Anda di halaman 1dari 5

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

1. Konstruktivisme

1.1 Pengertian Konstruktivisme


Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia berarti
paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Pandangan konstruktivis dalam
pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya
sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi. Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitasi orang lain. Sedangkan menurut Martin. Et. Al mengemukakan bahwa
konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan
melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruktivisme
menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan
siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
Dalam hal tahap-tahap pembelajaran, pendekatan konstruktivisme lebih menekankan pada
pembelajaran top-down processing, yaitu siswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks untuk
dipecahkan (dengan bantuan guru), kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan-
keterampilan dasar yang dibutuhkan. Misalnya, ketika siswa diminta untuk menulis kalimat-
kalimat, kemudian dia akan belajar untuk membaca, belajar tentang tata bahasa kalimat-kalimat
tersebut, dan kemudian bagaimana menulis titik dan komanya.
Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasilitator yang
memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Aliran ini
lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa.
Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan
pemahaman siswa. Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan
sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa
dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan
eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan konstruktivisme, akibatnya orientasi
pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa
(student centered instruction).

1.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme


Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil
adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2)
pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk
bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep
menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan
membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa
literatur yaitu sebagai berikut.
a. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
c. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai
informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan
orang lain.
1.1.3 Pentingnya Pendekatan Konstruktiv
Pendekatan konstruktiv ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Adapun pentingnya pendekatan konstruktiv ini sangat berkaitan
dengan tujuan serta keunggulan dari pendekatan konstruktiv itu sendiri.
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap.
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
4. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Keunggulan Model kontruktivisme :

1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang
gagasannya.
2. P embelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
4. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan
merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar.
Dari uraian tujuan dan keunggulan diatas maka dapat di simpulkan bahwa pendekatan
konstruktiv ini sangat penting dalam menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan
kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak, menumbuhkan kemampuan mengambil
keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dan
menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai
peluang optimal untuk berlatih guna memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.

1.1.4 Implementasi Pendekatan Konstruktivistik Dalam Proses Pembelajaran

Implementasi pendekatan konstruktivistik dalam proses pembelajaran dapat


menggunakan beberapa metode belajar, seperti penjelajahan/ceramah, tanya jawab,
diskusi, penugasan, bermain peran. Pada teknik penjelasan/ceramah, guru menjelaskan
tentang sesuatu materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui apa yang akan di
pelajarinya. Pada teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran
berlangsung, guru dan siswa dapat melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan
materi yang akan diajarkan. Hal ini bagus untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
awal/dasar yang dimilikinya. Pada teknik diskusi, siswa mendiskusikan dengan siswa
lainnya serta guru mengenai materi pelajaran tersebut. Metode penugasan merupakan
suatu cara dalam proses belajar-mengajar dengan jalan memberi tugas kepada iswa.
Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup
maupun bahanya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara inividual maupun kelompok.
Metode pemberian tugas ini juga dapat dipergunakan untuk mendukung metoe
pembelajaran yang lainnya. (2014.Burhanuddin, www.wordpress.org)

1.1.5 Stategi-strategi dalam Pendekatan Konstruktivistik

1. Top-down Processing

Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa belajar dimulai ari masalah yang


kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan/menemukan keterampilan yang
dibutuhkan. Misalnya, siswa diminta menulis kalimat-kalimat, kemudian dia akan belajar
untuk membaca, belajar tentang tata bahasa kalimat-kalimat tersebut dan kemudian
bagaimana menulis titik komanya.

2. Cooperative Learning

Yaitu, strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah
menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka
mendiskusikannya dengan siswa lainnya tentang problem yang dihadapi.

3. Generative Learning

Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara materi/pengetahuan
yang baru diperoleh dengan skemata. Sehingga dengan menggunakan pendekatan
generative learning diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika
menghadapi stimulus baru. Selain itu, pendekatan ini mengajarkan sebuah metode untuk
melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat pernyataan, kesimpulan, atau
analogi-analogi terhadap apa yang sedang dipelajari. (2010.Thoriq, www.academia.edu)

Anda mungkin juga menyukai