BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
2.1.4 Klasifikasi
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka (simpleks)
Penyebab glaukoma ini belum pasti , mula timbulnya gejala simpleks ini agak lambat
yang kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan.
Umumnya ditemukan pada pasien usia lebih dari 40 tahun. Gambaran patologik utama
pada glaukoma sudut terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk
pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis
Schelmm. Hal ini berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan
drainase cairan aquos yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Sub akut
Pada glaukoma sudut tertutup sub akut episode peningkatan TIO berlangsung
singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut membaik secara spontan, tetapi
terjadi akumulasi kerusakan pada sudut BMD berupa pembentukan sinekia anterior
perifer.
Kronik
Sejumlah kecil pasien dengan predisposisi penutupan BMD tidak pernah
mengalami episode peningkatan akut TIO tetapi mengalami sinekia anterior perifer
yang semakin meluas disertai peningkatan bertahap dari TIO.
2. Glaukoma kongenital : primer atau infantile dan disertai kelainan kongenital lainnya.
3. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata yang lain atau
penyakit sistemik yang menyertainya, seperti :
Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intumesensi lensa, glaukoma fakolitik dan
fakotoksik pada katarak, glaukoma kapsularis / sindrom eksfoliasi).
Akibat perubahan uvea (uveitis anterior, tumor, rubeosis iridis)
Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus yang disertai
prolaps iris)
Akibat post operasi (pertumbuhan epitel konjungtiva, gagalnya pembentukan bilik
mata depan post-operasi katarak, blok pupil post operasi katarak).
Akibat pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal dalam jangka waktu yang lama.
4. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolute terlihat kornea keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dengan rasa sakit.
2.1.5 Patofisiologi
terbuka atau sudut tertutup pada glaukoma sekunder, sesuai dengan bentuk kelainan klinis yang
menjadi penyebabnya. Efek peningkatan tekanan intraokuler didalam mata dipengaruhi oleh
Kerusakan saraf optik berupa penggaungan dan degenerasi papil saraf optik diduga
disebabkan oleh:
1. Gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atropi sel ganglion
difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson disaraf optikus. Diskus optikus menjadi atropik, disertai pembesaran
Kelainan ini dapat berupa mekanik yaitu lensanya dan kimiawi yaitu fokolitik atau
fokotoksik. Dislokasi lensa dapat berupa subluksasi ke depan atau ke belakang. Trauma tumpul
pupil sehingga aliran aqueous dari bilik mata belakang ke bilik mata depansehingga
menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan dan mata depan. Subluksasi ini juga dapat
mendorong iris ke depan sehingga menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan dan
Pada subluksasi ke belakang dapat terjadi rangsangan yang menahun pada badan siliar
akibat tarikan-tarikan zonula Zin atau geseran lensa pada badan siliar.Rangsangan ini
Pada luksais ke depan lensa terletak langsung dalam bilik mata depan dan ini menutup
Dalam keadaan ini lensa terletak langsung dalam bilik mata depan dan ini menutup jalur
Kelainan kimiawi dapat terjadi pada katarak hipermatur dimana protein lensa dan
makrofag menutup sudut bilik mata depan, hal ini disebut glaukoma fakolitik. Protein lensa
yang terlepas dari kapsulnya dapat menyebabkan iridosiklitis, hai ini disebut glaukoma
fakotoksik.
2.1.6 Tatalaksana
Operasi pengeluaran lensa merupakan cara untuk menghilangkan penyebab utamanya dan
Ektopia lentis dapat disebabkan berbagai macam faktor antara lain trauma, gangguan
metabolisme sejak lahir (misalnya homosistinuria, kelainan resesif dengan defek mental dan
cirri skeletal. Lensa biasanya bergeser ke bawah), sindrom tertentu (sindrom Marfan, kelainan
dominan dengan abnormalitas skeletal dan jantung dan resiko diseksi aneurisma aorta. Lensa
biasanya bergeser ke arah atas), Sindrom Weill-Marshecani, katarak hipermatur, peradangan
uvea, tumor intraokuler, tekanan bola mata yang tinggi seperti pada buftalmus.13,14
Gambar 2.5. Pasien dengan ektopia lentis et pupil pada gambar A dan pada gambar B pasien
sama yang telah dilatasi pupil tampak jelas dislokasi lensa inferior.
2.2.3 Klasifikasi
Dislokasi lensa dapat diklasifasikan berdasarkan luksasi anterior dan luksasi posterior.
Bila zonula Zinnii putus sebagian maka lensa akan mengalami subluksasi dan bila seluruh
zonula Zinnii putus maka lensa akan mengalami luksasi kedepan (luksasi anterior) atau luksasi
ke belakang (luksasi posterior).14,15
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinni sehingga lensa
berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan
pada zonula Zinni yang rapuh seperti pada Sindrom Marfan. Pada subluksasi kadang kadang
penderita tidak memberikan keluhan kecuali keluhan myopia atau astigmat. Hal ini disebabkan
karena zonula Zinni putus sebagian maka lensa bebas mencembung. Selain itu dapat pula
ditemukan penurunan penglihatan diplopia, monokular dan iridodonesis (iris tremulans). 14,15
1. Luksasi Anterior
Trauma atau kelainan kongenital yang mengakibatkan seluruh zonula putus disertai
perpindahan letak lensa ke depan akan memberikan keluhan penurunan tajam penglihatan yang
mendadak. Akibat kedudukan lensa di dalam bilik mata depan akan terjadi gangguan
pengaliran humor akuous sehingga terjadi serangan glaukoma kongestif. Pasien akan mengeluh
rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Pada pemeriksaan akan
ditemukan edema kelopak, injeksi siliar, edema kornea dengan pupil lebar disertai terlihatnya
lensa di dalam bilik mata depan.14,16
2. Luksasi Posterior
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat
putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan
kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli 4. Pasien akan mengeluh
adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa mengganggu lapangan pandang. Mata
ini akan menunjukkan gejala afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 10.0 D untuk
jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada di polus
posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik
ataupun uveitis fakotoksik.14,16
2.2.4 Gejala
2.2.5 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Visus
Ektopia lentis berpotensi melemahkan visus. Ketajaman visus bervariasi dengan tingkat
malposisi lensa. Ambliopia adalah penyebab umum dari visus menurun pada ektopia lentis
bawaan dan dapat dicegah dan diobati.17
2 .Pemeriksaan Okular Eksternal
Pada pemeriksaan dengan senter / slit lamp akan terlihat pada bagian zonula Zinni yang
terlepas, bilik mata dalam dengan iris tremulens, sedang pada bagian zonula Zinni yang utuh
terlihat bilik mata yang dangkal akibat lensa tertarik dan mencembung pada bagian ini.
Perubahan akibat subluksasi akan memberikan penyulit glaukona atau penutupan pupil oleh
lensa cembung.17
Retinoskopi dengan hati-hati dan refraksi adalah penting, sering menemukan miopia
dengan silindris. Keratometri dapat membantu memastikan tingkat astigmat kornea.17
2.2.6 Penatalaksanaan
1.Koreksi Optik
Koreksi optik dari kesalahan refraksi yang disebabkan oleh dislokasi lensa seringkali
sulit. Tergantung pada sejauh mana dislokasi, pasien dapat melihat lebih baik dengan koreksi
miopia dengan astigmatik tau koreksi aphakic. Dengan subluksasi sangat ringan, pasien hanya
mungkin miopia dan setelah dikoreksi visus mungkin baik. Dan jika ada pasien glaukoma
penyulit harus diatasi dahulu.18
2. Lensektomi
Lensektomi adalah proses koreksi penglihatan untuk orang penderita ektopia lentis,
yaitu dalam prosedurnya lensa mata akan dihapus dan diganti dengan lensa buatan khusus
denga kemampuan fokus yang jelas. Hal ini digunakan untuk koreksi yang sangat tinggi, atau
ketika operasi laser tidak dianjurkan. Setiap mata dikoreksi pada hari bedah yang berbeda.18
2.2.7 Komplikasi
1. Glaukoma Sekunder
2. Uveitis Posterior
3. Kebutaan
2.2.8 Prognosis
Tergantung pada derajat dislokasi lensa, usia onset, dan komplikasi yang terkait
sekunder, prognosis kebanyakan pasien adalah dubia ad bonam. Pasien yang memiliki trauma
terkait ektopia lentis mungkin memiliki komplikasi yang lebih mengancam jiwa lainnya
(tergantung pada beratnya trauma)18.
DAFTAR PUSTAKA
15. Nirankari MS, Chaddah MR. Displaced lens. Am J Ophthalmol. Jun 1967;63(6):1719-
23. [Medline].