adalah pelarut murni atau suatu larutan blanko yang mengandung sedikit zat yang
akan ditetapkan atau tidak sama sekali. Larutan blanko digunakan sebagai kontrol
dalam suatu percobaan sebagai nilai 100% transmittans. Menurut Beran (1996)
Pengukuran parameter-parameter ini sangat penting, karena data yang diperoleh
nantinya tidak hanya sebagai ukuran angka-angka biasa namun juga baik kualitatif
maupun kuantitatif dengan dapat menunjukkan nilai besaran yang sebenarnya.
Setting nilai absorbansi = 0. Setting nilai transmitansi = 100%.
Selanjutnya menukur nilai absorbansi larutan ekstrak klorofil daun setengah
tua dengan panjang gelombang 665 nm dan 649 nm. Setelah itu mencatat nilai
absorbansinya dan menghitung kadar klorofil dengan rumus dari wintermans dan
de mots. Menurut Suyitno (2008) Metode Wintermans and De Mots (1965),
menggunakan palarut ethanol (ethyl alchohol) 96 % dan mengukur absorbansi (A)
larutan klorofil pada panjang gelombang () = 649 dan 665 nm.
Nilai absorbansi yang diperoleh pada panjang gelombang 665 adalah 0,516,
sedangkan nilai absorbansi pada panjang gelombang 649 adalah 0,408.
Berikut perhitungan kadar klorofil :
Klorofil a = 13,7 (OD 665) 5,76 (OD 649)
= 13,7 (0,516) 5,76 (0,408)
= 5,53512 mg/l
Klorofil b = 25,8 (OD 649) 7,7 ( OD 665)
= 25,8 (0,516) - 7,7 (0,408)
= 10,1712 mg/l
Klorofil total = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)
= 20 (0,516) + 6,1 (0,408)
= 12,78888 mg/l

8.3 Daun Tua


Dari data pengamatan dapat diketahui bahwa rata-rata kadar klorofil pada
daun tua lebih tinggi dibanding daun-daun yang lain. Hal tersebut dimungkinkan
karena pada daun tua pembentukan kloroplas masih sudah sempurna sehingga
klorofil yang dibentuk juga banyak. Selain itu jumlah klorofil bersifat akumulatif,
semakin tua umur daun semakin lama tumbuhan melakukan fotosintesis dan
menyebabkan semakin banyak klorofil yang dikandungnya.

9. PEMBAHASAN
9.1 Daun Muda
Suatu tanaman pada tiap perkembanganya dapat menghasilkan kandungan
klorofil yang berbeda, hal ini disebabkan kandungan klorofil pada daun meningkat
dengan bertambahnya umur daun (Lakitan, 2012). Umur daun dapat diketahui
berdasarkan posisi daun. Daun tanaman semakin ke arah pangkal semakin tua, oleh
sebab itu posisi daun dapat mempengaruhi kandungan klorofil pada daun.
Sumenda et al (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa bahwa kandungan
klorofil daun mangga berbeda antara daun bagian pucuk, daun muda dan daun tua.
faktor lain yang berpengaruh pada pembentukan klorofil yaitu umur daun dan
tahapan fisiologis suatu tanaman (Biber, 2007).

Umur daun berkaitan dengan posisi daun, dimana umur daun dapat diketahui
dengan melihat posisi daun. Semakin mendekati posisi pangkal pada batang maka
umur daun semakin tua. Berdasarkan umur daun, kandungan klorofil daun
meningkat dengan bertambahnya umur daun. Klorofil yang terbentuk pada daun
muda atau pada posisi daun di bagian pucuk masih sedikit, namun semakin ke arah
bagian pangkal batang umur daun meningkat yang menyebabkan kandungan
klorofil pada daun juga meningkat. Hal ini ditandai dengan warna hijau pada daun
yang awalnya hijau muda kemudian berubah menjadi hijau tua (Pandey and Sinha,
1979).

9.2 Daun Sedang


Kemampuan bersaing tumbuhan untuk cahaya tergantung luas daun yang
berada pada saat tumbuh dan struktur tubuh tumbuhan tersebut. Makin tinggi
intensitas cahaya mencapai tumbuhan dimana daunnya makin jauh cahaya maka
laju fotosintesis menjadi maksimum (Dwidjoseputro, 1985). Umur daun dan
tahapan fisiologis suatu tanaman merupakan faktor yang menentukan kandungan
klorofil. Tiap spesies dengan umur yang sama memiliki kandungan kimia yang
berlainan dengan jumlah genom yang berlainan pula. Hal ini mengakibatkan
metabolisme yang terjadi juga berlainan terkait dengan jumlah substrat maupun
enzim metabolismenya (Setiari, 2009).
Berdasarkan hal tersebut, jumlah klorofil total lebih besar pada daun
setengah muda. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Sutrisno ( 2013 ), klorofil
total lebih banyak pada daun tua karena kadar klorofil berdasarkan tiap-tiap umur
daun yakni daun muda dan daun tua disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
faktor internal dan faktor eksternal. Kandungan klorofil pada suatu daun akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur daun. Peningkatan ini terjadi sejalan
dengan pertumbuhan dari daun muda menjadi daun tua, tanaman masih melakukan
biosintesis klorofil. Berdasarkan struktur dan kandungan dari daun tua lebih banyak
membutuhkan nutrisi untuk keperluan hidup yakni sebagai sumber energi, maka
dapat dikatakan bahwasanya daun tua masih melakukan biosintesis klorofil.
Sedangkan pada daun yang masih muda, kandungan klorofilnya masih sedikit,
karena daun ini masih belum banyak melakukan biosintesis klorofil. Dalam hal ini
selain faktor internal, perbedaan kandungan klorofil juga dapat di pengaruhi faktor
eksternal diantaranya intensitas cahaya, naungan, morfologi dan luas permukaan
daun. Besar intensitas cahaya yang diterima atau diabsorpsi daun bergantung dari
jumlah klorofil yang dimiliki oleh daun tersebut. Namun ada pendapat lain menurut
Lakitan ( 2007 ) bahwa umur daun sangat mempengaruhi proses fotosintesis,
dimana proses penuaan akan berdampak pada kelambanan proses fotosintesis.
Sehingga daun yang telah tua memiliki kadar klorofil yang lebih rendah. Namun
dalam beberapa kondisi seringkali nutrisi yang jumlahnya terbatas lebih sering
didistribusikan ke daun yang lebih tua daripada ke daun yang lebih muda, sehingga
kadar klorofil lebih tinggi daun setengah tua lebih tinggi dibandingkan pada daun
muda.

9.3 Daun Tua


Dari hasil pengukuran kadar klorofil ketiga umur daun jika dibandingkan
dengan daun muda dan daun setengah tua, rata-rata kadar klorofil pada daun tua
paling lebih rendah dari rata-rata kadar klorofil pada daun setengah tua. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori dimana klorofil total lebih banyak pada daun tua
karena kadar klorofil berdasarkan tiap-tiap umur daun yakni daun muda dan daun
tua disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal
Sutrisno ( 2013 ). Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu gen, nutrisi, cahaya, dan
air.
Kandungan klorofil pada suatu daun akan meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur daun. Peningkatan ini terjadi sejalan dengan pertumbuhan dari
daun muda menjadi daun tua, tanaman masih melakukan biosintesis klorofil.
Berdasarkan struktur dan kandungan dari daun tua lebih banyak membutuhkan
nutrisi untuk keperluan hidup yakni sebagai sumber energi, maka dapat dikatakan
bahwasanya daun tua masih melakukan biosintesis klorofil. Sedangkan pada daun
yang masih muda, kandungan klorofilnya masih sedikit, karena daun ini masih
belum banyak melakukan biosintesis klorofil. Selain itu, perbedaan kandungan
klorofil juga dapat di pengaruhi oleh faktor eksternal seperti intensitas cahaya,
morfologi dan luas permukaan daun. Besar intensitas cahaya yang diterima atau
diabsorpsi daun bergantung dari jumlah klorofil yang dimiliki oleh daun tersebut.
Berbeda dari pendapat-pendapat diatas, menurut Lakitan ( 2007 ) selain
faktor-faktor diatas, faktor yang juga berpengaruh pada kadar klorofil yaitu umur
daun. Umur daun mempengaruhi proses fotosintesis, dimana proses penuaan akan
berdampak pada kelambanan proses fotosintesis. Sehingga daun yang telah tua
memiliki kadar klorofil yang lebih rendah. Namun dalam beberapa kondisi
seringkali nutrisi yang jumlahnya terbatas lebih sering didistribusikan ke daun yang
lebih tua daripada ke daun yang lebih muda, sehingga kadar klorofil lebih tinggi
daun setengah tua lebih tinggi dibandingkan pada daun muda.

9.4 Perbandingan Ketiga Daun


Berdasarkan data di atas, daun muda memiliki kadar klorofil yang paling
rendah, kemudian daun sedang dan daun tua. Kadar klorofil dipengaruhi oleh
banyak faktor salah satunya yaitu umur. Pada praktikum ini ditunjukkan bahwa
semakin tua umur suatu tanaman maka semakin tinggi kadar klorofilnya, hal ini
sesuai dengan teori Setiari (2009) yang menyatakan bahwa berdasarkan faktor umur
tanaman, maka dapat dikatakan bahwa makin tua umur tanaman akan menghasilkan
kandungan klorofil yang semakin tinggi.
Kadar klorofil yang berbeda pada berbagai umur daun disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut (Santoso, 2014).
a. Dalam proses fotosintasis, klorofil berfungsi sebagai senyawa pigmen penerima
cahaya dengan berbagai panjang gelombang tertentu yang nantinya gelombang
ini dapat menyebabkan elektron pada klorofil tereksitasi dari tingkat energi
tertentu dan akan diterima oleh molekul penerima elektron atau aseptor
elektron.
b. Adanya intensitas cahaya yang mengenai daun berbeda, daun muda terletak
dipucuk sehingga dengan adanya intensitas cahya yang banyak dengan jumlah
klorofil yang dihasilkan banyak digunakan untuk proses fotosintesis maka akan
memyebabkan rendahnya kadar klorofil.
c. Pada daun yang usianya tua kadar klorofilnya paling banyak hal ini disebabkan
karena pada daun tanaman yang sudah tua memiliki jaringan yang cukup
kompleks sehingga berdampak pada proses fotosintesis yang akan terjadi dengan
maksimal. Selain itu pada daun yang sudah dewasa selain memiliki klorofil yang
digunakan untuk melakukan perlindungan sehingga klorofilnya tidak akan
langsung mengalami fotosintesis secara belebihan. Selain itu dengan adanya
karbohidrat pada daun yang usianya sudah tua pada saat proses fotosisntesis
akan menghasilkan karbohidrat dalam jumlah yang banyak, hal ini berdampak
pada meningkatnya produksi klorofil. Semua ini terjadi karena salah satu syarat
dari terbentuknya klorofi adalah keberadaan dari karbohidrat tersebut.
d. Pada jenis tanaman yang sama, jumlah klorofil akan lebih banyak dimiliki pada
tanaman yang berada pada tempat yang ternaung dibandingkan dengan tempat
yang terdedah. Karena pada tempat yang ternaung jumlah intensitas cahaya yang
ada, tidak sebanyak pada tempat yang terdedah. Akibatnya pada tanaman yang
mengalami fotooksidasi pada daun tua lebih sedikit daripada daun yang lebih
muda. Agar tanaman pada tempat yang ternaung dapat menerima cahaya secara
maksimal, maka tanaman tersebut beradaptasi dengan membentuk lebih banyak
klorofil agar dapat menerima cahaya lebih banyak. Sedangkan untuk tanaman
yang terdedah intensitas cahanya lebih tinggi dan klorofil yang dihasilkannya
pun lebih banyak digunakan pada proses fotosintesis, hal ini memngakibatkan
pada rendahnya kadar klorofil yang dimiliki tananman terdedah.

10. KESIMPULAN
Banyak sedikitnya klorofil pada daun ditentukan oleh umur daun . daun muda
memiliki kadar klorofil yang lebih rendah dibandingkan daun setengah tua dan
daun tua.
DAFTAR RUJUKAN

Abdul. 2008. Ekstraksi Klorofil dari Daun Pepaya dengan Solvent 1-Butanol. Semarang:
Universitas Dipenogoro.
Biber, P. D. 2007. Evaluating a Chlorophyll Content Meter on Three Coastal Wetland
Plant Species. Journal of Agricultural, Food and Environmental Sciences. Volume
1,Issue 2.

Cairns D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Penerjemah: Puspita Rini. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece., Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi ke 5 Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York: D. Van Nostrand.
Dwijoseputro, D. 1985. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Noggle, Ray, R dan Fritzs, J. George. 1979. Introductor Plant Physiology. New Delhi:
Mall of India Private Ilmited.
Pandey, S. N. and Sinha, B.X. 1979. Plant Physiology. New Delhi: Vikas Publishing
House FVT Ltd.

Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu: Universitas Muhammadiyah Bengkulu.


Setiari, Nintya dan Yulita Nurchayati. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada
beberapa Sayuran Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food Supplement.
(Online) eprints.undip.ac.id Diakses Pada 18 November 2017.
Sumenda, L., Henny L.R, dan Feky R.M. 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun
Mangga (Mangifera indica L.) pada Tingkat Perkembangan Daun yang Berbeda.
Jurnal Bioslogos. Vol. 1, No. 1.
Sutrisno, Risfi Pratiwi. 2013. Penentuan Kadar Klorofil Secara Spektroskopi. Pontianak :
Universitas Tanjungpura

Anda mungkin juga menyukai