Anda di halaman 1dari 5

Strategi Pengelolaan dikenal berupa ancaman eksternal (Masitahapsari et

al., 2009).

Rasa Takut Anak pada Strategi pengelolaan rasa takut pada anak adalah dasar

Perawatan Gigi untuk memulai perawatan dengan tujuan untuk


mengembangkan sikap anak yang mau menjalankan
perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut
Posted on April 30, 2011 tanpa menimbulkan rasa takut. Selain itu, komunikasi
merupakan dasar dari setiap perawatan yang akan
Strategi Pengelolaan Rasa Takut Anak pada dilakukan. Efektivitas komunikasi dokter gigi-pasien
Perawatan Gigi dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kepuasan serta kenyamanan pasien (York et al.,
Ali Taqwim 2007). Strategi pengelolaan perilaku dibagi menjadi
enam kategori dasar yaitu : pendidikan, dukungan,
Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi Universitas kognitif-perilaku, paksaan, pembatasan dan
Jember farmakologi (York et al., 2007).

I. Pendahuluan Walaupun rasa takut terhadap perawatan gigi yang


dilakukan dokter gigi bukan masalah yang serius,
Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain tetapi merupakan hambatan bagi para dokter gigi
ditentukan oleh pengetahuan klinis dan ketrampilan dalam usaha peningkatan kesehatan gigi di
dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh masyarakat. Oleh karena itu penanggulangan adanya
kesanggupan anak untuk bekerjasama selama rasa takut terhadap perawatan gigi perlu dicarikan
perawatan. Hal tersebut menyebabkan dokter gigi jalan keluarnya. Berdasarkan uraian latar belakang di
yang merawat pasien anak harus mampu melakukan atas, penulis ingin membahas mengenai strategi
pengelolaan perilaku agar pasien bersikap kooperatif. pengelolaan rasa takut anak pada perawatan gigi.
Pada umumnya, anak yang datang ke praktik dokter
gigi berperilaku kooperatif dan dapat menerima II. Strategi Tahap Primer dalam Mengatasi Rasa
perawatan gigi dengan baik apabila diperlakukan Takut
dengan benar sesuai dengan dasar-dasar pengelolaan
perilaku. Namun, sebagian anak berperilaku non Pendekatan tahap primer bertujuan untuk membentuk
kooperatif serta bersikap negatif pada perawatan gigi lingkungan yang aman dan membiarkan anak
(Masitahapsari et al., 2009). merasakan kontrol merupakan kunci dalam bekerja
dengan anak yang akan memberikan hasil baik. Hal ini
Dalam melakukan perawatan gigi anak, terdapat tiga disebabkan karena mereka dibantu untuk memahami
komponen yang harus bekerja sama, agar perawatan pikiran dan penatalaksanaan perawatan yang
dapat berlangsung dengan lancar. Komponen tersebut dilakukan dokter gigi (Karolina, 2008).
digambarkan dalam bentuk segitiga yang dikenal
sebagai segitiga perawatan gigi anak. Pada segitiga Pendekatan Tell-Show-Do (TSD) sebagai metode
tersebut, bagian sudut-sudutnya ditempati oleh dokter persiapan dapat diterapkan pada anak yang pertama
gigi, keluarga (terutama ibu) dan anak sebagai pasien kali berkunjung ke dokter gigi. Penatalaksanaan rasa
terletak pada puncak segitiga. Segitiga tersebut saling takut pada tahap ini hanya sebatas
berhubungan secara dinamik (Koch & Poulsen, 1991). pendekatanTell dan Show saja. Teknik ini digunakan
secara rutin dalam memperkenalkan anak pada
Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi, pertama perawatan profilaksis, yang selau dipilih sebagai
adalah anak dengan berbagai tingkah lakunya sesuai prosedur operatif pertama. Anak diceritakan bahwa
dengan perkembangan yang sedang berlangsung. gigi-giginya disikat, tujukkan sikat khusus tersebut
Masalah kedua, yang terletak disudut lain adalah dan bagimana sikat berputar dalam handpiece,
keluarga (terutama ibu) yang diharapkan memberi kemudian gigi-giginya disikat. Penjelasan tidak perlu
dukungan kepada dokter gigi dalam pelaksanaan panjang lebar, karena hal ini akan cenderung
perawatan gigi anaknya yang terkadang memerlukan membingungkan anak dan mungkin membangkitkan
perhatian khusus sebelum perawatan anak dimulai. kecemasan. Pada tahap ini diperlukan pujian karena
tingkah laku yang baik selama perawatan awal harus
Rasa takut dan cemas pada anak merupakan suatu segera diberi penguatan dan selama perawatan
pengalaman dental yang tidak menyenangkan. selanjutnya (Andlaw & Rock, 1992).
Ketakutan dan kecemasan mempengaruhi tingkah laku
anak dan lebih jauh lagi menentukan keberhasilan Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang
perawatan gigi. Kecemasan merupakan suatu ciri dokter gigi pada tahap ini adalah.
kepribadian dan ketakutan terhadap antisipasi bahaya
dari sumber yang tidak dikenal, sedangkan takut Memberikan pertanyaan sebelum, selama dan
merupakan respon emosional terhadap sesuatu yang setelah perawatan. Hal ini dapat
membangkitkan rasa percaya dan memberikan Pasien yang menunggu perawatan pada umumnya
kesempatan kepada anak untuk bekerja sama. cemas, dan kecemasan dapat ditingkatkan oleh
Saat anak memutuskan pilihan, dokter gigi persepsi pasien tentang ruang praktik sebagai
harus selalu melaksanakan, oleh karena itu lingkungan yang mengancam, tentang perawat,
jangan menanyakan anak mau atau tidak cahaya, bunyi, dan bahasa teknis yang asing
giginya dirawat. bagi pasien (Prasetyo, 2005). Membuat ruang
Memberikan anak kesempatan memegang alat penerimaan yang nyaman dan hangat sehingga anak
dan menjelaskan fungsi masing-masing alat. merasa tidak asing ketika memasukinya, Oleh karena
Hal tersebut akan diharapkan rasa takut itu dekorasi ruangan sangat memegang peranan
menjadi hilang dan meningkatkan perhatian penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis
serta memberikan kesan bahwa mereka mereka (Pertiwi et al., 2005).
penting sehingga dapat bekerja sama sukarela
tanpa dipaksakan. Pada saat anak memasuki ruang perawatan gigi
Memperkenalkan anak dengan ruang dengan sejumlah perasaan takut, hal yang pertama
perawatan gigi dan perawatan akan dilakukan harus dilakukan oleh dokter gigi adalah menempatkan
sebaiknya tanpa membuat rasa takut, sehingga anak senyaman mungkin dan mengarahkannya bahwa
kepercayaan diri anak dapat diperoleh dan rasa pengalamannya ini bukanlah hal yang tidak biasa. Jika
takut berubah menjadi keingintahuan dan tempat praktik tidak terbatas hanya untuk pasien anak-
kooperatif. anak, salah satu metode yang efektif di antaranya
adalah dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat
Tingkah laku dan umur yang berbeda pada anak sedemikian rupa sehingga anak merasa berada di
menyebabkan dokter gigi harus mampu untuk bersikap lingkungan rumahnya sendiri (Gambar 2) (Pertiwi et
berbeda dalam mengatasinya. Pada anak yang berusia al., 2005).
2 tahun, sebaiknya dokter gigi memberikan alat
bermain pada anak pada saat wawancara atau
pemeriksaan agar anak menjadi senang, segala sesuatu
yang terkait dengan kesehatan anak lebih banyak
ditanyakan kepada orang tuanya. Demikian juga
dengan konseling lebih banyak ditujukan kepada
orang tua (Blisa, 2010).

Strategi tersebut akan berhasil apabila ada kerjasama


yang baik antara pasien (anak), orang tua dan dokter
gigi serta lingkungan fisik yang mendukung
perawatan. Untuk mendapatkan keberhasilan
perawatan pada pasien yang memiliki rasa takut
adalah dengan menciptakan lingkungan yang aman
untuk anak. Hal-hal yang menarik, lingkungan fisik
yang berorientasi pada anak dengan peralatan
permainan dan berkomunikasi dengan anak adalah
sesuatu yang baik (Gambar 1). Hal ini dikarenakan
lingkungan psikologis yang aman dapat
mempengaruhi tindakan atau perasaan anak (Finn,
1973).

Gambar 2. Ruang tunggu dan ruang praktik dokter


gigi yang nyaman untuk anak-anak

Sumber
: http://www.sunnyhillspediatricdentistry.com/; http:
//coolboom.net/interior-design

Musik yang lembut dapat memberikan efek baik pada


orang tua maupun anak dalam memecahkan
keheningan di ruang tunggu. Bahan-bahan bacaan
yang disediakan di ruang tunggu tidak saja buat anak-
Gambar 1. Komunikasi dan lingkungan fisik yang anak, tetapi juga buat orang tuanya. Sediakan pula
berorientasi pada anak dengan alat permainan kursi dan meja kecil bagi anak untuk duduk dan
membaca. Buku-buku disediakan untuk semua usia
Sumber : http://dental.pacific.edu/ anak. Selain buku bacaan, dapat disediakan juga buku
aktivitas, seperti buku mewarnai (Pertiwi et al., 2005; tentang hal-hal yang sederhana dan konkret, beri
Prasetyo, 2005). tanggungjawab pada anak terhadap tugas yang kita
berikan, dan jangan lupa untuk menjelaskan tentang
III. Strategi Tahap Sekunder dalam Mengatasi pemeriksaan yang dijalani sesuai dengan daya piker
Rasa Takut anak. Sedangkan untuk anak yang berusia 11-17
tahun, dokter gigi harus menghargai pendapat,
Pendekatan tahap sekunder bertujuan untuk kebutuhan dan keterbatasan anak sebelum
menghilangkan rasa takut dengan membentuk pola merekomendasikan sesuatu (Tabel 1) (Blisa, 2010).
komunikasi yang baik dengan pasien. Tanda
keberhasilan dokter gigi mengelola pasien anak adalah Tabel 1. Tingkah laku anak di praktik dokter gigi
kesanggupannya berkomunikasi dan memperoleh rasa berdasarkan umur
percaya diri dari anak sehingga anak dapat bersikap
kooperatif. Komunikasi dengan pasien berperan
penting dalam mengurangi rasa takut pasien (Hmud &
Walsh, 2009).

3.1. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Memberikan dukungan verbal dan meyakinkan pasien


merupakan strategi yang sering dilakukan. Pendekatan
ini harus diadopsi oleh seluruh tim pada saat
berinteraksi dengan pasien (Hmud & Walsh, 2009).
Banyak cara untuk memulai komunikasi secara verbal,
misalnya untuk anak kecil dapat ditanyakan tentang
pakaian baru, kakak adik, benda atau binatang
kesayangannya, sedangkan untuk anak besar dapat
ditanyakan tentang sekolah, aktifitas, olah raga atau
teman sebaya ((Finn, 1973).

Untuk menciptakan kepercayaan pada anak yang


berusia 2-6 tahun, dokter gigi sebaiknya melibatkan
anak dalam dialog dan semua diskusi dengan
menggunakan kata-kata sederhana. Banyak anak yang
merasa senang dengan dokter karena mereka dapat
berkomunikasi dengannya. Pada saat berkunjung ke
dokter gigi mereka tidak takut, tetapi malah senang.
Demikian pula dengan tindakan medis, anak harus
diberi penjelasan terlebih dahulu dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh anak. Berbicara pada anak
harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman Komunikasi non verbal dapat dilakukan misalnya
sehingga diperlukan second language (Budiyanti & dengan menjabat tangan anak, tersenyum dengan
Heriandi, 2001; Blisa, 2010). penuh kehangatan, menggandeng anak sebelum
mendudukkannya ke kursi gigi dan lain-lain
Beberapa second language yang dapat membantu (Budiyanti & Heriandi, 2001).
dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi pada
anak antara lain. 3.2 Bimbingan Kerjasama

Melakukan anastesi sebelum pencabutan gigi Model komunikasi bimbingan kerjasama antara dokter
dapat digunakan istilah menidurkan gigi. gigi dan pasien merupakan strategi yang terbaik. Pada
Melakukan pembersihan perawatan ini diharapkan pasien dapat mematuhi
dengan brush dan pumice dapat digunakan dokter gigi dan anak dapat besikap kooperatif selama
istilah memandikan dan mengkeramasi gigi, perawatan. Perubahan nada dan volume suara dapat
kemudian mengeringkan dengan tampon dapat digunakan untuk mengubah perilaku dan
digunakan istilah menghanduki gigi. mengkomunikasikan perasaan kepada anak (Karolina,
Mengebor untuk menghilangkan jaringan 2008).
karies gigi dapat digunakan istilah
membersihkan rumah kuman dan lain-lain. Contoh komunikasi dengan bimbingan kerjasama
yang dapat dilakukann oleh dokter gigi antara lain:
Untuk menciptakan kepercayaan anak pada usia 7-10
tahun, dokter gigi sebaiknya menanyakan kegiatannya 1) buka sedikit lebih lebar mulutnya, anak manis
dan beri komentar yang positif, tanyakan pada anak
2) apakah engkau siap untuk dimulai sekarang, 4. Modifikasi tingkah laku (penguatan)
maukah manis?
Penguatan dapat diartikan sebagai pengukuhan pola
3) sayang, saya suka caramu membuat mulutmu tingkah laku yang akan meningkatkan kemungkinan
tetap terbuka lebar tingkah laku tersebut terjadi lagi dikemudian hari.
Penguatan (reinforcement) terbukti mengurangi
3.3 Strategi Perilaku Efektif tingkah laku tidak kooperatif pada anak dalam
menjalani perawatan gigi (Finn, 1973; Andlaw &
Selain strategi komunikasi di atas, komunikasi efektif Rock, 1992).
yang dapat dilakukan oleh dokter gigi adalah dengan
strategi perilaku. Strategi ini dapat digunakan dengan Hampir semua benda menjadi penguat dokter gigi
cepat dan mengurangi rasa takut. Strategi perilaku sehingga dapat meningkatkan hubungan sosial dengan
efektif tersebut antara lain sebagai berikut (Finn, 1973; cara memberikan perhatian, doa, senyum dan pelukan.
Karolina, 2008). Benda penguat yang dapat diberikan misalnya stiker,
pensil dan lain-lain. Bentuk penghargaan lain adalah
1. Waktu dan lamanya perawatan hadiah dan ini dapat diberikan pada tahap akhir
perawatan sebagai penghargaan atas tingkah laku yang
Dokter gigi harus mengetahui waktu perawatan yang baik (Andlaw & Rock, 1992). Namun, upaya yang
dibutuhkan karena pada beberapa anak lamanya terpenting dalam memperkuat tingkah laku adalah
perawatan akan mempengaruhi tingkah lakunya. kasih sayang dan perhatian.
Terdapat hubungan yang terbalik antara kooperatif
dengan lamanya waktu perawatan. Menepati janji 5. Kehadiran orang tua di dalam ruangan
untuk datang maupun lamanya perawatan adalah
sangat penting (Finn, 1973). Kehadiran orang tua di ruang praktik memepunyai
pengaruh positif dalam meningkatkan keamanan pada
Seorang resepsionis yang mencatat pasien dengan rasa anak yang kurang berani. Sedangkan pendapat agar
takut dapat menjadwalkan waktu yang cukup, orang tua sebaiknya berada di luar karena kehadiran
sehingga memungkinkan dokter gigi memiliki waktu orang tua dapat mengganggu prosedur perawatan dan
lebih dalam menjelaskan prosedur secara hati-hati, dan rasa takut yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi
kemudian melanjutkan perlahan pengobatannya. anak. Sebaiknya orang tua tidak ikut ke ruang praktik
Waktu yang paling baik dalam merawat anak adalah di tanpa diminta oleh dokter gigi (Finn, 1973).
pagi hari saat anak tidak lelah. Anak sebaiknya tidak
dibawa ke dokter gigi setelah mengalami trauma IV. Strategi Tahap Tertier dalam Mengatasi Rasa
emosi, misalnya ia baru saja kehilangan boneka Takut
kesayangannya, karena penjanjian dengan dokter gigi
akan membuat anak menjadi tidak kooperatif (Finn, Pendekatan tahap tertier ditujukan kepada anak
1973; Hmud & Walsh, 2009). dengan rasa takut yang berat dengan maksud
menghilangkan rasa tkut dan menyelesaikan
2. Mengalihkan perhatian perawatan gigi. Teknik yang menjadi pilihan utama
adalah desensitisasi sistemik dan modeling ataupun
Mengalihkan perhatian adalah suatu metode yang kombinasi.
berguna untuk mengurangi rasa takut, tidak nyaman,
stress dan menghilangkan rasa bosan selama periode 4.1 Desensitisasi
perawatan. Semakin bnayak mengetahui tentang anak,
lebih besar taktik yang dapat dilakukan untuk Desentisasi adalah suatu cara untuk mengurangi rasa
mengalihkan anak, untuk memberikan kesempatan takut atau cemas seorang anak dengan jalan
melakukan prosedur perawatan yang diperlukan. memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau
Bahan pengalih yang terbukti membantu mengurangi cemas sedikit demi sedikit rangsangan tersebut
rasa takut anak misalnya radio, program anak di diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas
televisi dan lain-lain. lagi. Prosedur ini dilandasi oleh prinsip
belajarcounterconditioning, yaitu respon yang tidak
3. Hipnotis diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang
diinginkan sebagai hasil latihan yang berulang-ulang.
Hipnotis dilakukan dengan mempengaruhu pikiran Teknis desentisisasi ini sangat efektif untuk
orang lain sehingga anjuran-anjuran yang diberikan menghilangkan rasa takut atau fobia (Tampubolon,
akan diterima dengan baik. Teknik ini hanya dapat 2010).
dilakukan pada pasien yang dapat bekerja sama.
Hipnotis sering digunakan dalam kedokteran gigi Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu
sebagai suatu metode untuk membantu pasien yang respon yang bertentangan dengan kecemasan yaitu
cemas agar rileks dan meningkatkan kooperatif pasien. relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih untuk relaksasi
dalam, salah satu caranya misalnya secara progresif
merelaksasi berbagai otot, mulai dari otot kaki, 1. Filmed
pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher modeling 2. Participant
dan wajah. Pada tahap selanjutnya ahli terapi modeling
membentuk hirarki situasi yang menimbulkan
kecemasan pada subyek dari situasi yang Gambar 3. Metode modeling (1) filmed modeling dan
menghasilkan kecemasan paling kecil sampai situasi (2) participant modeling
yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta
relaks sambil mengalami atau membayangkan tiap Sumber : Catherine, 2004
situasi dalam hirarki yang dimulai dari situasi yang
paling kecil menimbulkan kecemasan (Andlaw & Modeling adalah modifikasi perilaku untuk pasien
Rock, 1992; Tampubolon, 2010). Pada tahap anak yang masih usia muda, anak dapat belajar tentang
desensitisasi ini, pasien dapat diberikan paparan pengalaman ke dokter gigi dengan melihat anak-anak
stimulus berupa injeksi anestesi gigi, aplikasi rubber lain menerima perawatan. Strategi ini tidak hanya
dam, dan suara serta melihat bor gigi dengan mengajarkan anak yang belum pernah menerima
menjelaskan hasilnya (Melamed et al., 1975). perawatan tentang apa yang diharapkan darinya, tetapi
lebih penting adalah mendemonstrasikan apa yang
4.2 Modeling diharapkan dari anak (Narwaty, 2008). Strategi ini
efektif dalam mengatasi rasa takut selama kunjungan
Metode modeling adalah cara pendekatan yang sangat pertama perawatan gigi pada pasien anak. Metode ini
praktis, mudah dilakukan, serta efektif dapat diterapkan dengan mudah dalam ruang praktik
memepersingkat waktu dalam perubahan perilaku (Melamed et al., 1975).
pasien anak sehingga waktu perawatan gigi menjadi
lebih optimal (Soemartono, 2003). Teori social 4.3 Kombinasi Perawatan Perilaku
learning memprediksi bahwa pola respon rasa takut
pada anak-anak dapat dihilangkan dengan mengamati Kombinasi perawatan perilaku menunjukkan hasil
model yang mendapatkan stimulus tanpa mengalami yang jauh lebih baik. Penggunaan metode dengan
konsekuensi yang negatif (Melamed et al., 1975). menggabungkan beberapa metode pada suatu paket
perawatan. Pasien yang takut diajarkan rileks dan
Prinsip psikologis metode modeling yaitu belajar dari kemudian menunjukkan film model disaat rileks.
pengamatan model. Anak diajak mengamati anak lain Modeling dan desensitisasi dapat diterapkan sekaligus,
yang ketika dirawat giginya berperilaku kooperatif, dengan pengkombinasian dua cara ini akan diperoleh
baik secara langsung pada kursi gigi atau melalui film. hasil yang memuaskan. Modeling dan
Setelah metode modeling dikerjakan maka diharapkan desensitisasi juga dapat mengurangi rasa cemas orang
anak berperilaku kooperatif seperti model yang pada perawatan gigi anaknya. Merubah perilaku
diamati. Pendekatan tersebut efektif karena dengan cara modeling dan desensitisasi dapat
memberikan informasi yang jelas pada pasien tentang diterapkan baik di klinik gigi maupun praktik pribadi
jenis peralatan dan prosedur yang akan dihadapi (Narwaty, 2008).
(Masitahapsari et al., 2009).

Metode modeling ini dapat dilakukan dengan dua cara


yaitu melalui model di film/ anak sebaya (filmed/ in
vivo modeling) dan melalui model yang ikut
berpartisispasi dalam perawatan secara langsung
(participant modeling) dalam memperkenalkan
perawatan gigi (Gambar 3). Metode ini efektif pada
anak dengan umur 4-9 tahun dan hanya beberapa
efektif pada anak yang lebih muda dari umur 4 tahun
(Catherine, 2004).

Anda mungkin juga menyukai