Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

UROLITHIASIS

Pokok Bahasan : Sistem Perkemihan


Sub Pokok Bahasan : Urolithiasis
Sasaran : Pasien poli bedah
Hari/ Tanggal : Kamis 23 november 2017
Waktu : Pukul 10.00 11.00
Tempat : Poli bedah RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Penyuluh : Mahasiswa Stikes Hafshawaty zainul hasan genggong.

I. LATAR BELAKANG
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih
bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan
mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab
terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik
Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih
(urolithiasis), Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir
kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau
memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis
urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra
yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis
ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo,
2000).

II. TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 60
menit,pasien diharapkan mampu memahami tentang Urolithiasis.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah dilakukan tindakan penyuluhan peserta dapat memahami
tentang:
1. Pengertian Urolithiasis
2. Penyebab Urolithiasis
3. Tanda dan gejala Urolithiasis.
4. Penatalaksanaan Urolithiasis
IV. METODE
Ceramah, Tanya jawab.

V. MEDIA
Leaflet.
LCD
Laptop
VI. ISI MATERI
1. Pengertian Urolithiasis
2. Penyebab Urolithiasis
3. Tanda dan gejala Urolithiasis
4. Penatalaksanaan medis dan pengobatan Urolithiasis
5. Cara pencegahan Urolithiasis

VII. PROSES PELAKSANAAN


No Kegiatan Respon Waktu
1. Pendahuluan 10 menit
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan tujuan
d. Menyampaikan pokok Menyimak
bahasan dan waktu
Aktif menyampaikan
e. Melakukan apersepsi
pendapat
2. Isi
Penyampaian materi
tentang:
a. Definisi Urolithiasis Menyimak 35 menit
b. Etiologi Urolithiasis
c. Patofisiologi Urolithiasis
d. Gejala klinis Urolithiasis
e. Pengobatan Urolithiasis
3. Penutup
a. Tanya jawab Aktif bertanya
b. Kesimpulan Menyimak 15 menit
c. Evaluasi Aktif menjawab
d. Memberi salam penutup Menjawab salam

VIII. SETTING TEMPAT

moderator
Operator/ observer
penyaji

laptop

LCD

fasilitator
fasilitator

Peserta Peserta

fasilitator Peserta
IX. PENGORGANISASIAN
Moderator : Siti Khotimah
Penyaji Peserta : Parli Aditya Peserta
Observer/ operator : Imamuddin

Fasilitator
Fasilitator : Qumail Laily Anggraini

X. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tempat, materi dan media
b. Peran dan tugas sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Peserta penyuluhan hadir 70%
c. Audiens mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
d. Audiens berperan aktif selama penyuluhan
3. Evaluasi hasil
a. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan
dapat menjelaskan definisi Urolithiasis
b. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan
dapat menyebutkan factor penyebab Urolithiasis
c. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan
dapat menjelaskan patofisiologi Urolithiasis
d. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan
dapat menjelaskan manifestasi klinis Urolithiasis
e. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan
dapat menyebutkan penatalaksanaan Urolithiasis

XI. LAMPIRAN ISI MATERI


A. Definisi
Urolitiasis adalah pembentukan batu didalam saluran kemih.Batu
saluran kemih adalah keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung
komponen kristal dan matriks organik yang secara khas dijumpai di kaliks
atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter/kandung kemih.
Urolithiasis adalah terdapatnya batu di saluran urinary (traktus urinarius).
Neprolithiasis: batu yang terbentuk di paremkim ginjal. Ureterolithiasis:
terbentuknya batu di ureter. Batu yang terbentuk dapat ditemukan disetiap
bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan uretra dan ukurannya sangat
bervariasi dari deposit granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil,
sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Perbedaan
letak batu akan berpengaruh pada keluhan penderita dan tanda/gejala yang
menyertainya.
Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih
(urolithiasis), Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir
kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau
memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis
urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra
yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis
ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000)

B. Epidemologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih
bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan
mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab
terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik

C. Etiologi

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi


tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu
juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain
yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status
cairan pasien.
Faktor tertentu yang dapat mempengaruhi pembentukan batu,
mencakup infeksi, satus urine, periode imobilitas (drainage batu yang
lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses


pembentukan batu yaitu:

1. Teori inti (nucleus): kristal dan benda asing merupakan tempat


pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
2. Teori matriks: matriks organik yang berasal dari serum dan protein
urine memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kristalisasi: beberapa substansi dalam urine
menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau
absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana
supersaturasi ini tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan
dan pembentukan kompleks.
Batu kalsium dapat diakibatkan oleh:
1. Hiperkalsiuria abortif: gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D
dan hiperparatiroid.
2. Hiperkal siuria renalis: kebocoran pada ginjal
Batu oksalat dapat disebabkan oleh:
1. Primer autosomal resesif
2. Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane,
anestesi.
3. Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass
jejenoikal, sindrom malabsorbsi
Batu asam urat disebabkan oleh:
1. Makanan yang banyak mengandung purin
2. Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
3. Dehidrasi kronis
4. Obat: tiazid, lazik, salisilat
Batu sturvit biasanya mengacu pada riwayat infeksi, terbentuk
pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu
sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek
absorbsi sistin.
Namun demikian pada banyak paisen mungkin tidak ditemukan
penyebabnya. Batu di saluran kemih juga dapat terjadi pada penyakit
inflamasi usus dan pengobatan dengan antasida, diamox, laksatif, aspirin.

D. Patofisiologi

Terdapat tiga teori yang menyatakan tentang terbentuknya batu pada


saluran kemih, diantaranya yaitu :

1. Teori inti (nukleus) : kristal dan benda asing merupakan tempat


pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi.
2. Teori matrix : matrix organik yang berasal dari serum atau protein-
protein urin yang memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kristalisasi : beberapa substansi dalam urin
menghambat terjadi kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya
substansi ini memungkinkan terjadinya krislisasi.
Adapun faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pembentukan batu
pada saluran kemih, diantaranya yaitu :
1. Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria idiopatik meliputi hiperkalsiuria yang terdiri dari 3 bentuk
yaitu :
2. Hiperkalsiuria absorptif; ditandai oleh adanya kenaikan absorpsi
kalsium dari lumen usus, kejadian ini paling banyak dijumpai.
3. Hiperkalsiuria puasa ; ditandai dengan adanya kelebihan kalsium,
diduga berasal dari tulang.
4. Hiperkalsiuria ; yang diakibatkan kelainan reabsorpsi kalsium di
tubulus ginjal.
5. Hiperoksaluria
Merupakan kenaikan ekstensi oksalat diatas normal (< 45mg/hari).
6. Hiperurikosuria
Merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium.
7. Hipositraturia
Merupakan penurunan eksresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat merupakan mekanisme lain timbulnya batu ginjal.
8. Penurunan jumlah air kemih
Keadaan ini biasanya disebabkan masukan cairan sedikit yang selanjutnya
dapat menimbulkan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan
aliran air kemih.
9. Faktor diit
Faktor diit dapat berperan penting dalam mengawali pembentukan batu,
misalnya diit tinggi kalsium, diit tinggi purin, tinggi oksalat dapat
mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan menyebabkan pengendapan
partikel-partikel jenuh (kristal dan matriks) dalam nukleus (inti batu) yang
selanjutnya akan mengakibatkan kelainan kristaluria dan pertumbuhan kristal
dan dapat mengakibatkan terbentuknya batu pada saluran kemih. Batu saluran
kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah retensi urine, nyeri
saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing tiba-tiba berhenti dan
nyeri pinggang. Manifestasi infeksi beruap panas saat kencing, kencing
bercampur darah. Obstruksi saluran kemih yang tidak mendapatkan
penanganan dapat menyebabkan terjadi komplikasi yaitu hidronefrosis,
sednagkan infeksi akan menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu
pielonefritis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan
fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal).

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin,
terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang
disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun
secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar
biasa dan tak nyaman.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan
terus menerus di CVA (costa vertebral angle). Hematuria dan piuria jarang.
Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
kebawah mendekati kandung kemih, sedang pada pria mendekati testis. Bila
nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami
kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.

Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar


biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar
dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu
diameter < 0,5-1 cm keluar spontan.

Batu ureter dapat pula tetap tinggal di ureter hanya ditemukan nyeri
tekan. Nyeri letak atau tak ditemukan nyeri sama sekali dan tetep tinggal di
ureter sambil menyumbat dan menyebabkan hidroureter yang asimtomatik
(obstruksi kronik). Tidak jarang terjadi kematian yang didahului oleh kolik.
Bila obstruksi berlanjut, maka kelanjutan dari kelainan ini adalah
hidronefrosis dengan atau tanpa piolonefritis sehingga menimbulkan
gambaran infeksi umum.

Batu yang terjebak di vesika biasanya menyebabkan gejal iritasi dan


berhubungan dengan infeksi traktus urinariun dan hematuria. Jika batu
menyebabkan onstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin.
Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu maka dapat terjadi sepsis.

Batu uretra biasanya berasal dari batu vesika yang terbawa saluran
kemih saat miksi, tetapi tersangkut di tempat yang agak lebar. Gejala yang
umum: sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menetes, nyeri. Penyulitnya adalah
vesikal, abses, fistel proksimal dan uremia, karena obstruksi urine.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya


mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan penyembuhan penyakit
batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
1. Obstruksi jalan kemih
2. Infeksi
3. Nyeri menetap/berulang
4. Batu yang kemungkinan menyebabkan infeksi dan obstruksi
5. Batu metabolok yang tumbuh cepat.
Penanganannya berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan
pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau pembedahan yang kurang
invatif (misal: nefrostomi perkutan) atau tanpa pembedahan (misal:
eswl/litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal menghancurkan batu di
kaliks ginjal)

Terapi medik/simptimatik:
1. diberikan obat untuk melarutkan batu
2. obat anti nyeri
3. pemberian diuretik untuk mendorong keluarnya batu
Pelarutan: batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan
dengan pelarut solutin G
1. Litotripsi
2. Pembedahan:
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah
diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan
lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik
dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1. Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal
2. Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
3. Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter
4. Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih
G. PENCEGAHAN
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya
adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh lebih dari 50% dalam 10
tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun
batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan adalah:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi


urine 2-3 liter per hari

2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu

3. Aktivitas harian yang cukup

4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan


adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium


urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat

3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya


hiperkalsiuria

4. Rendah purin

5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria


absorbtif type II
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses


keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made
karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian
perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications,
Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Nursalam & Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai