2 4504 PDF
2 4504 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
a. Blok Schwaner
Blok ini oleh Van Bemmelen dianggap sebagai bagian dari Paparan Sunda
yang mengalami pengangkatan sejak Zaman Kapur Akhir, dimana batuannya
terdiri dari batuan beku dan batuan malihan yang berumur Pra-Tersier. Bagian
timur dari blok ini mengalami gerak penurunan pada Paleogen dan tertutup
oleh sedimen Tersier yang tidak terlipat. Bagian ini dikenal sebagai Pelataran
Barito (Barito Platform).
b. Blok Paternoster
Blok ini dianggap suatu daerah tektonik yang kompleks, terdiri dari pelataran
paternoster yang terletak di lepas pantai Kalimantan Tenggara dan sebagian
daerah di daratan Kalimantan. Blok ini hanya sebagian yang mengalami
pengangkatan.
c. Pegunungan Meratus
Daerah ini terletak diantara Blok Schwaner dan Blok Paternoster, yang
merupakan daerah dengan pengendapan yang cukup tebal. Daerah ini
mengalami perlipatan dan tersesarkan serta terangkat dengan kuat.
d. Tinggian Kuching
Tinggian Kuching atau Kuching high terbentuk akibat dari pengangkatan yang
terjadi pada busur kepulauan dengan daerah perairan dangkal di sekitarnya,
yang merupakan bagian yang tinggi pada Zaman Paleogen di Kalimantan
Utara. Daerah ini terpisah dari Kalimantan Baratlaut yang mengalami suatu
penurunan dengan cepat. Tinggian Kuching merupakan sumber (source) untuk
pengendapan di daerah baratlaut dan tenggara selama Neogen.
7
1. Prerift, fase ini merupakan kompleks tektonik yang terjadi pada basement
yang terdapat pada dasar cekungan. Basement terletak di sepanjang Paparan
Sunda, dikomposisi oleh variasi pencampuran berbagai macam sumber:
basement dari kerak benua di bagian barat, zona akresi kala mesozoic dan
batuan berumur Paleogen di bagian barat. Terdapat ketidakjelasan mengenai
distribusi dari tipe batuan dibawah permukaan, akan tetapi di bagian timur
cekungan, basement menunjukan tipe batuan Meratus, tidak menunjukan tipe
batuan dari Barito-Platform, hal ini menimbulkan spekulasi mengenai kontak
dari dua tipe batuan pada basement, dan menerangkan bahwa basement tipe
meratus mengalami pensesaran (Gaffney-Cline, 1971)
2. Synrift, Collision antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik bagian barat
pada kala Eosen Tengah meneyebabkan proses pemekaran (rifting) pada
Cekungan Barito (Daly, Hooper, dan Smith, 1987; Kusumam dan Darin 1989;
Daly et al., 1991; van de Weerd and Armin, 1992). Fase synrift pada cekungan
terjadi pada kala Paleosen-Eosen tengah, yaitu pada pengendapan Formasi
Tanjung bagian bawah, yang merupakan sedimen yang diendapkan pada
permukaan basement yang tidak teratur yang disebabkan oleh rifting.
8
terpilah buruk, bermassa dasar batupasir kuarsa berbutir kasar. Facies ini
merupakan bagian paling bawah dari Formasi Tanjung yang diendapkan
tidak selaras diatas batuan alas Para-Tersier, tebalnya berkisar antara 8
meter dan 15 meter. Di tepi barat Pegunungan Meratus, Facies
Konglomerat lebih tebal dari yang di tepi timurnya. Di beberapa tempat
di tepi timur ditemukan sisipan batupasir berbutir kasar dengan
ketebalan antara 75 cm dan 100 cm, yang memperlihatkan structure
sedimen lapisan silang-siur berskala menengah. Adanya perbedaan
ketebalan pada Facies Konglomerat dan structure perlapisan silang-siur
pada batupasir menunjukkan arah arus purba dari barat.
b. Facies Batupasir Bawah terdiri dari batupasir berbutir sedang sampai
kasar setempat konglomeratan. Batupasir ini disusun terutama oleh
butiran kuarsa dengan sedikit kepingan batuan vulkanik, rijang, dan
feldspar. Facies ini berlapis tebal yaitu antara 50 cm dan 200 cm.
Structure sedimennya adalah lapisan sejajar, lapisan silang-siur dan
lapisan tersusun. Tebal facies ini terukur di tepi barat Pegunungan
Meratus antara 46 meter dan 48 meter, sedangkan di bagian tengah dan
tepi timurnya antara 30 meter dan 35 meter.
c. Facies Batulempung Bawah terdiri dari batulempung berwarna kelabu
(kecoklatan sampai kehitaman), dengan sisipan batubara dan batupasir.
Ketebalan facies ini berkisar dari 28 meter sampai 68 meter. Structure
sedimen di dalam batulempung, yang terlihat berupa lapisan pejal,
laminasi sejajar, setempat berlaminasi silang-siur dengan ketebalan
berkisar antara 3 cm sampai 5 cm. Batubara berwarna hitam mengkilap
10
Gambar 2.2 Kolom stratigrafi dari Cekungan Barito yang menunjukan formasi ,
paleofacies, dan kejadian tektonik (Satyana,dkk,.1994)
2.1.3.2 Maturation
Dari analisismaturasi Lower Tanjung source rock diketahui :
Pada bagian baratlaut matursi hidrokarbonnya immature early mature, dan pada
bagian tengahnya mature, sedangkan dibagian tenggaranya maturasinya
overmature ( bagian paling dalam basin ini).
formasi Upper Tanjung. Batuan mudstone marine ini menyediakan sealing yang
efektif bagi reservoir Lower Tanjung. Tersusun atas 800 meter dengan dominasi
neritic shale dan silty shale.
2.1.3.5 Trap
Hydrocarbon terbentuk, bermigrasi dari Lower-middle tanjung coals,
carbonaceous shales, dan lower warukin carbonaceous shales. Kitchen utama
terletak pada depocentre basin sekarang.
Sealing rocks dihasilkan dari intra-formational shales. Generation,
migration, dan pemerangkapan hydrocarbon terjadi sejak middle early miocene
(20 Ma). Barito basin merupakan contoh dari efek interaksi tektonik terhadap
tempat pembentukan hydrocarbon (petroleum system).
material tersebut kearah laut dan terlihat perubahan bentuk channel dari tipe
braided pada daerah proximal ketipe straight pada daerah distal (Gambar 2.6).
Meskipun demikian harus ditekankan pula bahwa perubahan tersebut tidaklah
mutlak karena tergantung pada morfologi daerah sistem fluvial tersebut. Seperti
keterangan di atas, Selley (1982) berpendapat bahwa bentuk utama dari channel
yang ada yaitu bentuk atau tipe braided dan tipe meander.
Gambar. 2.5. Klasifikasi channel berdasarkan pada bentuk dan tipe sedimen
pengisi yang berasosiasi dengan variabel kestabilan relatif (Schumm, 1981 dalam
Evaluation and Respone of Fluvial System)
Sub-Lingkungan Channel
Perpindahan lateral meander channel mengerosi bagian luar dari tepi
sungai yang cekung (concave bank), menoreh dasar sungai dan mengendapkan
sedimen pada inner bank (point bar). Proses tersebut menghasilkan karakteristik
sikuen pada ukuran butir dan struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang
erosi diisi oleh material sedimen berbutir kasar, mud pellet dan sisa-sisa kayu.
Endapan tersebut disebut sebagai lag deposite pada dasar channel dan ditindih
21
dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan
kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai
adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa
lempung.
Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan
levee alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang
memisahkan dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa
pasir halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai
hasil luapan material selama terjadi banjir.
Subaqueous Levees
Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi
25
Distal Bar
Pada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya
tersusun atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain :
laminasi, perlapisan silang siur tipe through
sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang
tegas.
Karakteristik batuan sedimen pada tiap sub-lingkungan pada delta akan
menunjukan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung kepada
letak diendapkannya batuan sedimen tersebut. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan proses sedimentasi pada tiap sub-lingkungan yang ada pada delta yang
dipengaruhi oleh supply sedimen, tempat akomodasi, arus sedimentasi, pengaruh
muka air laut dan lain sebagainya. Pada Gambar 2.10 diperlihatkan beberapa
suksesi vertikal dari batuan sedimen pada tiap sub-lingkungan delta.
