Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk dan rata-

rata kualitas hidup masyarakat serta semakin tingginya kesadaran dari masyarakat

untuk mengkonsumsi pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

(Rustam, 2011). Sejalan dengan meningkatnya penduduk, kebutuhan akan

konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha

penggemukan sapi potong sangat menjanjikan karena melihat meningkatnya

permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein

hewani khususnya daging. Usaha penggemukan sapi potong juga relevan dengan

upaya pelestarian sumber daya lahan.

Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian

masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan

di masa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik

dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial. Usaha

penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak

untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan

pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha

yang ekonomis.

Sejauh ini dikenal dengan empat sistem penggemukan yang sering diterapkan

di peternakan-peternakan tertentu, yakni sistem pasture fattening, dry lot


2

fattening, sistem kombinasi yakni pasture dandry lot fattening, dan sistem

kereman atau penggemukan dry lot fattening yang lebih sederhana. Keempat

sistem penggemukan di atas, masing-masing memiliki manajemen yang berbeda

serta memiliki kelebihan serta kelemahan. Prinsipnya, perbedaan sistem

penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan

yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkans erta lama

penggemukan (Rudin, 2013).

Kelompok Tani Kurnia Tani merupakan salah satu usaha yang bergerak

dalam bidang penggemukan sapi potong di daerah Sigi.. Pengamatan yang

dilakukan mengevaluasi tingkat kelayakan perusahaan feedlot, lokasi feedlot,

design feedlot, bakalan/feeder stock, pakan/ransum, susunan dari ransum yang

diberikan, penyakit, pengelolaan kesehatan yang dilakukan, penanganan limbah,

dan pemasaran hasil feedlot. Hasil akhir dari pelaksanaan Praktikum MK. Industri

Feedlot dan Abattoir ini diharapkan mahasiswa mengetahui pengembangan usaha

feedlot sapi potong yang berada di daerah sekitar kota Palu.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum mata kuliah industry feedlot dan abattoir yaitu untuk

menambah wawasan mahasiswa bagai mana tatalaksana pemeliharaan ternak sapi

secara intensif seperti pemberian pakan, pengendalia penyakit, dll agar

mendapatkan peningkatan produksi yang baik.


3

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum industry feedlot and abatoir ialah agar

mahasiswa peternakan dapat mengetahui dan memahami berbagai prinsip

manajemen pemeliharan ternak sapi secara intensif dengan benar.


4

BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Minggu, 2 April 2017 bertempat di

Kelompok Tani Kurnia Tani, berlokasi di Desa Bulu Pountu Jaya, Kabupaten

Sigi. pada pukul 08.00 -11.00 WITA.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis dan

camera, sedangkan bahan dalam praktikum ini adalah ternak sapi.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang di lakukan yaitu :

2.2.1 Metode Langsung

a. Observasi/Survey lapang

Observasi secara langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan

langsung di lapangan.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada salah satu pamilik ternak.

c. Dokumentasi

Melakukan pencatatan dan pengambilan gambar yang berhubungan

dengan kegiatan praktikum.

2.2.2 Metode tidak langsung


5

a. Metode pengumpulan data dengan mencatat data-data yang telah ada,

meliputi data identitas peternak/pengusaha feedlot, lokasi feedlot,

desain feedlot, bakalan/feeder stock, pakan/ransum, penyakit,

penanganan limbah, dan pemasaran hasil.

b. Studi pustaka dengan penelusuran referensi sebagai bahan pelengkap,

pendukung dan pembanding serta konsep dalam pemecahan masalah

yang diambil dari buku-buku maupun browsing internet.


6

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum mata kuliah industri feedlot dan abatoir adalah

sebagai berikut :

3.1.1 Hasil dari Kelompok Tani Kurnia Tani

1. Profil Perusahaan

Nama Peternak : Bapak Tegar

Alamat Perusahaan : Desa Bulu Pountu Jaya, Kab. Sigi

Pendidikan :-

Jenis usaha : Penggemukan

Tahun berdiri ` : 2004

JumlahKaryawan : 6 orang

2. Pemilihan Bibit Sapi

a. Bangsa ternak yang dipelihara : Jenis Sapi Lokal, Simental

dan Pejantan FH

b. Umur bibit mulai dipelihara : 1-2 tahun

c. Bibit diperoleh dari : Kab. Parigi, Kab. Sigi dan

Mojokerto
7

d. Membeli darimana asalnya (impor/lokal) : Lokal

e. Standar harga yang pembelian : Dilihat berdasarkan perfoma

nya.

f. Jumlah ternak yang dipelihara : 74 ekor pejantan

g. Bagaimana cara memilih calon bibit : Dengan dilihat

performancenya, perdagingan baik, tidak sakit, frame panjang, factor

keturunannya, umur,ukuran dan dari sumber dana yang ada.

3. PEMELIHARAAN

a. Lama Pemeliharaan : 6 9 bulan

b. Apakah ternak dimandikan : Tidak

c. Penanganan kesehatan Sapi baru datang :-

4. PEMBERIAN PAKAN

a. Bahan pakan yang diberikan berupa : Tanaman jagung dan

rumput gajah

b. Jumlah masing-masing pakan yang diberikan : 30 kg/ekor/hari.

c. Masing-masing jenis pakan diperoleh dari : Lahan hijauan pakan

mili pribadi dan limbah tanaman jagung milik warga sekitar

d. Berapa frekuensi pemberian pakan/hari, jam : 2 kali sehari, pagi

dan siang hari.

e. Adakah pemberian feed additif yang lain : Tidak, tapi jika napsu

makanturun maka pakan akan ditambah feed additif.

f. Apakah ternak diberi garam dapur? :-


8

g. Adakah kesulitan dalam pengadaan pakan ? : Ada kesulitan dalam

pakan

h. Berapa liter air minum yang diberikan/hari ? : Adlibitum

i. Darimana air minum diperoleh ? : Air sumur dan air

pegunungan

5. PERKANDANGAN

a. Berapa jumlah kandang yang ada dan berapa : kandang 4 unit

b. Ukurannya masing-masing kandang? : 4 x 24 m

c. Bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan : Bambu, kayu, seng,

semen, dan besi.

d. Penempatan ternak dalam kandang, jarak

antar kandang dan kemiringan lantai kandang : penempatan ternak dalam

kandang head to head, jarak antar kandang 1 meter dan kemiringan

kandang 2-30.

e. Berapa frekuensi pembersihan kandang/hari? : Setiap pagi sebelum sapi

diberi pakan dan sore hari

f. Adakah fasilitas selain kandang ? : Ada, yaitu gudang

peralatan dan penampungan limbah

6. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENGOLAHAN LIMBAH

a. Penyakit apa saja yang paling umum menyerang :Pincang, cacingan

,palatabilitas menurun.
9

b. Bagaimana caranya jika ternak terkena penyakit :Dipisahkan,diberi

obat.

c. Bagaiman upaya pencegahan : Dengan cara

pencegahan rutin antara munculnya penyakit selain bersih kandang,

pengamatan ekstra serta pemberian obat cacing dan suntik tiap 6 bulan

sekali.

d. Adakah kegiatan vaksinasi dilakukan secara rutin? : tidak

e. Untuk mengendalikan limbah kotoran, tindakan apa : dimanfaatkan

sebagai pupuk kmpos

7. PENJUALAN

a. Pada bobot berapa sapi dijual : 300 400 kg

b. Kapan dijual : 6-9 bulan lama pemeliharaan

c. Frekuensi Penjualan : Tergantung permintaan.

d. Dijual kepada : kepada masyarakat saat idul

adha dan saat digunakan untuk pesta

e. Model Penjualan : Pemesanan

atau pembeli yang datang.


10

4.2 Pembahasan

3.2.1 Ternak Sapi Pak Tegar

Sapi merupakan ternak ruminansia, Sapi digolongkan sebagai hewan

mamalia atau hewan yang menyusui. Jenis ternak yang terdapat pada kelompok

tani yang berada di Kurnia Tani, Desa Bulu Pountu Jaya, Kecamatan Sigi

Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Merupakan sapi-lsapi lokal

dan perankan ongole. Jumblah ternak sapi dalam proses penggemukan adalah 1

ekor jenis sapi perankan ongole dan 71 sapi lokal, 1 ekor sapi simental dan 1 ekor

sapi frisen holstein dan jublah keseluruhan 74 ekor.

Jenis kandang yang digunakan pada sistem penggemukan ternak sapi adalah 2

jenis kandang ganda dan 1 kandang tunggal. Dan sapi-sapi yang di ambil berasal

dari pasar hewan yang berumur 1,5-2 tahun.

Adapun pakan yang diberikan pada ternak sapi berupa rumput gajah, batang

jagung, jerami padi, buah jagung dan konsentrat, serta garam yg dierikan untuk

campran pakan guna untuk menambah vitamin dan mineral untuk tubuh ternak.

Jenis penyakit yang diderita sapi tersebut berupa penyakit kulit dan cacingan.

Serta vitamin atau obat yang dierikan pada ternak sapi berupa B kompleks,

Hematopan B 12 (pemacu pertumbuhan) dan obat cacing

3.2.2 Ternak Sapi Pak Parmin

Jenis sapi yang ada di kandang pak parmin memiliki jumblah 11 ekor dimana

sapi PO (Peranakan Ongole) 2 ekor, sapi bali 4 ekor dan sapi lokal 5 ekor.

Kandang yang digunakan pak parmin dalam penggemukan ternak sapi adalah
11

jenis kandang tunggal yang panjang satu unit kandang 18 meter dan yang satunya

memiliki panjang 13 meter.

Adapun pakan yang diberikan pada sapi pak parmin berupa kulit ubi jalar,

ampas tahu, ampas kedelai, jerami padi, batang jagung dan rumput gajah. Serta

pemberian pakan di lakukan 1 kali sehari pada waktu sore hari.

Kebersihan kandang di lakukan 2 kali sehari pada waktu pagi hari jam 07:00

dan pada waktu sore hari jam 17:00 dibersihkan sekaligus ternak tersebut di

mandikan agar ternaknya nyaman dan bersih dari kotoran feses maupun urin yang

menempel di tubuh ternak yang menyebabkan terjdinya penyakit.

Pemberian vitamin pada sapi pak parmin dilakukan 2 kali dalam sebulan

menggunakan vitamin B-kompleks dan hifomek yang bertujuan untuk menembah

kekurangan vitamin pada ternak serta pencegahan penyakit pada ternak sapi

tersebut

3.2.3 Perbedaan Kandang Pak Tegar Dan Pak Parmin

Dalam usaha penggemukan sapi di kelompok tani yang berada di Kurnia

Tani, Desa Bulu Pountu Jaya, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi masi

memiliki kekurangan dimana ternak yang di gemukan ternak tersebut kotor,

karena kandangnya jarang di bersihkan sehingga kotoran sapi (feses) dan urin

ternak berserakan dalam kandang dan apabila ternak sapi tersebut duduk kotoran

yang ada di lantai kandang menempel di tubuh ternak sapi yang menyebabkan

penyakit pada ternak sapi terutama penyakit kulit yang di sebabkan oleh bakteri.
12

Pada waktu pemberian pakan di kandang pak parmin sangatlah baik karena

pemberian pakan di lakaukan 2 kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi dan sore

hari. Serta masi memberikan kosentrat sebagai pakan tambahan yang

memungkinkan untuk pertambahan bobot badan sapi yang optimal dan cepat.

Di bandingkan dengan kandak pak parmin di mana kandang sapinya tersebut

sangatlah bersih karena pembersihan kandang dilakukan 2 kali dalam sehari mulai

dari pagi hari jam 07:00 dan sore hari jam 17:00 sekaligus dengan memandikan

sapi jadi sapi yang ada dikandang pak parmin sangatlah bersih dan membersih

kandang pak parmin menggunakan mesin jadi lebih optimal dalam

membersikannya.

Pada waktu pemberian pakan di kandang pak parmin dalam sistem

penggemukan kurang maksimal karena pemberian pakan dilakukan hanya sore

hari pada jam 17:00 serta tidak ada pakan tambahan berupa kosentrat yang

diberikan melikan hanya pakan berupa limbah dari kulit ubi jalar, jerami padi,

rumput gajah, ampas tahu, dan ampas kedelai.

arakat. Arah angin yang ada juga tidak mengganggu keadaan ternak karena

tidak secara langsung mengenai ternak tetapi arah anginnya yaitu Tenggara,

sehingga pendirian lokasi feedlot seperti yang dikemukakan oleh Setiawan dan

Arsa (2005) telah sesuai.


13

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Feedlot adalah sistem pemeliharaan ternak ruminansia termaksud sapi secara

intensif dimana sebagian besar kegian di lakukan dalam kandang mulai dari

makan, minum sampai dengan penanganan kesehatan.

Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai

gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Usaha pengemukan sapi potong merupakan

salah satu usaha untuk mempercepat dan meningkatkan produksi, karena dengan

usaha ini diharapkan hasil pertambahan berat badan tinggi dan efisien dan

menghasilkan kualitas karkas yang lebih baik.

4.2 Saran

Sebaiknya pada saat sapi belum diberikan pakan, kandang harus dibersihkan

terlebih dahulu agar sapi-sapi terasa nyaman berada dalam kandang. Serta tidak

timbul penyakit yang diakibatkan dari feses dan urine yang berserakan dilantai-

lantai kandang, dan juga gas amoniak yang dihirup oleh ternak maupun manusia

yang ada disekitar kandang.

Serta pemberian pakan di kandang pak parmin sebaiknya di lakukan 2 kali

sehari agar pertambahan bobot badan sapi tersebut meningkat dan menghasilkan

hasil yang lebih optimal.


14

DAFTAR PUSTAKA

Rudin. 2013. Berbagai Sistem Penggemukan Sapi Potong. Fakultas Peternakan.


Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari.

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta.


Astiti, L. G. S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit pada Ternak Sapi. Nusa Tenggara Barat. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, NTB.
Santosa dan Yogaswara. 2006. Manajemen Usaha TernakPotong. Niaga Swadaya,
Jakarta.

Sarwono, B. dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.


Edisi I. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, B. dan B. M. Arianto. 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.


Edisi II. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sasono. 2009. Beternak Sapi Secara Intensif. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sihombing, D. T. H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha


Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian IPB,
Bogor.

Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soedomo, R. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT.


Gramedia, Jakarta.

Soedono, A., R. F. Rusdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah


Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Suranto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Syamsu, A. Jasmal, L. A. Sofyan, K. Mudikdjo, dan E. Gumbira. 2003. Daya


Dukung Limbah Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di
15

Indonesia. Wartazoa Buletin Ilmu Peternakan Indonesia.Vol-13,No. 1.


Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Syukur. D. A., 2010. Beternak Sapi Potong. Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Bandar Lampung.

Trobos. 2001. Penanganan Limbah pada Ternak Secara Modern. Grasindo,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai