BIOREMEDIASI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Ilmu Lingkungan Semester
Satu yang Diampu oleh Dra. Murningsih, M.Si
Disusun oleh:
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
1. Biomagnifikasi
Biomagnifikasi (bioamplifikasi) merupakan akumulasi bahan pencemar melalui rantai
makanan. Pada proses ini, senyawa kimia melewati tropik dan konsentrasi bahan pencemar
tertinggi terjadi pada konsumen puncak pada rantai makanan tersebut.
a. Tahap terjadinya biomagnifikasi
1) Konsentrasi kontaminan yang tersimpan pada tubuh tanaman (produsen) lebih
tinggi daripada lingkungan sekitar.
2) Produsen dimakan oleh konsumen.
3) Konsumen tingkat 1 akan dimakan oleh konsumen tingkat 2 dan seterusnya.
Artinya, konsumen di atasnya akan mengkonsumsi sejumlah biomassa dari tingkat
trofik di bawahnya. Jika biomassa mengandung kontaminan maka kontaminan akan
diambil oleh konsumen. Padahal kontaminan dapat masuk tidak hanya yang
diperoleh dari produsen tetapi juga dapat berasal dari penyerapan oleh tubuh
organisme itu sendiri.
c. Dampak Biomagnifikasi:
1) Manusia menduduki posisi puncak tingkat trofik pada hampir semua rantai
makanan dalam ekosistem, sehingga manusia merupakan penanggung resiko
biomagnifikasi yang paling tinggi.
2) Mempengaruhi dan merusak keseimbangan antara organisme dan ekosistem.
3) Akumulasi bahan pencemar dalam rantai makanan menyebabkan terjadinya
gangguan fisiologi tubuh dan mutasi genetik. Mutasi menyebabkan terjadinya
variasi genetik yang menimbulkan spesiasi.
2. Bioakumulasi
Bioakumulasi adalah penumpukkan dari zat-zat kimia seperti pestisida, metilmerkuri, dan
kimia organik lainnya di dalam atau sebagian tubuh organisme. Bioakumulasi suatu bahan
kimia oleh suatu makhluk hidup dapat dilihat dalam banyak situasi sebagai suatu proses partisi.
Salah satu konsekuensi dari pelepasan dan penyebaran substansi pencemar di lingkungan
adalah penangkapan (uptake) dan penimbunan (accumulation) oleh makhluk hidup mengikuti
alur rantai makanan (food chain). Umumnya relasi antara konsentrasi substansi pencemar di
lingkungan dan di dalam jaringan mahluk hidup dinyatakan dalam parameter faktor
biokonsentrasi (BCF = bioconcentration factor). Parameter ini merupakan nisbah antara
konsentrasi suatu senyawa di lingkungan dan konsentrasi senyawa yang sama dalam jaringan
makhluk hidup.
a. Penyebab Bioakumulasi
1) Cara penerimaan xenobiotik
Bioakumulasi xenobiotik dalam makhluk hidup masuk ke dalam tubuh melalui
3 cara, yaitu: sentuhan kulit, inhalasi, dan oral. Xenobiotik masuk ke dalam sel dan
mempengaruhi kinerja sel tersebut.
2) Distribusi xenobiotik
Xenobiotik yang masuk ke dalam tubuh, terdistribusi dan bertumpuk pada
jaringan yang rentan diserangnya. Sifat reaktif zat xenobiotik dan dan jumlah
xenobiotik yang terkumpul mempengaruhi lamanya zat tersebut akan berpengaruh
pada makhluk hidup.
b. Dampak Bioakumulasi
Dampak dari Bioakumulasi diantaranya rusaknya sistem kesehatan makhluk hidup,
baik pada manusia atau hewan, dan rusaknya keseimbangan ekosistem karena dampak
panjang yang diberikan pada rantai makanan.
1) Dampak Kesehatan
Dampak pada kesehatan yang diterima dalam proses bioakumulasi lebih pada sifat
kronis jangka panjang. Biasanya zat-zat xenobiotik ini bersifat karsinogenik.
Penimbunan xenobiotik merugikan pada tubuh akan menyebabkan penyakit-penyakit
kronis seperti kanker, dan gangguan organ syaraf, gangguan hormon. Bioakmulasi juga
berdampak adanya proses mutagenik dan teratogenik. Misalnya, dampak yang
diberikan oleh senjata kimia mengakibatkan gangguan kehamilan dan cacat janin
2) Dampak Ekosistem
Keseimbangan ekosistem akan terganggu dengan adanya bioakumulasi di tubuh
mahkluk hidup. Timbunan zat di lingkungan secara cepat dan lambat akan
mempengaruhi daya dukung lingkungannya. Gangguan dalam kesehatan makhluk
hidup dapat berpengaruh pada mutasi gen dan teratogenik makhluk hidup yang akan
berujung pada kepunahan suatu spesies sehingga rantai makanan akan kacau dan
lingkungan menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan lingkungan akan berdampak
pada kepunahan spesies lain.
3. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pendegradasian bahan organik berbahaya secara biologis
menjadi senyawa lain seperti karbondioksida (CO2), metan, dan air. Bioremediasi merujuk
pada penggunaan secara produktif proses biodegradatif untuk menghilangkan atau mendetoksi
polutan yang mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Jadi bioremediasi
adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan
memanfaatkan bantuan mikroorganisme.
a. Tujuan Bioremediasi
1) Memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang tidak beracun
2) Mengontrol atau mereduksi bahan pencemar dari lingkungan
b. Manfaat Bioremediasi
1) Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah dengan mengubah limbah menjadi ramah lingkungan.
2) Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan
semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak
dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc.,
di San Clemente, Calif.
3) Bidang Ekonomi
Karena bioremediasi menggunakan bahan-bahan alami yang hasilnya ramah
lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah
memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan
solusi ekonomi yang lebih baik.
4) Bidang Pendidikan
Penggunaan mikroorganisme dalam bioremediasi dapat membantu penelitian
terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas.
c. Jenis-jenis
1) Bioremediasi yang melibatkan mikroba
a) Biostimulasi
Biostimulasi adalah suatu proses yang dilakukan melalui penambahan
zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme agar mikroorganisme
tumbuh dan beraktivitas lebih baik.
b) Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan satu jenis atau lebih
mikroorganisme yang alami maupun yang sudah mengalami perbaikan sifat.
c) Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami (tanpa campur tangan
manusia) dalam air atau tanah yang tercemar.