Gambar.2.10 Suksesi vertikal dari batuan sedimen di tiap lokasi pada sistem delta.
(Nichols, 2009)
27
Kegunaan dasar dari wireline logs dilihat dari aspek petrofisika dan
geologi umum dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kegunaan Dasar Wireline Logs; - (Pada dasarnya) kegunaan kualitatif;
+ kegunaan semi-kuantitatif dan kuantitatif; * kuantitatif
Log
Formasi
Porositas
Mineral
Lempung
Pengendapan
Stratigrafi
Hidrokarbon
Litologi (umum)
Identifikasi Gas
Permeabilitas
Lingkungan
Salinitas Air
Identifikasi
Saturasi
Korelasi
Volume
Fasies
SP - + * - -
Resistivity + - - * - - - -
Gamma Ray + - - - -
Sonic * - + -
Density * - + - -
Neutron * - - + - -
Tiap batuan dibawah permukaan bumi akan menunjukan respon log yang
berbeda-beda, tergantung pada batuan itu, kandungan fluida pada batuan, dan
jenis log itu sendiri yang mempunyai reaksi terhadap kandungan tertenu yang
dimiliki oleh batuan. Beberapa contoh respon log dari berbagai jenis log dari tiap
litologi akan ditunjukan pada gambar 2.11.
perusahaan dan waktu yang berbeda, maka perlu dilakukan normalisasi nilai
Gamma Ray agar semua sumur memiliki nilai baseline/cut offyang sama.
b. Trend Lines
Suatu tren log merupakan perubahan menerus dalam satu nilai log melalui
beberapa ketebalan, baik bertambah maupun berkurang. Tren mungkin bisa
lebih dari satu meter, jika berhubungan dengan lapisan-lapisan dan kontak
lapisan, puluhan meter, jika berhubungan dengan siklus atau sikuen, atau lebih
dari ratusan meter jika berhubungan dengan struktur yang besar atau pengisi
cekungan. Tren melalui ketebalan yang kecil dapat terjadi dalam tren yang
lebih panjang sebagai variasi ordo kedua (Gambar 2.12). Tren dengan
ketebalan yang besar mungkin mengindikasikan perubahan yang menerus
dalam sedimentasi.
32
c. Shapes
Suatu bentuk log dapat dikenali, tetapi tidak dengan pola log yang kompleks.
Bagaimanapun, bentuk-bentuk ini mungkin terjadi dalam setiap litologi, pada
setiap log, dalam setiap bentuk dan di banyak skala. Bentuk harus ditandai
pada log yang akan menjadi indikator fasies (Gambar 2.13).
1. Bell shape, dapat diindikasikan sebagai batupasir yang menghalus ke atas.
fluviatil, dan point bar. Secara umum merupakan indikasi sikuen yang
menghalus ke atas yang kemungkinan berupa channel
fluvial/aluvial dan juga batupasir paparan transgresif.
2. Funnel shape, dapat diindikasikan sebagai suksesi mengasar ke atas,
prograding estuarine shoreline, progradasi deltaic atau progradasi laut
dangkal.
3. Cylinder (Blocky) shape, bentuk ini biasanya dominan pada batupasir
channel fluvial, turbidit, dan Aeolian. Evaporit juga dapat memiliki bentuk
blocky.
33
d. Abrupt Breaks
Perubahan mendadak dapat mengindikasikan perubahan litologi, perubahan
struktural, perubahan fluida, tetapi yang paling penting adalah bahwa hal itu
suatu perubahan fasies secara vertikal yang saling berhubungan (secara lateral).
Di bawah ini perubahan-perubahan mendadak yang dapat diidentifikasi:
1. Perubahan yang berhubungan dengan Litologi: erosi, penggenangan,
catastrophe
2. Perubahan non-litologi: ketidakselarasan, sesar, perubahan diagenetis,
perubahan fluida
e. Anomali
Nilai anomali log memiliki arti stratigafi. Konsentrasi mineral-mineral yang
tidak biasa pada ketidakselarasan atau dalam tanah-tanah yang keras akan
sering menciptakan suatu puncak gamma ray yang besar (Gambar 2.15).
Gambar 2.14 Contoh dari abrupt breaks (perubahan mendadak) (Rider, 1996)
35