Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter, dan perwat, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat
cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain .Biaya
yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas)
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. (Sjamsuhidajat, 2005)
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada
trauma dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat
menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip
dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas
pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan
hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit- penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma listrik,
misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan
menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga
merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal. (American College
of Surgeon Committee on Trauma, 1997)
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan
tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000 )

1
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-
data statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa
sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka
sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak yang baru belajar berjalan,
bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus
listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta rokok pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik
tersebut (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Tujuan
1. Umum
Agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan luka bakar.
2. Khusus
1. Agar diperoleh gambaran tentang konsep dasar penyakit luka bakar
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, menifestasi klinis,
pemeriksaaan diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi.
2. Agar diperoleh gambaran tentang konsep dasar keperawatan pada luka
bakar meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

2
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Pengertian
(Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen. Madani Press. Tulungagung)

Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka


lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar)
yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan
cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri patogen, mengalami eksudasi
dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan sering kali
memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk
menghasilkan penutupan luka yang permanen.
Luka bakar adalah suatu trauma yang sdisebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Dr. Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh karena kontak lansung
atau bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan panas, kimia dan
sumber lain yang menyebabkan terbakar. (Hudak & Gallo, 1996 : 927)

2.1.1 Konsep Cedera Luka Bakar


Cedera luka bakar memiliki beragam penyebab dan berpotensi
menyebabkan kematian atau cedera yang berdampak seumur hidup pada
pasien yang mengalami cedera luka bakar.

3
2.1.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
1) Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama
adalah setiap luka bakar yang di
dalam proses penyembuhannya
tidak meninggalkan jaringan parut.
Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang
berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang
Gb. 1 Luka Bakar Derajat I

ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung


pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah
serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan
biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.
Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh
tanpa bekas.

2) Luka bakar derajat II


Kerusakan yang terjadi pada
epidermis dan sebagian dermis,
berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi, melepuh, dasar
luka berwarna merah atau pucat,
terletak lebih tinggi di atas permukaan Gb.
kulit normal,
2 Luka Bakar Derajatnyeri
II

karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada


dua:

4
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam
waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3) Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruh
ketebalan dermis dan lapisan yang
lebih dalam, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada
pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
Gb. 3 Luka Bakar Derajatkering,
III

letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena


koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak
timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


a) Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

5
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
4) Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia<
10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
5) Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah
10 tahun atau di atas usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

6
2.2.3 Karakteristik Luka Bakar
Karakteristik
Klasifikasi Etiologi Waktu
Penampilan Sensasi Bekas Luka
Penyembuhan
Luka bakar Terbakar Terbatas di Nyeri Penyembuhan Tidak
superfisial matahari epidermis. terjadi secara menimbulkan
Terdapat spontan dalam jaringan parut.
eritema, tetapi 3-4 hari Biasanya tidak
tidak segera timbul komplikasi
timbul lepuh
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Sangat nyeri 7-20 hari Luka bakar ini
partial- panas epidermis dan biasanya sembuh
thickness kedalam tanpa
lapisan dermis, meninggalkan
serta jaringan parut.
menimbulkan Komplikasi jarang
bula dalam terjadi, walaupun
beberapa menit mungkin timbul
infeksi sekunder
pada luka
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Nyeri dengan Penyembuhan Folikel rambut
partial- panas, kontak seluruh dermis. tekanan parsial beberapa mungkin utuh dan
thickness langsung Namun, daerah minggu. akan tumbuh
dalam dengan api, di sekitarnya Memerlukan kembali.
atau minyak biasanya tindakan Pada luka bakar
panas mengalami debridement ini selalu terjadi
luka bakar untuk pembentukan
derajat kedua membuang jaringan parut
superfisial jaringan yang
mati. Biasanya
diperlukan
tandur kulit
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Saraf rusak Luka bakar jenis Luka bakar derajat
full-thickness panas, kontak epidermis, sehingga luka ini mungkin ketiga membentuk
langsung dermis dan tidak terasa memerlukan jaringan parut dan
dengan api, jaringan nyeri kecuali waktu berbulan- jaringan tampak
minyak subkutan. dengan tekanan bulan untuk seperti kulit yang
panas, uap Kapiler dan dalam. Namun, sembuh dan keras.
panas, agen vena mungkin daerah diperlukan Resiko tinggi
kimia, dan hangus dan disekitarnya pembersihan untuk terjadinya
listrik aliran darah ke biasanya nyeri secara bedah kontraktur
tegangan daerah tersebut seperti pada luka dan penanduran
tinggi berkurang bakar derajat II

7
2.2 Etiologi
(Arif, Kumala. 2010. Asuhan keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Salemba Medika.
Banjarmasin)

Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis,


meliputi hal-hal berikut ini
1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko
atau minuman)
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang dan api yang disebabkan
oleh merokok di tempat tidur
4. Benda panas (misalnya radiator)
5. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari)
6. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan
aritmia jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung
minimal 24 jam setelah cedera.
7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia
harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8. Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher atau tertahan diruangan yang dipenuhi asap

8
2.3 Manifestasi Klinis (Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen.
Madani Press. Tulungagung)

Kedalaman Dan
Bagian Kulit Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Gejala
Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu
Kesemutan, Memerah,
(Superfisial): Kesembuhan lengkap
hiperestesia menjadi putih
tersengat matahari, dalam waktu satu
Epidermis (supersensivitas), ketika ditekan
terkena api dengan minggu, terjadi
rasa nyeri mereda minimal atau
intensitas rendah pengelupasan kulit
jika didinginkan tanpa edema

Melepuh, dasar Kesembuhan dalam


Derajat Dua
luka berbintik- waktu 2-3 minggu,
(Partial-
Nyeri, hiperestesia, bintik merah, pembentukan parut
Thickness): tersiram Epidermis dan
sensitif terhadap epidermis retak, dan depigmentasi,
air mendidih, bagian dermis
udara yang dingin permukaan luka infeksi dapat
terbakar oleh nyala
basah, terdapat mengubahnya menjadi
api
edema derajat-tiga
Tidak terasa nyeri,
syok, hematuria
(adanya darah Kering, luka Pembentukan eskar,
Derajat Tiga (Full- dalam urin) dan bakar berwarna diperlukan
Epidermis,
Thickness): terbakar kemungkinan pula putih seperti pencangkokan,
keseluruhan
nyala api, terkena hemolisis bahan kulit atau pembentukan parut
dermis dan
cairan mendidih (destruksi sel darah gosong, kulit dan hilangnya kontur
kadang-kadang
dalam waktu yang merah), retak dengan serta fungsi kulit,
jaringan
lama, tersengat arus kemungkinan bagian lemak hilangnya jari tangan
subkutan
listrik terdapat luka yang tampak, atau ekstrenitas dapat
masuk dan keluar terdapat edema terjadi
(pada luka bakar
listrik)

9
2.4 Patofisiologi (Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen. Madani
Press. Tulungagung)

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu


sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar
dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air
panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang
serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik
awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika
akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan
melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam

10
tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat
pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka
bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama

11
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolism.

2.5 Pathways
(Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2. Mediaction. Yogyakarta)

12
2.6 Pemeriksaan Penunjang
(https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-luka-bakar-combustio/)

1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya


pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

13
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.

2.7 Komplikasi
(https://www.scribd.com/mobile/doc/148940900/Makalah-Luka-Bakar)

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal


2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda
ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat
stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat
ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau
vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.

14
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada
tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdektis dalam urine.
2.8 Penatalaksanaan
(Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4 jilid. Media Aesculapius, Jakarta)

Pertolongan pertama
1. Hentikan proses luka bakar. Jauhkan semua sumber luka bakar. Pakaian
sebaiknya dilepaskan karena dapat menahan panas. Pada trauma listrik,
hubungan listrik harus diputuskan
2. Dinginkan luka bakar. Efektif pada 20 menit pertama. Irigasi dengan air
15C selama 20 menit. Hal ini membantu melepaskan bahan berbahaya,
mengurangi nyeri, dan mengurangi edema. Jangan gunakan air dengan es.
Luka bakar kimia dapat diirigasi air sebanyak-banyaknya
3. Analgesik. Dapat diberikan golongan OAINS seperti ibuprofein
4. Tutup luka bakar. Sebaiknya dressing yang digunakan lentur, lembut,
tidak menempel, kedap, dan transparan. Sebaiknya penutup hanya untuk
menutupi luka tanpa benar-benar membungkus luka.

Pentalaksanaan lanjutan

1. Bersihkan luka. Bersihkan dengan sabun dan air atau cairan antibakteri
sepeti cairan klorheksidin. Bila terdapat bula yang besar, sebaiknya

15
dipecahkan dari bagian dasar, kulit mati sebaiknya dibuang dengan
gunting atau jarum steril. Bula yang kecil sebaiknya dibiarkan saja

a. Luka bakar derajat I : cuci dengan air dan sabun, berikan pelembab atau
antibiotic topical. Dalam beberapa hari akan sembuh

b. Luka bakar derajat II

Bila terdapat bula intak, biarkan karena membantu penyembuhan luka

Bila bula sudah terbuka, buang semua kulit mati

Berikan antibiotic topical, biasanya krim neomicyn basitrasin


(Nebacetin) atau salep MEBO dua kali sehari dan tutup dengan
penutup kering

Derajat II superfisial biasanya sembuh dalam 10-14 hari. Sedangkan


derajat II dalam sembuh dalam 3-4 minggu

c. Luka bakar derajat III

Berikan antibiotic topical

Biasanya butuh waktu minimal 4 minggu untuk sembuh dan sembuh


dengan jaringan parut hipertrofik

Biasanya membutuhkan eksisi tangensial dan skin graft (kecuali luka


dengan diameter <4cm)

2. Gunakan penutup. Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan pemeriksaan


dressing ulang. Pertama kali dressing diganti setelah 48 jam kemudian
setiap 3-5 hari berikutnya. Bila luka yang diberi dressing terasa nyeri,
berbau, terkontaminasi, keluar cairan berlebihan, atau adanya tanda-tanda
infeksi seperti demam, segra ganti dressing. Bila luka tidak sembuh dalam
3 minggu, segera rujuk kebedah plastic yang menangani luka bakar.

16
Bekas luka bakar akan kering dan sensitif. Dalam masa penyembuhan
dapat terasa gatal. Sebaiknya krim pelembut dan hindarkan dari paparan
sinar matahari langsung.

3. Luka bakar diwajah. Sebaiknya dirujuk ke spesialis bedah plastic namun


bila hanya sunburn, luka sebaiknya dibersihkan 2 kali sehari dengan
solusio koroheksidin terdilusi. Sebaiknya dilapisi krim seperti paraffin
cair, setiap 1-4 jam untuk meminimalisasi pembentukkan krusta pasien
sebaiknya tidur dengan dua bantal dalm 48 jam pertama untuk mencegah
edema wajah.

2.9 Pengkajian Fokus


(https://www.scribd.com/mobile/doc/148940900/Makalah-Luka-Bakar)

1. Aktifitas/istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.

2. Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera LB lebih dari 20%): Hipotensi (syok), penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik ),
takikardia (syok/ansietas/nyeri), distritmia (syok listrik ), pembentukan
odema jaringan (semua LB ).

3. Integritas ego :
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,


marah.

4. Eliminasi :

17
Tanda : haluaran urine/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengidentifikasi kerusakan otot dalam.

Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam


sirkulasi); penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada LB kutaneus
lebih besar dari 20 % sebagai stress penurunan mortilitas/peristaltik
gastrik.

5. Makanan/cairan :
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia.mual/muntah.

6. Neuromuskular :
Gejala : area batas, kesumatan.

Tanda : perbahan oreantasi, efek, prilaku, penurunan reflek tendon dalam


(RTD) pada cedera ekstermitas, aktivitas kajang (syok listrik), laserasi
korneal, kerusakan retina, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik),
ruptur membran timpany (syok listrik), paralisis (cidera listrik pada aliran
saraf ).

7. Nyeri/kenyamanan :
Gejala : berbagai nyeri, contoh LB derajat pertama secara eksteren sensitf
untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, LB ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri, semantara respon pada LB ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, LBderajat tiga tidak
nyeri.

8. Pernapasan :
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup,terpajan lama(kemungkinan
cidera inhalasi)
Tanda : serak, batuk mengii (obstuksi sehubungan dengan laringospasme,
edema laringeal), bunyi nafas, gemercik (edema paru), stridor (edema
laringeal), sekret jalan nafas dalam (ronchi).

18
9. Keamanan :
Tanda : kulit umur,destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3 - 5 hari sehubungan dengan proses tombus mikrovaskuler pada
beberapa luka.area kulit tak terbakar mungkin dingin atau lembab, pucat
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilanagn cairan/status syok.

2.10 Diagnosa Keperawatan


(Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2. Mediaction. Yogyakarta)

1. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.


2. Nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka bakar.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan
tubuh.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier dan terganggunya
respons imun.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan dan pola
interaksi.

19
2.11 Fokus Intervensi
(Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2. Mediaction. Yogyakarta)

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan


- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prepitasi
- Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
- Berikan analgesikuntuk mengurangi nyeri
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
- Membersihkan, memantau, dan meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang tertutup
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan

2. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka


- Membersihkan, memantau, dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka
yang tertutup
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan primer tidak adekuat


(kerusakan perlindungan kulit).
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemarahan, panas dan
drainase
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Pertahankan tehnik isolasi
- Ajarkan cara menghindari infeksi

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
(https://www.scribd.com/mobile/doc/295472451/Asuhan-Keperawatan-Luka-
Bakar)

1. IDENTITAS
Nama : Tn. S
No RM : 250429
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat :Karangsono, Semarang
Ruang : Prabu Kresna
Tanggal MRS :8April2013/ 17.00 WIB
Tanggal pengkajian : 8 April 2013/ 18.00 WIB
Dx. Medis : Combustio

PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. L
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Bahasa : Indon esia

21
Alamat : Karangsono Semarang
Hubungan dengan klien : Istri

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan panas dan nyeri pada luka bakar.

3. RIWAYAT PENYAKIT (KELUHAN) SEKARANG


Luka bakar muncul saat pasien membakar sampah yang
terdapat bensin. Bakaran api tersebut mengakibatkan luka bakar pada
wajah, leher danlengan kanan bawah. Klien langsung dibawa ke UGD
RSUD Kota Semarang 8 April 2013 pukul 17.00. Pada saat di UGD
(pukul 17.10) klien mendapatkan terapi RL 20 tpm. Ibu profen 1x400mg.
Cefotaxim 2x1gr (IV), dan salep burnazen. klien dipindahkan di ruang
rawat. Klien mengatakan muncul rasa panas dan nyeri pada area luka
terutama pada area wajah dan bertambah rasa nyeri saat diberikan salep.
Skala nyeri 7.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit
dengan keluhan yang sama ataupun dengan riwayat penyakit yang lain.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada riwayat
penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi.

6. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Lemah
2. Kesadaran
Compos Mentis

22
3. Vital Sign
TD: 110/80 mm/Hg
Suhu : 35,20C
Nadi :72x/menit ,
RR : 22 kali/menit
BB sebelum sakit :75 kg
BB saat sakit :75 kg

4. Kepala
a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut
berwarna hitam tidak mudah rontok, lembab, dan pendek.
b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan
kiri, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
peningkatan tekanan intra okuler, ada reflek cahaya pada pupil
c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip,
tidak ada sekret dan pendarahan.
d. Mulut :terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir
pucattidak ada sariawan ,lidah berwarna merah muda, tidak ada
pembengkakan tonsil, tidak terdapat karies pada gigi.
e. Telinga : simetris kanan dan kiri ,sedikit purulern , tidak
terdapat lesi dan nyeri tekan, ketajaman pendengaran normal.

5. Leher
Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid,
tidak terdapat distensi vena jugularis. Luas luka bakar wajah dan
leher 9%.

6. Dada dan Paru-paru


1) Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada lesi,
tidak ada jaringan parut, irama pernapasan teratur, tidak ada

23
tanda tanda kesulitan napas, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan
2) Palpasi :tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan, vokal
fremitul simetris antara kanan dan kiri.
3) Perkusi :Sonor
4) Auskultasi : suara napas Vesikuler

7. Jantung
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi :
Pulsasi : ( ) Kuat ( ) Lemah
Ictus cordis : teraba di interkosta V
3) Perkusi : tidak terdapat pembesaran, bunyi pekak.
4) Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan. Bunyi jantung I
II reguler, gallop (-), mur-mur (-)

8. Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada massa, tidak ada jaringan parut
2) Auskultasi : bising usus 8x/menit
3) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
4) Perkusi : bunyi timpani.

9. Genitalia :
Genitalia klien bersih , tidak terpasang kateter

10. Ekstremitas atas :simetris kanan dan kiri, Kekuatan otot 4. Terdapat
luka bakar kemerahan di lengan atas kanan dengan luas 4.5 %.

11. Ekstermitas bawah :simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi dan
nyeri tekan. Kekuatan otot 5.

24
7. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit :Klien mengatakan tidak mengalami gangguan
dalam bernapas.
b. Selama sakit : Klien tidak merasakan sesak nafas dan tidak
membutuhkan alat bantu.

2. Kebutuhan nutrisi dan cairan


a. Sebelum sakit :Klien makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan
malam. Habis 1 porsi ( nasi, sayur, lauk, buah, teh, dan air putih).
b. Selama sakit : Klien makan 3 kali sehari. habis 1 porsi. (nasi,
sayur, lauk, snack,dan air putih).

3. Kebutuhan eliminasi
a. Sebelum sakit :Klien mengatakan BAB 1 kali/hari setiap pagi hari
dengan bentuk padat dan lembek, warna kuning dan baunya khas.
Klien BAK 6 kali/hari, warna urin jernih,dan pancaran urin kuat
(800cc).
b. Saat sakit :Klien mengatakan selama di rumah sakit baru dapat
BAB pada hair ke 2 dengan konsistensi padat, warna kecoklatan.
Klien BAK 8 kali/hari (900cc) dengan warna jernih dan haluaran
kuat. (900cc)
4. Kebutuhan termoregulasi :
a. sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan mengenai suhu
tubuh
b. selama sakit : klien mengatakan daerah wajah, leher, dan lengan
atas terasa panas.

25
5. Kebutuhan aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa
yaitu bekerja sebagai buruh harian
b. Selama sakit : Klien merasa lemas sehingga tidak bisa
melakukan aktivitas harian seperti biasa.
6. Kebutuhan seksualitas
a. Sebelum sakit :Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi
b. Saat sakit :Tidak adakeluhan pada seksual dan
reproduksi.

7. Kebutuhan psikososial
Kebutuhan stress koping :
Klien mengatakan tidak mudah stres, Pasien selalu memusyawarahkan
dengan keluarga bila ada masalah.

Kebutuhan konsep diri :


1. Body image : pasien sudah pasrah dengan keadaannya saat ini.
2. Identitas diri : Pasien sudah bekerja menjadi buruh harian .
3. Harga diri : Pasien berkomunikasi baik dengan keluarga dan
lingkungannya
4. Peran diri : Tn.S adalah seorang ayah dari 4 anaknya
5. Ideal diri : Kesembuhan dan sehat semua diserahkan pada
Tuhan YME

8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman


Klien mengatakan nyeri pada area luka bakar

26
9. Kebutuhan spiritual
a. Sebelum sakit :Klien dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya
dengan sholat 5 waktu.
b. Selamasakit :Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah
sholat 5 waktu.

10. Kebutuhan hygiene


a. Sebelum sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
b. Selama sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)

11. Kebutuhan istirahat dan tidur


a. Sebelum sakit : Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00
WIB dan bangun jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak
mengalami gangguan tidur.
b. Selama sakit :Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00
WIB dan bangun jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak
mengalami gangguan tidur.

12. Kebutuhan Aktualisasi Diri


a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien dapat
mengaktualisasikan kemampuan dirinya seperti bekerja
b. Saat sakit : klien mengatakan bahwa ketika di rumah sakit klien
hanya berdiam diri tidak dapat menyalurkan kemampuan yang
dimilikinya.

13. Kebutuhan Rekreasi


a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien biasanya berekreasi
dengan teman atau keluarganya dengan jalan-jalan.
b. Saat sakit : klien mengatakan merasa bosan, salah satu hiburannya
adalah jalan di sekitar ruangan.

27
14. Kebutuhan Belajar
a. Selamasakit :klien mengatakan bahwa klien mengalami luka bakar,
klien kurang mengetahui tentang perawatan luka bakar.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Kesan
Hematologi 9 April
Hb 14,2 g/dl 14,0-18,0
Hematokrit 39,80 % 42-52
Jumlah 7,6 /ul 4,8-10,8 Normal
Leukosit
Trombosit 349 10^3/ul 150-400 Normal
Kimia klinik
GDS 142 mg/dl 70-115

9. PROGRAM TERAPI

Jenis
Dosis Rute
Terapi
Infus RL
500ml IV
12 tpm

IbuProfen 400mg Oral

Cefotaxime 1gr IV
Ketorolac 30mg IV
Burnazin Cream 10 mg/g x 35 g
Gentamisin 3mg

28
10. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa


1. DS :
Klien mengeluh terasa Nyeri Kerusakan kulit, Nyeri berhubungan
nyeri dan panas pada pembentukan dengan Kerusakan
area luka bakarnya edema kulit, pembentukan
Klien mengeluh nyeri edema
pada luka bakar pada
wajah, leher danlengan
kanan bawah.
DO :
Wajah klien terlihat
menyeringai kesakitan
Terdapat edema di
lengan kanan atas
Skala nyeri 7
2. DS : Kerusakan Luka bakar Kerusakan integritas
DO :terdapat luka bakar integritas terbuka kulit berhubungan
berwarna merah kehitaman kulit dengan luka bakar
di wajah dan leher, dan terbuka
luka kemerahan dan edema
di lengan atas.
3. DS :klien mengatakan Resiko tinggi Disintegritas Resiko tinggi infeksi
tidak mengetahui infeksi jaringan kulit berhubungan dengan
informasi mengetahui diitegritas kulit
perawatan luka bakar.
DO :Ht 39,80%
terdapat luka bakar
berwarna merah kehitaman

29
di wajah dan leher, dan
luka kemerahan dan edema
di lengan atas.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan.
2. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan primer tidak adekuat
(kerusakan perlindungan kulit).

30
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN (Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2.
Mediaction. Yogyakarta)

DIAGNOSA INTERVENSI
NO. KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri berhubungan - Pain level - Lakukan
dengan kerusakan - Pain control pengkajian nyeri
kulit/jaringan. - Comvort level secara
Kriteria Hasil : komprehensif
- Mampu mengintrol termasuk lokasi,
nyeri (tahu karakteristik,
penyebab nyeri, durasi, frekuensi,
mampu kualitas dan faktor
menggunakan tehnik prepitasi
nonfarmakologi - Gunakan tehnik
untuk mengurangi komunikasi
nyeri, mencaru terapeutik untuk
bantuan) mengetahui
- Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan - Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen nyeri - Pilih dan lakukan
- Mampu mengenali penanganan nyeri
nyeri (skala, (farmakologi, non
intensitas, frekuensi, farmakologi dan
dan tanda nyeri) inter personal)
- Menyatakan rasa - Berikan
nyaman setelah analgesikuntuk
nyeri berkurang mengurangi nyeri
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
2 Kerusakan - Tissue Integrity : - Membersihkan,
integritas kulit b/d Skin and Mucous memantau, dan
luka bakar terbuka - Mebrans meningkatkan
- Hemodyalis akses proses
Kriteria Hasil : penyembuhan pada
- Integritas kulit yang luka yang tertutup
baik bisa - Monitor tanda dan
dipertahankan gejala infeksi

31
(sensasi, elastisitas, - Jaga kebersihan
temperatur, hidrasi, kulit agar tetap
pigmentasi) bersih dan kering
Tidak ada luka/lesi - Mobilisasi pasien
pada kulit setiap 2 jam sekali
- Perfusi jaringan baik - Monitor kulit akan
- Menunjukkan adanya kemerahan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
berulang
- Mampu melindungu
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami

3 Resiko infeksi - Immune status - Inspeksi kulit dan


berhubungan - Knowledge : membran mukosa
dengan perubahan Infection control terhadap
primer tidak - Risk control kemarahan, panas
adekuat (kerusakan Kriteria Hasil : dan drainase
perlindungan - Klien bebas dari - Tingkatkan intake
kulit). tanda dan gejala nutrisi
infeksi - Berikan terapi
- Mendeskripsikan antibiotik bila
proses penularan perlu
penyakit faktor yang - Monitor tanda dan
mempengaruhi gejala infeksi
penularan serta sistemik dan lokal
penatalaksanaannya - Pertahankan tehnik
- Menunjukkan isolasi
kemampuan untuk - Ajarkan cara
mencegah timbulnya menghindari
infeksi infeksi
- Jumlah leukosit
dalam batas normal
- Menunjukkan
perilaku hidup sehat

32
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


1 Nyeri berhubungan dengan - Melakukan pengkajian nyeri
kerusakan kulit/jaringan. secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
prepitasi
- menggunakan tehnik
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri
pasien
- Mengurangi faktor presipitasi
nyeri
- Memilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter
personal)
- Memberikan analgesikuntuk
mengurangi nyeri
- Memonitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik

2 Kerusakan integritas kulit b/d luka - Membersihkan, memantau, dan


bakar terbuka meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang
tertutup
- Memonitor tanda dan gejala
infeksi
- Menjaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
- Memobilisasi pasien setiap 2
jam sekali
- Memonitor kulit akan adanya
kemerahan

3 Resiko infeksi berhubungan dengan - Menginspeksi kulit dan


perubahan primer tidak adekuat membran mukosa terhadap
(kerusakan perlindungan kulit). kemarahan, panas dan drainase

33
- Meningkatkan intake nutrisi
- Memberikan terapi antibiotik
bila perlu
- Memonitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Mempertahankan tehnik isolasi
- Mengajarkan cara menghindari
infeksi

3.5 EVALUASI

Hari/tanggal Dx Evaluasi TTD


No
Senin 8 1 S : klien mengatakan masih terasa nyeri di luka
April 2013 bakarnya
21.00 O: skala nyeri 7. Klien tampak menyeringai
kesakitan.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1
Selasa, 9 1 S : klien mengatakan masih terasa nyeri di luka
April 2013 bakarnya
21.00 O: skala nyeri5. Klien tampak lebih tenang .
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 S:
O: luas luka bakar 13.5 % luka bewarna
kehitaman di area wajah dan leher, berwarna
merah di lengan bawah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
3 S: klien mengatakan tidak merasakan demam,

34
tidak mengalami diare
O: TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,20C, Nadi :
78x/menit , RR : 20 kali/menit
A: masalah beum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Rabu, 1 S : klien mengatakan nyeri luka bakarnya


10 April berkurang
2013 O: skala nyeri3. Klien tampak lebih tenang .
21.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 S: klien menyatakan luka bakarnya tampak
kehitaman
O: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
terdapat bau pada luka pasien
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

3 S: klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan


perawatan luka
O : luas luka bakar 13,5% luka bewarna
kehitaman di area wajah dan leher, berwarna
merah di lengan bawah
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan interevensi

Kamis 9 1 S: klien menyatakan nyeri berkurang


April 2013 O: skala nyeri 2, Wajah klien lebih rileks dan
21.00 tenang

35
A: masalah belum teratasi
P : hentikan intervensi

2 S: -
O: klien tampak tenang dan nyaman saat
diberikan perawatan luka. Luka klien yang
memrah di tangan lengan atas itu sudah ada
perbaikan
A: masalah teratasi
P : hentikan intervensi

3 S: klien menyatakan luka bakarnya tampak


kehitaman
O: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
terdapat bau pada luka pasien
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

36
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus diatas penyebab rangsangan nyeri timbul pada saat


terjadi luka bakar Rangsangan nyeri merupakan keadaan yang mengganggu
kenyamanan/rasa nyaman klien, yang mana kenyamanan/rasa nyaman tersebut masuk
dalam kebutuhan dasar manusia menurut Maslow yaitu kebutuhan rasa aman dan
nyaman pada poin kedua.

Definisi nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensori dan emosional


yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.(Smeltzer, 2001)

Pada kasus luka bakar menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit dan
dapat menimbulkan rangsangan nyeri, juga bisa melukai bagian tubuh lainnya seperti
otot, pembuluh darah, saraf, paru-paru, dan mata.

Pada hal ini timbul rangsangan nyeri ringan, sedang serta nyeri hebat.
Rangsangan nyeri ringan dan sedang disebabkan terbakarnya lapisan luar kulit
(epidermis) akibat kontak dengan panas. Sedangkan rangsangan nyeri hebat
disebabkan oleh kerusakan lapisan luar kulit hingga area dermis (lapisan kedua kulit)
dimana saraf-saraf nyeri berada. Hal inilah yang menyebabkan rasa nyeri yang
dominan dan akan terjadi pembengkakan dan kemerahan kulit, juga terjadi bulae. Dan
pada kasus tertentu terdapat pula kerusakan kulit akibat terbakar hingga menembus
lapisan yang lebih dalam dari kulit sehingga tampilan kulit akan berwarna putih atau
hitam hangus. Dengan keadaan tersebut saraf nyeri pun juga ikut hangus sehingga
tidak bisa menghantarkan rangsang nyeri. Kulit pun menjadi kebas/baal sehingga
nyeri bisa tidak terasa.

37
Jika rangsangan nyeri timbul pada klien, maka dapat diberikan
analgesik untuk mengatasi nyeri tersebut. Perawat juga dapat mengajarkan tehnik
relaksasi dan distraksi pada klien untuk mengurangi rangsangan nyeri yang timbul.

Berdasarkan teori dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh


perawat untuk mengatasi rangsangan nyeri terhadap klien, rasa nyeri dapat teratasi.
Rasa nyeri klien teratasi dengan kolaborasi pemberian analgesik dan tehnik relaksasi
dan distraksi yang dilakukan oleh perawat.

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Luka bakar atau combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi.
Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetik.

5.2 Saran
Diharapkan bagi parapembaca dapat menambah sedikit pengetahuan
mengenai Luka Bakar, dan semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, dan dapat menambah pengetahuan tentang Luka Bakar.

39
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2. Mediaction. Yogyakarta

Arif, Kumala. 2010. Asuhan keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Salemba


Medika. Banjarmasin

https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-luka-bakar-combustio/

https://www.scribd.com/mobile/doc/148940900/Makalah-Luka-Bakar

https://www.scribd.com/mobile/doc/295472451/Asuhan-Keperawatan-Luka-Bakar

Hetharia Rospa. 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Trans Info
Media. Jakarta

Judith M, Nancy R. 2015. Buku Saku Diagnosis Medis Keperawatan: Diagnosa


Nanda, Intervensi Nic, Kriteria Hasil Noc edisi 9. EGC Medical Publisher.
Jakarta

Suciati, Anis Murniati dkk. 2016. Buku Ajar Sistem Integumen. Madani Press.
Tulungagung

Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4 jilid. Media Aesculapius,
Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai