Anda di halaman 1dari 18

ROSASEA: DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

LINDA K. OGE, MD, Louisiana State University Department of Family Medicine,


University Hospital and Clinics, Lafayette, Louisiana

HERBERT L. MUNCIE, MD, Louisiana State University Department of Family


Medicine, New Orleans, Louisiana

AMANDA R. PHILLIPS-SAVOY, MD, MPH, Louisiana State University


Department of Family Medicine, University Hospital and Clinics, Lafayette,
Louisiana.

Rosasea merupakan kondisi kulit wajah kronis yang tidak diketahui


penyebabnya. Hal ini ditandai dengan keterlibatan bagian sentral wajah berupa
eritema sementara atau persisten, telangiektasia, papula inflamasi dan pustula, atau
hiperplasia dari jaringan ikat. Eritema sementara, atau flushing, biasanya disertai
dengan perasaan hangat. Hal ini biasanya berlangsung selama kurang dari lima menit
dan dapat menyebar ke leher dan dada. Terkadang dijumpai plak eritematosa,
skuama, edema, perubahan fimatosa (penebalan kulit akibat hiperplasia kelenjar
sebasea), dan gejala okular. The National Rosacea Society Expert
Committeemembagi rosasea menjadi empat subtipe yakni (eritematotelangiektasis,
papulopustular, fimatosa, dan okular) dan satu varian (granulomatosa). Pengobatan
dimulai dengan menghindari pemicu dan penggunaan pembersih ringan dan regimen
pelembab, serta fotoproteksi dengan topi bertepi lebar dan tabir surya spektrum luas
(faktor perlindungan terhadap sinar UV minimal 30). Untuk lesi inflamasi dan
eritema, pengobatan awal yang dianjurkan adalah metronidazol topikal atau asam
azelaik. Setelah Brimonidin harian, agonis reseptor alfa-adrenergik topikal, efektif
dalam mengurangi eritema. Rosasea papulopustular dapat diobati dengan terapi
sistemik termasuk tetrasiklin, paling sering doksisiklin dengan dosis
subantimikrobial. Rosasea fimatosa diobati terutama dengan laser atau fototerapi.

1
Rosasea okular diobati dengan kebersihan yang baik, siklosporin topikal, dan
antibiotik topikal atau sistemik. (Am Fam Physician 2015; 92 (3): 187-196 Copyright
2015 American Academy of Family Physicians)

Rosasea merupakan kondisikulit wajah kronis yang ditandai dengan


keterlibatan ditandai bagian sentral wajah berupa eritema sementara atau persisten,
dalam papula inflamasi atau pustula, telangiektasia, atau hiperplasia jaringan ikat.1,2
Eritema sementara, atau flushing, biasanya berlangsung kurang dari lima menit dan
dapat menyebar ke leher dan dada, biasanya disertai dengan perasaan hangat.
Terkadang dapat dijumpai plak eritematosa, skuama, edema, perubahan fimatosa
(penebalan kulit akibat hiperplasia kelenjar sebasea), dan gejala okular. Rosasea
dapat dikaitkan dengan harga diri yang rendah, malu, dan berkurangnya kualitas
hidup. Pada survei nasional, 65% pasien dengan rosasea melaporkan gejala depresi.3

Prevalensi yang tepat dari rosasea di Amerika Serikat tidak diketahui.4,5


Namun, berkisar antara 1,3% dan 2,1%, dan dapat mencapai 5%.6 Wanita lebih sering
terkena dari pada pria, namun pria lebih mungkin untuk memiliki perubahan
fimatosa, terutama rhinofima.7

SUBTIPE

The National Rosacea Society Expert Committee membagi rosasea menjadi


empat subtipe (Tabel 1) dan satu varian.8 Rosasea granulomatosa merupakan satu-
satunya varian dengan fimatosa, papula yang indurasi atau nodul. Sebagian besar
dermatologist mempertimbangkan rosaseafulminan dan dermatitis perioral sebagai
varian rosasea. Pasien dapat mengalami risiko fluktuasi gejala dan gejalayang
tumpang tindih antara subtipe.

2
Tabel 1. Subtipe dan Varian dari Rosasea juga Karakteristiknya

Klasifikasi Karakteristik

Subtipe

Eritemato-telangiektasia Flushing dan eritema dengan atau


tanpa telangiektasis yang persisten
pada wajah bagian sentral

Papulopustular Eritema persisten pada bagian tengah


wajah disertai papula atau pustula
transien padabagian tengah wajah

Fimatosa Penebalan kulit, permukaan noduler


yang ireguler dan pembengkakan,
dapat terjadi pada hidung, dagu,
sampingan, pipi dan telinga.

Okular Terasa seperti terdapat benda asing


pada wajah, sensasi terbakar dan
tersengat, kekeringan, gatal,
fotosensitivitas oklar, penglihatan
kabur, telangiektasis pada sklera atau
daerah lainnya pada mata, edema
periorbital

Varian

Granulomatosa Non inflamasi, keras, kecoklatan,


kuning, atau papula eritema pada kulit,
nodul dengan ukuran yang sama

3
PATOFISIOLOGI

Etiologi rosasea tidak diketahui tetapi kemungkinan multifaktorial. Faktor


yang terlibat dalam patofisiologi termasuk padatnya kelenjar sebasea pada wajah,
fisiologi inervasi nervus, dan komposisi vaskular kulit.10 Sebagian besar pemicu yang
memulai atau memperburuk manifestasi klinis rosasea, termasuk sinar ultraviolet,
panas, makananpedas, dan alkohol (Tabel 2) .4,11

Suatu kecenderungan pada individu berkulit putih dari Celtic atau keturunan
Eropa utara menunjukkan komponen genetik terhadap rosasea.10 Namun, tidak ada
gen spesifik yang teridentifikasi.4 Pasien dengan predisposisi genetik memiliki
reseptor yang memediasi regulasi neovaskular. Ketika terpapar oleh pemicu,
neuropeptida dilepaskan terjadi (flushing, edema), sehingga mengakibatkan
perekrutan sel pro inflamasi pada kulit.10

DIAGNOSIS

Rosasea didiagnosis berdasarkan riwayat yang kompatibel dan pemeriksaan


fisik.12 (Tabel 38). Salah satu gejala sentrofasial berikut ini: flushing, eritema
nontransien (Gambar 1A dan 1B), telangiektasia (Gambar 1C), atau papula atau
pustule.8 (Gambar 2A dan 2B). Pemeriksan laboratorium tidak berguna.

Pasien dapat mengalami kesalahan diagnosis dengan kondisi kulit yang


mmeiliki gejala yang sama. Rosasea umumnya didiagnosis sebagai akne vulgaris
pada dewasa, fotodermatitis, dermatitis seboroik, atau dermatitis kontak. Daftar gejala
pada tabel 4 yang membedakan kondisi ini dari rosasea. Kondisi yang sama termasuk
lupus eritematosus sistemik, dermatitis atopik, folikulitis, bromoderma, dan
mastositosis.

4
Tabel2. Pemicu yang Behubungan dengan Perburukan Gejala Rosasea

Pemicu PasienRosaseayang Melaporkan Pemicu


(%)
Paparan sinar matahari 81

StresEmotional 79

Cuaca Panas 75

Angin 57

Latihan berlebihan 56

Konsumsi Alkohol 52

Cuaca Dingin 46

Makanan Pedas 45

Produk perawatan kulit tertentu 41

Makanan Panas 36

Kosmetik tertentu (komedogenik) 27

Obat-obatan (steroid topikal, niasin, beta 15


bloker)
8
Produk sehari-hari
24
Faktor lainnya

5
Tabel 3. Pedoman Untuk Mendiagnosis Rosasea

Timbulnya satu atau lebih gejala Termasuk satu atau lebih gejala
primer: sekunder :

Flushing (eritema transien) Sensasi terbakar atau tersengat

Eritema non transien Plak

Papuldanpustul Kekeringan

Telengiektasia Edema

Manifestasi Okular

Lokasi Perifer

Perubahan Fimatosa

Reprinted with permission from wilkin J, Dahl M, Detmar M, et al. Standard


classification of rosacea : report of the national rosacea society expert commitee
on the classification and staging of rosacea. J am AcadDermatol. 2002 ; 46(4) :
585

6
Tabel 4. Kondisi Kulit yang Memiliki Gambaran yang Sama dengan Rosasea

Kondisi Perbedaan Gambaran


Akne vulgaris Pembentukan komedo
Tidak ada gejala okular

Dermatitis Kontak Berhubungan dengan gatal dan perbaikan


seiring dengan waktu ketika agen
penyebab dihilangkan

Timbulnya rash pada beberapa bagian


Fotodermatitis tubuh yang terpapar sinar matahari

Dermatitis Seboroik Perbedaan pola distribusiketerlibatan


yakni pada kulit kepala, alis, dan lipatan
nasolabial

Lupus EritematosusSistemik Jarang disertai pustula

7
Gambar 1. Eritema wajah disertai telangiektasia. (A) Tampilan frontaldari eritema
sentrofasial (B) Gambar close-uperitema sentrofasial yang disertai skuama. (C)
Gambar close-uptelangiektasis pada lateral dagu

Gambar 2. Lesi inflamasi (papul dan pustul). A. Lesi papulopustular dan skuama
pada lateral hidung. B. Gambar close-up dari rosasea papulopustular.

8
PENGOBATAN
TINDAKAN UMUM
Meskipun temuan rosasea dapat berubah dari waktu ke waktu, tidak ada bukti
perkembangan perjalanan penyakit yang dijumpai.13 Keputusan pengobatan
didasarkan pada manifestasi klinis pasien (Tabel 5). Karena rosasea dapat dipicu oleh
berbagai rangsangan, dianjurkan menghindari pemicu yang diketahui. Untuk
mengidentifikasi potensi pemicu, pasien harus diarahkan untuk membuat daftar untuk
mendokumentasikan paparan, diet, dan aktivitas yang menyebabkan eksaserbasi.14
Pemilihan produk pengobatan kulit secara tepat untuk meningkatkan dan
menjaga integritas permeabilitas barier stratum korneum dan mengurangi sensitivitas
kulit.15 Pembersih ringan dan regimen pelembab dapat meningkatkan kenyamanan
pasien. Pembersih harus berbau harum dan bebas abrasif dengan agak asam sampai
pH netral. Pembersih kulit direkomendasikan termasuk pembersih yang bebas lipid,
pembersih nonalkalin (misalnya, Cetaphil) dan deterjen sintetik untuk kulit sensitif
(misalnya, Dove untuk kulit sensitif).16 Pasien harus membersihkan secara lembut
dengan jari-jari mereka, menghindari penggunaan bahan abrasif, dan keringkan untuk
penyerapan pelembab agar lebih baik.Pelembab harus mengandung emolien dan
bahan oklusif.14
Meskipun tidak ada produk perawatan kulit yang telah diteliti dengan baik,
beberapa produk ditemukan dapat memperbaiki kekeringan meliputi asam
polihidroksi (Neostrata), non alkalin bebas lipid (Cetaphil), dan formula berbasis
seramid (Cerave).16 Pasien harus menghindari stringen, toner, stimulan sensorik, dan
bahan yang berpotensi iritasi.16 Secara universal direkomendasikan fotoproteksi,
termasuk penggunaan topi bertepi lebar dan tabir surya spektrum luas (minimal sun
protection factor [SPF] 30).13
Dimetikon dan produk-produk berbasis simetikon yang mengandung titanium
dioksida dan zink oksidadapat ditoleransi lebih baik.2Penggunaan kosmetik dengan
warna hijau atau kuning pada eritema wajah sentral dapat menyamarkan kemerahan.14

9
TERAPI TOPIKAL YANG DISETUJUI FDA
Obat terapi topikal lini pertama untuk pengobatan rosasea ringan hingga
sedang (Tabel 6).17,18 Terapi obat didasarkan pada ada atau tidak adanya eritema
persisten atau inflamasi pada bagian sentral wajah (misalnya, papula , pustula,
lesionaldan perilesional eritema), tingkat keparahan gejala, dan respon pasien
terhadap intervensi terapeutik sebelumnya. Lima obat topikal yang disetujui oleh
Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan rosasea: metronidazol
0,75% losion (Metrolotion), 0,75% krim (Metrocream), dan 1% gel (Metrogel);
asam azelaik 15% gel (Finacea); Sulfacetamid 10% atau sulfur 5% krim, busa, lotion,
atau suspensi; Brimonidin 0,33% gel (Mirvaso); dan yang terbaru ,ivermectin topikal
1% krim (Soolantra).

Metronidazol
Metronidazol diperkirakan untuk mengurangi stres oksidatif, dan telah
terbukti efektif dalam mengurangi eritema dan inflamasi.19 Terdapat perbedaan
manfaat klinis yang signifikan dalam penggunaan vehikulum yang berbeda (gel,
krim, atau losion) atau konsentrasi (0,75% atau 1%). Efek samping yang ringan,
termasuk pruritus, iritasi, dan kekeringan.14

Asam Azelaik
Asam azelaik efektif terhadap lesi eritema dan inflamasi melalui
penghambatan produksi spesies oksigen reaktif dalam neutrofil.19 Tidak ada
perbedaan efektivitas yang ditemukan antara penggunaan dosis sekali atau dua kali
sehari.20 Efek samping termasuk sensasi terbakar ringan dan sementara, sensasi
tersengat, dan iritasi.19

10
Metronidazol vs Asam Azelaik
Tiga studi yang menilai efektivitas metronidazol vs asam azelaik. Meskipun
hasil penilaian dokter menyarankan bahwa asam azelaik mungkin lebih efektif
daripada metronidazol, dan berdsarkan evaluasi pasien tidak ditemukan perbedaan
statistik yang signifikan. Asam azelaik memiliki insidenefek samping, yang lebih
tinggi termasuk kekeringan, sensasi tersengat, skuama, gatal, dan sensasi terbakar.
Gejala yang ringan sampai sedang, dan sementara pada kedua kelompok. Tidak
ditemukan efektifitas obat terhadap telangiektasia.19

Sulfacetamid atau Sulfur


Persetujuan FDA untuk sulfacetamidatau sulfur diberikan terutama didasarkan
pada riwayat penggunaan sebelum pelaksanaan standar yang lebih ketat. Studi
menunjukkan efektivitas, tetapi juga ditandai dengan resiko yang tinggi atau tidak
pasti yang bias.17
Terjadi reaksi setempat yang smentara pada daerah penggunaan, dan beberapa
pasien mengeluhkan mengenai bau yang tidak sedap. Penggunaan obat lini kedua ini
harus dihindari pada orang yang alergi dengan sulfa.

Brimonidin
Metronidazol topikal, asam azelaik topikal, dan doksisiklin oral mengurangi
eritema yang berkaitan dengan inflamasi pembuluh darah; Namun, mereka
bergunapada eritema yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh superfisial secara
permanen. Sebaliknya, agonis reseptor alfa-adrenergik memicu vasokonstriksi tetapi
tidak berpengaruh pada rosasea papulopustular. Penggunaan Brimonidin sekali
sehari, reseptor agonis alfa-adrenergik topikal, efektif dalam mengurangi eritema.
Tidak terdapat takifilaksis, rebound eritema, atau lesi inflamasi yang mengganggu
yang pernah terdokumentasi. Efek samping yang ringan, termasuk iritasi, sensai
terbakar, kulit kering, pruritus, dan eritema.21 Oksimetazolin 0,05% nasal
solusio(Afrin), juga merupakan agonis reseptor alfa-adrenergik, yang digunakan

11
sekali sehari dapat mengurangi eritema sentrofasial yang difus berdasarkan laporan
kasus.22

Ivermektin
Ivermektin topikal telah disetujui oleh FDA pada tahun 2014 untuk
pengobatan rosaseapapulopustular.23 Dua studi menunjukkan efektivitas vs plasebo,
dan yang ketiga menemukan bahwa ivermektin sedikit lebih efektif daripada
metronidazol topikal berdasarkan pada penilaian evaluasi dokter dan pasien dan
kualitas hidup.18,23

TERAPI TOPIKAL YANG TIDAK DISETUJUI FDA


Satu studi dari permetrin (Elimite) vs asam azelaik vs metronidazol
menunjukkan efektivitas yang sama dalam mengurangi eritema dan sejumlah lesi.
Dua penelitian tambahan permetrin vs metronidazol menunjukkan efektivitas yang
sebanding dalam mengurangi eritema dan papula tapi tidak pada pustula.19
Benzoil peroksida tunggal atau dalam kombinasi dengan klindamisin telah
terbukti efektif; Namun, terdapat efek samping berupasensasi terbakar, tersengat, dan
gatal.19 Eritromisin 2% gel memiliki efektivitas yang signifikan secara statistik pada
penilaian evaluasi kesembuhan oleh dokter atau pasien.17,19
Pimekrolimus 1% krim (Elidel), jika dibandingkan dengan plasebo, tidak
memperbaiki kesembuhan partisipan yang diteliti. Para ahli merekomendasikan
mempertimbangkan penggunaan pada pasien dengan eritema yang tidak merespon
terhadap terapi lainnya.17,19
Data yang mendukung penggunaan retinoid topikal masih terbatas. Satu studi
kecil menunjukkan penurunan lesi papulopustular. Suatu randomized, double-blind,
placebocontrolled study kombinasi antara klindamisin 1,2% dan tretinoin 0,025% gel
(Veltin; Ziana) berguna dalam mengurangi telangiektasia daneritema.17,24

12
Krim yang mengandung ekstrak tanaman yang kaya akan flavonoid 1% dari
(Chrysanthellum indicum ) menunjukkan efektivitas berdasarkan penilaian derajat
keparahan rosasea oleh pasien dan dokter.19

TERAPI UNTUK ERITEMA SENTRAL DIFUSA DAN TELANGIEKTASIA


Pulsed dye laser, intens pulse light, dan near infraredlaser tampaknya efektif
dalam mengobati eritema wajah dan telangiektasia, meskipun tidak efektif untuk lesi
papulopustular. Modalitas biayapengobatan sangat mahal dan mungkin tidak
ditanggung oleh asuransi. Diperlukan pengobatan ulangan secara intermiten. Efek
samping berupa bula, purpura, hilangnya pigmentasi, ulserasi, dan jaringan parut.
Near infrared lasermemiliki risiko lebih besar dari komplikasi dan harus hanya
digunakan untuk telangiektasias yang menonjol.25

TERAPI SISTEMIK UNTUK ERITEMA WAJAH DISERTAI ROSASEA


PAPULOPUSTULAR
Tetrasiklin dan derivtanya secara historis telah digunakan untuk pengobatan
papulopustular dan rosasea okular. Namun, satu-satunya obat oral disetujui FDA
adalah modified-release doxycycline capsul, 40 mg (Oracea). Doksisiklin dosis
subantimikrobial pada 40 mg sekali sehari atau 20 mg dua kali sehari dianjurkan
sebagai terapi oral awal26 (Tabel A). Penggunaan doksisiklin dosis sub antimicrobial
menghindari terjadinya resistensi bakteri sekaligus meningkatkan keselamatan dan
kemampauan toleansi.19,27 Efek samping dapat berupafotosensitivitas, vaginitis
kandidiasis, esofagitis, diare, dan pseudotumor serebri. Data yang mendukung
penggunaan Minosiklin (Minocin) masih terbatasdan namun jarang ditemui
komplikasiserius, berupa hepatitis autoimun, hiperpigmentasi kulit, vertigo, dan
eosinofilia akibat obat disertai gejala sistemik. Pasien dengan gejala yang tidak
merespon terapi awal dapat diresepkan doksisiklin dosis antimikrobial, tetrasiklin,
minosiklin, atau antibiotiklainnya.19,26

13
Ampisilin, Eritromisin, dan Klaritromisin (Biaxin), meskipun efektif terhadap
rosasea papulopustular dalam beberapa studi, bukan merupakan obat pilihan karena
interaksi obat, intoleransi gastrointestinal, dan kekhawatiran memicu resistensi
antibiotik. Azitromisin (Zithromax) memiliki tolerabilitas yang lebih besar, namun
penggunaan hanya didukung oleh laporan kasus dan studi skala kecil.19,26
Metronidazoloral(Flagyl) telah menunjukkan efektivitas yang sama bila
dibandingkan dengan tetrasiklin pada empat penelitian,18 tetapi risiko dari Disulfram
(Antabuse ) berupa reaksi seperti dengan penggunaan alkohol (yaitu, mual, muntah,
diaforesis, eritema kulit, takikardia, sesak nafas, nyeri kepala, kebingungan, pusing),
dan risiko neuropati dan kejang namun jarang, hal tersebut membatasi
penggunaannya untuk pasien yang mengalami kegagalan pengobatan atau intoleransi
terhadap obat lain.19,26
Isotretinoinoral dapat digunakan untun pengobatanrosasea papulopustular
yang refrakter dan rosasea fimatosa.19,28 Satu studi menemukan isotretinoin dosis
rendah lebih efektif daripada doksisiklin pada evaluasi penilaian kesembuhan oleh
dokterdan pasien.18
Untuk pasien dengan rosasea papulopustular sedang sampai berat atau mereka
yang mengalami respon yang tidak memadai terhadap terapi topikal, studi terbatas
mendukung terapi kombinasi (biasanya,doksisiklin oral dosis sub antimikrobial dan
metronidazol topikal atau asam azelaik).18,26,29

TERAPI UNTUK ROSASEA FIMATOSA


Rosasea fimatosa (Gambar 3) dapat mengalami kegagalan dan kesulitan
dalam pengobatan. Hasil terbaik dicapai bila pengobatan dilakukan lebih awal.
Isotretinoin oral dapat efektif dalam mengurangi volume nasal pada awal penyakit
(Tabel 5); Namun, dapat terjadi kekambuhan setelah penghentian, dan perubahan
musinosa dan fibrotik tidak merespon terapi ini.26,28 Teknik bedah berupa terapi laser-
atau fototerapi (laser dye pulse, intens pulse light, laser karbondioksida),
bedahelektro, dermabrasi, eksisi tangensial, elektroscalpel, loop cautery, dan scissor

14
sculptingefektif dalam memperbaiki atau meminimalkan perubahan fimatosa dan
juga perubahan hidup.25,26

Gambar 3. Perubahan fimatosa pada ujung hidung, lesi inflamasi (papul dan pustul)
pada daerah lateral, dan telangiektasis.

TERAPI ROSASEA OKULAR


Lebih dari 50% pasien dengan rosasea kulit dapat memiliki gejala okular
berupalakrimasi, sensasi benda asing, gatal, fotofobia, dan penglihatan kabur.
Dianjurkan konsultasi oftalmologi karena dapat terjadi komplikasi (misalnya,
ulserasi kornea, skleritis, episkleritis, iritis, hordeolum persisten dan kalazion).30
Blefaritis, hordeolum berulang, kalazion, dan telangiektasis dapat mempengaruhi
pinggiran kelopak mata (Gambar 4). Gejala ringan dapat diobati dengan air mata
buatan, kompres hangat, dan membersihkan bulu mata dengan penggunaan sampo
bayi jangka panjang.30 Asam lemak omega-3 dapat memperbaiki disfungsi kelenjar
meibom. Siklosporin topikal mata tetes (Restasis) menunjukkan perbaikantanda-tanda
umum dan gejala yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan air mata
buatan.19 Metronidazol topikal dan Eritromisin dapat berguna untuk gejala kelopak
mata. Pasien dapat diobati dengan terapi sistemik menggunakan tetrasiklin atau
azitromisin.

15
Gambar 4. Rosasea Okular. (atas) Telangiektasis pada kelopak mataatas. (tengah)
Granuloma sekunder pada kelopak mata bawah hingga disfungsi kelenjar meibom;
inflamasi dan pembentukkan jaringan parut, konjungtivitis ringan juga dijumpai.
(bawah) pembentukkan jaringan parut sekunder pada kelopak mata bawah hingga
gejala inflamasi yang mengganggu.

16
Ringkasan: Rekomendasi Penting Dalam Praktek

Batas
RekomendasiKlinis Referensi
Keamanan
Pembersih ringandan pelembab, tabir surya spektrum luas C 13,15,16
(sun protection factor [SPF] 30 atau lebih), dan
menghindari pemicu dapat berguna dalam perawatan
semua subtipe Rosasea

Terapi lini pertama untuk Rosasea dengan inflamasi ringan A 19


hingga sedang berupametronidazoltopikal (Metrolotion,
Metrocream, Metrogel) atau asam azelaik (Finacea).

Brimonidin (Mirvaso) dapat digunakan untuk mengobati A 17,21


eritema persisten yang berhubungan dengan Rosasea

Ivermektintopikal(Soolantra) dapat digunakan untuk B 18


pengobatan Rosasea papulopustular

Doksisiklin dosis subantimikrobial (Oracea) dapat


digunakan untukn mengobati lesi inflamasipada Rosasea A 19, 27
papulopustular

Doksisiklin dosis subantimikrobial dalam kombinasi C 17, 26, 29


dengan asam azelaik topikal atau metronidazol dapat
digunakan untuk mengobati lesi inflamasi sedang sampai
berat atau lesi inflamasi ringan yang tidak merespon terapi

Rosaseaokular ringan sebaiknya diobati dengan kebersihan C 30, 31


kelopak mata dan obat antibiotik topikal seperti
metronidazol dan eritromisin.

17
Siklosporin oftalmik tetes (Restasis) lebih efektif B 19
digunakan dibandingkan dengan rosasea ringan

A = konsisten, baik-kualitas pasien-berbasis bukti; B = inkonsistenatauterbatas-


kualitas pasien-berbasis bukti; C = konsensus, penyakit-berbasis bukti, praktek sepeti
biasanya, opini para ahli, atau kasus seri. Untuk informasi mengenai SORT rata-rata
sistem pembuktian, ke http://www.aafp.org/afpsort

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Galih
    Galih
    Dokumen2 halaman
    Galih
    aling yuda prasta
    Belum ada peringkat
  • Eko Nomi
    Eko Nomi
    Dokumen5 halaman
    Eko Nomi
    aling yuda prasta
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    aling yuda prasta
    Belum ada peringkat
  • He4 Dan Ca125
    He4 Dan Ca125
    Dokumen1 halaman
    He4 Dan Ca125
    aling yuda prasta
    Belum ada peringkat
  • Preeklampsia Fix
    Preeklampsia Fix
    Dokumen37 halaman
    Preeklampsia Fix
    aling yuda prasta
    Belum ada peringkat
  • Partus Presipitatus GDON
    Partus Presipitatus GDON
    Dokumen37 halaman
    Partus Presipitatus GDON
    aling yuda prasta
    Belum ada peringkat