EPIDEMIOLOGI INFEKSI
HOST, AGENT, ENVIRONMENT
A. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mencegah dan mengobati
penyakit, serta memulihkan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan
masyarakat tidak mudah karena sulit merumuskan kebutuhannya.
Permasalahan yang timbul adalah frekuensi, penyebaran, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi. Ini yang harus dicari dalam epidemiologi.
Salah satu program pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan
surveilans, yaitu untuk mencari frekuensi infeksi, penyebaran, serta faktor-
faktor apa yang mempengaruhi timbulnya infeksi tersebut. Untuk itu perlu
mempelajari epidemiologi.
B. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
1. Pengertian Epidemiologi Menurut Asal Kata
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunai yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi yang berarti pada atau
tentang, demos yang berati penduduk, dan kata terakhir
adalalah logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi epidemilogi
adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini Epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran)
serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang / masyarakat
serta determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan
pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam
perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk
13
tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak
menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu
lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau
hal tersebut.
2. Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli
Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa
mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami
modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah
dikemukakan oleh para pakar epidemiologi, beberapa diantaranya
adalah:
a. Greenwood (1934);
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan
segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk.
Kelebihannya adalah adanya penekanan pada kelompok penduduk
yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.
b. Brian Mac Mahon (1970);
Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab
frekuensi penyakit pada
manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah
mulai menentukan
distribusi penyakit dan mencari penyebab terjadinya distribusi dari
suatu penyakit.
c. Wade Hampton Frost (1972);
Mendefinisikan Epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang
fenomena massal (Mass Phenomen) penyakit infeksi atau sebagai
riwayat alamiah (Natural History) penyakit menular. Di sini tampak
bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan
kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai
masyarakat/massa.
14
d. Abdel R. Omran (1974);
Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi
keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu
juga determinannya serta akibat-akibat yang terjadi pada kelompok
penduduk.
e. Lilienfeld (1977);
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan
suatu tingkat kesehatan populasi.
f. Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989);
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya
penyakit pada populasi manusia.
g. Robert H. Fletcher (1991);
Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi
dan determinan penyakit dalam populasi.
h. Center Of Disease Control (CDC) (2002);
Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001,
Gordis 2000 menyatakan bahwa Epidemiologi adalah studi / riset
yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan
kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian
masalah-masalah kesehatan.
i. World Health Organization (WHO).
Studi tentang distribusi dan determinan kesehatan yang berkaitan
dengan kejadian di populasi dan aplikasi dari studi untuk pemecahan
masalah kesehatan.
3. Pengertian Epidemiologi Menurut Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial
ekonomi dan kecendrungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi
dan interpretasi perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi
atau akan terjadi di masyarakat umum atau pada kelompok umur
tertentu.
15
4. Pengertian Epidemiologi Menurut Aspek Praktis
Epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan
penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok atau
masyarakat umum.
Contoh : Penyakit AIDS, walaupun cara perlindungan dan pengobatan
belum diketahui tetapi telah dilakukan upaya mencegah penyebaran
penyakit tersebut, misalnya: surat keterangan bebas HIV/AIDS untuk
memasuki suatu wilayah atau negara.
5. Pengertian Epidemiologi Menurut Aspek Klinis
Epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini
perubahan insidensi atau prevalensi dengan penemuan klinis atau
laboratoris pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit baru,
misalnya: karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya
ditemukan secara klinis.
6. Aspek Administratif
Suatu usaha untuk mengetahui suatu status kesehatan masyarakat di
suatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan kesehatan
yang efektif dan efisien.
16
yang berjudul On Air, Waters and Places yaitu bahwa penyakit terjadi
karena adanya kontak dengan jasad hidup serta berhubungan dengan
lingkungan internal dan eksternal seseorang, seperti : tempat tinggal,
musim, angin, udara, jenis tanah, air minum, perilaku manusia, dan jenis
pekerjaannya. Beliau juga yang memperkenalkan istilah epidemik dan
endemik.
2. Tahap Perhitungan
John Graunt (1620-1674) berperan dalam perkembangan epidemiologi
pada aspek analisis kuantitatif morbiditas dan mortalitas. Karyanya yang
berjudul Political Observations Made Upon the Bills of
Mortality membahas tentang analisa yang dilakukan dari laporan
mingguan kelahiran dan kematian di kota London, dan untuk pertama
kalinya mengkuantifikasikan pola penyakit pada populasi.
3. Tahap Pengkajian
John Snow (1813-1858) mengembangkan metoda investigasi wabah
yang dapat mengantarkan penyelidikan ke arah penyebab. Ia
menyelidiki dan menganalisis kejadian kematian karena wabah kolera
dengan langkah mengembangkan metode investigasi, menyusun
hipotesis, dan membuktikan hipotesis tersebut. Dengan melanjutkan
teori analisa dari William Farr, ia membuat postulat bahwa kolera
ditularkan oleh air yang terkontaminasi. Ia mengamati kenaikan angka
kematian di daerah London, yang mendapat pasokan air minum dari
perusahaan Lambert Company dan Southwark Company. Kedua
perusahaan tersebut menggunakan sumber air dari sungai Themes
bagian hilir yang sudah mengalami pencemaran limbah yang berat.
Sekitar tahun 1834-1854, Lambert Company mengganti sumber airnya
dari hulu sungai Themes yang bebas pencemaran, dan hasilnya terdapat
penurunan kematian karena kolera pada masyarakat yang menerima
pasokan air minum dari Lambert Company. Dari berbagai kajian yang
dilakukannya, John Snow akhirnya di nobatkan sebagai Bapak
Epidemiologi.
17
4. Tahap Uji Coba
James Lind (1716-1794) melakukan pengobatan kekurangan vitamin C
dengan jeruk.
Edward Jenner (1749-1823) menemukan metode pencegahan cacar
melalui vaksinasi (vaksin cowpox).
18
- Mengembangkan indeks deskriptif untuk menyatakan tinggi rendahnya
insidensi atau prevalensi suatu penyakit di suatu wilayah tertentu yang
dapat dibandingkan dengan wilayah lain;
- Penemuan berbagai penyakit seperti : Scorbut, pelagra dan cholera;
- Menentukan hubungan antara rokok dengan penyakit jantung koroner,
karsinoma paru dan hipertensi;
- Hubungan antara air dan makanan dengan penyakit cholera;
- Hubungan antara penyakit herediter seperti hemophilia dan sicle cell
anemia dengan ras atau etnik tertentu;
F. MANFAAT EPIDEMIOLOGI
1. Membantu administrasi kesehatan, perencanaan, pemantauan, dan
evaluasi apakah tujuan telah tercapai atau tidak;
2. Menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan;
3. Menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit;
4. Menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan atau kejadian penyakit
dalam suatu komunitas : pandemi, epidemi, endemik, atau sporadik.
- Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan /
penyakit frekuensinya dalam waktu singkat, meningkat sangat
tinggi, serta penyebarannya di suatu wilayah yang luas.
- Epidemi adalah suatu keadaan dimana masalah kesehatan / penyakit
yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu singkat
berada dalam frekuensi meningkat.
19
- Endemi adalah suatu keadaan dimana masalah kesehatan / penyakit
frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang
lama.
- Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan /
penyakit yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-
ubah menurut perubahan waktu.
20
menjawab pertanyaan Siapa (Who), Dimana (Where), dan Kapan
(When), tetapi tidak bertanya Mengapa (Why). Frekuensi
menggambarkan besarnya masalah kesehatan, sedangkan
penyebaran dibedakan menurut ciri-ciri dari Manusia, Tempat, dan
Waktu terjadinya.
Contoh : Ingin mengetahui banyaknya penderita TB Paru di suatu
daerah berdasarkan susunan umur dan jenis kelamin. Atau ingin
mengetahui banyaknya penderita infeksi luka operasi di suatu rumah
sakit.
Jenis-jenis studi deskriptif :
- Survei;
- Laporan Kasus atau Studi Kasus;
- Program Monitoring / Surveilans.
b. Epidemiologi Analitik.
Mencakup keseluruhan jawaban termasuk penyebab terjadinya,
frekuensi, penyebaran, serta munculnya suatu masalah kesehatan /
penyakit tersebut. Mengapa (Why) bermaksud membuktikan
hipotesa, dicari hubungan penyebab dan akibat. Penyebab menunjuk
kepada faktor-faktor yang mempengaruhi, sedangkan akibat
menunjuk kepada frekuansi penyebaran, serta adanya masalah
kesehatan.
Tiga rancangan studi yang paling sering dipergunakan adalah :
Cross Sectional, Case Control, Cohort.
Contoh : Ingin mengetahui pengaruh rokok terhadap timbulnya
penyakit kanker paru. Dilakukan perbandingan antara kelompok
perokok dengan yang tidak merokok. Dilihat jumlah penderita
penyakit kanker untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan
dapat disimpulkan ada tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit
kanker paru.
21
I. EPIDEMIOLOGI INFEKSI
Determinan (faktor risiko) terjadinya infeksi dan distribusinya di suatu
populasi (rumah sakit).
Menjelaskan hubungan antara infeksi rumah sakit terhadap populasi
berisiko, menentukan rate, analisis dan interpertasinya di suatu populasi.
4 Ws : What, Why, Where, Who
22
d. Jenis Kelamin;
Tumor prostat pada laki-laki, myoma, ca mammae, ca cervix pada
wanita.
e. Ras;
Pada ras barat sering ditemukan hemofilia, sedangkan thalassemia
lebih sering pada suku tertentu.
f. Pekerjaan;
Karyawan pabrik tertentu terkena PPOK, dermatitis kontak. Manajer
perusahaan lebih sering terkena ketegangan jiwa daripada karyawan
yang non manajer.
g. Kebiasaan Hidup.
Hidup kurang bersih mudah terkena infeksi.
2. Agent (Mikroorganisme penyebab penyakit);
Kehadiran atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit;
Abiotik :
Golongan Nutrien : dibutuhkan, dikonsumsi tetapi bila
kekurangan / kelebihan dapat menimbulkan
penyakit.
Golongan Kimia : bila terkena atau kemasukan zat tersebut
akan timbul penyakit, misalnya : logam
berat, gas beracun CO.
Golongan Fisik : suhu udara dingin / panas, bising, lembab,
tekanan udara tinggi, radiasi, trauma mekanis
dapat timbul penyakit.
Golongan Mekanik : kecelakaan, pukulan, benturan.
Golongan Biologis (Biotik) : amoeba, bakteri, jamur, riketsia,
virus, plasmodium, cacing.
23
Agent yang dapat Menimbulkan Infeksi di Rumah Sakit :
a. Virus;
Organisme subselluler yang tidak dapat reproduksi sendiri, tetapi
memerlukan partisipasi aktif dari sel host untuk memperbanyak diri,
misalnya : polio, smallpox, measles, rabies, hepatitis, HIV.
b. Bakteri;
Organisme bersel tunggal yang tidak mempunyai membran nukleus.
Paling sering menyebabkan IN. dinding selnya kuat, sehingga dapat
bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Ada 2 (dua) bentuk bakteri :
- Vegetatif bentuk yang aktif;
- Bentuk yang tidak aktif yang sangat resisten terhadap Germicide
dan perubahan lingkungan, misalnya : Staphylococcus,
Streptococcus, Pseudomonas, E.coli.
c. Jamur;
Organisme bersel tunggal atau majemuk, misalnya : Candida,
Aspergillus.
d. Protozoa;
Organisme bersel tunggal, mempunyai membrana nukleus, tidak
mempunyai dinding sel. Terdapat 4 (empat) jenis : Flagellata,
Amoeba, Sporozoa, Ciliata. Misalnya : Plasmodium, Toksoplasma.
e. Parasit Multiselluler;
Cacing Trematoda, Cestoda, Nematoda, Nyamuk, Kutu.
Terjadinya infeksi tergantung pada adanya ekspos agent yang infeksius
kepada host yang peka. Sakit tidaknya host yang terinfeksi dipengaruhi
oleh faktor virulensi intrinsik agent dan patogenitas dari interaksi antara
host dan agent. Pertahanan tubuh host akan melawan infeksi.
Infeksi dapat terjadi :
- Penurunan daya tahan tubuh host, walaupun kadar mikroba minimal;
- Faktor kepekaaan host, menentukan perkembangan dan keparahan
infeksi, terbagi dalam :
24
1) Intrinsik : usia saat mendapat infeksi, berat badan lahir,
seks, ras, status nutrisi, keadaan comorbid,
misalnya kelainan anatomi yang ada, adanya
penyakit lain, obat imunosupresan, status
vaksinasi, faktor psikologis yang ada.
2) Ekstrinsik : prosedur invasive medis atau bedah, adanya
pemakaian alat invasive, misalnya : kateter,
ventilator, perilaku seksual dan pemakaian
kontrasepsi, lamanya pemakaian antibiotik,
pemaparan dengan petugas rumah sakit,
perawatan yang lama di rumah sakit.
Bakteri, virus, dan jamur adalah yang sering dihubungkan dengan
infeksi di sarana kesehatan. Untuk transmisi maka mikroorganisme
tersebut harus bertahan dalam lingkungan hingga kontak dengan host
untuk dapat menimbulkan infeksi.
Reservoir yang memungkinkan mikroorganisme bertahan hidup dan
berbiak adalah benda hidup, seperti petugas kesehatan yang merupakan
carrier Staphylococcus dalam nares anterior nya, atau benda mati yang
berada di lingkungan sekitar, misalnya Pseudomonas sp atau Legionella
yang hidup dalam sistem air condition (AC), spora clostridium difficile
di permukaan area pasien rawat inap, serratia marcescens yang tumbuh
dalam sabun atau lotion tangan yang terkontaminasi.
Untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungan maka mikroorganisme
mempunyai faktor intrinsik dan genetik tertentu, misalnya kemampuan
bertahan hidup terhadap panas, kekeringan, sinar UV, bahan kimia, dan
kemampuan berkompetisi dengan mikroorganisme lainnya, kemampuan
berbiak di lingkungan tanpa dipengaruhi organisme lain.
Faktor intrinsik agent penting untuk timbulnya infeksi adalah
infektivitas (kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan
menyesuaikan diri, bertempat tinggal, dan berkembang biak),
patogenitas (kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan penyakit),
25
jika tidak memiliki penyakit disebut apatogen, virulensi (ukuran
keganasan/derejat kerusakan yang ditimbulkan penyakit), antigenesiti
(kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme
pertahanan tubuh/antigen), dosis infeksi, kemampuan mikroba
memproduksi toksin, status imunologi, dan kemampuan untuk bertahan,
serta masuk dalam sistim pertahanan tubuh manusia, kemampuan
berbiak pada sel khusus, jaringan khusus, atau host/vektor, kemampuan
untuk dapat menimbulkan infeksi kronik, dan kemampuan untuk
menurunkan daya tahan tubuh manusia (misalnya HIV).
Sekali mikroba mencapai permukaan host, dapat mengadakan kolonisasi
atau berbiak tanpa melakukan invasi ke dalam atau pengaruhi sistim
pertahanan host. Adanya mikroba di permukaan host tidak berarti terjadi
infeksi. Juga pasien yang terkolonisasi dapat merupakan sumber
transmisi kepada pasien lain.
Bila terjadi infeksi maka terjadi respon imun pada host walaupun
infeksinya hanya subklinis. Terjadinya proses infeksi akan sukses pada
host yang non imun, dan yang paling berhasil adalah pada host yang
mengalami penurunan daya tahan tubuh / immunocompromised.
Kemampuan mikroba untuk menginfeksi vektor host lain (virus demam
kuning dalam nyamuk) atau reservoir selain manusia (virus demam
kuning dalam monyet) adalah penting dalam epidemiologi penyakit
infeksi di dunia luas.
3. Environment (Lingkungan)
Faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya interaksi agent dengan host
dan berpengaruh terhadap penyebaran infeksi. Yang termasuk dalam
faktor lingkungan adalah :
a. Faktor Fisik :
Suhu panas / dingin, kelembaban, musin, lokasi sekitar (ICU), klinik
perawatan jangka panjang, sarana air.
b. Faktor Biologik :
Host perantara, misalnya : serangga.
26
c. Faktor Sosial :
Status ekonomi, perilaku seksual, jenis makanan, dan cara penyajian,
kualitas rumah, air dan peralatan rumah.
Pengendalian infeksi nosokomial bertujuan untuk menurunkan risiko
timbulnya infeksi nosokomial dengan cara mengendalikan ketiga mata
rantai tersebut di atas. Pengendalian mata rantai pertama (Agent) adalah
dengan cara penggunaan antibiotika secara rasional, pengendalian mata
rantai kedua (Environment) adalah dengan sterilisasi, desinfeksi, dan
sanitasi, sedangkan perilaku manusia (Host) adalah mata rantai ketiga,
dikendalikan dengan cara program induksi bagi petugas kesehatan,
penderita/pasien, maupun pengunjung.
27
Konsep Dasar Epidemiologi Penyakit
Human (Host)
Genetic
Biology Environment Core
Physical Environment
28
Teori Roda merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan
antara manusia dan lingkungan.
Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki
susunan genetik sebagai intinya.
Di sekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke
dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah
penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita.
Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih
besar.
Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang
penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan
yang paling berperanan.
Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan
lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa
epidemiologi.
Interaksi antara Agent, Host, dan Environment
Semua penyakit memiliki penyebab yang multi faktor. Beberapa penyakit
infeksi memiliki faktor tunggal yang unik, yaitu KEPERLUAN dan
KECUKUPAN, misalnya campak, rabies dimana host perlu ekspos terhadap
agent dan terinfeksi oleh agent, sehingga terjadi penyakit oleh virus campak,
rabies.
MTB, Hepatitis A, dan virus Polio perlu masuk dalam host tanpa
menyebabkan penyakit seperti kebanyakan penyakit lainnya. Dalam
perawatan di rumah sakit, ekspos terhadap mikroba tertentu, pasien rawat
inap dengan kolonisasi, misalnya VRE, S aureus perlu tapi tidak memenuhi
persyaratan terjadinya penyakit, kecuali terjadi interaksi kompleks antara
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, misalnya usia, status debilasi,
status imunologi, nutrisi, alat yang dipakai, prosedur invasif, pemberian
antibiotika, dan kepekaan mikroba terhadap antibiotika. Kenyataan pada
29
infeksi untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit sangat berhubungan
dengan faktor-faktor tersebut.
Faktor lingkungan menunjang agent untuk bertahan dan berbiak dalam
reservoir dan perilaku host dalam rumah, kantor, tempat rekreasi,
berhubungan dengan ekspos terhadap mikroba penyebab. Penyakit yang
disebarkan melalui air dan makanan berkembang pada musim panas karena
temperatur inkubasi yang lebih baik untuk kuman berbiak. Di US frekuensi
untuk infeksi nosokomial akibat Acinetobacter sp meningkat di ICU pada
musim panas, terjadi peningkatan jumlah dan transmisi MRSA, VRE,
Pseudomonas resisten Ceftazidime endemis pada ICU rumah sakit di US,
sedang VRSA endemis pada tempat perawatan akut.
Perilaku personal perlu diteliti yang berdampak pada transmisi langsung
seperti didapatkan pada HIV melalui ASI pada daerah endemis tinggi HIV,
mikroba Gram negatif melalui kuku palsu petugas ICU, patogen yang
ditularkan melalui kontak seksual.
Perlu perhatian khusus dalam pencegahan oleh keluarga dan petugas, yaitu
pada pasien risiko tinggi seperti prematur, kelainan congenital, usila,
penyakit berat / komplikasi, memakai alat medis invasif, mengalami
prosedur invasif.
Lingkungan khusus, seperti barak militer, institusi penyakit kronik, center
bedah ambulatoir, unit dialysis, perawatan akut harus diupayakan
pencegahan interaksi agent dan host yang spesial.
Penemuan Masalah Kesehatan
Penemuan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan studi.
Studi epidemiologik klasik dapat dilakukan dengan Observasional dan
Eksperimental.
Observasional dapat dilakukan secara Deskriptif dan Analitik.
Analitik dapat dilakukan dengan Cohort Studies. Case Control Studies,
dan Cross Sectional Studies.
Studi Observasional dilakukan monitoring cara alami, pada penataan
klinik, investigator mengobservasi hasil yang tampak, tetapi tidak dilakukan
30
kontrol untuk lingkungan atau populasi dalam risiko dan atau memberi
intervensi.
Studi Eksperimental, investigator mengontrol individu yang terekspos
dalam populasi terhadap suatu faktor yang dicurigai sebagai penyebab,
ukuran pencegahan dan standar terapi, diminimalkan faktor confounding.
Studi Observasional Deskriptif dengan definisi kasus infeksi dengan data
untuk dianalisa berasal dari data primer medical record, atau data sekunder
dari surveilans IC. Data menggambarkan Person, Place, Time. Informasi
dari studi deskriptif ini menggambarkan hubungan antara faktor risiko dan
infeksi.
Studi Observasional Analitik untuk membuktikan suatu hipotesa yang
dibuat berdasarkan temuan studi deskriptif. Tujuannya adalah mengetahui
penyebab dan efek dari infeksi pada populasi dan menjawab mengapa suatu
populasi mendapat infeksi tertentu.
Tergantung dari tujuan dan fasilitas yang dimiliki, dapat dilakukan studi
deskriptif, antara lain :
a. Sensus;
Hampir tidak pernah dilakukan, biasanya hanya untuk jumlah penduduk,
diperlukan dana dan tenaga yang besar.
b. Survei Khusus.
Lebih praktis dari Sensus karena tidak membutuhkan dana, tenaga,
sarana, dan waktu yang lama. Dibedakan menjadi 2 (dua) :
1) Survei Insiden Penyakit;
Data kasus baru, tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan
kesehatan suatu masyarakat, karena kasus lama tidak tercatat.
2) Survei Prevalen Penyakit.
Data semua peristiwa penyakit, kasus baru dan lama. Data yang
diperoleh lebih lengkap, dapat menggambarkan keadaan kesehatan
masyarakat.
Hasil survei Hospital Acquired Infection pada rumah sakit di dunia
didapatkan berkisar 7 10%, diperkirakan 30% dapat dicegah, tergantung
31
populasi pasien. SSI (Surgical Site Infection) pada operasi bersih harus <
5%, mungkin saja bisa dicapai 1%.
Pencegahan dan Pengendalian
Perlu dilakukan pengukuran dan pengendalian infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan langsung pada berbagai rantai infeksi.
Pengendalian termasuk :
a. Menghilangkan reservoir dari agent, hilangkan endemisitas mikroba
pada lokasi tertentu.
b. Atasi / ganggu transmisi dari infeksi.
c. Lindungi host dari infeksi / penyakit.
Catatan :
Patogenisitas : Kemampuan agent menyebabkan suatu penyakit pada
host. Patogenitas mikroba dapat meningkat pada host
dengan pertahanan tubuh yang menurun.
Infektivitas : Karakteristik dari mikroba yang mengindikasikan
kemampuan untuk menginvasi dan berbiak dalam host.
Sering menggambarkan proporsi pasien yang ekspos dan
menjadi infeksi.
Virulensi : Kemampuan intrinsik dari mikroba untuk menginfeksi
host dan menyebabkan penyakit. Digambarkan jumlah
pasien yang sakit secara klinis dan berkembang menjadi
berat dan kematian, case fatality rate.
32