Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
..1
1.2 Tujuan
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Resusitasi 3
2.2 Tujuan Resusitasi ..3
2.3 Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan ..3
2.4 Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi ..4
2.5 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir 5
2.5.1 Persiapan Keluarga ..5
2.5.2 Persiapan Tempat Resusitasi 5
2.5.3 Persiapan Alat Resusitasi 6
2.5.4 Persiapan diri 8
2.6 Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir .9
2.7 Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir ..10
2.7.1 Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir 10
2.7.2 Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium .15
2.8 Asuhan Pascaresusitasi 16
2.9 Asuhan Pasca Lahir (Usia 2-24 jam Setelah Lahir) 17
2.10 Pencegahan Infeksi 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir
dengan asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau
menangis spontan dan denyut jantung menjadi teratur.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta
bayi baru lahir mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat
satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah
bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan
mengatasi penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang
berkualita, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan
neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian BBL karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong
persalinan.
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan
segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).
Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis
yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat
membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi
kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis
(Hudak dan Gallo, 1997).
Resusitasi diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit
pertama kehidupannya tidak dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi
adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida,
atau bila sistem kardiovaskular tidak cukup dapat memberi perfusi secara
efektif kepada susunan saraf pusat, jantung dan organ vital lain. (Gregory,
1975)
Angka Kematian Bayi (AKB) bisa ditekan melalui pembekalan dan
pelatihan resusitasi neonatus kepada paramedis di tanah air. AKB di
Indonesia akan terus menurun dengan adanya pembekalan melalui pelatihan
resusitas neonatus . pembekalan resusitasi neonatus bagi paramedis itu
bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan saat membantu proses
persalinan, baik di rumah sakit maupun klinik kebidanan. Data yang dikutip
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan AKB di
Indonesia saat ini masih pada posisi 31/1.000 kelahiran pada 2009. Tercatat
sekitar 7.116 paramedis hingga saat ini telah memperoleh pelatihan dan
pembekalan resusitasi bayi gawat nafas secara nasional. Paramedis itu antara
lain terdiri dari dokter spesialis anak, anestesi, umum dan kebidanan. Dalam
kasus persalinan, kesulitan bernapas saat bayi lahir juga berdampak pada
gagalnya proses persalinan, misalnya terkait dengan perjalanan yang jauh dari
praktik kebidanan ke rumah sakit. Terkadang masalah perjalanan yang cukup
lama dari klinik bidan ke rumah sakit, sehingga bayi lahir yang seharusnya
mendapat pertologan pernapasan segera jadi terlambat, Oleh karena itu, AKB
akibat faktor kesulitan bernapas itu mencapai sekitar 24 persen, dan berat lahir
rendah 26 persen.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian resusitasi
2. Untuk mengetahui tujuan resusitasi BBL
3. Untuk menilai dan memutuskan resusitasi BBL.
4. Untuk mengetahui asuhan bayi pasca resusitasi
5. Untuk mengetahui asuhan bayi pasca lahir
6. Untuk mengetahui langkah pencegahan infeksi pada resusitasi BBL
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan
ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan
pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau
memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai
akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak
(Tjokronegoro, 1998).
Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti
harfiah menghidupkan kembali, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat
dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi
kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama
yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL).
Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
B. Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
C. Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin
yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut
ini:
1. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi,
adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan
penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan.
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
Semua bayi dengan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan
dan perhatian segera.
D. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai bayi segera setelah lahir, dapat dinyatakan sehat atau
tidak, maka dilakukan pemeriksaan nilai APGAR. Nilai APGAR akan
membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir
yang terjadi serta langkah segera yang harus diambil. Jumlah nilai seluruhnya
didapat dengan jalan mengevaluasi kelima tanda, yaitu:
A = Appearance (penampakan/ kelainan warna)
P = Pulse (nadi atau detak jantung)
G = Grimace (ringisan atau respon wajah bayi ketika kakinya disentuh)
A = Activity ( aktivitas tonus otot lengan dan kaki)
R = Respiration (pernafasaan)
Cara memberikan penilaian yaitu dengan memberikan nilai 0 sampai 2 yang
dapat dilihat pada tabel sistem APGAR berikut :

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

warna kulit tubuh normal


warna kulit tubuh, tangan, dan
Warna kulit seluruhnya biru merah muda,
kaki
(Appearance) atau pucat tetapi tangan dan kaki
normal merah muda
kebiruan (akrosianosis)

Denyut jantung tidak ada detang


<100 kali/menit >100 kali/menit
(Pulse) jantung

Respons refleks tidak ada respons meringis/menangis lemah meringis/bersin/batuk saat


(Grimace) terhadap stimulasi ketika distimulasi stimulasi saluran napas

Tonus otot sedikit gerakan terhadap


lemah/tidak ada bergerak aktif kaki dan tangan
(Activity) rangsangan

Pernapasan tidak ada dan tidak Pernafasan lemah atau tidak menangis kuat, pernapasan
(Respiration) ada tangisan teratur dinding dada tertarik baik dan teratur

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran,
dan dapat diulangi jika skor masih rendah.

Jumlah skor Interpretasi Catatan

8-10 Bayi normal


Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang
4-7 Agak rendah menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu
bernapas.

4 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi
yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum
tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika
terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap
dibawah 6 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko
bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga
ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun, tujuan tes Apgar
adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut
membutuhkan penanganan medis segera dan tidak didisain untuk memberikan
prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
E. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat
lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada
ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam,
magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan
saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan.
Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu
selanjutnya.
F. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong
persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat
berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi
dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan
adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri
(bidan).
1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemunginan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan
persiapan persalinan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:
a. Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
b. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar.
Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka).
Keterangan:
1) Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
2) Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan
pengaturan posisi kepala bayi.
3) Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau
lampu petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan
juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi
b. Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi
c. Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi
d. Alat penghisap DeLee atau bola karet
e. Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup
f. Kota Alat resusitasi
g. Sarung Tangan
h. Jam atau pencatat waktu
Keterangan:
1) Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat
menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada
gunakan kain panjang atau sarung.
2) Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos,
selendang, handuk ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.
3) Alat penghisap lender DeLee adalah alat yang digunakan untuk
menghisap lender husus untuk BBL
4) Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat
penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup
dalam eadaan terpasang dan steril.
5) Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender DeLee dalam
keadaan steril, disimpan dalam kotak alat resusitasi.
Cara menyiapkan:
1) Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang
basah oleh air ketuban segera lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan
terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut ibu, sebelum
persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat
perineum ibu sampai talipusat telah diklem dan dipotong kemudian
jika perlu dilakukan tindakan resusitasi.

2) Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutiBBL, agar tetap
kering dan hangat. Singkirkan kain e-1 yang basah sesudah dipakai
mengeringkan bayi. Ain ke-2 ini diletakkan di atas tempat resusitasi,
digelar menutupi permukaan yang rata.
3) Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar
memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Ain digulung
setebal kira-kira 3cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
4) Alat Resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee
dan alat resusitasi tabung/balon dan sungkup diletakkan deat tempat
resusitasi, maksudnya agar mudah diambil sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
5) Sarung tangan
6) Jam atau pencatat waktu
4. Persiapan diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
a. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker,
penutup kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
b. Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
c. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran
alcohol dan gliserin.
d. Eringkan dengan kain/tisu bersih.
e. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
G. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan
guna menentukan tindakan resusitasi.
Sebelum bayi lahir:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna
kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap?
PENILAIAN
Menilai apakah tonus otot baik?

Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:


Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak
bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik.
KEPUTUSAN
Air ketuban bercampur mekonium.
Mulai lakukan resusitasi segera jika:
Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak
bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik:
TINDAKAN Lakukan Tindakan Resusitasi BBL.
Air ketuban bercampur mekonium:
Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya.

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera
setelah lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat
perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini
menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
H. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu
resusitasi, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan
membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali
pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.
1. Pemotongan Tali Pusat:
a. Pola di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas
kain yang ada di perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah (sedikit
ekstensi), lalu selimuti dengan kain, dibuka bagian dada dan perut dan
potong tali pusat. Tali pusattidak usah diikat dahulu, tidak dibubuhkan
apapun dan tidak dibungkus.
b. Pola dekat perineum ibu
Bila tali pusat sangatpendek sehingga cara a) tidak
memungkinkan, letakkan bayi baru lahir yang telah dinilai di atas kain
bersih dan kering pada tempat yang telah disiapkan dekat perineum ibu,
kemudian segera klem dan potong tali pusat (tanpa diikat0, jangan
bubuh apapun dan tidak dibungkus. Selanjutnya dipindahkan bayi ke
atas kain kira-kira 45cm di atas perineum ibu.
2. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau
bernapas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:
a. Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk
memulai pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
b. Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi
kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk
merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat
a) Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka,
potong tali pusat.
c) Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata,
keras, bersih, kering dan hangat.
d) Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
2) Atur posisi bayi
a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan
menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
3) Isap lendir
Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;
a) Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
b) Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK
pada waktu memasukkan.
c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm
ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini
dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti napas.
Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;
a) Tekan bola di luar mulut.
b) Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan
9lendir akan terhisap).
c) Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.
4) Keringkan dan rangsang bayi
a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu
BBL mulai bernapas.
b) Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
1) Menepuk/menyentil telapak kaki atau
2) Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan
telapak tangan
5) Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
a) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
b) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi
muka dan dada agar bias memantau pernapasan bayi.
c) Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit
ekstensi.
6) Lakukan penilaian bayi.
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak
bernapas atau megap-megap.
a) Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
b) Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan
ventilasi bayi.
TAHAP II: VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan
sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka
alveoli paru agar bayi bias bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah:
1) Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2) Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air
Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan
menguji apakah jalan napas bayi terbuka.
a) Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang,
Bila tidak mengembang
(1) Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.
(2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
(3) Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan
pengisapan.
(4) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya.
3) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
(a) Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan
balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan
20cm air sampai bayi mulai menangis dan bernapas spontan.
(b) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan,
setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap.
(a) Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah
(b) Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
(a) Jangan ventilasi lagi
(b) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan
lanjutkan asuhan BBL
(c) Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
(d) Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan
membalik jangan tinggalkan bayi sendiri
(e) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
4) Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
(a) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)
(b) Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah
bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:
Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20
kali dalam 30 detik kemudian lakuan penilaian ulang napas setiap 30
detik.
5) Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi.
(a) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan
mengapa
(b) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
(c) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
(d) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan
6) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali
pusat tisak teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan
pulsasi tali pusat tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan
kepadanya serta lakukan pencatatan Bayi yang mengalami asistol (tidak
ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.
3. Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium
Apakah mekonium itu?
Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat
dan berwarna hijau kehitaman.
Kapan mekonium dikeluarkan?
Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah
persalinan (12-24 jam pertama). Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan
sebelum persalinan dan bercampur dengan air ketuban sehingga cairan
ketuban berwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34
minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi
pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda
bahaya.
Apakah yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum
persalinan?
Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan.
Kadang-kadang terjadi hipoksia/gawat janin yang dapat meningkatkan
gerakan usus dan relaksasi otot anus sehingga janin mengeluarkan mekonium.
Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin seringkali memiliki cairan ketuban
dengan pewarnaan mekonium (warna kehijauan), misalnya bayi kecil untuk
masa kehamilan (kMK) atau bayi post matur.
Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan?
Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim
atau bayi mulai bernapas karena dilahirkan. Tersedak mekonium dapat
menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban
bercampur mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru
lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air
ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
a. Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis /
bernapas normal / megap-megap / tidak bernapas?
b. Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak
diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/
c. Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan
isap lender, ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi
apapun, dilanjutan dengan langkah awal.
Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan
bayi, apabila masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias
tersedak (aspirasi).
F. Asuhan Pascaresusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang
merupaan perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini
dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan.
Asuhan yang diberian sesuai dengan hasil resusitasi yaitu:
1. Resusitasi Berhasil
bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
a. Konseling:
1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
2) Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh
bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
3) Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan
gangguan pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera,
dapat memasok energi yang dibutuhkan.
4) Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan
metode Kangguru).
5) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera
bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
b. Lakukan asuhan bayi baru lahir :
1) Anjurkan ibu menyusui sambil memperhatikan dan membelai bayinya
2) Beri vitamin K antibiotik salep mata imunisasi hepatitis B
c. Lakuakan pemantauan terhadap bayi
Tanda-tanda kesulitan bernafaspada bayi, seperti nafas megap-megap
frekuensi nafas < 30 kali per menit atau > 60 kali per menit, bayi kebiruan
atau pucat, bayi lemas.
d. Jagalah bayi agar tetap hangat dan kering.
2. Asuhan pada Bayi yang Memerlukan Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas
rujukan. Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per
menit
b.Adanya retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas
inspirasi)
d.Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
Apabila resusitasi tidak/ kurang berhasil, bayi memerlukan rujukan lakukan :
1) Konseling
a) Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi
dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.
b) Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya.
Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk
menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.
c) Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang
kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru
melahirkan bayi yang sedang dirujuk.
d) Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan
selama perjalan ke tempat rujukan.
2) Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
a) Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit,
suhu tubuh) dan catatan medik.
b) Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi
dalam posisi Metode Kangguru dengan ibunya. Selimuti ibu
bersama bayi dalam satu selimut.
c) Lindungi bayi dari sinar matahari.
d) Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada
bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi
lainnya
3) Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat
rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan
oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka
hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.
3. Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan
maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang
berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga
memerlukan dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana, ajak
ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta
berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
a. Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan
resusitasi dan rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya
ternyata belum memberi hasil seperti yang diharapkan. Minta mereka
untuk tidak larut dalam kesedihan, seluruh kemampuan dan upaya dari
penolong (dan fasilitas rujukan) telah diberikan dan hasil yang buruk
juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga untuk
tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu. Berikan jawaban yang
memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan
keluarganya. Minta keluarga ikut membantu pemberian asuhan
lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan
setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan
apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang telah
meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan
hormon saat pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi
sangat sensitif, terutama jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin
mengungkapkan perasaannya, minta ia berbicara dengan orang paling
dekat atau penolong. Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu
perlu beristirahat, dukungan moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu
tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.
b. Asuhan lanjutan bagi ibu
Payudara ibu akan mengalami pembengkakan dalam 2-3 hari.
Mungkin juga timbul rasa demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat
mengatasi pembengkakan payudara dengan cara sebagai berikut:
1) Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit
tekanan menggunakan selendang /kemben/kain sehingga ASI
tidak keluar.
2) Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
c. Asuhan tindak lanjut: kunjungan ibu nifas.
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya
(dalam waktu 2 minggu). Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena ibu
tidak menyusukan bayi. Banyak ibu yang tidak menyusui akan
mengalami ovulasi kembali setelah 3 minggu pasca persalinan. Bila
mungkin, lakukan asuhan pascapersalinan di rumah ibu.
G. Asuhan Pasca Lahir (Usia 2-24 jam Setelah Lahir)
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca
lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan
rumah (kunjungan BBL/Neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk
mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah
mengalami tindakan resusitasi.
Untuk asuhan PASCA LAHIR setelah 24 jam, gunakanlah algoritma
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut.catat seluruh langkah ke
dalam formulir tata laksana bayi muda.
1. Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.
2. Bila klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali dalam 2 hari.
3. Bila klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan BBL di rumah.
Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan
mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila
bayi mengalami masalah.
H. Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi menurut Jenis Alat Resusitasi:
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan
dalam resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:
1. Meja resusitasi:
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.

a. Tabung resusitasi
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap
minggu, tiap 2 minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi.
Selalu lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi kalau alat digunakan pada
bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi Tabung/Balon Resusitasi dilakukan
setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan
pencegahan infeksi.
1) Sungkup silicon dan katup karet: dapat di rebus.
2) Alat penghisap yang dipakai ulang.
3) Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian
dan DTT)
4) Kain dan selimut.
Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan
dengan angin/ udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang
bersih dan kering.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan
asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan
dan denyut jantung menjdi teratur
Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah :
1. Bayi tidak cukup bulan
2. Bayi megap-megap/tidak bernapas
3. Tonus otot bayi tidak baik.
4. Air ketuban bercampur mekonium.
Langkah-langkah resusitasi, yaitu:
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
1. Jaga bayi tetap hangat;
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan dan rangsang bayi
5. Atur kembali posisi kepalabayi dan selimuti bayi
TAHAP II: VENTILASI
1. Pemasangan sungkup
2. Ventilasi 2 kali
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
4. Ventilasi setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI
1. Jika Resusitasi Tidak Berhasil
2. Jika Resusitasi berhasil
3. Jika Perlu Rujukan

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk, 2002, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
JNPK-KR, 2008, Asuhan persalinan Normal dan Inisiasi menyusu dini.

Harlona [2013], Pengertian Resusitasi [online]

http://harlona.blogspot.com/2013/04/pengertian-resusitasi.html [12 Maret 2015]

Harlona [2013], Pengertian Resusitasi [online]

http://kebidananfk2010.blogspot.com/2012/01/askeb-ii-resusitasi.html

Indrayani, Djami.M.E.U.2013.Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:Trans Info


Media

Noviastuti203 [2013], Resusitasi Neonatus [online]

https://noviastuti203.wordpress.com/2013/05/03/resusitasi-neonatus-a-pengertian-
resusitasiresusitasi-respirasi-artifisialis/ [12 maret 2013]

Prawirohardjo, S .2010..Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Maryunani, A.2010.Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai