Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2.500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara pada abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke

berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia,

India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-

16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa,

kemudian berkembang ke pulau-pulau lainnya (Sumarno, 1983).

Memproyeksikan produksi kedelai nasional hingga akhir tahun 2013

sebesar 847,16 ribu ton biji kering atau naik 0,47 persen dibanding tahun 2012

yang sebesar 843,15 ribu ton biji kering (BPS, 2013).

Ada tahun 2014 tercatat defisit sebesar yaitu 7.484,60juta US$.

Berdasarkan kajian hasil analisis kinerja perdagangan komoditas pertanian, indeks

spesialisasi perdagangan komoditas kedelai adalah sekitar -0,9. Nilai ini

menunjukkan komoditas kedelai masih berupaya untuk memenuhi kebutuhan

nasional, belum dalam taraf pematangan atau perluasan ekspor (BPS, 2014)

Berdasarkan data sasaran dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

produksi kedelai tahun 2015 adalah sebesar 1,5 juta ton. Sedangkan capaian

produksi dari hasil ARAM I, diperkirakan sebesar 998,87 ribu ton. Dengan kata

lain sasaran produksi kedelai tahun 2015 tidak akan tercapai, karena capaian

produksi kedelai tahun 2015 sebesar 92,13% dari sasaran yang telah ditetapkan.

Capaian produksi tersebut terealisasi dari capaian luas panen kedelai tahun yang

sama seluas 640,35 ribu hektar, atau hanya tercapai 62,33% dari target luas
sebesar 1,03 juta hektar. Sementara dari target produktivitas yang ditetapkan

sebesar 14.60 ku/ha, tercapai pada besaran lebih tinggi yaitu 15,60ku/ha. Sasaran

komoditas kedelai yang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan, khususnya untuk

produksi dan luas panen kedelai tahun 2015 (BPS, 2015).

Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di dalam kalangan

masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan

dari kedelai misalnya:tempe, tauge atau kecambah, dan lain-lain. Kandungan

protein yang tinggi pada kedelai dan juga kandungan gizi lainnya yang lengkap.

Apabila ditinjau dari segi harga kedelai merupakan sumber protein yang termurah

sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan

kedelai. Biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsine

inhibitor. Apabila biji kedelai sudah direbus pengaruh tripsin inhibitor dapat

dinetralkan. Kedelai dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara

lain untuk makanan manusia, makanan ternak, dan untuk bahan industri

(Cahyadi,2007).

Kacang kedelai, sebagai golongan kacang-kacangan, mengandung senyawa

antigizi, antara lain oligosakarida dan asam fitat Kacang kedelai juga mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya, yaitu

kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling mudah dicerna, dan paling kecil

memberi pengaruh flatulensi (Anggrahini, 2009).

Ekstensifikasi pertanaman untuk mendukung peningkatan produksi kedelai

antara lain dapat dilakukan melalui perluasan areal tanam. Perluasan areal tanam

tidak hanya dilakukan pada daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra


produksi kedelai tetapi juga membuka daerah-daerah pertumbuhan baru

(Atman, 2009).

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang

dilakukan terhadap tetua-tetua yang dapat diinginkan. Persilangan buatan ini

diharapkan menghasilkan suatu populasi dengan variabilitas genetik yang luas

sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan

genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan

buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan persilangan dan

banyaknya biji hasil persilangan varietas-varitas tetua(Alia dan Wilia, 2010).

Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh

tegak, berdaun lembut, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar 10-

200 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan

hidup. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya yaitu akar,

daun, batang, bunga, polong dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal

(Adisarwanto, 2005).

Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di dalam kalangan

masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan

dari kedelai misalnya:tempe, tauge atau kecambah, dan lain-lain. Kandungan

protein yang tinggi pada kedelai dan juga kandungan gizi lainnya yang lengkap.

Apabila ditinjau dari segi harga kedelai merupakan sumber protein yang termurah

sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan

kedelai. Biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsine

inhibitor. Apabila biji kedelai sudah direbus pengaruh tripsin inhibitor dapat

dinetralkan. Kedelai dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara


lain untuk makanan manusia, makanan ternak, dan untuk bahan industri

(Cahyadi,2007).

Kacang kedelai, sebagai golongan kacang-kacangan, mengandung senyawa

antigizi, antara lain oligosakarida dan asam fitat Kacang kedelai juga mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya, yaitu

kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling mudah dicerna, dan paling kecil

memberi pengaruh flatulensi (Anggrahini, 2009).

Keberhasilan proses pembentukan varietas sangat ditentukan oleh tingkat

keragaman bahan genetik yang akan dievaluasi. Semakin banyak materi atau

bahan yang dievaluasi, tentunya akan lebih besar peluangnya untuk memperoleh

varietas unggul baru. Hal ini memberikan indikasi yang kuat bahwa jumlah

populasi dasar memegang peranan yang sangat penting dalam proses

pembentukan varietas. Salah satu bahan dasar yang digunakan dalam kegiatan

seleksi atau bahan persilangan yaitu koleksi plasma nutfah (Adisarwanto, 2005).

Pada tanaman kacang kedelai sifat yang diperlukan pada tetua adalah

ketahanan terhadap cekaman lingkungan, ketahanan terhadap hama dan penyakit

serta memiliki potensi hasil biji yang tinggi. Keberhasilan dalam pelaksanaan

persilangan ditentukan oleh faktor manusia, alat yang digunakan serta faktor

lingkungan. Peran pelaksana (manusia) dalam memperbesar keberhasilan

persilangan terutama ditentukan oleh keterampilan danpengetahuan. Faktor alat

lebih berhubungan pada kebersihan alat, sedangkan faktor lingkungan adalah

seperti adanya serangan hama dan penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang

akan disilangkan. Fluktuasi musim dan suhu seringkali juga memiliki peran
penting dalam kegiatan persilangan. Disamping itu perlu penetapan tujuan dari

persilangan (Poehlman,1983),

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mempelajari teknik

budidaya pada tanaman kedelai Glycine max (L.) Merill) . sebagai tanaman

pangan di lahan untuk mengamati pertumbuhan kedelai tersebut terhadap

pemeliharaan dan pemupukan yang dilakukan.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman

Pangan 1 Fakultas Pertanian, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Univeristas Sumatera Utara, Medan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill. )

Menurut Acquaah (2008), sistematika tumbuhan tanaman kedelai adalah

sebagai berikut: Kerajaan : Plantae; Divis : Magnoliophyta; Kelas :

Magnoliopsida; Subkelas : Rosidae; Ordo : Fabales; Famili : Fabaceae Genus

: Glycine; Spesies : Glycine max (L.) Merrill.

Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

daerah di Indonesia.Daerah utama penanaman kedelai adalah Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat, Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat

(Kasno dkk.,1992).

Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh tegak,

dan berdaun lebat. Tinggi tanaman berkisar antara 30 100 cm, batangnya beruas-

ruas dengan 3-6 percabangan. Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku

dan tahan rebah (Pitojo, 2003).

Kedelai memiliki akar tunggang, akar ini mampu membentuk bintil-bintil

akar yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japanicum. Bakteri tersebut

bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai untuk mengikat nitrogen dari udara.

Nitrogen ini sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman kedelai

(Fachruddin, 2000).

Daun kedelai berbentuk oval, daun pertama yang keluar dari buku sebelah

atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya berseberangan. Daun yang

berbentuk kemudian merupakan daun ketiga yang letaknya berselang-seling. Pada

setiap tangkai daun terdapat 3 helai daun (trifoliat). Tanaman kedelai mempunyai
bunga yang sempurna, yaitu dalam satu bunga terdapat benang sari dan putik.

Bunga berwarna ungu atau putih (Fachruddin, 2000).

Buah kedelai disebut buah polong seperti buah kacang-kacangan lainnya.

yang tersusun dalam rangkaian buah. Polong kedelai yang sudah tua ada yang

berwarna coklat, coklat tua, coklat muda, coklat kekuning-kuningan, coklat

keputih-putihan dan kehitaman. Tiap polong kedelai berisi antara 1 5 biji, jumlah

polong pertanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak

tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam pada tanah subur pada umumnya

dapat menghasilkan antara 100 200 polong/pohon (Suhaeni, 2007).

Biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat-pipih sampai bulat-

lonjong. Warna kulit biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat dan hitam.

Ukuran biji berkisar antara 6 30 gram/100 biji. Di indonesia ukuran biji kedelai

diklasifikaikan dalam 3 kelas, yaitu biji kecil (6 10 gr/100 biji), sedang (11 12

gr/100 biji) dan besar (13 gr atau lebih/100 biji). Biji-biji kedelai dapat digunakan

sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Cahyono, 2007).

Syarat Tumbuh Tanaman

Iklim

Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas, ditempat-tempat

terbuka dan bercurah hujan 100 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai

kebanyakan ditanam didaerah yang terletak kurang dari 400 m diatas permukaan

laut dan jarang sekali ditanam didaerah yang terletak kurang dari 600 m diatas

permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam didaerah

beriklim kering (Aak, 2002).


Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -250C. Suhu 12 20 0C

adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi

dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta

pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0C,

fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Rata-rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai adalah kurang dari

200 mm dengan jumlah bulan kering 3-6 bulan dan hari hujan berkisar antara 95-

122 hari selama setahun (Ipteknet.com, 2008).

Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena akan

mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat

mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Namun

ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30 40 hari suhu didalam dan

permukaan tanah pada musim panas sekitar 350C 390C. Hasil observasi ini

menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, temperatur dan kelembaban udara

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai disepanjang musim adalah sekitar 60 -70

% (Aak, 2002).

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam dilahan dengan

ketinggian 0,5 - 300 m dpl. Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok

ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan

tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 hingga 600 m dpl. Tanaman

kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Iklim

kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman

kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400
mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai

membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan (Prihatman, 2000).

Energi radiasi atau takaran sinar matahari, merupakan faktor penting

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kualitas, intensitas dan lamanya

penyinaran merupakan segi energi radiasi yang penting. Spektrum penuh sinar

matahari umumnya sangat menguntungkan pertumbuhan tanaman. Tanaman lebih

mampu tumbuh baik pada intensitas cahaya agak redup dibandingkan jika hari

terang penuh. Ukuran daun dan pemanjangan batang sejumlah tanaman akan

maksimal pada intensitas cahaya rendah sedangkan berat kering total tanaman

akan meningkat mengikuti peningkatan intensitas cahaya. Segi energi radiasi yang

lebih penting adalah lamanya penyinaran (Poerwowidodo, 1993).

Tanah

Tanah Tanaman ini pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai

jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan

berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kedelai membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.

Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga

merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan

unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.Pada dasarnya kedelai menghendaki

kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak

menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan

pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh

dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar.
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi

tanah cukup baik (Prihatman, 2000).

Aerasi tanah yang kurang biasanya disebabkan oleh drainase air yang

kurang baik sehingga tanah menempati pori-pori besar yang jika tidak demikian

akan memungkinkan pertukaran gas ke udara. Pengaruh kejenuhan air kadang-

kadang diperberat oleh perombakan bahan organik seperti sisa-sisa tanaman.

Dalam situasi-situasi selain daripada kejenuhan total, pertumbuhan akar kapas dan

kedelai tampaknya sama sekali tidak peka terhadap kandungan O2 serendah kira-

kira 5 %. Walaupun demikian, k2periode-periode tanpa oksigen selama hanya 3

jam untuk kapas, dan 5 jam, untuk kedelai, mematikan ujung- ujung akar

(Goldsworthy dan Fisher, 1992).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilakukan di lahan praktikum laboratoium Budidaya

Tanaman Pangan 1 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada

bulan Februari sampai dengan selesai. Pada ketinggian tempat + 25 mdpl

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul untuk

mengolah tanah, meteran untuk mengukur lahan, sabit untuk memotong rumput

dan gulma, timbangan untuk manimbang tanaman, gembor untuk menyiram

tanaman, pacak sebagai awal untuk penanaman benih, botol aqua untuk wadah

merendam benih kedelai (Glycine max (L.) Merill), tali plastik untuk mengetahui

batas penanaman benih, spanduk untuk memagari lahan.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kedelai

(Glycine max (L.) Merill), tali rafia untuk mengukur jarak tanam, air untuk

menyiram tanaman, pupuk kandang sapi sebagai media tanam, pupuk kompos

sebagai media tanam, top soil sebagai pencampuran media tanam, pupuk Urea dan

NPK untuk memupuk lahan kedelai, penuntun praktikum untuk membantu dalam

pelaksanaan praktikum.

Prosedur Kerja

a. Pengolahan lahan kedelai (Glycine max (L.) Merill),

1. Pengolahan tanah

- Diukur lahan yang akan diolah, untuk setiap kelompok mahasiswa

berukuran 2m x 2m , Lahan harus diolah oleh kelompok mahsiswa.


Dalam satu grup praktikum terdapat 6 kelompok, dengan lay out

lahan tersaji pada gambar.

- Dibersihkan lahan dari tumbuhan liar dan bungkahan bungkahan

tanah.

- Dicampurkan tanah secara keseluruhan dan balikkan tanah

sehingga sisa gulma terbenam.

- Diatur kedalaman pengolahan tanah antara 20-30 cm.

- Dihancurkan bongkahan bongkahan tanah dan diratakan

permukaan tanah.

2. Pembuatan Bedengan

- Dibuat bedengan pada lahan yang telah diolah dibuat dengan

panjang 2,0 m dan lebar 2,0 m tinggi 20 cm. Agar hasilnya baik

maka digunakan ajir dan tali.

- Dibuat parit antar bedengan selebar 40 -50 cm dengan cara

menggali dan menaikkan tanah galian ke atas bedengan. Diratakan

dasar galian dengan parit hingga kedalaman 20 cm.

- Diolah tanah kembali hingga struktur tanah gembur dan diratakan

permukaan tanah pada bedengan hingga datar.

3. Pembuatan Saluran irigasi/drainse diantara bedengan

- Diperbaiki saluran yang telah dibuat diantara bedengan.

- Diratakan dasar saluran drainase, baik saluran yang membujur

maupun melintang.

- Diperdalam saluran membujur hingga kedalaman 20 cm dan

saluran melintang hingga kedalaman 40 cm.


b. Penanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill)

- Direndam benih kedelai gogo selama 15 30 menit.

- Biji yang mengapung di ats tidak digunakan.

- Sehari sebelum ditanam, tanahnya dibasahi terlebih dahulu.

- Ditanam benih kedelai dengan cara ditugal dengan jarak 25 x 25

cm.

- Dituutp lubang tugal dnegan tanah setelah benih ditanam dan

dimasukkan ke dalam lubang tugal.

- Disiram dengan air tanah secukupnya.

c. Pemupukan

Pupuk Organik

- Diberikan pupuk organik (Kompos, pupuk kandang) dengan

ditabur diatas tanah secara larikan dengan cara ditugal atau

dimasukkan ke dalam lubang tanam.

- Diberikan sebelum penanaman sekitar 500 kg/ha 10 kg/ha.

Pupuk Anorganik

- Diberikan pupuk dasar (Urea, TSP, dan KCL).

- Direkomendasikan dosis pupuk TSP yaitu 75 kg/ha, KCL 50 kg/ha.

- Diberikan pupuk kompos, pupuk dasar dosis rekomendasi untuk

kelompok dengan dosis 150 kg/ha.

- Urea diberikan pada 14 HST dengan 75 kg/ha dan 42 HST dengan

dosis 37,5 kg/ha dan 55 HST 37,5 kg/ha dengan cara ditugal/alur.
- TSP diberikan 1 HST dengan 75 kg/ha pada saat penanaman

dengan alur.

d. Pemeliharaan

- Penyulaman

Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot spot kosong

yang diisi oleh gulma. Penyulaman pada kedelai gogo sebaiknya

pada umur 7 HST.

- Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling ridak sebanyak 2x

atau sesuai dengan kondisi gulma di pertanaman. Penyiangan

pertama dilakukan pada 15 HST, penyiangan kedua pada 30 HST

sebelum pemberian pupuk susulan.

- Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

- Pengendalian OPT ditujukan untuk menjaga kesehatan tanaman,

agar dapat tumbuh dan berkebang dengan baik. Pengendalian OPT

dilakukan dengan terpadu : pemilihan varietas, sanitasi lingkungan,

pemberian pupuk yang berimbang, penggunaan pestisida.

- Panen

- Panen dilakukan pada kedelai dengan kriteria warna bulir sudah

menguning sebesar 90 95%dan tangkai bulir sudah benar benar

merunduk.

e. Parameter pengamatan Tanaman

- Tinggi tanaman (cm)

- Diameter batang (cm)


- Umur Berbunga (hari)

- Jumlah cabang yang produktif

- Jumlah polong/tanaman

- Jumlah biji per tanaman (biji)

- Bobot biji kering/tanaman (g)

- Bobot 100 biji kering (g)

- Bobot biji kering/plot


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2002. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anggraini, N. 2009. Solusi Alternatif Pengganti Tempe Kedelai.


http://blog.unila.ac.id/angjun/files/2009/09/solusi-alternatif pengganti-
tempe-kedelai.pdf [maret 2010].
Atman. 2009. Strategi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Tambua 8:39-45.
Cahyadi. W. 2007. Kedelai, Kasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta. Kasno,
A. 1992.Pemuliaan Tanaman Kacang kacangan. Prosiding Simposium
Pemuliaan Tanaman I, pp. 39-68. Perhimpunan Pemulia Tanaman
Indonesia, Komisariat Daerah Jawa Timur.

Fachruddin, 2000. Budidaya kacan g-kacangan. Kanisius, Yogyakarta.

Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Ipteknet.com, 2008, Kedelai. Dikutip dari


http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=15, 2008, Diakses
Tanggal 29 September 2008.

Prihatma, K. 2000. Kedelai (Glycine max L.). Kantor Deputi Menegristik Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Diakses dari http://www.ristek.go.id pada tangga 25 Maret
2014.Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai.Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Poerwowidodo, 1993, Telaah Kesuburan Tanah, Penerbit Angkasa, Bandung.

Poehlman, J.M., 1983. Breeding Field Crops. Panima Publishing Corporation,


New Dehli.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi,


dan Gizi. ITB, Bandung.

Suhaeni. 2007. Menanam kacang tanah. Penerbit Nuansa. Bandung.

Sumarno dan Hartono, 1983, Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya, Buletin No.
6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai