PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter, dan perwat, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat
cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain .Biaya
yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas)
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. (Sjamsuhidajat, 2005)
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada
trauma dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat
menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip
dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas
pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan
hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit- penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma listrik,
misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan
menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga
merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal. (American College
of Surgeon Committee on Trauma, 1997)
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan
tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000 )
1
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-
data statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa
sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka
sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak yang baru belajar berjalan,
bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus
listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta rokok pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik
tersebut (Brunner & Suddarth, 2001).
2. Tujuan
1. Umum
Agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan luka bakar.
2. Khusus
1. Agar diperoleh gambaran tentang konsep dasar penyakit luka bakar
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, menifestasi klinis,
pemeriksaaan diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi.
2. Agar diperoleh gambaran tentang konsep dasar keperawatan pada luka
bakar meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
2
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
(Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen. Madani Press. Tulungagung)
3
2.1.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
1) Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama
adalah setiap luka bakar yang di
dalam proses penyembuhannya
tidak meninggalkan jaringan parut.
Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang
berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang
Gb. 1 Luka Bakar Derajat I
4
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam
waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
5
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
4) Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia<
10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
5) Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah
10 tahun atau di atas usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
6
2.2.3 Karakteristik Luka Bakar
Karakteristik
Klasifikasi Etiologi Waktu
Penampilan Sensasi Bekas Luka
Penyembuhan
Luka bakar Terbakar Terbatas di Nyeri Penyembuhan Tidak
superfisial matahari epidermis. terjadi secara menimbulkan
Terdapat spontan dalam jaringan parut.
eritema, tetapi 3-4 hari Biasanya tidak
tidak segera timbul komplikasi
timbul lepuh
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Sangat nyeri 7-20 hari Luka bakar ini
partial- panas epidermis dan biasanya sembuh
thickness kedalam tanpa
lapisan dermis, meninggalkan
serta jaringan parut.
menimbulkan Komplikasi jarang
bula dalam terjadi, walaupun
beberapa menit mungkin timbul
infeksi sekunder
pada luka
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Nyeri dengan Penyembuhan Folikel rambut
partial- panas, kontak seluruh dermis. tekanan parsial beberapa mungkin utuh dan
thickness langsung Namun, daerah minggu. akan tumbuh
dalam dengan api, di sekitarnya Memerlukan kembali.
atau minyak biasanya tindakan Pada luka bakar
panas mengalami debridement ini selalu terjadi
luka bakar untuk pembentukan
derajat kedua membuang jaringan parut
superfisial jaringan yang
mati. Biasanya
diperlukan
tandur kulit
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Saraf rusak Luka bakar jenis Luka bakar derajat
full-thickness panas, kontak epidermis, sehingga luka ini mungkin ketiga membentuk
langsung dermis dan tidak terasa memerlukan jaringan parut dan
dengan api, jaringan nyeri kecuali waktu berbulan- jaringan tampak
minyak subkutan. dengan tekanan bulan untuk seperti kulit yang
panas, uap Kapiler dan dalam. Namun, sembuh dan keras.
panas, agen vena mungkin daerah diperlukan Resiko tinggi
kimia, dan hangus dan disekitarnya pembersihan untuk terjadinya
listrik aliran darah ke biasanya nyeri secara bedah kontraktur
tegangan daerah tersebut seperti pada luka dan penanduran
tinggi berkurang bakar derajat II
7
2.2 Etiologi
(Arif, Kumala. 2010. Asuhan keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Salemba Medika.
Banjarmasin)
8
2.3 Manifestasi Klinis (Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen.
Madani Press. Tulungagung)
Kedalaman Dan
Bagian Kulit Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Gejala
Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu
Kesemutan, Memerah,
(Superfisial): Kesembuhan lengkap
hiperestesia menjadi putih
tersengat matahari, dalam waktu satu
Epidermis (supersensivitas), ketika ditekan
terkena api dengan minggu, terjadi
rasa nyeri mereda minimal atau
intensitas rendah pengelupasan kulit
jika didinginkan tanpa edema
9
2.4 Patofisiologi (Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen. Madani
Press. Tulungagung)
10
tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat
pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka
bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama
11
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolism.
2.5 Pathways
(Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2. Mediaction. Yogyakarta)
12
2.6 Pemeriksaan Penunjang
(https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-luka-bakar-combustio/)
13
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
2.7 Komplikasi
(https://www.scribd.com/mobile/doc/148940900/Makalah-Luka-Bakar)
14
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada
tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdektis dalam urine.
2.8 Penatalaksanaan
(Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4 jilid. Media Aesculapius, Jakarta)
Pertolongan pertama
1. Hentikan proses luka bakar. Jauhkan semua sumber luka bakar. Pakaian
sebaiknya dilepaskan karena dapat menahan panas. Pada trauma listrik,
hubungan listrik harus diputuskan
2. Dinginkan luka bakar. Efektif pada 20 menit pertama. Irigasi dengan air
15C selama 20 menit. Hal ini membantu melepaskan bahan berbahaya,
mengurangi nyeri, dan mengurangi edema. Jangan gunakan air dengan es.
Luka bakar kimia dapat diirigasi air sebanyak-banyaknya
3. Analgesik. Dapat diberikan golongan OAINS seperti ibuprofein
4. Tutup luka bakar. Sebaiknya dressing yang digunakan lentur, lembut,
tidak menempel, kedap, dan transparan. Sebaiknya penutup hanya untuk
menutupi luka tanpa benar-benar membungkus luka.
Pentalaksanaan lanjutan
1. Bersihkan luka. Bersihkan dengan sabun dan air atau cairan antibakteri
sepeti cairan klorheksidin. Bila terdapat bula yang besar, sebaiknya
15
dipecahkan dari bagian dasar, kulit mati sebaiknya dibuang dengan
gunting atau jarum steril. Bula yang kecil sebaiknya dibiarkan saja
a. Luka bakar derajat I : cuci dengan air dan sabun, berikan pelembab atau
antibiotic topical. Dalam beberapa hari akan sembuh
16
Bekas luka bakar akan kering dan sensitif. Dalam masa penyembuhan
dapat terasa gatal. Sebaiknya krim pelembut dan hindarkan dari paparan
sinar matahari langsung.
1. Aktifitas/istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera LB lebih dari 20%): Hipotensi (syok), penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik ),
takikardia (syok/ansietas/nyeri), distritmia (syok listrik ), pembentukan
odema jaringan (semua LB ).
3. Integritas ego :
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
4. Eliminasi :
17
Tanda : haluaran urine/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengidentifikasi kerusakan otot dalam.
5. Makanan/cairan :
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia.mual/muntah.
6. Neuromuskular :
Gejala : area batas, kesumatan.
7. Nyeri/kenyamanan :
Gejala : berbagai nyeri, contoh LB derajat pertama secara eksteren sensitf
untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, LB ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri, semantara respon pada LB ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, LBderajat tiga tidak
nyeri.
8. Pernapasan :
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup,terpajan lama(kemungkinan
cidera inhalasi)
Tanda : serak, batuk mengii (obstuksi sehubungan dengan laringospasme,
edema laringeal), bunyi nafas, gemercik (edema paru), stridor (edema
laringeal), sekret jalan nafas dalam (ronchi).
18
9. Keamanan :
Tanda : kulit umur,destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3 - 5 hari sehubungan dengan proses tombus mikrovaskuler pada
beberapa luka.area kulit tak terbakar mungkin dingin atau lembab, pucat
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilanagn cairan/status syok.
19
2.11 Fokus Intervensi
(Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2. Mediaction. Yogyakarta)
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
(https://www.scribd.com/mobile/doc/295472451/Asuhan-Keperawatan-Luka-
Bakar)
1. IDENTITAS
Nama : Tn. S
No RM : 250429
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat :Karangsono, Semarang
Ruang : Prabu Kresna
Tanggal MRS :8April2013/ 17.00 WIB
Tanggal pengkajian : 8 April 2013/ 18.00 WIB
Dx. Medis : Combustio
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. L
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Bahasa : Indon esia
21
Alamat : Karangsono Semarang
Hubungan dengan klien : Istri
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan panas dan nyeri pada luka bakar.
6. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Lemah
2. Kesadaran
Compos Mentis
22
3. Vital Sign
TD: 110/80 mm/Hg
Suhu : 35,20C
Nadi :72x/menit ,
RR : 22 kali/menit
BB sebelum sakit :75 kg
BB saat sakit :75 kg
4. Kepala
a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut
berwarna hitam tidak mudah rontok, lembab, dan pendek.
b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan
kiri, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
peningkatan tekanan intra okuler, ada reflek cahaya pada pupil
c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip,
tidak ada sekret dan pendarahan.
d. Mulut :terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir
pucattidak ada sariawan ,lidah berwarna merah muda, tidak ada
pembengkakan tonsil, tidak terdapat karies pada gigi.
e. Telinga : simetris kanan dan kiri ,sedikit purulern , tidak
terdapat lesi dan nyeri tekan, ketajaman pendengaran normal.
5. Leher
Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid,
tidak terdapat distensi vena jugularis. Luas luka bakar wajah dan
leher 9%.
23
tanda tanda kesulitan napas, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan
2) Palpasi :tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan, vokal
fremitul simetris antara kanan dan kiri.
3) Perkusi :Sonor
4) Auskultasi : suara napas Vesikuler
7. Jantung
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi :
Pulsasi : ( ) Kuat ( ) Lemah
Ictus cordis : teraba di interkosta V
3) Perkusi : tidak terdapat pembesaran, bunyi pekak.
4) Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan. Bunyi jantung I
II reguler, gallop (-), mur-mur (-)
8. Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada massa, tidak ada jaringan parut
2) Auskultasi : bising usus 8x/menit
3) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
4) Perkusi : bunyi timpani.
9. Genitalia :
Genitalia klien bersih , tidak terpasang kateter
10. Ekstremitas atas :simetris kanan dan kiri, Kekuatan otot 4. Terdapat
luka bakar kemerahan di lengan atas kanan dengan luas 4.5 %.
11. Ekstermitas bawah :simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi dan
nyeri tekan. Kekuatan otot 5.
24
7. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit :Klien mengatakan tidak mengalami gangguan
dalam bernapas.
b. Selama sakit : Klien tidak merasakan sesak nafas dan tidak
membutuhkan alat bantu.
3. Kebutuhan eliminasi
a. Sebelum sakit :Klien mengatakan BAB 1 kali/hari setiap pagi hari
dengan bentuk padat dan lembek, warna kuning dan baunya khas.
Klien BAK 6 kali/hari, warna urin jernih,dan pancaran urin kuat
(800cc).
b. Saat sakit :Klien mengatakan selama di rumah sakit baru dapat
BAB pada hair ke 2 dengan konsistensi padat, warna kecoklatan.
Klien BAK 8 kali/hari (900cc) dengan warna jernih dan haluaran
kuat. (900cc)
4. Kebutuhan termoregulasi :
a. sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan mengenai suhu
tubuh
b. selama sakit : klien mengatakan daerah wajah, leher, dan lengan
atas terasa panas.
25
5. Kebutuhan aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa
yaitu bekerja sebagai buruh harian
b. Selama sakit : Klien merasa lemas sehingga tidak bisa
melakukan aktivitas harian seperti biasa.
6. Kebutuhan seksualitas
a. Sebelum sakit :Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi
b. Saat sakit :Tidak adakeluhan pada seksual dan
reproduksi.
7. Kebutuhan psikososial
Kebutuhan stress koping :
Klien mengatakan tidak mudah stres, Pasien selalu memusyawarahkan
dengan keluarga bila ada masalah.
26
9. Kebutuhan spiritual
a. Sebelum sakit :Klien dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya
dengan sholat 5 waktu.
b. Selamasakit :Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah
sholat 5 waktu.
27
14. Kebutuhan Belajar
a. Selamasakit :klien mengatakan bahwa klien mengalami luka bakar,
klien kurang mengetahui tentang perawatan luka bakar.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Kesan
Hematologi 9 April
Hb 14,2 g/dl 14,0-18,0
Hematokrit 39,80 % 42-52
Jumlah 7,6 /ul 4,8-10,8 Normal
Leukosit
Trombosit 349 10^3/ul 150-400 Normal
Kimia klinik
GDS 142 mg/dl 70-115
9. PROGRAM TERAPI
Jenis
Dosis Rute
Terapi
Infus RL
500ml IV
12 tpm
Cefotaxime 1gr IV
Ketorolac 30mg IV
Burnazin Cream 10 mg/g x 35 g
Gentamisin 3mg
28
10. ANALISA DATA
29
di wajah dan leher, dan
luka kemerahan dan edema
di lengan atas.
30
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN (Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2.
Mediaction. Yogyakarta)
DIAGNOSA INTERVENSI
NO. KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri berhubungan - Pain level - Lakukan
dengan kerusakan - Pain control pengkajian nyeri
kulit/jaringan. - Comvort level secara
Kriteria Hasil : komprehensif
- Mampu mengintrol termasuk lokasi,
nyeri (tahu karakteristik,
penyebab nyeri, durasi, frekuensi,
mampu kualitas dan faktor
menggunakan tehnik prepitasi
nonfarmakologi - Gunakan tehnik
untuk mengurangi komunikasi
nyeri, mencaru terapeutik untuk
bantuan) mengetahui
- Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan - Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen nyeri - Pilih dan lakukan
- Mampu mengenali penanganan nyeri
nyeri (skala, (farmakologi, non
intensitas, frekuensi, farmakologi dan
dan tanda nyeri) inter personal)
- Menyatakan rasa - Berikan
nyaman setelah analgesikuntuk
nyeri berkurang mengurangi nyeri
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
2 Kerusakan - Tissue Integrity : - Membersihkan,
integritas kulit b/d Skin and Mucous memantau, dan
luka bakar terbuka - Mebrans meningkatkan
- Hemodyalis akses proses
Kriteria Hasil : penyembuhan pada
- Integritas kulit yang luka yang tertutup
baik bisa - Monitor tanda dan
dipertahankan gejala infeksi
31
(sensasi, elastisitas, - Jaga kebersihan
temperatur, hidrasi, kulit agar tetap
pigmentasi) bersih dan kering
Tidak ada luka/lesi - Mobilisasi pasien
pada kulit setiap 2 jam sekali
- Perfusi jaringan baik - Monitor kulit akan
- Menunjukkan adanya kemerahan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
berulang
- Mampu melindungu
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
32
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
33
- Meningkatkan intake nutrisi
- Memberikan terapi antibiotik
bila perlu
- Memonitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Mempertahankan tehnik isolasi
- Mengajarkan cara menghindari
infeksi
3.5 EVALUASI
34
tidak mengalami diare
O: TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,20C, Nadi :
78x/menit , RR : 20 kali/menit
A: masalah beum teratasi
P : lanjutkan intervensi
35
A: masalah belum teratasi
P : hentikan intervensi
2 S: -
O: klien tampak tenang dan nyaman saat
diberikan perawatan luka. Luka klien yang
memrah di tangan lengan atas itu sudah ada
perbaikan
A: masalah teratasi
P : hentikan intervensi
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus luka bakar menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit dan
dapat menimbulkan rangsangan nyeri, juga bisa melukai bagian tubuh lainnya seperti
otot, pembuluh darah, saraf, paru-paru, dan mata.
Pada hal ini timbul rangsangan nyeri ringan, sedang serta nyeri hebat.
Rangsangan nyeri ringan dan sedang disebabkan terbakarnya lapisan luar kulit
(epidermis) akibat kontak dengan panas. Sedangkan rangsangan nyeri hebat
disebabkan oleh kerusakan lapisan luar kulit hingga area dermis (lapisan kedua kulit)
dimana saraf-saraf nyeri berada. Hal inilah yang menyebabkan rasa nyeri yang
dominan dan akan terjadi pembengkakan dan kemerahan kulit, juga terjadi bulae. Dan
pada kasus tertentu terdapat pula kerusakan kulit akibat terbakar hingga menembus
lapisan yang lebih dalam dari kulit sehingga tampilan kulit akan berwarna putih atau
hitam hangus. Dengan keadaan tersebut saraf nyeri pun juga ikut hangus sehingga
tidak bisa menghantarkan rangsang nyeri. Kulit pun menjadi kebas/baal sehingga
nyeri bisa tidak terasa.
37
Jika rangsangan nyeri timbul pada klien, maka dapat diberikan
analgesik untuk mengatasi nyeri tersebut. Perawat juga dapat mengajarkan tehnik
relaksasi dan distraksi pada klien untuk mengurangi rangsangan nyeri yang timbul.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Luka bakar atau combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi.
Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetik.
5.2 Saran
Diharapkan bagi parapembaca dapat menambah sedikit pengetahuan
mengenai Luka Bakar, dan semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, dan dapat menambah pengetahuan tentang Luka Bakar.
39
DAFTAR PUSTAKA
https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-luka-bakar-combustio/
https://www.scribd.com/mobile/doc/148940900/Makalah-Luka-Bakar
https://www.scribd.com/mobile/doc/295472451/Asuhan-Keperawatan-Luka-Bakar
Hetharia Rospa. 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Trans Info
Media. Jakarta
Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen. Madani Press.
Tulungagung
Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4 jilid. Media Aesculapius,
Jakarta
40