Anda di halaman 1dari 19

ACARA V

OBSERVASI REPRODUKSI
MENETUKAN HCG DALAM URINE

I. TUJUAN
1.1. Mengetahui prinsip dan cara-cara menetukan HCG dalam urine secara
kualitatif.
1.2. Mahir dan terampil menggunakan alat test pack unutk mengadakan
percobaan menentukan HCG dalam urine.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Reproduksi
2.1.1 Pengertian Reproduksi
Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem
tubuh yang penting meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan
esensial bagi kehidupan sesorang.Pada manusia, reproduksi
berlangsung secara seksual.Organ reproduksi yangdimiliki manusia
berbeda antara pria dan wanita.Baik pria maupun wanita memiliki
organ reproduksi yang terdiri dari dua bagian berdasarkan letaknya,
yaitu alat kelamin luar dan dalam (Widyastuti, 2009).
Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang
berfungsi untuk suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya atau reproduksi.
Agar dapat menghasilkan keturunan yang sehat dibutuhkan pula
kesehatan dari organ reproduksi.Salah satu yang menjadi faktor
utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga kebersihan diri
atau personal hygiene (Hurlock, 2011).

2.1.2 Periode Reproduksi


Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada
sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) betina

1
dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara
satu dengan yang lainnya.Siklus reproduksi pada mamalia primata
disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada
non primata disebut dengan siklus estrus.Siklus estrus ditandai
dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan
reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya
berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya
disebut dengan satu siklus estrus (Hurlock, 2011).
Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata,
kemauan menerima hewan heawan jantan terbatas selama masa
yang disebut estrus atau berahi.Selama estrus, hewan-hewan betina,
secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima
hewan-hewan jantan dan perubahan-perubahan struktural terjadi di
dalam organ-organ assesori seks betina. Hewan-hewan monoestrus
menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun sedangkan hewan-
hewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap
tahun apabila tidak diganggu oleh kehamilan (Adnan dkk, 2006).
2.2 Hormon yang Berperan dalam Reproduksi
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran
reproduksi.Organ reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang
testes pada pria dan sepasang ovarium pada wanita.Gonad yang matur
berfungsi menghasilkan gamet (gametogenesis) dan menghasilkan
hormon seks,khususnya testosteron pada pria dan estrogen & progesteron
pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, ia akan melalui
saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat payudara
yang termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem
reproduksi sering juga disebut genitalia eksternal (Cowie, 2007).
Dua sistem duktus primitif, yaitu duktus Wolffian dan Mullerian
menentukan terbentuknya pria atau wanita.Pada pria duktus Wolffian
berkembang dan duktus Mullerian berdegenerasi, sedangkan pada wanita
duktus Mullerian yang berkembang dan duktus Wolffian

2
berdegenerasi.Perkembangannya tergantung ada atau tidak adanya dua
hormon yang diproduksi oleh testes fetus yaitu testosteron dan Mullerian-
inhibiting factor.Testosteron mengiduksi duktus Wolffian menjadi saluran
reproduksi pria (epididimis, duktus deference, duktus ejakulatorius, dan
vesika seminalis).Testosteron diubah menjadi dihydrotestosteron (DHT)
yang bertanggung jawab membentuk penis dan skrotum. Pada wanita,
duktus Mullerian berkembang menjadi saluran reproduksi wanita
(oviduct, uterus, dan vagina), dan genitalia eksterna membentuk klitoris
dan labia (Johnson, 2010).

2.3 HCG

2.3.1 Pengertian HCG


Hormon biokimia dalam kehamilan ada Hormon Kehamilan
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin ). Hormon kehamilan ini
hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil yang dibuat oleh
embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan jaringan
plasenta. Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70
dan akan menurun selama sisa kehamilan (Johnson,2010).
Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatau
glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin.Kadar
HCG meningkat dalam darah dan urine segera setelah implantasi
ovum yang sudah dibuahi.Dengan demikian ditemukannya HCG
merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan.HCG yaitu suatu
hormon glikoprotein yang mempertahankan system reproduksi
wanita dalam keadaan cocok untuk kehamilan. HCG disentesa pada
retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus
golgi (Frandson, 2008).

2.3.2 Fungsi HCG


Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini
berdampak pada meningkatnya produksi progesterone
oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga

3
kehamilan.HCG memiliki dua berkas genetic yaitu CGA dan CGB.
Fungsi dari HCG yaitu berinteraksi dengan reseptor LHCG dan
mempromosikan pemeliharaan korpus luteum selama awal
kehamilan, sehingga menyebabkan ia mensekresikan hormon
progresteron. Progresteron memperkaya rahim dengan tebal lapisan
dari pembuluh darah dan kapiler sehingga dapat menopang
pertumbuhan janin (Sacher, 2008).
Fungsi HCG yang juga penting adalah efeknya terhadap
perangsangan sel-sel interstitial testis janin sehingga mengakibatkan
pembentukan testosteron pada fetus pria sampai lahir.Sekresi dalam
jumlah sedikit ini selama kehamilan merupakan factor yang
menyebabkan tumbuhnya organ-organ kelamin pria dan bukan
wanita pada fetus. Mendekati akhir kehamilan, testosterone yang
disekresikan oleh testis fetus juga menyebabkan desensus testis ke
dalam skrotum (Alexander, 2012).
2.3.3 Proses Pembentukan HCG
Hormon HCG (Gonadotropin Korionik) merupakan suatu
glikoprotein.Bisa diukur 6 hari setelah konsepsi (di darah), 14 hari
(di urine).Hormon ini disekresi bersamaan dengan perkembangan
sel-sel trofoblas dari ovum yang baru dibuahi.Sekresi HCG oleh sel
sinsitial trofoblas dan dapat diukur pertama kali dalam darah pada 8
samapi 9 hari setelah ovulasi, segera setelah blastokista
berimplantasi dalam endometrium. Kecepatan sekresi HCG
meningkat hingga maksimal kira-kira pada 10 hingga 12 hari setelah
ovulasi, kemudian menurun sampai kadar yang lebih rendah
menjelang 16 hingga 20 minggu setelah ovulasi dan terus berlanjut
pada kadar ini selama sisa masa kehamilan (Cowie dkk, 2007).
Hormon ini hanya diproduksi oleh sinsitiotrofoblas dan tidak
oleh sitotrofoblas.Produksinya sudah dimulai pada awal kehamilan,
kira-kira pada hari implantasi. Setelah itu, kadar HCG dalam plasma
dan urin ibu meningkat sangat pesat. Dengan uji yang peka, hormon

4
ini dapat dideteksi di plasma atau urin ibu pada hari ke-8 sampai
hari ke-9 setelah ovulasi. Waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi
HCG plasma berganda adalah 1,4 sampai 2 hari. Kadarnya
meningkat sejak hari implantasi hingga mencapai puncaknya pada
sekitar hari ke-60 sampai 70. Setelah itu, konsentrasinya menurun
secara bertahap sampai titik terendah dicapai pada sekitar hari ke-
l00 sampai 130 (Alexander, 2012).
2.4 Urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemostasis cairan
tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Desiana
dkk, 2013).
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinalisasi. Eksreksi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasiscairan tubuh. Dalam mempertahankan
homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin ( Ali, 2008).
Menurut Ali (2008) pengukuran dehidrasi menggunakan warna
urin untuk mengetahui tingkat dehidrasi, semakin pekat warna urin
semakin tinggi tingkat dehidrasinya.warna urin untuk mengukur tingkat
dehidrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

5
Gambar 2.4 Urin ( Ali, 2008 )

2.5 Cara Penentuan Kehamilan


Menurut Sacher (2008) ada beberapa cara yang digunakan untuk
uji kehamilan pada saat ini, berbagai macam reaksi antara lain:
1. Reaksi dari hogben
Menggunakan kodok afrika selatan yaitu xenovus laevis
dimana suntikkan 2 cc urin wanita hamil. Reaksi positif ditandai
dengan keluarnya telur dalam waktu 12-24 jam.
2. Reaksi dari consulof
Menggunakan kodok berwarna yaitu rana exculenta yang
seelumnya telah diamil kelenjar hypohysenya lebih dahulu
sehingga warna kodok memucat. Kemudian disuntikkan 2,5 cc urin
wanita hamil. Hasil positif bila warna kodok berubah menjadi coklat.
3. Reaksi dari Friedman
Menggunakan kelinci betina yang telah 3 minggu di asingkan
sehingga tidak berhubungan dengan kelinci jantan, dimana
disuntikkan 5 cc urin wanita hamil intravena pada vena telinga
kelinci selama 2 hari berturut-turut. Setelah 2 jam dilakukan
laparotomi, diambil ovarium dan diperiksa. Hasil psitif bila
ditemukan korpus rubra dan lutea.
4. Reaksi Galli Mainini
Menggunakan kodok jantan yaitu buffo vulgaris dimana
disuntikkan 5 cc urin wanita hamil pada bagian bawah kulit perut

6
kodok. Hasil positif ditandai dengan adanya sperma pada air kemih
kodok yang telah didiamkan selama 3 jam.
5. Reaksi Aschim Zondek
Menggunakan 5 ekor tikus betina imatur, pada hari kelima
diadakan operasi pada tikus yang telah disuntik dengan urin wanita
hamil tersebut.Operasi dititikberatkan pada perubahan ovarium tikus
putih.Hasil positif jika terdapat korpus rubrum.
6. Test Pack
Test pack merupakan alat uji kehamilan yang sangat simple
dan dapat dilakukan dirumah. Bentuk test pack ini ada dua macam
yaitu strip dan compact. Bentuk strip harus dicelupkan kedalam urin
yang telah ditampung pada sebuah wadah atau disentuhkan pada saat
buang air kecil. Sedangkan bentuk compact yaitu dengan meneteskan
urin langsung pada bagian tertentu dari alatnya.
Alat uji kehamilan ini memiliki dua buah garis. Garis yang
pertama mengisyaratkan test dilakukan dengan benar, yang biasa
disebut dengan garis kontrol. Garis tersebut akan tampak bila test
pack mendapatkan cukup urin untuk diuji. Sementara garis kedua
menunjukkan hasil test, yang merupakan bagian alat yang memiliki
antibody yang bereaksi dengan hCG dan dapat berubah warna apabila
hormon ini terdeteksi.
7. Test kehamilan Plano-test
Tes ini menggunakan urin pagi wanita hamil dengan
mereaksikan kit neo planotest duoclon.Dengan melihat ada atau
tidaknya aglutinasi saat pencampuran.Hasil positif ditandai dengan
adanya aglutinasi.

2.6 Test Pack


Alat tes kehamilan yang praktis ini dikenal dengan nama test pack.
Test pack mendeteksi keberadaan hormone HCG dalam urin. Hormon
HCG kehamilan ini hanya terbentuk ketika sel telur yang sudah dibuahi
menempel di dinding rahim, atau sekitar 6 hari setelah zigot menempel di

7
dinding rahim. Jumlah hormon ini akan meningkat seiring kehamilan dan
mencapai puncaknya pada 60-90 hari kehamilan. Alat ini mendeteksi
konsentrasi HCG dalam satuan miliInternational Units (mlU). Semakin kecil
nilainya, maka alatnya akan semakin sensitive (Hajenius et al, 2013).
Menurut Frandson (2008), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan test pack sebagai berikut :
1. Ikuti petunjuk penggunaan dengan benar, waktu membaca hasil,
tanggal kadaluarsa alat tes. Terlalu banyak minum sebelum tes
juga bisa mempengaruhi keakuratan tes. Kandungan air yang
terlalu banyak dalam urin mengencerkan kadar hormon HCG
sehingga sulit dideteksi alat tes kehamilan.
2. Waktu penggunaan ( usahakan pagi hari setelah bangun tidur )
3. Sebagian besar obat tidak berpengaruh pada hasil tes, kecuali obat
tersebut mengandung hormone HCG. Misalnya, obat untuk
meningkatkan kesuburan seseorang.

Gambar 2.6. Test Pack (Ali, 2008)

8
III. METODOLOGI
3.1. Alat
3.1.1. Gelas plastik
3.1.2. Test pack
3.1.3. Alat tulis
3.1.4. Label
3.1.5. Kamera handphone
3.2. Bahan
3.2.1. Urine ibu hamil usia 1.-3 bulan
3.2.2. Urine ibu normal
3.2.3. Urine sapi bunting usia 1-3 bulan
3.2.4. Urine sapi normal
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Urin pertama pagi hari pada ibu hamil umur kandungan
dibawah 3 bulan ditampung di suatu wadah gelas yang bersih,
lalu ditutup menggunakan alumunium foil dan karet, setelah
itu wadah gelas diberi label dan dinamai.
3.3.2. Urin yang lain diperlakukan sama seperti langkah kerja
sebelumnya.
3.3.3. Bungkus test pack dibuka, strip dikeluarkan lalu dicelupkan
selama 10-30 detik dalam sampel urin sampai batas
maksimum yang tertera pada strip test pack.
3.3.4. Strip diangkat dari samopel urine yang diuji dan diletakkan di
tempat yang kering lalu hasilnya ditunggu sekitar 2-3 menit.
3.3.5. Hasilnya diamati. Apabila terdapat 2 garis menandakan hasil
positif, sedangkan bila terdapat 1 garis menandakan hasil
negatif.
3.3.6. Percobaan dilakukan dengan cara yang sama pada sampel urin
yang lain.
3.3.7. Hasil dicatat pada lembar hasil pengamatan.

9
IV. HASIL PENGAMATAN
No Jenis Urin Gambar Gari Warn Keteranga
s a n
1. Ibu hamil < 3 2 Merah +
bulan

(Dok. pribadi, 2017)

2. Urin wanita 1 Merah -


normal

(Dok. pribadi, 2017)

3. Sapi bunting < 3 1 Merah -


bulan

(Dok. pribadi, 2017)

10
4. Sapi normal 1 Merah -

(Dok. pribadi, 2017)

11
V. PEMBAHASAN
Praktikum Fisiologi Hewan acara ke lima berjudul Mentukan HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) Dalam Urin dilaksanakan pada Rabu, 24
Oktober 2017 di Laboratorium BSF Hewan Departemen Biologi Fakultas Sains
dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang. Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui prinsip dan cara-cara menentukan HCG dalam urine secara
kualitatif serta mahir dan terampil menggunakan alat test pack untuk
mengadakan percobaan menentukan HCG di dalam urin. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah test pack 5 buah, wadah gelas untuk menampung
urin, label untuk memberi tanda pada masing-masing gelas yang berisi urine,
alat tulis untuk menulis hasil pengamatan, dan kamera untuk
mendokumentasikan hasil pengamatan. Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah urin ibu hamil < 3 bulan, urin wanita normal, urin sapi bunting < 3
bulan, dan urin sapi normal. Cara kerja praktikum adalahurine yang akan
digunakan sebagai bahan percobaan diletakkan dalam botol atau gelas kering
dan bersih, setelah itu wadah gelas diberi label dan dinamai. Urin yang lain
diperlakukan sama seperti langkah kerja sebelumnya. Bungkus test pack dibuka,
strip dikeluarkan lalu dicelupkan selama 10-30 detik dalam sampel urin sampai
batas maksimum yang tertera pada strip test pack. Strip diangkat dari samopel
urine yang diuji dan diletakkan di tempat yang kering lalu hasilnya ditunggu
sekitar 2-3 menit. Hasilnya diamati. Apabila terdapat 2 garis menandakan hasil
positif, sedangkan bila terdapat 1 garis menandakan hasil negatif. Percobaan
dilakukan dengan cara yang sama pada sampel urin yang lain. Hasil dicatat pada
lembar hasil pengamatan.
5.1 Urin Ibu Hamil 1-3 Bulan
Berdasarkan pengamatan didapati hasil test pack pada urin ibu hamil
menunjukkan adanya 2 garis merah pada strip test pack. Dua garis yang
muncul pada test pack mengindikasikan hasil positif hamil. HCG dalam urin
akan diketahui pada wanita hamil karena HCG terbentuk hanya pada wanita
yang sedang hamil spada usia kandungan 3 bulan, pada usia kandungan di
atas 3 bulan biasanya hormon HCG kadar nya berkurang. hormon HCG

12
sehingga pada pengujian kehamilan menggunakan test pack akan diketahui
hasilnya karena prinsip kerja test pack adalah menguji kehamilan
berdasarkan ada atau tidaknya kandungan hormon HCG pada urin.
Menurut Sudjadi (2007), adanya HCG dapat dideteksi 8-9 hari
setelah adanya peristiwa ovulasi. HCG dalam urin berisi 2 reagen, pertama
adalah suspensi partikel lateks yang dilapisi atau terikat secara kovalen
dengan HCG dan yang lain berisi larutan antibodi HCG. Bila terdapat HCG
dalam urin, HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah
aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi
tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi
aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi. Identifikasi HCG ini
dapat dilakukan pada awal-awal masa kehamilan.
5.2 Urin Normal
Berdasarkan hasil pengamatan, didapati hasil test pack menunjukkan
satu garis merah. Garis yang berjumlah satu tersebut menunjukkan bahwa
negatif hamil atau tidak hamil. Pada urin yang normal (tidak hamil), manusia
tidak memproduksi hormon HCG pada tubuhnya. Ketika uji kehamilan
menggunakan test pack, hormon HCG tidak terdeteksi oleh strip test pack
sehingga muncul satu garis berwarna merah atau hasilnya negatif hamil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Andriyani (2012) yang menyatakan
bahwa hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) hanya diproduksi
oleh ibu yang sedang hamil saja. Hormon tersebut diproduksi oleh plasenta
dan memiliki kadar yang berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, kadar HCG akan menjadi berkurang.
5.3 Urin Sapi Bunting 1-3 Bulan
Berdasarkan hasil pengamatan, didapati hasil test pack menunjukkan
satu garis merah. Garis yang berjumlah satu tersebut menunjukkan bahwa
negatif hamil atau tidak hamil. Diketahui bahwa sampel urin tersebut adalah
dari sapi yang sedang bunting di bawah 3 bulan. Hasil pada test pack
menunjukkan negatif karena test pack tidak mendeteksi adanya kandungan
hormon HCG pada urin tersebut. Hal ini disebabkan karena hormon HCG

13
hanya dimiliki oleh manusia yang sedang hamil saja sedangkan pada sapi
tidak dapat di deteksi. Oleh karena itu, uji kehamilan pada sapi
menggunakan test pack sangat tidak akurat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purnama (2009) yang menyatakan
bahwa homon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) hanya diproduksi
oleh manusia yang sedang hamil saja. Pada kehamilan sapi lebih baik diuji
menggunakan tes darah.
5.4 Urin Sapi Normal
Berdasarkan hasil pengamatan, didapati hasil test pack menunjukkan
satu garis merah. Garis yang berjumlah satu tersebut menunjukkan bahwa
negatif hamil atau tidak hamil. Diketahui bahwa sampel urin tersebut adalah
dari sapi normal. Hasil pada test pack menunjukkan negatif karena test pack
tidak mendeteksi adanya kandungan hormon HCG pada urin tersebut. Hal ini
disebabkan karena hormon HCG hanya dimiliki oleh manusia yang sedang
hamil saja. Hasil pada test pack negatif karena sapi tidak memiliki hormon
HCG, sementara prinsip kerja dari test pack adalah mendeteksi adanya
hormon HCG untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan melalui
sampel urin. Oleh karena itu, uji kehamilan pada sapi menggunakan test pack
sangat tidak akurat. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnama (2009) yang
menyatakan bahwa homon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) hanya
diproduksi oleh manusia yang sedang hamil saja. Pada kehamilan sapi lebih
baik diuji menggunakan tes darah.

14
VI. KESIMPULAN
6.1. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam urin wanita hamil
menunjukkan dua strip pada test pack yang berarti wanita tersebut
mengalami kehamilan sedangkan pada urin wanita tidak hamil (urin
normal) menunjukkan satu strip pada test pack yang berarti wanita
tersebut tidak mengalami kehamilan.
6.2. Hormon HCG dapat ditemukan pada urin wanita hamil. Hormon ini
dihasilkan oleh jaringan plasenta yang sedang berkembang sesaat setelah
terjadi pembuahan. HCG dapat digunakan sebagai pendeteksi kehamilan.
Prinsip kerja HCG test adalah reaksi penghambat aglutinasi yang
digunakan untuk menunjukkan hormon HCG yang disekresikan ke dalam
urin selama masa kehamilan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Rika. 2012. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan.


Yogyakarta: CV Budi Utama.
Purnama, Sinta. 2009. Jago Biologi. Jakarta: Media Pusindo.
Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi Sains dan Kehidupan. Jakarta: Yudhistira.
Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
Ali, Iqbal. 2008. Urinalisis. Ujung Pandang: Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin.
Frandson, R. D. 2008. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Sacher, R.A. McPherson. 2008. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Cetakan 1. Jakarta : EGC.

Desiana, C, I. S. Banuwa, R. Evrizal, dan S. Yusnaini. 2013. Pengaruh Organik Cair


Urin Sapi dan Limbah Tahu terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek Tropika. Vol.1, No.1: 113-119.

Hajenius,P.J., N.M. van Mello, F. Mol, H.R. Verhoeve, M. van Wely, A.H.
Adriaanse, E.A. Boss, A.B. Dijkman, N. Bayram, M.H. Emanuel, J.
Friederich, L. van der Leeuw-Harmsen, J.P. Lips, M.A. Van
Kessel, W.M. Ankum, F. van der Veen and B.W. Mol. 2013.
Methotrexate or expectant management in women with an ectopic
pregnancy or pregnancy of unknown location and low serum hCG
concentrations. Journal of Human Reproduction. Vol. 28 (1): 60-67.

Alexander, H., G. Zimmermann and W. Ackermann. 2012. Expression and


Production of Human Chorionic Gonadotropin (hCG) in the Normal
Secretory Endometrium: Evidence of CGB7 and or CGB6 Beta hCG
Submit Gene Expression 1. Journal og Biology Reproduction. Vol. 86
(3): 1-14.

16
Johnson K. E. 2010. Histologi dan Fisiologi Sel. Jakarta : Binarupa Aksara.

Cowie, A.T.I.C, dkk. 2007. Hormon Control of Lactation. Germany : Berlin


Heidelberg.

Hurlock, E. B. 2011. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Adnan dan Pagarra, B., 2006, Pengaruh Ekstrak Rimpang Tumbuhan Pacing (Costus
speciosus, J.E. Smith) terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus
musculus) ICR Jantan. Laporan Penelitian. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri.

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai